Jikapun dia meminta hubungan badan, kurasa aku akan melayani dengan senang hati. Kurangnya nafkah batin dari mas Adnan membuat otakku jadi liar saat berdekatan dengan Jim. Bahkan, kadang ingin sekali mengajaknya memadu asmara. Namun, aku masih tahan harga. Tak boleh sampai memulai lebih dulu sebab bisa jatuh haga diri ini. Hari ini aku sengaja mengajaknya berlama-lama bicara. Bahkan kukatakan tak usah ke kantor lagi. Pastilah mudah memberi alasan bagi ketidakhadiran seorang atasan. Ada hal sangat urgen yang ingin kubahas. Ini terkait masa depan hubungan kami. Sama seperti pada pria-pria sebelumnya, aku akan mendesak mereka memberikan status resmi. Hammm, tak jadi dengan Kevin, Jim pun tak apa. Toh, sama-sama orang kaya. Keduanya setaraf dalam ketampanan juga gemerlapnya harta dunia. “Mas, aku tak mau hubungan ini tak jelas arahnya. Apalagi kita sama-sama sudah punya pasangan. Kamu suami orang, aku juga istri orang. Bagaimana kalau istrimu tahu, apa kau akan membuangku seperti sepu
Yang kupikirkan saat ini adalah nasib hubungan ini. Akankah kandas sebagaimana hubungan dengan Kevin? Tak tahulah apa yang akan terjadi nanti. Hanya saja perkiraanku bicara bahwa Jim takkan lagi menghubungiku setelah ini.. Dari sikapnya pada Cindy tergambar jelas ia masih mencintai istrinya. Mungkin padaku hanya napsu saja, sama dengan Kevin hanya lebih halus. Dasar laki-laki. Nyatanya tak ada yang bisa dipercaya. Kere saja ada yang banyak tingkah, apalagi uang berlimpah. Istri memang satu, tapi mainan malam itu ribuan. Rupanya keberuntungan belum berpihak padaku. Hasratku menikahi pria kaya masih harus disimpan kembali sampai ada mangsa baru. Sialan memang! * Benar saja apa yang kuprediksi, Jim tak lagi menghubungiku. Bahkan, ketika aku menelpon nomornya tak bisa dihubungi. Sepertinya diblokir. Mau marah, marah pada siapa? Inilah resiko berhubungan dengan suami orang. Tak semua laki-laki bisa melepas istri demi wanita keduanya. Meski pun yang melakukannya banyak, tetap ada sat
Aku tak tahan untuk memendam pertanyaan. Aku butuh jawaban atas rasa penasaran yang sejujurnya menciutkan nyali.Pria itu menghela napas berat. Ia meneguk minuman yang disajikan pelayan beberapa tegukan. Setelah meletakkan gelas pialanya, ia kembali berkata, “Kalau kita bercerai bukan karena aku kembali pada mereka. Itu karena kau yang tak bisa memperbaiki kesalahanmu. Apa kau pikir aku harus terus menerus bodoh percaya pada manusia yang jelas tak bisa dipercaya?”Kata-kata mas Adnan telak menampar wajahku. Aku benar-benar seperti sedang disidang oleh hakim di pengadilan. Namun, aku harus berjuang untuk tidak diceraikan.“Beri aku kesempatan sekali lagi, Mas. Jika aku berbuat salah kembali, aku siap diceraikan,” pintaku dengan nada bergetar. Seumur hidup baru sekarang aku mengemis pada seorang pria. Biasanya mereka yang mengiba padaku.“Aku janji akan mencinta anak-anak, Mas. Mereka sesekali akan kuasuh jika mba Rida mengizinkan. Lagipula aku’kan belum punya anak jadi waktunya luang.
