WANITA PANGGILAN 48 C
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Namun, semua itu menguap berjalannya waktu. Sayang seribu sayang, Mayasha tidak bisa melihat ketulusan mereka karena kini memilih bersembunyi entah di mana.
"Terima kasih semuanya. Aku baru sadar kalau persahabatan yang kalian jalin dulu pasti sangat erat, hingga bisa saling merendah dan memohon pada kesalahan di masa lalu. Aku tahu kalau Mayasha juga tidak sepenuhnya membenci kalian. Nyatanya dia tidak pernah menyumpahi atau memaki kalian saat jiwanya terpasung lara. Ya udah, aku balik duluan. Sekali lagi terima kasih semuanya." Elena berpamitan dengan meninggalkan kata-kata yang membuat semua orang terdiam tanpa kata.
Ingatan Lian bahkan kembali terbuka lebar saat wanitanya hanya bisa menangis saat dulu bertemu dengan Keya dan Marvin di pelaminan. Bibirnya memang tidak pernah
WANITA PANGGILAN 49 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTakdir memang sebuah rahasia Tuhan yang selalu hadir tanpa kita minta. Di saat raga lelah mencari mati-matian, waktu justru mempersiapkan keajabaian yang tidak terduga. Meskipun penantian panjang menjerat sunyi dalam kepedihan.Memang benar kalau waktu adalah obat segalanya untuk berbagai macam perasaan di atas penyesalan. Ya, Elsa—ibunya Lian menyadari hal itu sekarang. Bahkan keraguan dan ketakutan hatinya pada hubungan asmara anaknya perlahan lenyap dan memudar dengan melihat keajabaian di depan mata. Ia percaya, selama apa pun penantian itu, apabila hati meyakini, maka semua akan indah pada waktunya."Maya ... kamu, beneran Maya?" Wanita yang masih tidak percaya itu bertanya kedua kali. Bahkan jemarinya berkali-kali mengusap pipi yang basah karena air mata. Setelah sekian lama berlalu,
WANITA PANGGILAN 49 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSedangkan Maya menatap punggung kecil yang selalu ada untuknya penuh haru. Ia tidak menyangka kalau sikapnya tidak berubah sama sekali. Selalu peduli dan perhatian. Hal inilah yang membuatnya kadang terlalu malu untuk bertemu. Ia malu karena selama berteman hanya seperti telinga, selalu mendengarkan tanpa bisa memberikan sesuatu."Terima kasih, Sa ... kamu sampai sekarang tidak pernah membedakan aku orang berpunya atau tidak. Kamu selalu baik dan tidak pernah bertanya banyak hal," lirihnya sembari mengusap pipi yang basah karena air mata.Bertemu dengan wanita seperti Elsa adalah berkah tersendiri hingga sekarang. Meski kasta berbeda tapi tidak memutuskan ikatan yang ada. Bahkan setelah menghilang tanpa kabar, hanya ada khawatir di matanya.Mengenang semua itu membuat dadanya n
WANITA PANGGILAN 49 COleh: Kenong Auliya ZhafiraMaya sekali lagi memeluk wanita yang selalu ada untuknya sejak dulu. Andai saat itu ada, mungkin dirinya tidak akan nekat meninggalkan keluarganya demi hidup lebih baik."Makasih, Sa ... aku tidak tahu lagi harus berkata apa selain itu," katanya di sela pelukan. Air mata pun kembali menerobos tanpa henti."Aku bisa melihatmu baik-baik saja itu sudah cukup. Masalah Esha pasti nanti ada jalan keluarnya," jawab Elsa sembari mengusap punggung rapuh itu berkali-kali.Setelah semua rasa terucapkan, keduanya saling mengurai pelukan dan menghabiskan waktu berdua hingga malam tiba. Keduanya tidak berhenti bercanda dan tertawa setiap kali mengisi kegiatan hari ini dengan banyak kegiatan; seperti membuat kue, menyiram bunga, menata pakaian, nonton drama kesukaan, dan memasak makan malam.
