Tok! Tok! Tok!Gedoran demi gedoran terdengar di telinga pria muda yang statusnya sedang galau itu. Reza Kusuma begitu terganggu saat sang pembantu tak kunjung membukakan pintu. "Kemana Kirana dan Meli, mengapa mereka tidak membuka pintu," gumam Reza sembari terdiam tatkala ada orang yang menggedor pintu dengan kasar. Pada akhirnya pria tampan itu pun mengambil tindakan, sebab suara yang begitu kasar.Pada saat Reza sudah sampai di ruang utama hendak akan membuka pintu tiba-tiba Kirana pun menghampiri. "Tuan biar saya yang bukakan pintu," sahut Kirana sembari tangan memegang knop pintu. Reza pun masih terdiam dan enggan untuk melangkahkan kaki melanjutkan rencana ya tadi. Kriiieeet! Pintu Pun terbuka lebar, terdapat dua sejoli yang menurut Kirana sangat tidak asing di matanya. Dan disana terdapat pria yang selama ini dicarinya dan bahkan mungkin sekarang akan teramat dibencinya. "Dia, sedang apa dia disini?" Alvin terlonjak kaget tatkala melihat sang mantan yang disia-siakan ber
Reza memperlihatkan sikapnya yang mesra di depan mantan istrinya dan juga Alvin. Membuat Tiara yang saat itu melihat mencibirkan bibir.'Apa maksudnya Tuan Reza? Mengapa dia memegang kedua tanganku begitu erat. Apa dia melakukan semua ini agar Mbak Tiara malu?' batin Kirana ikut bertanya."Aku tak menyangka ya Mas, sekarang selera kamu rendahan banget. Dulu kamu nikahi ratu tapi sekarang kamu malah nikahi babu. Lucu banget tau gak," cibir Tiara diiringi gelak tawa yang begitu menghina.Sedangkan Kirana masih tak percaya dan begitu tegang saat dirinya berada disebelah majikannya. Rasanya seperti mimpi bisa sedekat itu."Aku tak perduli mau ratu ataupun babu, yang jelas aku butuh kesetiaan bukan hanya janji dusta!" Reza menatap mantan istri dengan tatapan kecewa dan amarah yang tak terbendung lagi."Oyah, kita lihat saja nanti Mas, kamu akan bertahan lama atau tidak bersama calon istri baru kamu ini, dia begitu udik. Aku tak percaya kamu bisa mencintainya seperti kamu mencintai aku Mas
"Ngapain Lo senyum senyum gak jelas gitu?! Kayaknya ada yang lagi ngarep nih sama Tuan Reza! Hah jangan terlalu percaya diri kamu! Tuan Reza gak cocok sama kamu, beliau cocoknya sama Meli Kusuma."Di lantai dua terdapat Meli yang sudah siap berdiri di hadapan Kirana. Sepertinya wanita itu sudah melihat gelagat Kirana sejak tadi. Kirana pun tak menggubrisnya sama sekali, ia bahkan hanya memberi seulah senyum ramah."Aku doakan semoga Mbak Meli sama Tuan Reza berjodoh,"sahut Kirana tak ingin berbasa-basi. "Ia harus banget lah, kalau pun tak berjodoh pokoknya harus dijodohin." Tok! Tok! Tok!Ditengah perbincangan antara Kirana dan Meli tiba-tiba suara gedoran pintu itu hadir lagi. Serentak membuat pikiran Kirana heran."Masa iya Mbak Tiara datang lagi, atau jangan-jangan bersama Mas Alvin lagi," pikir Kirana mulai merasa resah saat dirinya harus membukakan lagi pintu untuk sang mantan pacar yang sudah menyia-nyiakannya itu."Kirana Lo budek ya? Di luar ada tamu ketuk pintu!" pekik Meli
"Reza, maksud kamu apa? Apa kamu tidak salah bicara atau salah pilih. Dari penampilannya saja dia lebih pantas menjadi pembantu bukan jadi istri kamu!" protes Bu Sinta merasa tidak setuju dengan ucapan Reza barusan. Wanita paruh baya itu begitu kaget tatkala Reza memperkenalkan wanita yang terlahir dari kalangan yang menurutnya bawahan."Aku tidak salah pilih Ma, aku kasihan jika melihat Griz harus tumbuh besar tanpa kasih sayang dari seorang ibu. Jika Kirana tidak keberatan maka aku akan menikahinya besok juga.""Besok hari?! Tuan, apa maksudnya ini?!" Wanita muda itu begitu tercengang dengan ungkapan demi ungkapan yang diucapkan sang majikan. Bagaimana bisa menikah dengan waktu yang begitu cepat, sedangkan dirinya dan majikannya baru saja saling mengenal. Itupun hanya sebatas majikan dan seorang pegawai. Dan tidak semestinya menikah terlalu cepat juga."Tapi, tuan apakah harus secepat itu? Aku ini orang baru disini. Dan kita hanya sebatas majikan dan aku pegawai yang Tuan gazi. Ma
Tok! Tok! Tok!"Ma, bolehkah aku masuk. Ada sesuatu hal penting yang ingin aku bicarakan pada Mama."Gedoran demi gedoran dari balik arah pintu kamar Bu Sinta. Reza sedang menunggu sang Mama membukakan pintu."Mau membicarakan apa lagi, aku tak sudi untuk mendengarkannya! Pergi kamu dari kamar Mama, Reza. Atau, Mama saja yang akan pergi," teriaknya dari kamar tanpa membukakan pintu untuk anak lelakinya yang masih menunggu.Krieeet! Tangan Reza pun terpaksa membuka pintu kamar Bu Sinta. Ia terpaksa masuk walaupun wajah sang Mama sedang cemberut sebab ia sangat marah. "Mama mau kemana lagi? Bukankah Mama baru saja pulang ke rumah Reza. 10 tahun Mama di singapura meninggalkan Reza sendiri dan sekarang Mama malah ingin pergi lagi. Kemarin Tiara meninggalkan Reza dan sekarang Mama pula? Ma, haruskah Reza bersimpuh di hadapan Mama, agar Mama memaafkan Reza," lirih Reza dengan penuh permohonan. Ia berharap bahwa Bu Sinta tak lagi pergi meninggalkannya yang kedua kali. Selama ini Bu Sinta p
"Kirana apa kamu sudah siap? Hari ini kita menikah, dan aku sudah menyuruh sopirku untuk menjemput bapak kamu yang berada di kampung," imbuh Reza datang ke kamar wanita muda itu, hanya ingin memberitahu bahwa hari ini sudah bisa dimulai pernikahannya. Kirana yang baru saja terbangun sontak bimbang, di hatinya ada rasa bahagia dan juga kecewa dengan pernikahan yang terlalu cepat dan mendadak. Tapi, siapa juga yang akan menolak jika diajak nikah dengan pria tampan dan mapan seperti Reza."Baik Tuan, kalau begitu sebelum dirias aku akan mandi dulu," sahutnya sembari menguap beberapa kali akibat masih mengantuk.Wanita muda dengan tubuh semampai itu beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dulu. Sanggupkah ia nanti siang akan bertemu lagi dengan sang bapak yang dimana dulu pernah memaksa menikahkannya dengan Juragan Anton.***"Sah?" "Sawah," ucap riuh bahagia para tamu undangan, dan juga saksi di acara pernikahan Kirana dan juga Reza. Walaupun
Kriiiett! Daun pintu kamar pengantin pun terbuka lebar, diatas ranjang sudah ada Reza yang sedang tertidur pulas. Sepertinya ia kelelahan. Padahal tadi pria itu bilang ada kerjaan, tapi tak terlihat ada laptop di sekelilingnya.Seharusnya ini malam pertamanya dengan Reza, akan tetapi pria tampan itu malah meninggalkan tidur. "Selamat tidur suamiku," lirih Kirana sembari tangan menutupi tubuh Reza dengan selimut.Jujur saja bagi wanita beranak satu itu hari ini salah hari terbahagia di hidupnya, walaupun kisah cintanya begitu singkat. Untuk bisa menikah Reza mungkin dulu hanya mimpi, namun sekarang malah jadi suami. ***Esok hari. Tangan kiri wanita muda itu bergerak, seharusnya di sebelah kiri terdapat tubuh suami. Namun naas ketika Kirana melihat hanya ia saja yang tertidur seorang diri. "Mas Reza," sahut Kirana.Dan ternyata Reza sudah siap dengan jas dan juga kemeja putih sudah Rafi akan berangkat kerja. "Mas Maaf aku kesiangan semalam. Mungkin kemarin aku kecapean hingga ak
Setelah beberapa jam berlalu, wanita muda itu pun memijat kakinya yang terasa pegal sembari duduk selonjoran di kursi sofa yang berada tak jauh dari kamar baby Griz. Ada rasa lelah yang terasa, namun apalah daya, kerjaan pun sampai sekarang belum juga kelar. Padahal pinggang pun sudah sakit, sedari tadi ia membereskan rumah dan juga menyiapkan makanan. "Lelah sekali hari ini, mana lupa belum makan lagi," gumamnya dengan tangan memijat betisnya.Padahal Kirana baru saja istirahat sejenak, akan tetapi Griz menangis dengan kencang. Ia pun segera bangkit menuju arah kamar yang dimana tak jauh dari kediamannya saat ini."Sayang kamu sudah bangun saja," ucapnya pelan dengan bibir tersenyum sumringah. Walaupun dirinya terasa lelah, namun pada saya melihat Baby Griz, rasa lelah itu berubah menjadi semangat yang tiada Tara.Bagaimana pun Kirana sudah menganggap anak tirinya itu sebagai anak kandung, apalagi Melati yang bayi kandungnya tidak ada disamping. Sebab belum diambil dari kediaman Bu
Brak! Tubuh Kirana gemetar tatkala dirinya menabrak seorang wanita yang dari penampilannya memang cantik, modis dan juga anggun. Namun wajahnya agak samar-samar seperti ia kenali, tapi entah siapa? Dari Lubuk hatinya Kirana ingin menebak namun ia tak sanggup sebab takut salah. Wajahnya perempuan yang ditabraknya barusan begitu tak asing, seolah pernah mengenali, akan tetapi penampilannya sungguh berbeda. Ditambah lagi seorang om-om yang saat ini menggandeng tangannya membuat mata Kirana kelap sama sekali tak mengenali sosok wajah yang amat tak asing di mata. "Maaf Mbak, aku tak sengaja. Biar aku bereskan barang-barangmu." Gegas wanita muda itu pun membereskan barang yang berserakan dari dalam tas. Di Mall yang mewah dan megah ini Kirana harus menabrak orang disaat dirinya sedang terburu-buru berjalan dan pikiran dikelilingi beban. "Seharusnya aku tidak gegabah. Maafkan aku Mbak," sahut Kirana kembali berdiri setelah barusan berjongkok karena membereskan barang orang yang ditabrakny
"Apa kamu bilang setia? Omong kosong! Bukannya tadi kamu melihat sendiri bahwa istri kamu dengan pria lain. Diluar berduaan lagi, bahkan si cowoknya bilang kalau istrimu masih mempunyai hubungan spesial. Apa itu yang dinamakan setia, setia dari Hongkong." Tiara tiba-tiba mengingatkan kejadian tadi yang membuat siakap Reza dingin pada istrinya. Pria muda itupun tiba-tiba semakin mengencangkan genggaman tangannya, membuat Tiara pun meringis kesakitan. "Za, sakit Za." "Reza lepaskan! Bukan Tiara yang sudah menumpahkan minuman pada kepala istrimu! Ibu yang sudah melakukannya!" Bu Sinta datang setelah menidurkan cucunya itu."Lepaskan dia, kasihan Tiara kesakitan," pinta Bu Sinta saat Reza ngeyel tak akan melepaskan tangan mantan istrinya itu.Pada akhirnya Reza terdiam dengan segala beban mengelilingi isi kepalanya. Ia pun melepaskan genggamannya itu. "Za, Tiara tak bersalah sama sekali, Mama lah yang sudah menumpahkan minuman jus melon pada wajah Kirana. Lagipula salah dia sendiri.
Tiara bahkan melangkah mendekati kediaman Kirana yang basah kutuk dengan jus melon yang ditumpahkan Bu Sinta pada kepala, tentu mengotori wajah dan baju. Namun Tiara pun tak puas, ia mendekat dan terus mendekat sembari melemparkan senyum seulas yang bisa diartikan tidak suka."Kamu tau ini apa?" tanyanya sembari memperlihatkan 1 gelas jus melon yang barusan tidak habis ia minum. "Jus melon. Kamu mau apa lagi? Tidak puas Mama sudah menumpahkannya di kepalaku?! Dan sekarang apakah kamu pun akan melakukan hal yang sama?" ucap Kirana sembari beringsut mundur kebelakang pelan-pelan. Semakin Kirana ketakutan semakin membuat Tiara leluasa menumpahkan segala kebencian dan juga rasa kesalnya. Padahal selama ini Kirana tidak mempunyai salah pada wanita jahat itu. Akan tetapi keberadaannya membuat Tiara tak kuasa ingin membuat Kirana semakin menderita. "Andai Lo gak hadir dan gak muncul di kehidupanmu dengan Reza, mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Aku menyesal telah meminta cerai pada
Kirana hanya menegur air liurnya dengan susah payah saat Bu Sinta ngeyel ingin meminum jus melon yang barusan Kirana larang. Sehingga gelas yang berisi jus melon tersebut mendekati bibir wanita paruh baya. Kirana berusaha tenang dengan mata memandang mertuanya dengan penuh kekhawatiran. Sudah pasti Bu Sinta akan marah, semarah-marahnya.Cuih! Bu Sinta kembali menyemburkan air jus melon yang dibuatkan menantunya itu. "Kenapa Ma? Apa yang terjadi pada Mama. Kirana ambilkan air putih," titah Tiara dengan nada sedikit panik.Kirana pun ikut wara-wiri mengambilkan air putih secepat mungkin dan memberikannya pada wanita paruh baya yang ngeyel itu.'Mampus aku, minuman buat Tiara malah Mama yang minum,' batin Kirana mulai tak tenang."Kirana, maksud kamu apa?! Kamu ingin membunuh ibu mertuamu ini?!" sentak Bu Sinta dengan nada suara yang amat meninggi.Kirana yang kala itu masih terdiam hanya menggeleng lemah, "Tidak Ma, aku tidak bermaksud.""Ada apa Ma? Apa yang terjadi?" tanya Tiara ik
"Ini aku bawakan minuman untuk kamu Tiara." Pada akhirnya istri dari Reza membawakan sebuah minuman yang dipesankan oleh Tiara itu. "Aku buatkan jus melon untuk Mama dan juga Tiara, Mama yang ini dan buat Tiara yang ini." Wanita muda itu pun menyimpan masing-masing 1 gelas hisapan Tiara dan juga mertuanya itu."Perasaan tadi Mama gak pesan. Kenapa kamu bawakan. Yang pesan itu Tiara bukan Mama," tolak Bu Sinta. Padahal Kirana senantiasa mau membuatkan minuman spesialnya itu, namun tetap saja Bu Sinta tidak ada itikad baiknya pada Kirana."Kalau begitu aku mau minuman yang di hadapan Mama, dan Mama minum yang di hadapan aku," sahut Tiara sembari mengalihkan sebuah gelas yang berada di hadapannya ke depan Bu Sinta, begitupun sebaliknya.Kirana yang melihat sungguh terperangah. Bagaimana bisa Tiara tau dengan rencana buruk Kirana yang sengaja memasukan garam pada gelas milik Tiara. Wanita itu seolah telah tau niat jahat Kirana. "Aku cobain ya Ma, semoga diminumkan Mama tidak ada racunn
Kirana hanya menarik nafasnya yang terasa berat, lalu mengeluarkannya perlahan ke sembarang arah. Menahan emosi adalah hal satu-satunya saat ini, agar aman dari Omelan mertuanya itu. Walaupun ia teramat kesal dengan kedatangan Tiara, namun lebih baik lagi jika terdiam tanpa berkata-kata."Baiklah, akan ku ambilkan minuman. Memangnya kamu mau minum apa Tiara?" Dengan pasrah Kirana meredam emosi."Aku ingin minuman kesukaanku. Jus melon," ucap Tiara.Gegas Kirana pun melenggang, mengambilkan sebuah minuman yang dipesan oleh tamu yang membuat seleranya kali ini menghilang. Bagaimana tidak, kedatangan kembali Tiara kerumah ini akan menjadi malapetaka bagi Kirana dan juga Reza, belum sempat hubungannya baik. Sekarang malah datang lagi masalah baru."Tuhan, apakah aku sanggup menghadapi semua ujian dan juga cobaan ini. Suamiku begitu dingin padaku dan sekarang malah datang lagi wanita yang pernah mewarnai hari-harinya. Semua ini membuat mood ku hancur," gumamnya kesal sembari membuatkan jus
"Maaf Kirana, aku sama sekali tidak bermaksud menghancurkan kamu dengan suami kamu. Kapan kamu menikah dengan dia. Jadi sekarang kamu benar sudah menikah lagi dengan mantan suami Tiara," ucap Alvin merasa terkejut dengan kenyataan bahwa mantan pacarnya kini telah bersuami. "Bukan urusan kamu! Aku sungguh kecewa, jangan harap aku mau memaafkan kamu lagi, kejadian barusan sudah cukup membuatku membuka mata, bahwa kamu hanya lelaki tidak tau diri! Aku benar-benar marah! Aku muak dengan kehadiranmu! Andai kamu tidak ada hari ini, mungkin hari-hariku tidak sehancur ini."Wanita muda berambut hitam itu nampak menggerutu, perubahan penampilannya hari ini betapa hancur berantakan dengan adanya Alvin dan juga Tiara.Mengapa mereka buta datang tiba-tiba bersamaan, atau mereka sedang berencana untuk menghancurkan kembali Kirana?"Kirana aku mohon kamu jangan pergi," sergah Alvin sembari memegang tangan wanita malang itu kembali.Plak!Sebuah tamparan mendarat. Sengaja Kirana lakukan, sebab ia am
"Mas Reza aku bisa jelasin semuanya kalau diantara aku dan Alvin memang tidak ada apa-apa. Sekarang kamu bisa tanya pada dia, kalau kita tidak ada hubungan apapun 'kan Vin?" Kirana semakin wara-wiri dibuatnya. Saat kedatangan sang suami bersama mantan istrinya membuat wanita beranak satu itu kepanikan karena didapati dirinya sedang berpelukan. "Vin sekarang kamu jelasin pada Mas Reza jika kita tidak mempunyai hubungan apapun. Bantu aku Vin, aku mohon," sahut Kirana penuh permohonan berharap Alvin mau membantu menjelaskan jika yang barusan dilihat oleh mata Reza atuh hanya sebuah pelukan biasa."Aku dan Kirana memang sudah lama menjalin hubungan dibelakangmu. Semenjak menikah denganmu dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang sesungguhnya. Maka dari itu dia mencariku demi memenuhi hasrat hatinya," celoteh Alvin membuyarkan semuanya. Terutama Kirana dan juga Reza, mereka amat terkejut dibuatnya. Istri Reza nampak membelalak, ia tak menyangka jika mantan pacarnya akan mengada-ngada
"Kirana aku mohon beritahu aku dimana keberadaan anakku! Aku hanya ingin bertemu dan memberinya kasih sayang sebagaimana seorang ayah saja," ungkap Alvin penuh permohonan. Akan tetapi tak ada lagi rasa kasihan yang tersimpan di benak wanita muda itu. Ia bahkan tetap menutup mulutnya dengar rapat, agar tidak terbuka."Lepaskan tanganku! Aku harus pergi, aku tak ingin ada orang yang melihat kita berada disini!" dengus Kirana sembari menepiskan tangan pria yang sedati tadi menggenggam tangannya dengan erat.Tangan mulus Kirana mungkin berhasil terlepas, namun tidak dengan pelukan yang dilayangkan Alvin pada tubuh wanita itu. Alvin memaksanya memeluk tubuh mantan pacarnya begitu kuat, hingga Kirana pun kesusahan untuk memberontak."Sial! Apa-apaan ini?!" gerutu wanita berambut panjang itu kesal. Semua barang yang dibawanya terlepas begitu saja."Jika kamu tidak ingin memaafkan aku, maka izinkan aku untuk memelukmu yang terakhir kalinya. Aku begitu menyesal telah menyia-nyiakan akmu demi m