WANITA KEDUA 20 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita pemilik raga seorang Aksa Gautama tertawa getir membaca pesan yang mungkin benar adanya. Tentang hati memang akan selalu menjadi kehendak-Nya. Akan tetapi, logikanya masih terus menolak bahwa perasaan itu masih bisa dikendalikan oleh kenyataan dan kesadaran. Bahkan ketika takdir Tuhan terlanjur diperankan, pikiran tetap bisa mengalah pada kenyataan. Karena sejatinya kenyataan adalah pengubur impian yang terkadang sengaja terlupakan. Serena sekali lagi menuangkan cara pikir dan usahanya memperjuangkan hubungan yang sudah dijalani sekian tahun. Bukan waktu yang sebentar baginya berjalan bersama hingga detik ini. Meskipun kenyataan menampar impiannya memiliki keharmonisan dalam berumah tangga. Ia sendiri baru tahu jika prianya menjadi nahkoda karena sebuah utusan orang tua, bukan karena perasaan. Akan tetapi, setiap sentuhan tangannya sungguh terasa seperti sungguhan. “Aku lebih baik memiliki ragamu utuh meski hanya kepura-puraan. Da
WANITA KEDUA 21 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMenjadi peran utama dalam kehidupan memang terkadang melemahkan perasaan dan kekuatan. Apalagi jika harus berlakon yang jauh dari harapan. Mau sesusah apa pun itu tetap harus diperankan hingga Tuhan memberi tanda selesai pada kisah cerita yang telah tertulis. Percaya saja akan selalu ada hikmah pembelajaran dari setiap kejadian. Meskipun bayangan kebahagiaan menjadi sebuah akhir yang dirahasiakan. Pria yang tengah mempertanyakan perannya itu membaca pesan kedua wanita dalam hidupnya dengan perasaan bingung. Aksa tidak pernah berpikir bahwa Thifa mampu mengakui semuanya dan merendahkan diri untuk hubungan yang tidak memiliki kepastian. Akan tetapi, situasi membuatnya terlanjur membawa wanita di sana pada keadaan yang ternyata menjadi rumit. Bahkan, hal itu perlahan mengurung resah dalam jeruji salah. “Semoga kamu baik-baik saja, Thifa ... lagian kenapa kamu harus begitu jujur di sini? Apa kamu tidak pernah memikirkan perasaanmu sendiri?”
WANITA KEDUA 21 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraAksa seketika menatap sorot kedua bola kehitaman wanita yang memang sangat membantu kondisi keluarganya. Ada begitu banyak luka dan kecewa di sana. Meskipun begitu ia tidak dapat memungkiri bahwa berkat Serena, keluarganya tertolong dari kebangkrutan dan kemiskinan. Oleh karena itulah, ia mampu bertahan menjalani pernikahan tanpa memperlihatkan keadaan diri. “Maaf ....” Hanya satu kata yang mampu keluar dari bibirnya. Setelahnya ia mengumpulkan sisa tenaganya untuk membuat permohonan. “Kalau boleh, tolong jangan lagi ganggu Thifa dan jangan lagi bersikap konyol seperti kemarin. Dan jika kamu ingin menyalahkan, salahkan aku saja yang telah membagi hati dengan sengaja. Jujur, aku tidak mau menjadi orang yang menambah lukanya setelah kepergian kedua orang tuanya. Dia tidak punya siapa-siapa selain Yula. Hal itulah yang membuat aku tertarik. Jadi, tolong setelah ini jangan bawa Thifa,” pintanya. Entah kenapa tiba-tiba bibirnya memutuskan ber
WANITA KEDUA 22 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraSetiap manusia pasti mempunyai batas pertahanan untuk semua ujian kehidupan. Air mata yang menetes selayaknya hujan terkadang sebagai pertanda kekuatan hati dan raga melemah. Tangisan-tangisan yang tidak bersuara seolah mewakili perasaan paling sedih. Hingga tanpa sadar mempertanyakan seberapa kuat kaki berdiri memikul beban hidup yang semakin lama semakin berat. Wanita yang menunggu waktu itu datang memilih ikut mempersiapkan restoran untuk penutupan. Pengunjung pun sudah mulai berkurang satu per satu sehingga mempermudah langkah bergerak. Tentang kelanjutan pernikahannya juga telah menemukan jalan keluar agar tidak menuju gerbang perpisahan. “Jika ini jalan yang harus ditempuh untuk menunda perpisahan, aku akan berusaha bertahan. Aku ingin melihat kamu menepati janji atau tidak. Aku berharap kamu bisa melakukan hal yang sama seperti yang selama ini kamu lakukan, yakni tetap bersama di sini meski karena perjanjian,” batin Serena yang mu
WANITA KEDUA 22 BOleh: Kenong Auliya Zhafira“Bu ... Thifa harus bagaimana? Apa memang sebuah kesalahan besar memiliki rasa pada hati yang telah berpunya? Aku juga tidak ingin berada di posisi seperti ini. Atau aku yang memang tidak bisa menjaga diri? Tapi, sumpah demi langit dan bumi aku tidak pernah berharap mereka mengalami kehancuran. Aku sadar muaranya tidak akan bertemu untuk aliran rasa yang terpercik dariku, tapi tolong jangan paksa menghentikan saat hati masih begitu besar menginginkan,” lirih Thifa yang seakan tenggelam dalam lautan kesedihan. Bulir bening terus saja menetes membasahi pipi tanpa henti. Situasi yang ternyata rumit ini akhirnya menghimpit nadi hingga sakit. Diri seolah-olah kehilangan pegangan untuk bertahan hidup. Bahkan, mengingat wajah sang ibu justru semakin melemahkan raga tidak berdaya. Banyak kata andai yang sangat ingin terulang agar proses pendewasaan dan pencarian jati diri bisa mendapat sandaran. Sebab untuk bertahan sendiri rasanya terlalu menyak
WANITA KEDUA 23 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMenjalani hubungan untuk waktu yang lama atau tidak mungkin harus tergantung dari sikap kedua pasangan. Akan tetapi, ibarat kata pondasi, jika salah satu rapuh dan bahkan roboh maka semuanya akan ikut berantakan. Begitu juga dalam kisah asmara. Seandainya salah satu melepaskan tangan, maka pilihan hanya ada dua, yakni menahan dan menggenggam lebih erat atau ikut melepaskan meski luka menyambut bersama kehancuran. Wanita yang tidak tahu harus ke mana setelah tergores luka panah cinta terus menantang hati dan logikanya. Meski berusaha tenang, tetapi debar dada semakin memicu rasa gamang. Ada harapan juga impian yang mungkin saat ini telah mengalami retak dan menunggu berubah puing-puing kenangan. Bahkan, mata seakan buta menentukan arah yang meninggalkan jejak-jejak langkah cerita. “Aku masih butuh penjelasan, Mas ... kenapa kamu enggak balas pesanku lagi? Apa begini caramu pergi? Setelah semua hal yang kita lewati bersama, apa bagimu sama
WANITA KEDUA 23 B Oleh: Kenong Auliya ZhafiraThifa seketika mematung mendengar penuturan sahabatnya. Bukan hanya kali ini mendapat wejangan demi masa depan, sudah berpuluh-puluh kali semenjak mengawalli hubungan dengan pria di sana. Akan tetapi, hati berpura buta dan tuli. Ia hanya ingin menjalani dan merasakan apa yang mengusik hari-hari penuh warna-warni cinta. Meskipun tahu ada luka lara yang siap menjemput kapan saja. Tanpa sadar, air mata itu kembali menggenangi pipi. Entah kenapa dada semakin bertambah pilu. Sakit dan nyeri. Bahkan, sesak itu seolah menyerbu begitu tamak. Rasanya hampir tidak sanggup untuk bertahan. “Sakit, La ....” Thifa tiba-tiba merintih kesakitan memegangi dadanya. Yula pun segera mendekat, “Apanya yang sakit? Apa mau ijin enggak berangkat? Nanti aku sampaikan ke Pak Lian kalau bertanya,” ujarnya ikut khawatir. Thifa menggeleng. Ia tidak mau semakin tenggelam dalam lautan kesedihan jika tidak ada kesibukan. Hanya berpura-pura sibuklah untuk terus berta
WANITA KEDUA 24 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTerkadang tidak semua kejadian atau perasaan bisa diceritakan begitu mudah kepada orang terdekat. Ada masa di mana satu luka sebab peristiwa akan menjadi bagian kisah yang tersimpan untuk diri sendiri. Bukan tidak membagi segala hal, hanya saja ada keinginan menikmati lara itu seorang diri tanpa melibatkan orang-orang terdekat. Tentunya agar cukup dirinya saja yang merasakan sekarat paling hebat karena cinta mulai membabat hati tanpa aba-aba dan obat. Wanita yang tahu betul kisah asmara seoang Athifa Arsyana masih tidak tahu harus menjawab apa. Ia benar-benar tidak mempunyai jawaban atas apa yang terjadi pada sahabatnya hari ini. Tanpa mengurangi rasa hormat pada pemilik swalayan, Yula berusaha mengatakan apa yang ia tahu. “Maaf, Pak, Bu ... saya sebenarnya juga tidak tahu kenapa Thifa begini. Saya sengaja ke rumahnya untuk numpang berangkat kerja. Tapi, ada yang berbeda dari wajahnya. Saya sudah tanya dan katanya baik-baik saja. Sekaran