"Kamu lagi ngapain sih, Mas? Kok dari tadi senyum-senyum begitu?" Eka melongokkan kepalanya ingin tahu apa yang sang suami lakukan. Namun, secepat kilat Fatih mematikan layar ponsel miliknya dan dengan cepat menyembunyikan ke dalam saku bajunya. "Hemm? Apaan sih?! Ganggu kesenangan orang aja deh! Dah buruan mana minumnya. Terus kamu tadi masak apa?""Aku masak tumis kangkung sama tempe goreng, Mas. Kamu mau aku ambilin makan?""Argh kangkung lagi, tempe lagi, gak ada menu yang lainnya apa? Dahlah kamu itu gak becus banget sih jadi istri! Sekali-kali nyenengin suami kek!""Gimana mau nyenengin lha kamu aja ngasih nafkahnya senin kamis.""Tuh kan ngejawab mulu bisanya! Bisa gak sih suami kalau ngomong itu didengerin?" Eka hanya menggerutu dalam hatinya karena ia pun masih shock dengan perubahan sang suami dan mertua yang tiba-tiba. "Kalian ini benar-benar aneh. Apakah ada yang kalian sembunyikan dari aku?""Gak usah suudzon makanya jadi orang! Seharusnya kamu bersyukur sudah jadi istr
"Tumben jam segini udah bangun, Mbak Kinan. Tumben juga belanja di Mang sayur sini biasanya kan kayak yang alergi belanja di sini. Maklumlah, kalau Mang sayur begini kan menurut Mbak pasti kurang higienis. Iya kan?" Ucapan yang keluar dari Bu Yeti, tetangga kontrakan Kinan membuat Kinan mengerutkan dahinya. "Maaf maksudnya Ibu apa ya? Saya gak ngerti?""Halah, Mbak, gak usah berlagak gak ngerti deh. Mbak kan alergi sama rakyat biasa kek kita. Ya kan?""Rakyat biasa? Lah kan saya juga rakyat biasa, Bu, memangnya saya pejabat gtu?""Oh Mbak Kinan cuma rakyat biasa juga yah. Hemm pantes sih penampilannya aja keliatan kusem begitu. Auranya gelap gulita. Tapi kok sombong belanjanya maunya ke supermarket?""Aura gelap gulita? Dikira mati lampu? Lagian Bu Yeti nih ngomongin apa sih kok saya gak ngerti? Bukannya tadi Bu Yeti yang merendah lha kok ketika saya ikut merendah Bu Yeti malah meninggi?""Yaiya dong, aku kira Mbak Kinan ini kaya tapi kok ternyata ya biasa-biasa aja tuh malah cenderu
BrmmBrrmmSebuah mobil dengan merk pajeri memasuki pekarangan rumah kontrakan Kinan. Bu Yeti yang kebetulan lewat karena mau ke warung yang ada di sebelah rumah kontrakan Kinan pun mendadak berhenti karena sepertinya Bu Yeti mengenali siapa yang turun dari mobil terseut. "Siapa tuh, Bu?" tanya Bu Aini yang kebetulan juga sedang mau ke warung barengan Bu Yeti. "Itu seperti mobil Mbak Laras deh.""Siapa tuh Mbak Laras?""Dia yang punya kontrakan ini dan beberapaa kontrakan yang ada di komplek ini juga.""Wah banyak kontrakannya, dia kaya dong ya berarti.""Iya lah, dia itu masih muda tapi sudah jadi juragan kontrakan."."Wah, kita mah punya satu rumah juga udah bersyukur ya. Ini sampai banyak begitu.""Iya, habis ini aku yang nyusul jadi juragan kontrakan.""Halah, Bu Yeti mah kapan mau jadi juragan komtrakannya lha kerjaannya aja ngutang mulu di bank Emok.""Sssttt diam kamu! Minggir, aku mau bangun circle pertemanan sama orang kaya siapa tau nular kan.""Wah kalau begitu aku mau ik
"Eka, siapin aku baju sama celana, aku mau mandi dulu." Eka yang sedang sibuk berselancar di sosial medianya mendadak mengerutkan dahi mendengar ucapan Fatih. "Tumben mandi jam segini, Mas? Mau kemana?" "Aku mau cari kerja." Seketika itu juga tubuh Eka bangun dari posisi tidurannya. Ia meletakkan ponsel yang sejak tadi dipegangnya ke atas bantal begitu saja. "Cari kerja, Mas?""Hemm, kenapa? Biasa aja sih ngeliat nya. Begitu amat.""Enggak-enggak, ini pasti mimpi kan? Mas, kamu kesambet setan apa? Coba bilang sama aku biar aku sembur.""Kamu apaan sih?! Siapa yang lagi kesambet coba?""Lah itu barusan bilang mau cari kerja. Ini bukan suamiku banget.""Jadi maksud kamu aku itu gak bisa cari kerja gitu?""Ya, ya bukan begitu juga, Mas, tapi kan kamu selalu beralasan kalau aku suruh kamu cari kerja. Nah ini gak ada angin gak ada hujan tetiba saja kamu bilang mau cari kerja. Fix besok pasti akan terjadi badai gerhana.""Lebay banget kamu, Ka. Dah ah buruan disiapin bajunya sama celanan
"Tunggu aku sama dia menikah dulu. Aku yakin dia tuh bucin banget nanti sama aku pasti kalau aku udah jadi suaminya apa yang aku dan Ibu minta akan diturutinya dia kan banyak duitnya.""Wah iya juga ya. Jadi kalau gitu segera saja kamu halalkan dia. Ibu jadi gak sabar punya menantu kaya kemana-mana naik mobil. Dan lagi Ibu mau minta beliin rumah. Yah gak perlu besar asalkan atas nama Ibu ya pasti Ibu mau banget.""Hemm sabar dulu ah, Bu, setidaknya sampai giginya Selena itu lurus dan rapi. Kalau masih begitu meski tampilannya udah cantik tapi kan geli aja kalau ciuman sama dia.""Halah, tinggal merem aja sih repot bener.""Kalau bibir aku sobek kena giginya gimana? Kalau si joni aku lecet kena giginya gimana? Ini aset tau, Bu.""Ck, yaudahlah terserah pokoknya segera kamu halalkan dia biar kita ada yang menopang hidupnya.""Iya-iya, yaudah aku jalan dulu. Ibu di rumah saja awasi si Eka.""Hemm yaudah sana."Fatih lu mencium tangan Bu Nuri dan ia menuju ke ruang tamu untuk berpamitan
"Wah, Mas, kamu sudah pulang? Gimana tadi kamu sudah dapat kerjaan?" tanya Eka pada Fatih yang baru saja sampai di rumah kontrakan Ibunya. "Huft, alhamdulillah sudah dapat. Nih makanan buat kamu sama Naya kalau yang ini buat Ibu." Eka menerima pemberian Fatih dengan mata berbinar. Bagaimana tidak bahagia jika pada akhirnya sang suami penganggurannya itu telah berubah. Yang tadinya pemalas kini sudah mau bekerja dan mendapatkan pekerjaan. "Wah ini kan makanan dari restoran ternama itu, Mas. Wah baunya enak sekali." "Yaudah yuk kita masuk, panggil Ibu sekalian kita makan malam sama-sama.""Iya, Mas." Eka pun masuk ke dalam rumah dengan perasaan teramat bahagia. Ia memanggil Bu Nuri dengan begitu bersemangat. Mereka sudah berkumpul di meja makan. Bu Nuri, Eka dan Nayra begitu senang dibawakan makanan dari restoran mewah itu. "Mas, makanan mahal ini dari mana? Kan kamu baru aja diterima kerja?" tanya Eka merasa heran karena Fatih baru saja kerja kenapa bisa dia membeli makanan mahal
"Siapa yang jadi orang kaya, Bu?" "Eka?""Kenapa sih? Ngeliatinnya kayak ketemu hanti begitu?""Ya habis kamu ngagetin orang tua saja. Kalau mausk tuh ketuk pintu dulu kan bisa.""Yeee kan kamar Eka sendiri ngapain ketuk pintu segala? Nah itu Ibi ngapain di sini?""Ya Ibu mau ngeliat anak Ibu lah, memangnya kenapa? Gak boleh?""Ya boleh saja, memangnya ada Eka bilang gak boleh? Terus tadi Ibu bilang jadi orang kaya siapa yang mau jadi orang kaya?""Ya Ibulah siapa lagi memangnya.""Ibu kaya darimana? Dari hongkong?""Jangan kurang ajar kamu ya, lama-lama mulutmu itu minta ditambal pake panci.""Ya Ibu aneh, orang kerja juga baru sehari kok udah ngayal jadi orkay.""Ini nih kamu, orang kalau pemikirannya sempit ya kayak kamu, cum badan aja yang digedein. Otak tuh digedein biar pinteran sedikit.""Kalau aku gak pinter gak mungkin Mas Fatih mau sama aku dong, Bu.""Terserah kamu ajalah, lagian sah-sah saja kan seorang Ibu berkata seperti itu sama anaknya siapa tau beneran dikabulkan jad
" Mas hari ini kamu kerja?" tanya Eka pada Fatih saat ia baru saja selesai menyeruput minuman beraroma khas dengan warna hitam pekatnya itu. "Hemm, kenapa?""Bagi duit dong, aku mau shoping.""Duit? Aku dari mana? Kan aku baru kerja sehari? Aneh-aneh aja deh kamu.""Kata kamu bos kamu baik kalau begitu bisalah kamu kasbon dulu kan sama bosmu itu.""Iya abis kasbon terus seminggu kerja aku langsung dipecat. Mau kamu?""Yeee gak gitu juga kali, Mas. Ya kali bisa gitu kan kasbon dulu, alesan apa kek alasan anak sakit kek atau Ibu sakit kek. Kan pasti mereka iba tuh.""Kamu nyumpahin Nayra sama Ibu sakit gitu maksudnya? Kurang ajar kamu ya!""Kok kamu marah? Aku kan hanya masih saran lagian gak beneran sakit juga kan?" "Mulutmu itu perlu disekolahin tau gak! Seenaknya saja bicara. Nih uang kalau mau shopping ke pasar aja!" Fatih meletakkan selembar uang berwarna merah ke atas meja. Bukannya merasa senang dan berterima kasih, Eka justru mengerucutkan bibirnya yang sama sekali tidak seksi
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKUHari yang dinanti-nantikan oleh semua orang pun tiba. Kinan berkali-kali melihat jam, memastikan kapan waktu yang tepat baginya untuk menyuruh semua orang yang sedang sarapan itu untuk berkemas.Di sisi lain, dia tidak sabar untuk segera melihat orang-orang itu bergegas berangkat, tapi di sisi lainnya, Kinan tidak enak hati untuk membuat semuanya jadi tidak bisa menikmati makanannya.Andra yang peka terhadap air muka istrinya yang cemas itu pun menyudahi acara makannya dan mencuci kedua tangannya. "Sayang?" panggil pria tampan itu sambil meletakkan kedua tangannya di bahu Kinan dari belakang."Eh?!" respon Kinan terkejut. "Maaf udah ngagetin kamu, ya," ucap Andra. Kinan membalik badannya dan menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. "Nggak apa-apa, kok," ucap perempuan itu lirih "Nggak apa-apa kok keliatan cemas gitu? Kenapa, Sayang?" tanya Andra dengan penuh kesabaran.Sebenarnya, dari gerak-gerik sang istri, Andra itu sudah tahu bahwa pasti Kinan seda
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKUWajah Selena begitu geram. Digelandang masuk ke dalam mobil polisi bersama dengan dua orang yang membuatnya naik pitam itu rasanya seperti disuruh memakan makanan kotor yang ingin segera dimuntahkan keluar sampai habis.Sejak dikawal menuju ke mobil polisi, Selena terus memperhatikan dua mobil polisi yang berada di belakang.Dia melihat Fredy yang memasuki satu mobil polisi dan Jane memasuki satu mobil lainnya. Di dalam mobil, baik Jane maupun Fredy diapit oleh dua orang petugas kepolisian di kanan dan kiri mereka. "Masuk Nyonya! Kami tidak mau bertindak kasar pada anda. Jadi tolong bersikap kooperatif pada kami."Seorang anggota kepolisian yang berdiri di belakangnya dan sedang memperhatikannya dengan tatapan kesal tampak mulai kehilangan kesabarannya melihat Selena yang berdiri di depan pintu mobil sejak tadi sambil memperhatikan dua mobil polisi lainnya yang juga membawa dua orang yang telah menimbulkan keributan tadi, tanpa berniat untuk masuk ke dala
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKUKeesokan harinya, Fatih berniat mengajak Andra untuk pergi ke showroomnya guna mewujudkan apa saja yang telah mereka bahas kemarin malam. Kebetulan dia juga sudah membuat janji dengan salah satu supplier truck yang menyediakan jasa modifikasi food truck.Eka yang mendengar obrolan keduanya pun segera berjalan menyambangi Fatih dan Andra untuk kemudian kembali mengutarakan keinginan yang tiba-tiba terlintas di pikiran."Boleh aku ikut membahasnya bersama dengan kalian?" tanya Eka sedikit basa-basi. Fatih dan Andra pun bersamaan menoleh akibat kedatangan Eka yang menurut mereka begitu tiba-tiba."Memang sudah seharusnya seperti itu, kan?" balas Fatih seraya tersenyum dan menggeleng pelan dengan pertanyaan aneh sang istri."Sepertinya nanti kami sangat butuh saran-saran lain darimu," jawab Andra yang juga tak luput dengan senyumannya."Aku juga mau ikut!" seru Kinan yang juga baru saja datang. Andra yang mendengar itu pun menaikkan sebelah alisnya sekilas."Ak
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKUSepasang mata itu mulai menyipit, memandang ke arah sepasang pria yang begitu ia kenal dengan baik tengah berduaan.Kerutan pada kening Selena bahkan mulai bermunculan ...."F-fredi?? S-siapa yang duduk dengannya??"Seketika, rasa sesak di dadanya kian hebat, debaran jantungnya kini berdetak tak karuan, amarah yang kian mencuat bahkan tangan terkepal sempurna, mendapati sang pujaan hati tengah menjalin kasih dengan wanita lain.Betapa tidak? Fredi terlihat tengah asyik berduaan dengan sosok wanita berpenampilan hedon, beberapa perhiasan mahal menghiasi kedua pergelangan tangan, jari jemari, leher dan juga sepasang telinganya.Selena benar-benar dibuat geleng-geleng kepala melihat kemesraan yang terjadi saat ini."Ck! Sialan, bisa-bisanya dia melakukan ini padaku."Saat itu pula amarahnya mulai meledak! Tanpa berpikir panjang wanita itu lekas melangkahkan kaki menghampiri mera Fredy."Ah! Kamu bisa aja, Say.""Serius Jane, kamu benar-benar terlihat cantik se
WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKUSelena menghentakkan kakinya dengan perasaan kesal. Wajahnya tampak masam terlihat. Ia juga heran kenapa Fatih dan juga Eka tidak mau menggubrisnya lebih jauh. Karena sudah diabaikan begitu saja, Selena pun pada akhirnya memutuskan untuk pergi. Rasa kesal yang ia rasakan masih juga belum surut. Sepanjang jalan, ia terus mengomel tak jelas. Tentunya merutuk pasangan suami istri tersebut.Sejak perceraian itu, Selena sudah tak mau menganggap Eka sebagai teman lagi. Karena menurutnya, Eka adalah wanita perusak kebahagiaannya. Padahal jika ditelisik dari fakta, justru dialah wanita yang merebut kebahagiaan sahabatnya sendiri.“Kenapa sampai sekarang aku tidak bisa melupakan Fatih, ya? Padahal aku sudah dapat pengganti yang tampan seperti Fredy,” keluh Selena dengan suara lirih.Ya, begitulah Selena. Ia masih terkurung dengan dilemanya sendiri. Jika tidak berada di dekat Fatih, ia bisa meredam rasa cintanya. Namun, akan sangat berbeda bila jarak mereka dekat, S
"Kenapa kamu duduk di depanku dan bukannya di sampingku?" Kinan mengernyitkan dahi tak mengerti."Kalau aku duduk di sampingmu, kita memang bisa dekat dan mesra-mesraan. Tapi, kalau aku duduk di depanmu, aku bisa puas liatin kamu. Sambil makan liatin kamu pasti bikin aku makin berselera."Seketika rona merah menjalar di wajah Kinan. Meski telah lama bersama, tetapi mendapat rayuan dari sang Suami tetap saja membuatnya malu dan salah tingkah."Ah, kamu bisa aja, Mas."Andra tersenyum dan berkata, "Makasih ya, Sayang. Udah buat dan bawa bekal buat aku.""Iya, sama-sama. Dimakan dong.""Hm, ini nikmat banget, Sayang. Kamu emang paling jago masak. Rasa masakannya gak ada duanya dan paling enak di dunia ini."Mendapat pujian seperti itu lagi-lagi membuat Kinan merasa senang bercampur malu. Ia senang karena suaminya benar-benar telah berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya."Bicara Mulu, nanti kamu keselek loh.""Ya gak dong, Sayang. Lagian aku kan cuma memuji istriku y
"Masih mau jadi saksi? Ibu liat sendiri kan kalau di sini tertulis nama saya," tunjuk Kinan ke arah tulisan namanya yang berada di bagian bawah tupertuper.Meski Bu Eli sudah berusaha menghentikan aksi Kinan itu, pada akhirnya gagal juga. Situasinya sedang tak berpihak kepada Bu Eli.Bu Ana–saudara Bu Eli dari kampung–terkejut dan sontak memandang Bu Eli, seolah-olah meminta penjelasan. Namun, Bu Eli hanya bisa menunduk dan diam seribu bahasa. Ia benar-benar sangat malu karena ketahuan tupertuper itu bukan miliknya."Kok, kamu gak bilang kalau itu bukan punyamu?!" bisik keluarga Bu Eli dengan penuh penekanan.Kinan cekikikan mendengar perkataan wanita tersebut. "Ya, gimana mau bilang, Bu. Wong tadi udah koar-koar kalau wadah mahal itu kepunyaan dia. Kalau dia jujur, mau taruh di mana mukanya."Kinan tampak tak peduli dengan raut wajah Bu Eli yang sudah berubah merah. Kesal karena Kinan begitu gamblang berbicara. Padahal tadi Bu Lei sudah berkoar-koar tentang betapa mahalnya wadah tem
Bukannya bersyukur mendapat makanan gratis, malah menggerutu tidak jelas. Bu Eli lantas berjalan menuju ke terasnya. Melihat kalau-kalau Kinan masih membagikan makanan dan tetangganya sudah sepi."Kalau masih ada sisa aku mau minta lagi ah."Bu Eli masih mengintip dari rumahnya. Namun, susunan box makanan sudah tidak ada, yang tersisa hanya Eka dan Kinan yang masih berada di teras rumahnya."Eh, masih ada kotak yang dipegang si Kinan dan iparnya. Samperin, ah." Bu Eli pun bergegas menuju ke rumah Kinan."Kinan!""Iya, kenapa, Bu Eli?""Acara bagi-bagi makanannya udah selesai?""Iya, emangnya kenapa, Bu?""Siap tahu makanannya masih sisa, kan kasian nanti bisa mubazir. Kalau makanannya sisa dan basi kan jatuhnya malah dosa bukannya dapat pahala. Seperti itu," tunjuk Bu Eli ke arah kotak yang dipegang Kinan."Wah, benar-benar gak tahu malu ya tetanggamu ini Kinan. Heh, Bu Eli! Kotak yang dipegang Kinan itu untuk makan siangnya. Malah mau minta juga. Tadi kan Bu Eli udah dapat.""Halah,
Hari itu Kinan mengadakan sedekah jumat seperti biasa. Makanan yang akan dibagikan sudah tersusun rapi di teras rumah agar lebih mudah dibagikan nanti. Ia tidak sibuk di dapur, karena yang akan dibagikan adalah makanan dari gerai."Semuanya sudah turun semua, Sayang," ucap Andra kepada Kinan setelah menurunkan kotak terakhir."Terima kasih, Sayang." Kinan tersenyum hangat ke arah sang Suami."Kita bagikan selepas Jumat atau sebelum?" Eka memastikan."Sebelum Jumat aja. Mbak jadi kan bantuin aku? Soalnya Mas Andra mau balik ke gerai lagi."Yah, Eka memang sengaja datang hari itu. Ia diminta tolong oleh Bu Nuri untuk mengantarkan rujak buatan ibu mertuanya itu untuk Kinan. Bu Nuri sengaja bikin karena Kinan sedang mengandung. Bahagia hati Kinan karena kini mertua dan iparnya bisa akur dengan dirinya. "Jadi dong."Setelah kepergian Andra kembali ke gerai, Kinan dan Eka kembali menghitung ulang jumlah makanan yang akan mereka bagikan. Totalnya ada seratus lima puluh box. Namun, ada yang