WANITA PANGGILAN 50 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPenyesalan memang selalu datang di bagian paling akhir. Hal itu pastilah untuk mengingatkan semua kesalahan agar diri menjadi lebih perasa dan mau berkaca. Selain itu, sesal juga mampu meruntuhkan segala keegoisan dalam hati yang dulu pernah sombong bagaikan menara menjulang tinggi.Akan tetapi, semua itu seketika runtuh ketika apa yang dulu kita lakukan ternyata menyakiti orang terdekat. Hanya lewat satu kenyataan tidak terduga mampu membuka lebar pintu hati tanpa ada penghakiman sama sekali. Justru yang tertinggal adalah perasaan bersalah. Seandainya tahu sejak awal, maka ia akan melebarkan kedua tangan dan merengkuhnya ke jalan yang seharusnya.Namun, sekarang ... sudah terlambat."Li ... a--apa benar yang kamu katakan? Kalau Mayasha adalah Yesha Sasmaya?" Sang
WANITA PANGGILAN 50 BOleh; Kenong Auliya ZhafiraLian menatap dua wanita di depannya dengan mata berkaca-kaca. Kehebatan mereka bertahan dari ejekan dunia ternyata mampu menguatkan rasa persahabatan yang ada. Seperti dirinya dan juga Marvin, yang rela baku hantam demi menuruti perasaan. Namun, masa itu kini telah terlewati sejak wanitanya memilih pergi. Meski membuat hatinya kesakitan, tetapi kepergiannya juga membuat keadaan saling merangkul satu sama lain dalam berbagai masalah."Ibu sama Tante Maya lebih baik istirahat. Biar urusan Esha, nanti Lian bicarakan sama Marvin dan yang lain saat bertemu." Lian menyuruh dua wanita itu untuk segera beristirahat.Keduanya melangkah ke kamar tamu dengan saling memapah. Setelah memastikan dua punggung kuat itu menghilang, ia menuju kamarnya sendiri untuk beristirahat. Kepalanya terus berpikir
WANITA PANGGILAN 50 COleh: Kenong Auliya ZhafiraSementara Maya mengambil uang untuk ikut memberikan senyum pada anak-anak itu, kedua anak ibu itu menikmati sarapan pagi dengan suasana yang lebih baik dari beberapa bulan terakhir. Mereka mulai melibatkan obrolan ringan di sela sarapan."Ibu mau kasih berapa? Lian sebentar lagi berangkat. Awas, kalau sedikit! Lian malu sebagai anak dari Elsa Erza." Lian sengaja menggoda untuk mencarikan suasana yang memang mulai menghangat.Sang ibu berdecak mendengar penuturan anaknya yang terkesan memancing isi dompetnya. Sejak kehadiran Maya di rumah dan mengetahui siapa Esha, keadaan hati wanita yang sempat sempit dan hitam kini kembali mendapat ruang serta mau melihat Mayasha dari sisi lain. Bahkan dengan bangga dan tanpa ragu, tangannya mengeluarkan dompet dari saku bajunya, lalu menyodorkan ke hadapan Lian—
WANITA PANGGILAN 50 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPikiran yang berkelana jauh membuat Lian tidak menyadari saat roda duanya telah membawa dirinya ke halaman rumah penuh kenangan. Di teras rumah yang masih terlihat sama, ia dapat melihat ketiga orang yang selama ini menemani masa sendirinya. Ya, Marvin, Keya dan Elena telah berkumpul sambil bercanda ria.Marvin menatap pemilik ide yang tengah berjalan mendekat ke arahnya. Sudah lima belas menit mereka menunggu kedatangannya untuk meminta janji yang akan menambah uang donasi."Kenapa baru dateng, Li? Kita nungguin buat yang dimasukin amplop. Malah orang yang ngasih belum dateng," ujar Marvin sengaja menggoda pria masih meninggikan janji setia untuk seorang Yesha Sasmaya.Pria yang ingin membuat keinginan wanitanya menjadi nyata hanya tersenyum menanggapi ucapan ketiga orang di depannya. Tanpa
WANITA PANGGILAN 51 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendengar satu nama yang baru saja membangkitkan kenangan lalu pasti membuat pikiran mengacau. Berbagai macam kesimpulan menarik sisi keyakinan untuk menilai sesusi kemauan hati. Bukan sekedar halusinasi, melainkan sebuah intuisi tentang wanita yang sangat dicintai.Lian sejenak terbawa angin yang melambungkan asanya setinggi awan. Ada getar dalam hati ingin menanyakan lebih jauh orang yang tengah dibicarakan bocah di depannya."Maaf, Dek ... tadi siapa nama yang masak semua ini?" Lian bertanya sembari menahan dadanya yang hampir meledak sekuat tenaga. Ada debar berhiaskan tumpukan rindu yang tidak pernah runtuh dan tetap utuh untuk sang wanita.Bocah berseragam merah putih itu menoleh, tersenyum ceria seperti tidak ada beban. "Namanya Kak Esha, Kak ... dia cantik
