Share

BAB 22 B

Penulis: Kenong Auliya Zhafira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

WANITA KEDUA 22 B

Oleh: Kenong Auliya Zhafira

“Bu ... Thifa harus bagaimana? Apa memang sebuah kesalahan besar memiliki rasa pada hati yang telah berpunya? Aku juga tidak ingin berada di posisi seperti ini. Atau aku yang memang tidak bisa menjaga diri? Tapi, sumpah demi langit dan bumi aku tidak pernah berharap mereka mengalami kehancuran. Aku sadar muaranya tidak akan bertemu untuk aliran rasa yang terpercik dariku, tapi tolong jangan paksa menghentikan saat hati masih begitu besar menginginkan,” lirih Thifa yang seakan tenggelam dalam lautan kesedihan.

Bulir bening terus saja menetes membasahi pipi tanpa henti. Situasi yang ternyata rumit ini akhirnya menghimpit nadi hingga sakit. Diri seolah-olah kehilangan pegangan untuk bertahan hidup. Bahkan, mengingat wajah sang ibu justru semakin melemahkan raga tidak berdaya. Banyak kata andai yang sangat ingin terulang agar proses pendewasaan dan pencarian jati diri bisa mendapat sandaran. Sebab untuk bertahan sendiri rasanya terlalu menyak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • WANITA KEDUA   BAB 23 A

    WANITA KEDUA 23 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMenjalani hubungan untuk waktu yang lama atau tidak mungkin harus tergantung dari sikap kedua pasangan. Akan tetapi, ibarat kata pondasi, jika salah satu rapuh dan bahkan roboh maka semuanya akan ikut berantakan. Begitu juga dalam kisah asmara. Seandainya salah satu melepaskan tangan, maka pilihan hanya ada dua, yakni menahan dan menggenggam lebih erat atau ikut melepaskan meski luka menyambut bersama kehancuran. Wanita yang tidak tahu harus ke mana setelah tergores luka panah cinta terus menantang hati dan logikanya. Meski berusaha tenang, tetapi debar dada semakin memicu rasa gamang. Ada harapan juga impian yang mungkin saat ini telah mengalami retak dan menunggu berubah puing-puing kenangan. Bahkan, mata seakan buta menentukan arah yang meninggalkan jejak-jejak langkah cerita. “Aku masih butuh penjelasan, Mas ... kenapa kamu enggak balas pesanku lagi? Apa begini caramu pergi? Setelah semua hal yang kita lewati bersama, apa bagimu sama

  • WANITA KEDUA   BAB 23 B

    WANITA KEDUA 23 B Oleh: Kenong Auliya ZhafiraThifa seketika mematung mendengar penuturan sahabatnya. Bukan hanya kali ini mendapat wejangan demi masa depan, sudah berpuluh-puluh kali semenjak mengawalli hubungan dengan pria di sana. Akan tetapi, hati berpura buta dan tuli. Ia hanya ingin menjalani dan merasakan apa yang mengusik hari-hari penuh warna-warni cinta. Meskipun tahu ada luka lara yang siap menjemput kapan saja. Tanpa sadar, air mata itu kembali menggenangi pipi. Entah kenapa dada semakin bertambah pilu. Sakit dan nyeri. Bahkan, sesak itu seolah menyerbu begitu tamak. Rasanya hampir tidak sanggup untuk bertahan. “Sakit, La ....” Thifa tiba-tiba merintih kesakitan memegangi dadanya. Yula pun segera mendekat, “Apanya yang sakit? Apa mau ijin enggak berangkat? Nanti aku sampaikan ke Pak Lian kalau bertanya,” ujarnya ikut khawatir. Thifa menggeleng. Ia tidak mau semakin tenggelam dalam lautan kesedihan jika tidak ada kesibukan. Hanya berpura-pura sibuklah untuk terus berta

  • WANITA KEDUA   BAB 24 A

    WANITA KEDUA 24 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTerkadang tidak semua kejadian atau perasaan bisa diceritakan begitu mudah kepada orang terdekat. Ada masa di mana satu luka sebab peristiwa akan menjadi bagian kisah yang tersimpan untuk diri sendiri. Bukan tidak membagi segala hal, hanya saja ada keinginan menikmati lara itu seorang diri tanpa melibatkan orang-orang terdekat. Tentunya agar cukup dirinya saja yang merasakan sekarat paling hebat karena cinta mulai membabat hati tanpa aba-aba dan obat. Wanita yang tahu betul kisah asmara seoang Athifa Arsyana masih tidak tahu harus menjawab apa. Ia benar-benar tidak mempunyai jawaban atas apa yang terjadi pada sahabatnya hari ini. Tanpa mengurangi rasa hormat pada pemilik swalayan, Yula berusaha mengatakan apa yang ia tahu. “Maaf, Pak, Bu ... saya sebenarnya juga tidak tahu kenapa Thifa begini. Saya sengaja ke rumahnya untuk numpang berangkat kerja. Tapi, ada yang berbeda dari wajahnya. Saya sudah tanya dan katanya baik-baik saja. Sekaran

  • WANITA KEDUA   BAB 24 B

    WANITA KEDUA 24 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian cukup memahami ketakutan wanita di depannya. Apalagi dirinya pun sudah berjanji pada Aksa akan ikut menjaga Thifa demi sebuah persahabatan yang terjalin di antara keduanya. Meskipun kemungkinan besar membawa pengaruh untuk nama baik swalayan, ia akan berusaha profesional seperti dulu, yakni tidak membawa urusan pribadi ke dalam pekerjaan. “Kamu tenang saja. Saya juga sudah berjanji sama Aksa untuk mengatasi Thifa. Dan tentunya tidak mengeluarkan dia dari pekerjaan," jawab sang pemilik swalayan sembari tersenyum. Ia ingin kecemasan kedua sahabat itu bisa samar meski sesaat. “Pak Lian serius?" tanya Yula memastikan. “Iya. Saya ini pria yang memegang kata-kata sendiri. Dan hanya itu yang bisa saya lakukan untuk membantu Aksa. Sekarang baiknya kamu bergabung bersama karyawan lain. Kalau ada yang tanya Thifa, bilang saja tidak masuk karena sakit," jawab Lian, lalu masuk swalayan lebih dulu. Sementara wanita yang sejak tadi gelis

  • WANITA KEDUA   BAB 25 A

    WANITA KEDUA 25 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMungkin benar tentang pepatah yang mengatakan bangkai akan tetap tercium juga meskipun sudah menyembunyikannya begitu rapat. Seperti halnya sebuah hubungan yang terjalin secara rahasia, semakin berusaha menutupi malah keadaan terkadang membuat ingin bercerita. Sebab ada masa berlaku untuk hati tetap kuat bertahan dari segala derita cinta. Wanita yang menanggung beban derita itu masih menatap istri sang penguasa swalayan dengan perasaan bingung. Antara menjawab jujur atau mencari alasan untuk keadaannya saat ini. Akan tetapi, mengetahui wanita di depannya adalah istri dari pria berwibawa membuat pikiran Thifa tidak berkeliaran jauh dan bisa dipercaya tentunya. Dengan keyakinan kisah asmaranya jatuh pada orang yang tepat, Thifa mencoba berbagi sedikit siksa perih. “Apa saya salah jika punya perasaan untuk Aksa, Bu?” tanya Thifa disertai gerimis turun dari kedua sudut matanya. “Saya tidak tahu harus apa sekarang. Semalam dia meminta maaf ji

  • WANITA KEDUA   BAB 25 B

    WANITA KEDUA 25 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDengan menguatkan hati sebisa mungkin, Thifa menarik napasnya dalam dan mengembuskannya perlahan. Ia ingin sesak yang menyumbat dada sedikit berkurang setelah membaca pesan sang pria kedua kali. Bahkan, tenaga yang sempat lemah tidak berdaya perlahan kembali sedikit demi sedikit. Tanpa mengurangi rasa terima kasih, wanita yang mulai berdamai dengan keputusan sang pria mencoba berusaha berdiri untuk bekerja menyusul Yula—sahabatnya. “Saya mengucapkan terima kasih pada Bu Mayasha yang sudah menemani. Saya ingin masuk ke swalayan dan bekerja. Mumpung masih jam sembilan pagi,” pamit Thifa karena merasa lebih baik. Seketika Mayasha menghentikan keinginan wanita yang hatinya belum pulih secara menyeluruh. “Jangan! Kamu sebaiknya istirahat saja. Lagian Lian sudah memperbolehkan kamu ijin hari ini," cegahnya untuk menghindari pingsan kedua kali. “Tapi hanya berpura-pura sibuk, aku bisa melupakan meski sebentar. Kalau tidak ada kegiatan yang a

  • WANITA KEDUA   BAB 26 A

    WANITA KEDUA 26 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTentang perasaan mungkin tidak adak pernah ada yang bisa menang melawannya. Semua hati tidak memandang baik atau buruk akan selalu tunduk berserah hanya untuk sebuah rasa. Meski terkadang ada yang menyebut itu keegoisan, tetapi hati tetap akan memiliki pembenaran. Sebab perihal rasa adalah hak istimewa setiap hati yang diberikan Sang Pemilik Segala.Wanita yang masih mencari siapa pemenang sebuah hati segera mendekat ke arah sang pria dengan menahan nyeri dada. Ia ingin segera menghentikan kelakuan prianya yang mungkin mengganggu pengunjung. “Maaf, Mbak ... suami saya sedang banyak pikiran. Jadi salah mengira orang. Saya benar-benar minta maaf,” ucap Serena sembari membungkukkan badan, lalu mengapit bahu Aksa sebagai kode mengentikan kegilaannya. “Tidak apa, Bu ... nama saya memang kebetulan Thifany. Mungkin suami ibu salah kira," jawab wanita itu dengan sikap biasa. “Terima kasih, Mbak. Silakan memilih menu di restoran kami. Sebagai pe

  • WANITA KEDUA   BAB 26 B

    WANITA KEDUA 26 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSementara di tempat lain, wanita yang menjalani persahabatan dari hati menanti masa istirahat dengan perasaan gelisah. Ada rasa khawatir kalau Thifa sedang menangis menceritakan kisah asmaranya di hadapan wanita yang begitu dihormati seluruh karyawan karena menyandang gelar Nyonya Erza. Beruntung teman karyawan lain tidak terlalu mendetail bertanya tentang ketidakhadiran sahabatnya. “Moga kamu lekas membaik, Thifa ... apapun alasan yang membuat kamu lemah seperti hari ini, aku harap semua itu bisa segera lenyap dan hilang. Aku tidak mau kamu membunuh dirimu sendiri hanya untuk seorang pria dan cinta yang telah berpunya. Meskipun itu sebuah ketulusan, tetapi menjatuhkan hati pada hati tidak semestinya adalah seni melukis luka paling miris,” ucap Yula dalam hati sembari melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata jam istirahat kurang tiga menit lagi. Dengan rasa tidak sabar, Yula sengaja melangkah pelan menuju musala swal

Bab terbaru

  • WANITA KEDUA   BAB 48 B

    WANITA KEDUA 48 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mayasha semakin tidak mengerti. Sebab prianya sama sekali tidak berkata apa pun akan tamu yang datang dan tinggal bersama. Apalagi bercerita tentang silsilah keluarganya. Sebab ia hanya tahu tentang Lian dan ibunya. "Kamu panggil Lian pakai sebutan om? Apa kalian masih saudara?" tanya Mayasha sedikit bingung karena kehadiran pria asing. "Kurang lebih seperti itu, Tante. Saya saudara dari pihak ayahnya Om Lian," jawab Ezra sedikit malu. Wanita yang mulai mengerti pun mempersilakan Ezra masuk selayaknya tamu. "Kamu tidur di kamar tamu, ya? Kalau mau istirahat juga tidak apa. Anggap saja seperti rumah sendiri. Kalau butuh bantuan, bisa panggil saya. Kamarnya ada di lantai atas," ujar wanita yang memang memiliki kebaikan dalam hatinya sejak dulu. Pria yang diam-diam terpukau kecantikan wajah wanita di depannya mencoba mengangguk mengerti. Ya, Ezra sekarang paham bagaimana pria itu bisa tergila-gila pada wanita tersebut. Selain kec

  • WANITA KEDUA   BAB 48 A

    WANITA KEDUA 48 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mendengar ada orang yang berbicara hal-hal buruk pastinya membuat hati merasa terjebak amarah. Apalagi jika mengenai orang yang memiliki tempat istimewa di hati. Tentunya hal itu semakin menambah beban jiwa dan perasaan bersalah. Pria yang tidak tahu harus menanggapi bagaimana hanya bisa menatap sekeliling. Aksa tidak mampu membela apalagi menghentikan omongan yang sudah terlanjur menjadi perbincangan. "Aku minta maaf, Thifa ... aku tidak pernah tahu jika kamu mengalami hal ini. Kamu pasti tertekan dengan semua yang mereka katakan. Tapi, kamu malah berpura baik-baik saja dan tetap berangkat kerja. Kenapa harus kamu yang jadi omongan orang, Thifa?" lirihnya sembari menatap langit biru untuk menahan rintik gerimis turun membasahi pipi. "Seharusnya aku yang menanggung semua ini. Tolong jangan buat dia semakin terluka, Tuhan ... cukup aku saja yang jadi pisau untuknya. Jangan ditambah lagi kesakitan itu dari sisi lainnya," imbuhnya den

  • WANITA KEDUA   BAB 47 B

    WANITA KEDUA 47 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Seketika wanita yang memang ingin berdamai dengan nasibnya sendiri terdiam tanpa kata. Meskipun tidak begitu mengingat seperti apa pria bernama Ezra itu, tetapi Athifa mencoba memahami tindakan sahabatnya memilki tujuan baik untuk dirinya. Hanya saja memang hatinya yang sedang mengalami masalah. "Aku tahu maksud kamu baik, Yula. Tapi, saat ini memang belum mau memikirkan tentang pria. Apalagi cinta. Entah kenapa rasanya semua hasrat itu padam," jawab Athifa sembari menatap Yula dengan pandangan hampa. "Tapi anehnya dia tahu tentang kamu menjalin hubungan dengan Aksa. Entah tahu dari mana, dia tidak mau mengaku. Cuma katanya bukan dari orang sembarangan," cerita Yula sedikit panjang dan melebar. Athifa hampir kesulitan menelan ludahnya sendiri mendengar ucapan sahabatnya. "Dia tahu kalau aku suka sama suami orang?" tanyanya dengan mata membulat. Yula mengangguk, "Iya. Tapi kamu tidak perlu cemas. Dia mau diam, kok." "S

  • WANITA KEDUA   BAB 47 A

    WANITA KEDUA 47 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Kata maaf memang tidak selamanya bisa menyembuhkan luka. Namun, setidaknya satu kata tersebut bisa sedikit menyamarkan perih. Selain itu juga mengajarkan hati untuk berlapang dada pada kejadian yang telah digariskan sang pemilik alam semesta. Wanita yang belum terlalu kuat berdamai dengan luka dan kata maaf itu menatap dua pria di hadapannya secara bergantian. Meskipun rasanya ingin berlari sejauh mungkin dari kenangan dan kenyataan, tetapi suka tidak suka tetap harus menghadapinya. "Kamu tidak perlu minta maaf, Mas. Sebab aku sendiri juga tidak tahu harus menjawab apa. Mungkin juga sudah menjadi peran yang harus aku mainkan. Aku ingin berdamai dengan luka ini. Kalau kamu merasa bersalah, maka hiduplah dengan perasaan itu selamanya. Dan aku juga tidak menyesal pernah mengenal dan jatuh cinta padamu," jawab Athifa sembari mengepalkan kedua tangan untuk mengumpulkan segenggam kekuatan. "Aku tidak membencimu, Mas. Karena bagaima

  • WANITA KEDUA   BAB 46 B

    WANITA KEDUA 46 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lagi. Aksa menatap wanita yang terlihat begitu mudah berbicara tanpa kegugupan sama sekali mengenai masalah dirinya. Meskipun ia menyadari jika ucapan Serena adalah benar adanya. "Aku akan mencoba mencari waktu yang tepat. Entah dia mau memaafkan atau tidak, itu haknya. Karena aku sendiri juga merasa tidak pantas mendapat kata maaf," jawabnya, lalu menunduk menatap kakinya yang terlalu lemah untuk mengambil keputusan. Ketika dua manusia itu sedang belajar menjadi pasangan yang sebenarnya, tiba-tiba orang tua Aksa berdiri di hadapan dengan wajah penuh ekspresi. "Kenapa kamu tidak pantas mendapat kata maaf?" tanya pria yang tidak lain adalah ayahnya Aksa. Aksa dan Serena seketika berdiri dan menyambut kedatangan orang tua yang jarang bertemu setelah acara pernikahan dulu. "Ayah? Kok, tidak bilang mau ke sini?" tanya pria yang sedikit terkejut melihat sang ayah. "Iya. Kalau bilang, kan, kita bisa menyiapkan sesuatu, Yah

  • WANITA KEDUA   BAB 46 A

    WANITA KEDUA 46 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mengetahui suatu kabar yang berusaha dirahasiakan dari khalayak ramai ternyata melebar luas tentunya membuat khawatir dan gelisah. Bukan karena mereka tahu semuanya, tetapi ada kondisi hati yang harus dijaga sebisa mungkin. Pria bernama lengkap Aksa Gautama itu terus menatap heran. Ia terus berpikir bagaimana pria di sebelahnya bisa mengetahui kisahnya bersama wanita kedua yang berhasil membuat terjatuh dalam cinta. "Sebelumnya maaf ... bagaimana Anda bisa tahu tentang saya dan Athifa? Padahal sepertinya kita baru bertemu?" tanya Aksa dengan wajah bingung dan gelisah sekaligus. Ezra tersenyum getir mendapat pertanyaan yang menurutnya lucu. "Kita memang baru bertemu. Tapi, saya sudah sedikit tahu tentang masnya. Pria yang berhasil membuat seorang Athifa jatuh cinta. Ya, meskipun itu bukan cinta yang sebenarnya. Masnya pasti paham apa maksud saya," jawabnya tanpa keraguan sedikit pun. "Kalau kita baru pertama bertemu, baga

  • WANITA KEDUA   BAB 45 B

    WANITA KEDUA 45 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Aksa yang tiba-tiba bingung langsung mengulangi pertanyaannya. "Mas ... jadi pesan, enggak?" tanyanya sembari mengayunkan telapak tangannya di hadapan pria yang baru kali ini bertemu. Pria yang terjebak lamunannya sendiri pun tersadar. "Aku mau sayur kangkung sama ikan bakar.. "Siap. Sambil menunggu pesanan, Anda bisa duduk manis. Mau melihat pemandangan dari kaca jendela juga bagus," ujar Aksa, kemudian melangkah pergi menuju dapur untuk memberitahu ada pesanan baru. Aksa sendiri masih menatap lekat sampai pria itu menghilang dari pandangan. Ia juga melihat pemandangan sekeliling restoran yang cukup cantik dari segi konsep dan tatanannya. "Keren juga sih, konsep restorannya. Sederhana tapi unik. Apa aku buka restoran aja, ya? Trus bahannya ngambil di swalayannya Om Lian. Kayaknya masuk buat jadi rencana jangka panjang. Tapi aku enggak punya bakat apa pun di bidang kuliner," gumamnya dalam hati. Ketika tengah asyik merencanaka

  • WANITA KEDUA   BAB 45 A

    WANITA KEDUA 45 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mengobati luka seseorang itu memang bukan hal mudah. Akan ada usaha dan niat yang harus seluas jagad raya. Apalagi jika ada tekad tersembunyi untuk menggantikan posisi tersebut. Tentunya membutuhkan banyak kesabaran dan pengorbanan. Pria yang memiliki tujuan tersebut menatap Yula sekali lagi. Ezra sadar jika jalannya untuk mendapatkan sang pujaan mungkin akan lebih sulit dari sebelumnya. Ya, wajah sahabatnya sudah menjelaskan semua tanpa harus menjawabnya. "Kok, diam, La? Apa kamu juga mengenal yang punya restoran itu?" tanya Ezra kedua kali sembari memancing wanita di depannya untuk bicara. Yula pun tersadar dan menjawab, "Kenal banget sih, enggak. Tapi cukup tahu. Mending jangan tanya soal itu dulu, ya? Aku lagi enggak mau bahas soalnya." "Emang kenapa? Apa karena pria itu ada hubungan dengan Thifa?" Ezra mencoba membuka inti obrolan yang sebenarnya. Kedua mata Yula seketika membulat. Rasanya tidak percaya jika pria di depann

  • WANITA KEDUA   BAB 44 B

    WANITA KEDUA 44 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian berpikir sejenak. Sebenarnya ia tidak begitu membutuhkan karyawan baru. Selain itu tabungan Ezra pun pasti masih banyak dan cukup untuk hidup juga membuka usaha."Kamu yakin? Uang kamu sudah habis, kah? Sampai minta bekerja di sini?" goda Lian yang membuat Ezra semakin lucu. "Ayolah, Om ... ini bukan masalah uang. Ini masa depan. Dan sekalian aku juga belajar mengelola swalayan sama Om. Siapa tahu nanti aku buka sendiri dan mengajak bersaing," ujar Ezra berusaha merayu. Lian seketika menarik napasnya dalam dan mengembuskannya kasar. Bagaimanapun hatinya tidak bisa menolak keinginan pria di depannya. Bukan hanya karena urusan ketidaktegaan, tetapi ada persaudaraan yang memang lebih dari segalanya. "Iya sudah. Besok kamu boleh mulai berangkat. Kalau mau, kamu juga boleh tinggal di rumah Om. Biar Mayasha ada teman ngobrol. Soalnya kadang Om pulangnya malam," jawabnya yang terdengar seperti suara malaikat tidak bersayap. "Wah, seriu

DMCA.com Protection Status