"Bagaimana keadaan anakmu sekarang? Apa dia sudah baikan? Dan apakah kamu sudah siap untuk kembali lagi ke rumahku?" Kaki dan tangan Reza sudah nampak kesemutan, dua jam sudah dirinya menemani Kirana yang saat ini sedang bertemu dengan sang anak kandung.Wanita muda itu hanya menganggukkan kepala, ia baru sadar bahwa dirinya sudah lama berada didalam rumah Bu Tini bersama sang buah hati."Kalau begitu aku akan pamit dulu pada Bu Tini." Wanita muda itu bangkit dari duduknya, berlalu pergi untuk menemui Bu Tini. "Bu, bolehkan aku titip Melati lagi? Aku sepertinya akan pergi untuk kerja lagi, waktuku tidak banyak disini, apalagi sekarang hampir larut malam. Tidak baik kalau aku membawa pulang baby Griz."Kirana nampak lesu saat dirinya kini kembali menyerahkan bayinya pada pangkuan Bu Tini."Lololo… kenapa harus buru-buru sekali? Kenapa tidak menginap saja disini?" ujar Bu Tini."Kami harus pulang Bu," serobot Reza terkekeh. Memang sepertinya pria itu amat tidak betah berada didalam
Terlihat pria muda itu turun dari mobilnya. Tanpa memberitahukan alasannya mengapa ia berhenti tiba-tiba. Meninggalkan Kirana yang saat ini masih duduk bersandar dengan bayi yang tertidur pulas dipanggangnya. Padahal malam telah berlalu entah mengapa Reza malah mendiamkan wanita muda itu dengan bayinya. Lantas hendak kemanakah ia sekarang? Reca terlihat berjalan pelan mengendap-ngendap layaknya maling yang sedang mencari mangsa. "Bukankah ini mobil istriku?" gumamnya pelan sembari memperhatikan terus menerus mobil yang saat ini masih terparkir di halaman rumah yang menurut Reza sama sekali tidak mengetahuinya.Hatinya semakin penasaran, langkahnya pun berlanjut untuk mengintip kedalam rumah mewah yang berada di tepi jalan itu.'Mungkin itu hanya rumah temannya saja,' lirih batin Reza mencoba menenangkan.Ia masih berjalan mengendap-ngendap, hingga langkahnya menuju teras halaman rumah tersebut.Dan ternyata memang pintu itu terbuka walaupun sedikit, segera Reza mengintip untuk melih
"Apa kamu bilang! Aku akan menyesal? HH kamu salah, nyatanya aku menyesal bila mempertahankan hubungan ini," tegas Reza.Pria tampan itu tidak menampakan jika dirinya saat ini telah hancur, dihancurkan dengan adanya perselingkuhan sang istri dengan pria lain."Sudahlah aku mau pulang, aku pastikan kamu tidak pulang lagi ke rumahku Taira!" Reza kembali menegaskan bahwa Tiara tidak boleh pulang kerumah. Pria itu pun gegas keluar dari rumah tersebut, kembali menaiki mobilnya."Tuan, Tuan dari mana? Kenapa lama sekali?" tanya Kirana yang saat ini masih duduk manis di dalam mobil, menunggu dengan setia sang majikan kembali.Tanpa menjawab Reza mengemudikan mobilnya kembali, melaju dengan kecepatan yang sedang. Sebenarnya jika saja hanya dirinya sendiri di dalam mobil itu, ia pasti akan melakukan mobil dengan kecepatan tinggi. Namun, pria itu tidak egois karena ia memikirkan sang bayi yang saat ini berada di pangkuan wanita lain bukan ibu kandungnya.Hati siapa yang tak sakit, bila meliha
Tiara melenggang kasar tanpa memperdulikan kediaman sang suami yang sedang berdiam diri. Nampaknya wanita itu sama sekali tidak ada penyesalan walaupun dirinya sudah mempunyai baby Griz, bayi yang lahir dari rahimnya, yang selama ini selalu dicuekin.Pada saat akan memasuki kamar Kirana datang menghampiri sembari sibuk dengan Griz yang sedang digendongnya. Sudah beberapa hari ini Tiara tidak pernah menyapanya lagi, jangankan menyapa menemuinya saja rasanya akhir ini sangat jarang."Nya mau kemana? Sepertinya Griz ingin digendong oleh ibunya," sahut Kirana berusaha ramah menyapa sang majikan yang wajahnya terlihat memendam amarah.Tak ada gubrisan sama sekali Tiara sibuk melenggang ke kamar, membereskan baju lalu memasukannya kedalam koper. 'Ma Syaa Allah, sama anak sendiri gak di tengok-tengok. Ibu macam apa? Aku aja yang jauh dari anakku rasanya rindu sekali. Sedangkan Nyonya Tiara bisa bebas kapan saja memeluk anaknya tapi dia malah menyia-nyiakan itu. Aku heran padanya,' batin Kir
Malam pun semakin larut, hanya terdengar suara dari arah jarum jam terus berputar detik demi detik. 5 menit lagi jam 1 malam, akan tetapi pria muda itu masih terdiam taman sendirian. Udara terasa dingin hingga menusuk ke tulang, membuat Kirana pun tidak bisa melepaskan jaket bulunya. "Tuan, tidak baik berlama-lama diam di luar. Sebaiknya masuk kedalam rumah untuk beristirahat." Kirana menghembuskan nafasnya, dengan langkah pelan ia menghampiri pria muda yang sedang galau itu. Walaupun Reza dan istrinya sudah pisah ranjang akan tetapi semakin kesini Reza merasakan hal yang berat untuk menceraikan sang istri. Sejenak pria muda itu menoleh ke arah suara."Aku sedang tidak ingin tidur, kalau kamu mau tidur tinggal tidur saja. Biarkan saya disini, saya hanya ingin menyendiri," timpal Reza cuek bebek. "Tapi Tuan, besok Tuan Reza harus kerja dan harus bangun pagi, apa gak sebaiknya Tuan segera tidur. Tidak baik juga untuk kesehatan bila terlalu larut malam diluar." Kirana sepertinya san
Sinar matahari pagi begitu hangat menyinari kamar Reza Kusuma. Gorden yang tak sempat ditutup dari semalam membuat Sinar matahari itu leluasa untuk masuk menyinari. Mata sipit itu dengan pelan terbuka, walaupun kepalanya teramat sakit ia terus berusaha untuk bangun. Gara-gara akhir ini ia selalu gadang sebab pikiran yang terguncang membuatnya terlambat untuk kerja pagi ini. Pria bermata sipit itu menoleh ke arah jam kecil atas nakas. Ternyata jarum jam tersebut sudah menunjukan jam 8 pagi. "Astaghfirullah aku terlambat, bagaimana ini." Pria tampan itu merogoh ponsel yang tersimpan dibawah bantal, terdapat beberapa panggilan tidak terjawab dari sekretarisnya dikantor. Padahal hari ini ada meeting penting, tidak mungkin jika pria itu tidak hadir.Beberapa menit pun berlalu pria muda itu langsung melenggang tergesa untuk pergi kekantor tanpa mengisi perut terlebih dulu. "Tuan Reza," Kirana yang sedang menggendong Griz langsung menghampiri kediaman majikannya. "Iya ada apa Kirana?"
"Tu-Tuan Reza, se-sejak kapan Tuan berada disini?" Meli nampak gugup tatkala Reza sudah berada dibelakangnya. Setahu Meli majikannya seharusnya sudah berangkat kerja. Namun, kenapa sekarang masih berada dirumah ini.Wanita yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga itu nampak takut, tangannya pun ikut gemetar. "Bukankah saya gaji kamu disini untuk kerja ya? Tapi kenapa kerjaan kamu, kamu kasih pada Kirana. Bukankah kamu tahu juga kalau Kirana sehari-harinya hanya mengurus anakku?!" Reza menegaskan jika mereka mempunyai pekerjaan masing-masing."Tau Tuan, tadi saya hanya bercanda kok. Lagian saya gak berani sama sekali, maaf Tuan." Meli nampak semakin ketakutan jika dirinya dikeluarkan dari kerjaan yang sudah 5 tahun ini bekerja disini bersama Reza dan keluarga."Tapi Tuan, lihat jidat saya berdarah. Ini semua itu gara-gara Kirana, kalau saja semalam dia tidak mendorong tubuh saya, mungkin kepala saya tidak sakit begini. Sekarang saja rasanya pusing sekali, akibat terlalu banyak
Tok! Tok! Tok!Gedoran demi gedoran terdengar di telinga pria muda yang statusnya sedang galau itu. Reza Kusuma begitu terganggu saat sang pembantu tak kunjung membukakan pintu. "Kemana Kirana dan Meli, mengapa mereka tidak membuka pintu," gumam Reza sembari terdiam tatkala ada orang yang menggedor pintu dengan kasar. Pada akhirnya pria tampan itu pun mengambil tindakan, sebab suara yang begitu kasar.Pada saat Reza sudah sampai di ruang utama hendak akan membuka pintu tiba-tiba Kirana pun menghampiri. "Tuan biar saya yang bukakan pintu," sahut Kirana sembari tangan memegang knop pintu. Reza pun masih terdiam dan enggan untuk melangkahkan kaki melanjutkan rencana ya tadi. Kriiieeet! Pintu Pun terbuka lebar, terdapat dua sejoli yang menurut Kirana sangat tidak asing di matanya. Dan disana terdapat pria yang selama ini dicarinya dan bahkan mungkin sekarang akan teramat dibencinya. "Dia, sedang apa dia disini?" Alvin terlonjak kaget tatkala melihat sang mantan yang disia-siakan ber
Brak! Tubuh Kirana gemetar tatkala dirinya menabrak seorang wanita yang dari penampilannya memang cantik, modis dan juga anggun. Namun wajahnya agak samar-samar seperti ia kenali, tapi entah siapa? Dari Lubuk hatinya Kirana ingin menebak namun ia tak sanggup sebab takut salah. Wajahnya perempuan yang ditabraknya barusan begitu tak asing, seolah pernah mengenali, akan tetapi penampilannya sungguh berbeda. Ditambah lagi seorang om-om yang saat ini menggandeng tangannya membuat mata Kirana kelap sama sekali tak mengenali sosok wajah yang amat tak asing di mata. "Maaf Mbak, aku tak sengaja. Biar aku bereskan barang-barangmu." Gegas wanita muda itu pun membereskan barang yang berserakan dari dalam tas. Di Mall yang mewah dan megah ini Kirana harus menabrak orang disaat dirinya sedang terburu-buru berjalan dan pikiran dikelilingi beban. "Seharusnya aku tidak gegabah. Maafkan aku Mbak," sahut Kirana kembali berdiri setelah barusan berjongkok karena membereskan barang orang yang ditabrakny
"Apa kamu bilang setia? Omong kosong! Bukannya tadi kamu melihat sendiri bahwa istri kamu dengan pria lain. Diluar berduaan lagi, bahkan si cowoknya bilang kalau istrimu masih mempunyai hubungan spesial. Apa itu yang dinamakan setia, setia dari Hongkong." Tiara tiba-tiba mengingatkan kejadian tadi yang membuat siakap Reza dingin pada istrinya. Pria muda itupun tiba-tiba semakin mengencangkan genggaman tangannya, membuat Tiara pun meringis kesakitan. "Za, sakit Za." "Reza lepaskan! Bukan Tiara yang sudah menumpahkan minuman pada kepala istrimu! Ibu yang sudah melakukannya!" Bu Sinta datang setelah menidurkan cucunya itu."Lepaskan dia, kasihan Tiara kesakitan," pinta Bu Sinta saat Reza ngeyel tak akan melepaskan tangan mantan istrinya itu.Pada akhirnya Reza terdiam dengan segala beban mengelilingi isi kepalanya. Ia pun melepaskan genggamannya itu. "Za, Tiara tak bersalah sama sekali, Mama lah yang sudah menumpahkan minuman jus melon pada wajah Kirana. Lagipula salah dia sendiri.
Tiara bahkan melangkah mendekati kediaman Kirana yang basah kutuk dengan jus melon yang ditumpahkan Bu Sinta pada kepala, tentu mengotori wajah dan baju. Namun Tiara pun tak puas, ia mendekat dan terus mendekat sembari melemparkan senyum seulas yang bisa diartikan tidak suka."Kamu tau ini apa?" tanyanya sembari memperlihatkan 1 gelas jus melon yang barusan tidak habis ia minum. "Jus melon. Kamu mau apa lagi? Tidak puas Mama sudah menumpahkannya di kepalaku?! Dan sekarang apakah kamu pun akan melakukan hal yang sama?" ucap Kirana sembari beringsut mundur kebelakang pelan-pelan. Semakin Kirana ketakutan semakin membuat Tiara leluasa menumpahkan segala kebencian dan juga rasa kesalnya. Padahal selama ini Kirana tidak mempunyai salah pada wanita jahat itu. Akan tetapi keberadaannya membuat Tiara tak kuasa ingin membuat Kirana semakin menderita. "Andai Lo gak hadir dan gak muncul di kehidupanmu dengan Reza, mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Aku menyesal telah meminta cerai pada
Kirana hanya menegur air liurnya dengan susah payah saat Bu Sinta ngeyel ingin meminum jus melon yang barusan Kirana larang. Sehingga gelas yang berisi jus melon tersebut mendekati bibir wanita paruh baya. Kirana berusaha tenang dengan mata memandang mertuanya dengan penuh kekhawatiran. Sudah pasti Bu Sinta akan marah, semarah-marahnya.Cuih! Bu Sinta kembali menyemburkan air jus melon yang dibuatkan menantunya itu. "Kenapa Ma? Apa yang terjadi pada Mama. Kirana ambilkan air putih," titah Tiara dengan nada sedikit panik.Kirana pun ikut wara-wiri mengambilkan air putih secepat mungkin dan memberikannya pada wanita paruh baya yang ngeyel itu.'Mampus aku, minuman buat Tiara malah Mama yang minum,' batin Kirana mulai tak tenang."Kirana, maksud kamu apa?! Kamu ingin membunuh ibu mertuamu ini?!" sentak Bu Sinta dengan nada suara yang amat meninggi.Kirana yang kala itu masih terdiam hanya menggeleng lemah, "Tidak Ma, aku tidak bermaksud.""Ada apa Ma? Apa yang terjadi?" tanya Tiara ik
"Ini aku bawakan minuman untuk kamu Tiara." Pada akhirnya istri dari Reza membawakan sebuah minuman yang dipesankan oleh Tiara itu. "Aku buatkan jus melon untuk Mama dan juga Tiara, Mama yang ini dan buat Tiara yang ini." Wanita muda itu pun menyimpan masing-masing 1 gelas hisapan Tiara dan juga mertuanya itu."Perasaan tadi Mama gak pesan. Kenapa kamu bawakan. Yang pesan itu Tiara bukan Mama," tolak Bu Sinta. Padahal Kirana senantiasa mau membuatkan minuman spesialnya itu, namun tetap saja Bu Sinta tidak ada itikad baiknya pada Kirana."Kalau begitu aku mau minuman yang di hadapan Mama, dan Mama minum yang di hadapan aku," sahut Tiara sembari mengalihkan sebuah gelas yang berada di hadapannya ke depan Bu Sinta, begitupun sebaliknya.Kirana yang melihat sungguh terperangah. Bagaimana bisa Tiara tau dengan rencana buruk Kirana yang sengaja memasukan garam pada gelas milik Tiara. Wanita itu seolah telah tau niat jahat Kirana. "Aku cobain ya Ma, semoga diminumkan Mama tidak ada racunn
Kirana hanya menarik nafasnya yang terasa berat, lalu mengeluarkannya perlahan ke sembarang arah. Menahan emosi adalah hal satu-satunya saat ini, agar aman dari Omelan mertuanya itu. Walaupun ia teramat kesal dengan kedatangan Tiara, namun lebih baik lagi jika terdiam tanpa berkata-kata."Baiklah, akan ku ambilkan minuman. Memangnya kamu mau minum apa Tiara?" Dengan pasrah Kirana meredam emosi."Aku ingin minuman kesukaanku. Jus melon," ucap Tiara.Gegas Kirana pun melenggang, mengambilkan sebuah minuman yang dipesan oleh tamu yang membuat seleranya kali ini menghilang. Bagaimana tidak, kedatangan kembali Tiara kerumah ini akan menjadi malapetaka bagi Kirana dan juga Reza, belum sempat hubungannya baik. Sekarang malah datang lagi masalah baru."Tuhan, apakah aku sanggup menghadapi semua ujian dan juga cobaan ini. Suamiku begitu dingin padaku dan sekarang malah datang lagi wanita yang pernah mewarnai hari-harinya. Semua ini membuat mood ku hancur," gumamnya kesal sembari membuatkan jus
"Maaf Kirana, aku sama sekali tidak bermaksud menghancurkan kamu dengan suami kamu. Kapan kamu menikah dengan dia. Jadi sekarang kamu benar sudah menikah lagi dengan mantan suami Tiara," ucap Alvin merasa terkejut dengan kenyataan bahwa mantan pacarnya kini telah bersuami. "Bukan urusan kamu! Aku sungguh kecewa, jangan harap aku mau memaafkan kamu lagi, kejadian barusan sudah cukup membuatku membuka mata, bahwa kamu hanya lelaki tidak tau diri! Aku benar-benar marah! Aku muak dengan kehadiranmu! Andai kamu tidak ada hari ini, mungkin hari-hariku tidak sehancur ini."Wanita muda berambut hitam itu nampak menggerutu, perubahan penampilannya hari ini betapa hancur berantakan dengan adanya Alvin dan juga Tiara.Mengapa mereka buta datang tiba-tiba bersamaan, atau mereka sedang berencana untuk menghancurkan kembali Kirana?"Kirana aku mohon kamu jangan pergi," sergah Alvin sembari memegang tangan wanita malang itu kembali.Plak!Sebuah tamparan mendarat. Sengaja Kirana lakukan, sebab ia am
"Mas Reza aku bisa jelasin semuanya kalau diantara aku dan Alvin memang tidak ada apa-apa. Sekarang kamu bisa tanya pada dia, kalau kita tidak ada hubungan apapun 'kan Vin?" Kirana semakin wara-wiri dibuatnya. Saat kedatangan sang suami bersama mantan istrinya membuat wanita beranak satu itu kepanikan karena didapati dirinya sedang berpelukan. "Vin sekarang kamu jelasin pada Mas Reza jika kita tidak mempunyai hubungan apapun. Bantu aku Vin, aku mohon," sahut Kirana penuh permohonan berharap Alvin mau membantu menjelaskan jika yang barusan dilihat oleh mata Reza atuh hanya sebuah pelukan biasa."Aku dan Kirana memang sudah lama menjalin hubungan dibelakangmu. Semenjak menikah denganmu dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang sesungguhnya. Maka dari itu dia mencariku demi memenuhi hasrat hatinya," celoteh Alvin membuyarkan semuanya. Terutama Kirana dan juga Reza, mereka amat terkejut dibuatnya. Istri Reza nampak membelalak, ia tak menyangka jika mantan pacarnya akan mengada-ngada
"Kirana aku mohon beritahu aku dimana keberadaan anakku! Aku hanya ingin bertemu dan memberinya kasih sayang sebagaimana seorang ayah saja," ungkap Alvin penuh permohonan. Akan tetapi tak ada lagi rasa kasihan yang tersimpan di benak wanita muda itu. Ia bahkan tetap menutup mulutnya dengar rapat, agar tidak terbuka."Lepaskan tanganku! Aku harus pergi, aku tak ingin ada orang yang melihat kita berada disini!" dengus Kirana sembari menepiskan tangan pria yang sedati tadi menggenggam tangannya dengan erat.Tangan mulus Kirana mungkin berhasil terlepas, namun tidak dengan pelukan yang dilayangkan Alvin pada tubuh wanita itu. Alvin memaksanya memeluk tubuh mantan pacarnya begitu kuat, hingga Kirana pun kesusahan untuk memberontak."Sial! Apa-apaan ini?!" gerutu wanita berambut panjang itu kesal. Semua barang yang dibawanya terlepas begitu saja."Jika kamu tidak ingin memaafkan aku, maka izinkan aku untuk memelukmu yang terakhir kalinya. Aku begitu menyesal telah menyia-nyiakan akmu demi m