WANITA PANGGILANLast Episode FOleh: Kenong Auliya ZhafiraPermainan selesai dengan nilai tidak kalah jauh. Hanya selisih sepuluh angka. Lian mengakui kelihaian pria di sebelahnya dalam memasukkan bola basket. Ternyata ada yang lebih pintar dari dirinya. Namun, Lian cukup berbesar hati. Baginya kemenangan sesungguhnya adalah memiliki Mayasha—wanita yang kini tengah menatapnya penuh cinta dari arah lain."Selamat, Van. Kamu hebat juga! Aku akui kekalahanku dalam hal ini," ucap Lian sambil menyodorkan tangannya sebagi ucapan selamat.Nevan menyambut tangan itu dan menjabatnya hangat. "Kamu juga hebat! Bisa menaklukkan wanita di sana," jawabnya sambil menunjuk wanita yang tengah menemani bocah bermain balap motor."Kamu bisa aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Selamat menikmati waktu berdua. Wanita di sebelahmu juga tidak
WANITA PANGGILANLast Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menghentikan langkah di deretan kursi nomor dua. Tanpa disangka bersebelahan dengan Nevan dan Sasmita. Begitu juga Keya dan Marvin tengah berjalan menuju deretan kursi yang sama."Nevan? Tak kira tidak datang. Terima kasih sudah membantu kemarin," ucap Lian berbasa-basi."Datang dong! Aku yang harusnya terima kasih karena telah memberi kesempatan untuk menghapus kesalahan lalu. Apalagi diberi kesempatan untuk ikut bergabung dalam acara ini," jawabnya merendah.Mayasha hanya sebagai pendengar yang baik ketika sang pria bicara. Diam adalah lebih baik. Sedangkan Sasmita mendadak canggung karena duduk bersebelahan seperti ini.Wanita yang dulu pernah menorehkan luka ikut bergabung dengan duduk di tengahnya. Marvin pun sam
WANITA PANGGILANLast Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha memeluk wanita yang telah berkali-kali meminta kata maaf. Ia sadar setiap wanita atau istri memiliki kadar ketahanan berbeda dalam menerima badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Jadi, ia tidak ingin lagi membicarakan hal yang telah berlalu. Menjalani hidup setelah itu adalah yang terpenting."Ibu nggak perlu minta maaf terus. Aku udah menerima semua takdir ini sejak dulu. Aku tidak mau menghakimi dan menyalahkan siapa pun. Lebih baik kita saling menggenggam seperti ini. Saling menguatkan untuk ikatan yang sudah seharusnya," jawab Mayasha sembari mengusap punggung yang mungkin dulu pernah begitu rapuh. "Sekarang kita keluar ya? Takut Lian dan Tante Elsa udah nunggu. Nggak enak ...," imbuhnya, lalu melepas pelukan.Wanita yang kini lebih baik dalam menerima garis Tuhan
WANITA PANGGILANLast Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, tangannya membuka pintu kamar. Wanita yang mengaku dirinya ibu ternyata sudah menutup matanya lebih dulu. Wajahnya terlihat masih cantik, mirip Tante Elsa—ibunya Lian. Mayasha mengamati wajah itu dalam cahaya remang lampu kamar. Ada gurat lelah terlihat di bawah matanya."Apa selama ini dia memendam rindu sepertiku? Kenapa wajahnya terlihat begitu lelah?" tanya Mayasha dalam hati, lalu merebahkan diri di sebelah ibunya.Ada debar di dada ketika melihat raga wanita yang selama ini dirindukan setengah hati, tengah berbaring di satu tempat tidur. Perlahan, satu jemari memeluk perut sang ibu. Lalu memejamkan mata dan berdoa keadaan ini bisa selalu ada untuk jangka waktu yang lama. Hingga nanti tetap mengenggam jemarinya erat saat kehidupan kembali menguji.Ketika dua ora
WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,
WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t
WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca