WANITA PANGGILAN 32 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Mayasha tersenyum kecut mendengar lisan yang keluar dari bibir wanita di depannya. Meski begitu ia tahu kalau kasih sayangnya tidak terbatas, melebihi keluarga sendiri.
Dengan memainkan ujung jemari, Mayasha mencoba memutar kata yang tepat agar wanita di depannya tidak lagi mengungkit tragedi semalam.
"Em, itu ... aku terlalu syok melihat sikap Nevan yang lain dari biasanya. Dia seperti tidak terima kalau aku berhenti menerima tamu. Bahkan dia menampar pipiku sangat keras. Entah kenapa, kepalaku mendadak berat saat memikirkan Lian. Aku takut kalau Lian menganggapku wanita yang suka ingkar janji. Semua itu membuat kepalaku benar-benar berputar dan pusing. Aku belum siap jika harus kehilangan Lian saat ini," jelasnya sembari memegang pipinya yang masih sedikit nyeri.
WANITA PANGGILAN 33 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPilihan tersulit dalam hidup adalah tentang memilih cinta dari dua wanita yang sangat berarti dan segala-galanya. Namun, satu ikatan batin akan mampu mengalahkan perasaan dua insan yang tengah kasmaran. Meski terbagi sama rata, tetapi bila dihadapkan satu pilihan yang tersisa hanyalah luka semata.Lian merasakan benturan hebat akan hal itu. Separuh dinding hatinya telah hancur lebur. Karena sampai kapan pun, logikanya dipastikan akan memilih sang ibu–wanita yang telah berjuang untuknya dalam keadaan sepahit apa pun.Akan tetapi, akalnya juga bisa menggila jika tidak melihat Mayasha untuk selamanya. Apalagi harus melupakan semua kenangan yang telah terlanjur menguat dalam ingatan."Apa yang harus aku lakukan?" Lian masih saja bertanya tentang jawaban yang m
WANITA PANGGILAN 33 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira "Maafkan aku, Key ... aku tidak bisa cerita tetang diriku yang dipastikan tidak akan mampu membawa Mayasha berlayar berdua dalam satu perahu. Tolong maafkan aku ...," sesalnya dalam hati, lalu melanjutkan makan siang dan menghabiskan waktu dengan bekerja hingga malam menjelang. Lian ingin segera menyelesaikan semua pekerjaannya secepat mungkin untuk menemui sang kekasih. Lembar demi lembar laporan perkembangan swalayan menjadi pusat perhatiannya. Kehadiran Keya di waktu yang tepat sangat meringankan pekerjaannya. ~ Ketika dua insan itu saling menelan duri, di tempat lain ada seseorang yang tengah berbahagia. Di mana pria itu merasa puas telah membuat Lian menyerah tanpa perlawanan. Nevan bisa menebak kalau sekarang hatinya pasti pecah dan hancur kare
WANITA PANGGILAN 34 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Keinginan yang tidak sejalan membuatnya berubah menjadi penipu hati. Seandainya saja ada jalan lain untuk bisa bersama, maka apa pun itu akan ia lakukan asal tidak membuat Mayasha terluka. "Apa yang harus aku katakan? Sementara cinta ini terus menguat?" batinnya terus bertanya untuk mencari jalan keluar. Namun, tidak pernah menemukan jawaban. Wanita yang mulai merasa ada keanehan akan sikap prianya, perlahan menarik diri dari pelukan. Ia menatap prianya lekat, mulai dari wajah, lalu kedua matanya memaksa bertemu untuk mencari sesuatu yang mengganjal hati. "Kamu kenapa? Kok, sikapmu jadi aneh?" tanya Mayasha. Ia terus menatap mata bening sang pria untuk mencari bayang dirinya. Namun, bayang itu seakan goyah bersamaan pandang mata yang bergerak liar tidak tentu arah. &nb
WANITA PANGGILAN 34 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lamunan itu membuat dirinya tidak menyadari kehadiran Lian di belakangnya. Mayasha terlalu fokus pada mimpi dan bayangannya. Lian yang memang telah selesai membersihkan diri dan melihat ada sepasang baju, jadi bisa mempercepat geraknya untuk segera menyusul wanitanya. Seperti sekarang .... Pria itu masih saja menatap punggung rapuh wanitanya dari belakang. Ini adalah pertama kali melihat Mayasha memasak. Pelan tapi pasti, sang pria mendekat dan memeluknya dari belakang. Ia bahkan dengan sengaja menyenderkan kepala di bahu wanitanya. "Akhirnya aku bisa lihat kamu masak," ucapnya. Ada bahagia dan sekaligus sedih di satu waktu. Mayasha hanya tersenyum menanggapi ucapan pria yang kini berubah manja. Namun, cukup berhasil membuatnya meras
WANITA PANGGILAN 35 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Seketika Lian menahan dadanya yang tiba-tiba penuh sesak. Satu pesan yang masuk di ponselnya pun kian menghabiskan seluruh napasnya. Ibu [Ibu tunggu dua hari lagi untuk mengakhiri segalanya. Kamu cepatlah pulang, jangan keluar malem terus.] Membaca sekilas pun langsung membuat nyeri. Lian memasukkan ponsel ke saku celana, lalu beranjak untuk pulang. Akan tetapi, langkahnya terhenti karena merasa ada yang menahan tangannya. Wanita yang begitu ia cintai tengah menatapnya dengan mata memburam. Ia berharap bisa leluasa untuk merengkuh tubuh rapuh itu dalam dekapan. Namun, dua hari ke depan akan menjadi yang terakhir. "Maafkan aku, May ... sungguh aku mencintaimu lebih dari apa pun. Tapi ada hati yang sudah menjadi satu keharusan untuk ditemp
WANITA PANGGILAN 35 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Pertemuan malam ini pun membuat senyumnya merekah di sudut bibir. Kesiapan untuk terluka kedua kali mungkin belum sempurna, tetapi dirinya ingin melewatkan setiap momen kebersamaan tanpa dijajah pikiran yang melumpuhkan logika. Setelah mengunci rumah sembari membayangkan kebersamaan yang baru saja terjadi, Mayasha ikut mendaratkan tubuhnya di sofa. Sesekali matanya melirik temannya yang tengah memejamkan kedua matanya. "El, kamu tidur? Kalau tidur di kamar gih ...." Wanita yang masih merasakan aroma wangi sang pria mencolek pundak Elena agar pindah ke kamar utama. Elena yang hanya pura-pura tidur langsung duduk bersandar di punggung sofa. Menatap teman yang beberapa tahun terakhir dikenalnya. Lika-liku kehidupan seorang Mayasha sebelum dan sesudah ini sangatlah penuh ker
WANITA PANGGILAN 36 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sang ibu menarik napasnya dalam sebelum memberikan keputusan yang masih akan sama. Jemarinya menyentuh pundak yang masih diguncang isak tangis, sesekali meremasnya. "Ibu tidak masalah jika Mayasha itu terlahir dari wanita seperti apa dan dari keluarga seperti apa. Ibu akan menerima dengan tangan terbuka apa pun keadaannya. Bahkan jika dia wanita miskin dan tidak berpendidikan pun, Ibu akan memeluknya. Tapi, dia wanita panggilan, Li ... hanya itu yang tidak bisa Ibu terima. Ibu harap kamu nanti akan mengerti. Awalnya memang sulit, lama kelamaan nanti kamu akan terbiasa. Ibu tidak mau kamu menceburkan diri pada lumpur yang jelas berbau," terang sang ibu panjang kali lebar. Ada rasa ingin ikut menangis melihat Lian serapuh ini dengan keputusannya. Lian hanya menatap nanar wanita yang menjadi malaikatnya.
WANITA PANGGILAN 36 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Tangannya gesit mencari nomor Mayasha dalam kontak, lalu mengirimnya ke ponsel sendiri. Urutan pesan-pesan sebelumnya membuat hati wanita yang ingin anaknya bahagia dengan wanita baik-baik langsung tersentil tepat di jantungnya. Ia tidak menyangka kalau Lian memiliki pikiran yang begitu tenang dan mau menerima apa adanya seorang Mayasha. "Jadi, Lian mengajak berjuang bersama?" Wanita bergelar ibu itu tertawa. "Apa sedalam itu kah rasa yang mereka miliki? Hingga mata hatinya menjadi buta?" ucapnya lagi lalu menghapus kiriman pesan terakhir. Setidaknya Lian tidak tahu kalau dirinya mengirimkan kontak Mayasha. Setelah mendapat apa yang diinginkan, wanita itu melirik wajah anaknya. Terlihat jelas sekali guratan di bawah matanya. Mungkin semalam
WANITA PANGGILANLast Episode FOleh: Kenong Auliya ZhafiraPermainan selesai dengan nilai tidak kalah jauh. Hanya selisih sepuluh angka. Lian mengakui kelihaian pria di sebelahnya dalam memasukkan bola basket. Ternyata ada yang lebih pintar dari dirinya. Namun, Lian cukup berbesar hati. Baginya kemenangan sesungguhnya adalah memiliki Mayasha—wanita yang kini tengah menatapnya penuh cinta dari arah lain."Selamat, Van. Kamu hebat juga! Aku akui kekalahanku dalam hal ini," ucap Lian sambil menyodorkan tangannya sebagi ucapan selamat.Nevan menyambut tangan itu dan menjabatnya hangat. "Kamu juga hebat! Bisa menaklukkan wanita di sana," jawabnya sambil menunjuk wanita yang tengah menemani bocah bermain balap motor."Kamu bisa aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Selamat menikmati waktu berdua. Wanita di sebelahmu juga tidak
WANITA PANGGILANLast Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menghentikan langkah di deretan kursi nomor dua. Tanpa disangka bersebelahan dengan Nevan dan Sasmita. Begitu juga Keya dan Marvin tengah berjalan menuju deretan kursi yang sama."Nevan? Tak kira tidak datang. Terima kasih sudah membantu kemarin," ucap Lian berbasa-basi."Datang dong! Aku yang harusnya terima kasih karena telah memberi kesempatan untuk menghapus kesalahan lalu. Apalagi diberi kesempatan untuk ikut bergabung dalam acara ini," jawabnya merendah.Mayasha hanya sebagai pendengar yang baik ketika sang pria bicara. Diam adalah lebih baik. Sedangkan Sasmita mendadak canggung karena duduk bersebelahan seperti ini.Wanita yang dulu pernah menorehkan luka ikut bergabung dengan duduk di tengahnya. Marvin pun sam
WANITA PANGGILANLast Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha memeluk wanita yang telah berkali-kali meminta kata maaf. Ia sadar setiap wanita atau istri memiliki kadar ketahanan berbeda dalam menerima badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Jadi, ia tidak ingin lagi membicarakan hal yang telah berlalu. Menjalani hidup setelah itu adalah yang terpenting."Ibu nggak perlu minta maaf terus. Aku udah menerima semua takdir ini sejak dulu. Aku tidak mau menghakimi dan menyalahkan siapa pun. Lebih baik kita saling menggenggam seperti ini. Saling menguatkan untuk ikatan yang sudah seharusnya," jawab Mayasha sembari mengusap punggung yang mungkin dulu pernah begitu rapuh. "Sekarang kita keluar ya? Takut Lian dan Tante Elsa udah nunggu. Nggak enak ...," imbuhnya, lalu melepas pelukan.Wanita yang kini lebih baik dalam menerima garis Tuhan
WANITA PANGGILANLast Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, tangannya membuka pintu kamar. Wanita yang mengaku dirinya ibu ternyata sudah menutup matanya lebih dulu. Wajahnya terlihat masih cantik, mirip Tante Elsa—ibunya Lian. Mayasha mengamati wajah itu dalam cahaya remang lampu kamar. Ada gurat lelah terlihat di bawah matanya."Apa selama ini dia memendam rindu sepertiku? Kenapa wajahnya terlihat begitu lelah?" tanya Mayasha dalam hati, lalu merebahkan diri di sebelah ibunya.Ada debar di dada ketika melihat raga wanita yang selama ini dirindukan setengah hati, tengah berbaring di satu tempat tidur. Perlahan, satu jemari memeluk perut sang ibu. Lalu memejamkan mata dan berdoa keadaan ini bisa selalu ada untuk jangka waktu yang lama. Hingga nanti tetap mengenggam jemarinya erat saat kehidupan kembali menguji.Ketika dua ora
WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,
WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t
WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca