WANITA KEDUA 22 BOleh: Kenong Auliya Zhafira“Bu ... Thifa harus bagaimana? Apa memang sebuah kesalahan besar memiliki rasa pada hati yang telah berpunya? Aku juga tidak ingin berada di posisi seperti ini. Atau aku yang memang tidak bisa menjaga diri? Tapi, sumpah demi langit dan bumi aku tidak pernah berharap mereka mengalami kehancuran. Aku sadar muaranya tidak akan bertemu untuk aliran rasa yang terpercik dariku, tapi tolong jangan paksa menghentikan saat hati masih begitu besar menginginkan,” lirih Thifa yang seakan tenggelam dalam lautan kesedihan. Bulir bening terus saja menetes membasahi pipi tanpa henti. Situasi yang ternyata rumit ini akhirnya menghimpit nadi hingga sakit. Diri seolah-olah kehilangan pegangan untuk bertahan hidup. Bahkan, mengingat wajah sang ibu justru semakin melemahkan raga tidak berdaya. Banyak kata andai yang sangat ingin terulang agar proses pendewasaan dan pencarian jati diri bisa mendapat sandaran. Sebab untuk bertahan sendiri rasanya terlalu menyak
WANITA KEDUA 23 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMenjalani hubungan untuk waktu yang lama atau tidak mungkin harus tergantung dari sikap kedua pasangan. Akan tetapi, ibarat kata pondasi, jika salah satu rapuh dan bahkan roboh maka semuanya akan ikut berantakan. Begitu juga dalam kisah asmara. Seandainya salah satu melepaskan tangan, maka pilihan hanya ada dua, yakni menahan dan menggenggam lebih erat atau ikut melepaskan meski luka menyambut bersama kehancuran. Wanita yang tidak tahu harus ke mana setelah tergores luka panah cinta terus menantang hati dan logikanya. Meski berusaha tenang, tetapi debar dada semakin memicu rasa gamang. Ada harapan juga impian yang mungkin saat ini telah mengalami retak dan menunggu berubah puing-puing kenangan. Bahkan, mata seakan buta menentukan arah yang meninggalkan jejak-jejak langkah cerita. “Aku masih butuh penjelasan, Mas ... kenapa kamu enggak balas pesanku lagi? Apa begini caramu pergi? Setelah semua hal yang kita lewati bersama, apa bagimu sama
WANITA KEDUA 23 B Oleh: Kenong Auliya ZhafiraThifa seketika mematung mendengar penuturan sahabatnya. Bukan hanya kali ini mendapat wejangan demi masa depan, sudah berpuluh-puluh kali semenjak mengawalli hubungan dengan pria di sana. Akan tetapi, hati berpura buta dan tuli. Ia hanya ingin menjalani dan merasakan apa yang mengusik hari-hari penuh warna-warni cinta. Meskipun tahu ada luka lara yang siap menjemput kapan saja. Tanpa sadar, air mata itu kembali menggenangi pipi. Entah kenapa dada semakin bertambah pilu. Sakit dan nyeri. Bahkan, sesak itu seolah menyerbu begitu tamak. Rasanya hampir tidak sanggup untuk bertahan. “Sakit, La ....” Thifa tiba-tiba merintih kesakitan memegangi dadanya. Yula pun segera mendekat, “Apanya yang sakit? Apa mau ijin enggak berangkat? Nanti aku sampaikan ke Pak Lian kalau bertanya,” ujarnya ikut khawatir. Thifa menggeleng. Ia tidak mau semakin tenggelam dalam lautan kesedihan jika tidak ada kesibukan. Hanya berpura-pura sibuklah untuk terus berta
WANITA KEDUA 24 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTerkadang tidak semua kejadian atau perasaan bisa diceritakan begitu mudah kepada orang terdekat. Ada masa di mana satu luka sebab peristiwa akan menjadi bagian kisah yang tersimpan untuk diri sendiri. Bukan tidak membagi segala hal, hanya saja ada keinginan menikmati lara itu seorang diri tanpa melibatkan orang-orang terdekat. Tentunya agar cukup dirinya saja yang merasakan sekarat paling hebat karena cinta mulai membabat hati tanpa aba-aba dan obat. Wanita yang tahu betul kisah asmara seoang Athifa Arsyana masih tidak tahu harus menjawab apa. Ia benar-benar tidak mempunyai jawaban atas apa yang terjadi pada sahabatnya hari ini. Tanpa mengurangi rasa hormat pada pemilik swalayan, Yula berusaha mengatakan apa yang ia tahu. “Maaf, Pak, Bu ... saya sebenarnya juga tidak tahu kenapa Thifa begini. Saya sengaja ke rumahnya untuk numpang berangkat kerja. Tapi, ada yang berbeda dari wajahnya. Saya sudah tanya dan katanya baik-baik saja. Sekaran
WANITA KEDUA 24 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian cukup memahami ketakutan wanita di depannya. Apalagi dirinya pun sudah berjanji pada Aksa akan ikut menjaga Thifa demi sebuah persahabatan yang terjalin di antara keduanya. Meskipun kemungkinan besar membawa pengaruh untuk nama baik swalayan, ia akan berusaha profesional seperti dulu, yakni tidak membawa urusan pribadi ke dalam pekerjaan. “Kamu tenang saja. Saya juga sudah berjanji sama Aksa untuk mengatasi Thifa. Dan tentunya tidak mengeluarkan dia dari pekerjaan," jawab sang pemilik swalayan sembari tersenyum. Ia ingin kecemasan kedua sahabat itu bisa samar meski sesaat. “Pak Lian serius?" tanya Yula memastikan. “Iya. Saya ini pria yang memegang kata-kata sendiri. Dan hanya itu yang bisa saya lakukan untuk membantu Aksa. Sekarang baiknya kamu bergabung bersama karyawan lain. Kalau ada yang tanya Thifa, bilang saja tidak masuk karena sakit," jawab Lian, lalu masuk swalayan lebih dulu. Sementara wanita yang sejak tadi gelis
WANITA KEDUA 25 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMungkin benar tentang pepatah yang mengatakan bangkai akan tetap tercium juga meskipun sudah menyembunyikannya begitu rapat. Seperti halnya sebuah hubungan yang terjalin secara rahasia, semakin berusaha menutupi malah keadaan terkadang membuat ingin bercerita. Sebab ada masa berlaku untuk hati tetap kuat bertahan dari segala derita cinta. Wanita yang menanggung beban derita itu masih menatap istri sang penguasa swalayan dengan perasaan bingung. Antara menjawab jujur atau mencari alasan untuk keadaannya saat ini. Akan tetapi, mengetahui wanita di depannya adalah istri dari pria berwibawa membuat pikiran Thifa tidak berkeliaran jauh dan bisa dipercaya tentunya. Dengan keyakinan kisah asmaranya jatuh pada orang yang tepat, Thifa mencoba berbagi sedikit siksa perih. “Apa saya salah jika punya perasaan untuk Aksa, Bu?” tanya Thifa disertai gerimis turun dari kedua sudut matanya. “Saya tidak tahu harus apa sekarang. Semalam dia meminta maaf ji
WANITA KEDUA 25 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDengan menguatkan hati sebisa mungkin, Thifa menarik napasnya dalam dan mengembuskannya perlahan. Ia ingin sesak yang menyumbat dada sedikit berkurang setelah membaca pesan sang pria kedua kali. Bahkan, tenaga yang sempat lemah tidak berdaya perlahan kembali sedikit demi sedikit. Tanpa mengurangi rasa terima kasih, wanita yang mulai berdamai dengan keputusan sang pria mencoba berusaha berdiri untuk bekerja menyusul Yula—sahabatnya. “Saya mengucapkan terima kasih pada Bu Mayasha yang sudah menemani. Saya ingin masuk ke swalayan dan bekerja. Mumpung masih jam sembilan pagi,” pamit Thifa karena merasa lebih baik. Seketika Mayasha menghentikan keinginan wanita yang hatinya belum pulih secara menyeluruh. “Jangan! Kamu sebaiknya istirahat saja. Lagian Lian sudah memperbolehkan kamu ijin hari ini," cegahnya untuk menghindari pingsan kedua kali. “Tapi hanya berpura-pura sibuk, aku bisa melupakan meski sebentar. Kalau tidak ada kegiatan yang a
WANITA KEDUA 26 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTentang perasaan mungkin tidak adak pernah ada yang bisa menang melawannya. Semua hati tidak memandang baik atau buruk akan selalu tunduk berserah hanya untuk sebuah rasa. Meski terkadang ada yang menyebut itu keegoisan, tetapi hati tetap akan memiliki pembenaran. Sebab perihal rasa adalah hak istimewa setiap hati yang diberikan Sang Pemilik Segala.Wanita yang masih mencari siapa pemenang sebuah hati segera mendekat ke arah sang pria dengan menahan nyeri dada. Ia ingin segera menghentikan kelakuan prianya yang mungkin mengganggu pengunjung. “Maaf, Mbak ... suami saya sedang banyak pikiran. Jadi salah mengira orang. Saya benar-benar minta maaf,” ucap Serena sembari membungkukkan badan, lalu mengapit bahu Aksa sebagai kode mengentikan kegilaannya. “Tidak apa, Bu ... nama saya memang kebetulan Thifany. Mungkin suami ibu salah kira," jawab wanita itu dengan sikap biasa. “Terima kasih, Mbak. Silakan memilih menu di restoran kami. Sebagai pe
WANITA KEDUA 56 B LAST EPISODE Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ketika tengah menatap layar ponsel, tiba-tiba satu notifikasi pesan membuat hati menjadi riang gembira. Tanpa sadar, ia juga membaca dan membalas pesan tersebut dalam hitungan detik. Ezra [Sebentar, ya? Aku pasti ke sana jemput kamu.Tunggu dan jangan ke mana-mana.] Athifa tidak bisa menyembunyikan keindahan bulan sabit di kedua sudut bibirnya saat membaca pesan balasan sang pria. Entah kenapa rasanya ada sesuatu yang berdesir dalam dadanya. Mungkin bunga-bunga cinta itu mulai tumbuh di taman hatinya tanpa disadari. "Kenapa jadi deg-degan begini? Padahal sebelumnya juga biasa saja saat bertukar pesan dan mengobrol dengan Ezra. Tapi kali ini seperti banyak kupu-kupu di dalam perut," ujar wanita yang sudah mengusap dadanya berkali-kali. "Aku tunggu Ezra di ruang tamu aja lah. Sekalian aku mau bawa tas dan kadonya. Biar kalau dia datang bisa langsung berangkat," ujarnya lagi, lalu keluar kamar menuju ruang tamu. Sa
WANITA KEDUA 56 A LAST EPISODE Oleh: Kenong Auliya Zhafira Berhadapan dengan dua pilihan yang cukup menentukan sebuah jalinan memang terkadang membuat dilema. Bahkan, ada ketakutan yang memaksa hati berada di ambang kegelisahan. Ya, takut akan kesakitan dulu terulang lagi dan takut menyesal karena salah membuat keputusan. Wanita yang belum bisa membuat pilihan tersebut mencoba menatap sekeliling. Akan tetapi, hal itu justru membuat pikiran bertambah bingung. "A-aku tidak tahu harus menjawab apa. Entah besok aku berangkat sendiri atau meminta kamu datang menjemput, aku berharap kamu selalu sehat dan bahagia. Kalau begitu, aku masuk dulu. Sepertinya kita sudah cukup lama bicara. Kamu hati-hati pulangnya," ujar Athifa, lalu melangkah pergi meninggalkan pria yang tidak pernah lelah meminta dirinya. "Pokoknya besok aku menunggu keputusanmu," ucap Ezra setengah berteriak, membuat orang-orang sekitar sedikit terkejut. Kemudian meninggalkan swalayan untuk menuju rumah barunya. At
WANITA KEDUA 55 B 2 LAST EPISODE Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bukannya menjawab, Athifa justru hanya berbalik menatap sang pria dan kemudian masuk ke rumah tanpa sepatah kata. Sedangkan sang pria terus mengumpulkan kesabaran hingga sampai seluas jagad raya. Dari balik pintu, wanita yang belum bisa memberikan jawaban menatap kepergian Ezra hingga menghilang dari pandangan. Setelahnya, ia membersihkan diri dan menunaikan kewajiban empat rakaatnya. Athifa tidak pernah lupa menyelipkan doa untuk orang-orang tercintanya dan juga dirinya sendiri. "Ya Tuhan, berikan hamba kerelaan seluas samudera untuk semua keadaan yang Engkau takdirkan. Tolong jadikan hamba menjadi jiwa yang bisa memaafkan orang lain. Dan berikan kedua orang tua hamba tempat yang terbaik di sisi-Mu," doanya dalam hati, lalu mengisi tenaganya yang seharian terkuras karena pekerjaan. Ezra sendiri juga melakukan hal yang sama setelah sampai di rumah. Pesanan Om Lian pun tidak lupa diberikan pada pemilik rumah.
WANITA KEDUA 55 A 2 LAST EPISODE Oleh: Kenong Auliya Zhafira Menerima dan menjalin ikatan baru akan terasa lebih sulit saat keadaan hati sedang tidak baik-baik saja. Apalagi jika ada luka yang menggores dalam hingga menumbuhkan trauma. Hal itu tentunya membuat hati akan semakin tertutup dan enggan menerima penawaran rasa dalam bentuk apa pun. Wanita yang sedang merasakan hal tersebut memilih diam dan mendengarkan ucapan sahabatnya. Athifa merasa tidak perlu memberikan jawaban untuk membela perasaannya sendiri. "Mending kita fokus kerja saja, Yula. Tapi, aku berterima kasih untuk semua kata-katamu barusan," ujar Athifa yang mencoba menghindar dari pembahasan perasaan dan pria. "Aku mohon pikirkan sekali lagi tentang Ezra," ujar Yula seakan memohon sahabatnya bisa lekas bangkit dan berbahagia. Athifa tidak menjawab. Ia terus memilih menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Sebab hanya itulah satu-satunya kegiatan yang ia miliki saat ini untuk terlihat kuat dan baik-baik
WANITA KEDUA 54 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Seketika Aksa tersenyum getir. Ia sendiri sebenarnya tidak tahu apakah benar-benar merelakan atau hanya berpura mendukung karena ada perasaan bersalah dalam hatinya. Namun, ia juga tidak dapat memungkiri ingin melihat Athifa bahagia. "Entah rela atau tidak, aku hanya ingin menebus semua kesalahan yang ada. Seandainya memilih tetap saling menjalin ikatan pun, pasti ujungnya dia akan tetap terluka. Karena aku terlalu pengecut mengambil keputusan. Tapi, setelah kenyataan menampar begitu keras, aku benar-benar ingin melihatnya bahagia. Meskipun itu bukan denganku," jawab pria yang sengaja menyembunyikan kesakitan hatinya. "Jadi, aku minta sama kamu. Tolong jaga dan pastikan dia aman bekerja di swalayan. Kadang aku merasa berdosa jika mendengar orang-orang membicarakan dia begitu buruk. Dan aku juga berharap Ezra bisa melindungi dan memberinya banyak cinta," lanjutnya lagi sembari berusaha tersenyum. "Tanpa kamu minta pun, aku akan menj
WANITA KEDUA 54 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Perasaan bersalah mungkin tidak akan mudah hilang meski waktu telah berlalu. Apalagi jika ada sebuah luka yang tergores di dalamnya. Hal itu tentunya semakin membuat hati terperangkap dosa yang tidak tahu pasti kapan bisa terbebas lepas. Meskipun kata maaf sudah terucap, belum tentu diri bisa mengecap bahagia dengan mudah. Pria yang mendadak mengingat semua kesalahannya pada seorang Athifa berusaha menarik napasnya dalam. Ya, Aksa ingin mencoba membuang sesaknya dada yang dipenuhi rasa bersalah. Namun, ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. "Aku minta maaf sebanyak-banyaknya untuk semua hal yang sudah terjadi. Terutama Athifa. Jujur, aku juga tidak tahu harus apalagi agar dia tidak terlalu terluka. Sekarang aku hanya bisa membiarkan dia melakukan apa pun yang membuatnya merasa lega. Termasuk hidup dengan perasaan bersalah untuk selamanya. Mungkin memastikan keadaannya dari jauh dan menerima apa pun yang dikatakan adal
WANITA KEDUA 53 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Athifa pun menatap pria di depannya tanpa berkedip. Selama ini ia juga tidak pernah berhenti menyelipkan doa untuk mereka. Akan tetapi, rasa perih sebab kehilangan justru lebih sakit saat malam menjelang jika keadaan sedang tidak bersahabat. "Maaf, untuk saat ini aku benar-benar tidak ingin bertemu apalagi mengunjunginya. Aku masih butuh waktu lebih lama. Dan tentang doa memang benar akan menjadi hadiah terindah, tapi bukan berarti membuat semua luka sembuh. Sebab pada kenyataannya perih itu telah mencederai kenangan dan kepercayaan ini," jawab wanita yang memang masih berusaha merangkak di titik terendahnya. "Kalau kamu ingin makan siang di sana dengan Pak Lian, silakan. Tapi, aku minta maaf tidak bisa ikut bergabung," lanjutnya lagi, lalu berbalik dan meneruskan langkah kakinya menuju musala swalayan. Sebagai sahabat yang sudah mengenal lama, Yula mencoba menerima keputusan Athifa. Ia menyadari jika memaksa bukanlah hal yan
WANITA KEDUA 53 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bersikap baik-baik saja untuk terlihat kuat dan merelakan yang bukan milik kita pastinya membutuhkan tekad luar biasa. Apalagi jika kenyataan yang ada membuat diri seakan berusaha sendirian. Hal itu tentunya memaksa pikiran menjadi dipenuhi banyak pertanyaan. Pria yang masih menatap seorang Athifa Arsyana dari kejauhan semakin terjebak dengan kesimpulannya sendiri. Bahkan, keakraban mereka berhasil menyadarkan bahwa wanita di sana memang bukan ditakdirkan untuk dirinya. "Meski aku tidak tahu apakah kamu juga berusaha keras melupakan dan merelakan atau tidak, tapi aku meyakini satu hal. Aku yakin kalau kamu adalah wanita kuat yang tetap berdiri meski diterpa banyak ujian hidup," ujar Aksa dalam hati sembari menahan dadanya yang perlahan penuh sesak. "Mungkin kita dipertemukan untuk saling memberi pembelajaran tentang kehidupan, bukan untuk berbalas perasaan dan hidup bersama seperti pasangan," gumamnya lagi, lalu menatap ke ar
WANITA KEDUA 52 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Serena yang tidak sengaja memperhatikan gerak prianya langsung mendekat dan mencari tahu. "Kamu kenapa? Biasanya selalu berpura sibuk, tumben sekarang melamun. Apa ada sesuatu yang terjadi? Atau masih kepikiran dia setelah meminta maaf kemarin?" tanya wanita yang masih belum bisa menimbang kadar cemburu dalam amarahnya. Aksa pun mendongak, menatap wanita yang memiliki setengah takdirnya tanpa berkedip. Akan tetapi, setelahnya menyunggingkan senyuman getir. "Aku tidak apa, Rena. Dan kamu tidak perlu terlalu kentara membahas dia. Aku tidak mau jika nanti berujung perdebatan. Padahal keadaan sudah sepenuhnya seperti harapanmu," jawabnya asal. "Aku cuma ingin tahu aja. Meski sekarang kamu masih memikirkannya, aku tidak masalah. Karena mau bagaimanapun, kalian berdua memang bukan ditakdirkan bersama. Jadi, kalau boleh tahu, kamu sedang mikir apa? Kenapa sampai terlihat muram wajahnya?" tanya Serena yang selalu to the point.