"Kirana apa kamu sudah siap? Hari ini kita menikah, dan aku sudah menyuruh sopirku untuk menjemput bapak kamu yang berada di kampung," imbuh Reza datang ke kamar wanita muda itu, hanya ingin memberitahu bahwa hari ini sudah bisa dimulai pernikahannya. Kirana yang baru saja terbangun sontak bimbang, di hatinya ada rasa bahagia dan juga kecewa dengan pernikahan yang terlalu cepat dan mendadak. Tapi, siapa juga yang akan menolak jika diajak nikah dengan pria tampan dan mapan seperti Reza."Baik Tuan, kalau begitu sebelum dirias aku akan mandi dulu," sahutnya sembari menguap beberapa kali akibat masih mengantuk.Wanita muda dengan tubuh semampai itu beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dulu. Sanggupkah ia nanti siang akan bertemu lagi dengan sang bapak yang dimana dulu pernah memaksa menikahkannya dengan Juragan Anton.***"Sah?" "Sawah," ucap riuh bahagia para tamu undangan, dan juga saksi di acara pernikahan Kirana dan juga Reza. Walaupun
Kriiiett! Daun pintu kamar pengantin pun terbuka lebar, diatas ranjang sudah ada Reza yang sedang tertidur pulas. Sepertinya ia kelelahan. Padahal tadi pria itu bilang ada kerjaan, tapi tak terlihat ada laptop di sekelilingnya.Seharusnya ini malam pertamanya dengan Reza, akan tetapi pria tampan itu malah meninggalkan tidur. "Selamat tidur suamiku," lirih Kirana sembari tangan menutupi tubuh Reza dengan selimut.Jujur saja bagi wanita beranak satu itu hari ini salah hari terbahagia di hidupnya, walaupun kisah cintanya begitu singkat. Untuk bisa menikah Reza mungkin dulu hanya mimpi, namun sekarang malah jadi suami. ***Esok hari. Tangan kiri wanita muda itu bergerak, seharusnya di sebelah kiri terdapat tubuh suami. Namun naas ketika Kirana melihat hanya ia saja yang tertidur seorang diri. "Mas Reza," sahut Kirana.Dan ternyata Reza sudah siap dengan jas dan juga kemeja putih sudah Rafi akan berangkat kerja. "Mas Maaf aku kesiangan semalam. Mungkin kemarin aku kecapean hingga ak
Setelah beberapa jam berlalu, wanita muda itu pun memijat kakinya yang terasa pegal sembari duduk selonjoran di kursi sofa yang berada tak jauh dari kamar baby Griz. Ada rasa lelah yang terasa, namun apalah daya, kerjaan pun sampai sekarang belum juga kelar. Padahal pinggang pun sudah sakit, sedari tadi ia membereskan rumah dan juga menyiapkan makanan. "Lelah sekali hari ini, mana lupa belum makan lagi," gumamnya dengan tangan memijat betisnya.Padahal Kirana baru saja istirahat sejenak, akan tetapi Griz menangis dengan kencang. Ia pun segera bangkit menuju arah kamar yang dimana tak jauh dari kediamannya saat ini."Sayang kamu sudah bangun saja," ucapnya pelan dengan bibir tersenyum sumringah. Walaupun dirinya terasa lelah, namun pada saya melihat Baby Griz, rasa lelah itu berubah menjadi semangat yang tiada Tara.Bagaimana pun Kirana sudah menganggap anak tirinya itu sebagai anak kandung, apalagi Melati yang bayi kandungnya tidak ada disamping. Sebab belum diambil dari kediaman Bu
Wanita muda itu pun tidak ada pilihan, ia terpaksa harus menggendong bayi sembari menggoreng telur ceplok untuk sang mertua. Sejak kedatangan Mama Reza kerumah ini kini beban Kirana bertambah banyak. Bukan hanya Griz yang harus diurusnya melainkan nenek lampir yang bawel lebih banyak kemauan."Sayang kamu jangan nangis ya, sebentar lagi kita mandi, Mama janji," bisiknya pada Baby Griz yang saat ini berada di gendongan Kirana. Mendadak Griz pun tidak mau tau turun dari pangkuan sang ibu tirinya. "Nya, ini sudah siap telur ceplok yang Nyonya minta, sekarang bolehkah aku memandikan Griz terlebih dulu, kasihan dia sudah kegerahan," pinta Kirana tatkala tangan menyodorkan telur ceplok yang barusan dibuatkan untuk mertuanya.Tanpa basa-basi Bu Sinta segera mengambil dan juga menyiapkan telur yang barusan Kirana goreng.Cuih!Beberapa saat makanan itu kembali dimuntahkan, membuat Kirana yang melihat sontak kaget tak menentu."Kamu mau ngerjain saya apa?! Goreng telur pahit begini! Kamu gak
Baru saja wanita muda berparas cantik itu hendak menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Nama Pak Jamil tertera di layar ponsel dengan panggilan masuk. Namun tatkala tangan Kirana akan mengangkat ponselnya keburu tidak berdering lagi. Pasca Kirana akan menghubunginya balik serentak pesan masuk tetap dari nomor yang sama.[Kirana bapak sedang sakit, bisakah kamu kirim bapak uang untuk berobat,] pesan masuk yang tertera. Ada rasa khawatir menyeruak dalam pikiran, wanita lemah itu sungguh tak tega jika mendengar sang bapak sakit. Apalagi keluarga yang tersisa hanyalah Pak Jamil seorang setelah Ibu kandung Kirana menikah lagi dengan pria lain.[Berapa yang bapak butuhkan?] Segera wanita muda itu membalas, walaupun perasaan tak kuasa dengan rasa haru yang melanda.[Tidak banyak Nak, bapak hanya butuh uang 5 juta saja, untuk berobat,]Kirana pun hanya bisa mengusap bulir-bulir bening yang jatuh pada pipinya. Semoga saat kepulangan sang suami, Reza bisa menge
Sinar matahari terasa hangat menyinari alam semesta, Kirana yang kala itu sedang menjemur pakaian tiba-tiba terhenti pada saat suaminya hendak pergi untuk ke kantor."Mas Reza," sapa wanita muda itu menghampiri. Terdapat Reza sudah siap akan berangkat kerja, ia sudah rapi dengan mengenakan setelan jas dan juga tas kerjanya. "Iya ada apa?" "Mas kamu gak lupa 'kan dengan permintaanku semalam," perkataan Kirana mencoba mengingatkan."Tidak lupa aku sudah menyiapkannya dibawah bantal."Reza pun melanjutkan langkahnya lagi, tanpa pamit ataupun mencium kening istrinya disaat akan pergi. Ia malah bersikap dingin seolah bukan dengan pasangan."Terimakasih banyak Mas," ucap Kirana nampak bahagia, terlihat bibirnya membentuk lengkungan indah di wajah.Bu Sinta yang saat itu berada tidak jauh dari kediaman Kirana merasa ada yang aneh dengan menantunya. "Dibawah bantal? Apa di bawah bantal?" gumam Bu Sinta pelan tanpa terdengar oleh Kirana yang masih mematung memperhatikan langkah sang suami.
Setelah kejadian keributan antara Bu Sinta dan Kirana. Akhirnya wanita muda itu pun pasrah jika uang yang diberikan oleh suaminya harus diambil oleh mertuanya. Ia pun duduk ditepi ranjang menunggu Beby Griz yang sedang tidur pulas. Bulir-bulir bening jatuh tanpa permisi, ia melamun memikirkan sang bapak yang keadaannya entah bagaimana. "Semoga kamu baik-baik saja Pak dikampung. Maaf aku tidak berada disisi bapak dalam keadaan bapak sedang sakit. Bahkan membantu bapak saja aku kesusahan Pak," lirihnya merintih meratapi nasib yang begitu pilu. Pernikahan yang dibayangkan akan bahagia, nyatanya hanya bayangan sesaat. Nyatanya hidup ini begitu menderita dengan sikap suami yang dingin ditambah lagi ibu mertua yang begitu membencinya. "Kamu kenapa menangis." Sosok pria berjas hitam bertanya disaat istrinya tengah bersedih sembari mengeluarkan cairan bening dari pelupuk. Kirana pun menoleh ke arah ambang pintu yang dimana ada sang suami yang baru saja datang."Mas, kamu sudah pulang?" S
"Apa kamu bilang Mama mengambil?! Reza mending kamu periksa kamar ibu saja kalau kalian menuduh ibu. Dan kamu Kirana mending periksa lagi kamar kamu, siapa tau terselip atau jatuh kebawah. Jangan menuduh saya yang tidak-tidak dong. Gini-gini juga anakku seorang CEO terkaya dan kamu hanyalah wanita sengsara," ujar Bu Sinta sembari membandingkan anaknya dengan sang menantu yang memang bak bumi dan langit."Benar kata Mama, kamu periksa lagi di kamar Kirana, mungkin terselip atau jatuh ke kolong ranjang," ucap Reza setuju dengan Mamanya."Mau dicari kemanapun ya gak mungkin ketemu Mas, karena Mama yang sudah mengambil. Bahkan tadi Mama ngaku sendiri kok kalau belio yang memang mengambil." Kirana terkekeh. Ia bersikeras menyalahkan mertuanya, Kirana tak sadar bahwa mertuanya yang satu ini begitu cerdik dan juga lihai. "Gimana kalau sekarang kamu cari dulu, dan nanti kamu cari dikamar Mama. Kalau seandainya Mama yang mengambil uang kamu pastinya Mama gak pasrah begini dong. Mungkin Mama