Ketika ia membuka pakaian, aku membantunya. Ia membiarkan saja tanpa kata-kata. Lalu mengikutinya ke toilet. Mas Adnan pun tak bereaksi.Ini adalah kesempatan terbaik, aku akan memberinya servis paling memuaskan. Mas Adnan pun tak menghardikku saat lebih intens lagi menyentuhnya. Hmmm, sepertinya lelaki ini memang menginginkannya. Baiklah, Sayang, aku akan membuatmu terkapar.Kami pun melupakan sejenak pertikaian. Bahkan mungkin akan selesai dengan persatuan raga ini. Begitulah mas Adnan, ia tak akan berdaya kalau sudah urusan pemenuhan biologisnya.Jika tetap seperti ini, selamanya ia akan ada dalam genggamanku.*“Mas, aku tuh kangen berat loh sama kamu,” kataku setelah kami selesai membersihkan badan dan berganti pakaian.Aku bicara sambil mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Pria ini hanya asyik menatap cermin. Mungkin juga sedang mengingat permainan panas barusan.“Aku pijitin, ya. Ayo sini!”Aku menarik tangannya hingga kini kami ada di ranjang. Setelah badannya telungkup,
ADNAN Aku sengaja memaafkan Ela dengan tekad menbawanya kembali ke jalan yang benar. Jika memang jodoh kami panjang, aku berharap akan ada kehidupan lebih baik ke depan. Upaya ini berbatas waktu. Tiap bulan akan ditinjau ulang. Jika semua cara yang kutempuh tak ada hasilnya, maka pilihan terakhir adalah perpisahan. Aku tak melepas Ela bukan berarti bodoh akibat cinta buta. Bukan sama sekali. Aku hanya ingin ia berubah bersamaku yang ingin hijrah. Kegagalan kisahku dengan Rida cukuplah menjadi pelajaran. Aku tak mau hal tersebut terulang kembali. Perceraian itu adalah jalan menyakitkan, apalagi ada anak di antaranya. Aku sengaja membawa Ela ke pesta Rida agar dia bisa melihat kejayaan orang lain. Di situlah sifat sombong dan dengkinya akan tercabik. Kuharap ia mau sedikit merendahkan hati. Raut wajah syok, bingung dan kesal pada Ela dapat tertangkap netra ini. Ia pastinya sangat tak menikmati kemegahan yang sedang dinikmati Rida, wanita yang pernah ia zolimi. Beda hal dengan Rid
Lintasan kebersamaan kami hadir lagi. Betapa kini kusadari saat itu Rida menjadikanku raja. Ia tak pernah sekalipun bersuara tinggi, senantiasa mentaati perintah dan menjadi pendengar setia keluh kesah suaminya. Rida bukan pasif, tapi ia ingin memberi kesempatan padaku untuk memutuskan. Perempuan seperti itu berorientasi pada kebahagian dan kepuasan pasangan bukan diri sendiri. Kini, aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Bidadari itu telah bahagia dalam pelukan kekasih barunya. Afgan pasti akan mendapatkan ketenangan, cinta kasih dan kepuasan lahit batin di sisinya. Kuusap wajah untuk mengembalikan kesadaran agar tak terus dalam kenangan masa lalu. Semua itu tak mungkin terulang. Benarlah penyesalan itu di akhir, bukan di awal. Kadang laki-laki terlalu digulung napsu hingga lupa pada resiko dari tindakannya. “Aduh, Mas, aku nyari ke sana-sini. Kenapa ninggalin, sih?” Lamunanku buyar sempurna oleh teguran Ela yang kini sudah ada di depan meja kami. Ia kemudian menarik satu kurs
ADNAN Cindy menangis tertahan, kusuruh ia menutup mulut agar tak terdengar. Proses perekaman adegan laknat itu harus rampung agar jadi bukti kuat. Setelah tugas selesai, aku memaksa Cindy meninggalkan tempat ini. Meski sangat ingin menghajar Jim aku menahan diri. Ini pesta Rida, tak pantas kami membuat huru hara di hari bahagianya. Aku pernah membuatnya menderita, tak mungkin sekarang menghancurkan nama baik mereka. Aku menyeret Cindy yang terlihat tak rela pergi begitu saja. Kuyakinkan ia bahwa melabrak saat ini hanya akan menghancurkan nama baiknya. Apalagi ini di pesta pernikahan mantan suami yang pernah dikhianati. Tentu akan jadi bahan gunjingan dan tertawaan orang-orang. Kulakukan ini semata-mata karena dorongan kemanusiaan. Aku kasihan pada wanita yang sekarang tak henti-hentinya mencucurkan air mata. Dari luar saja sudah terlihat menderita Bagaimana yang ada di dalam hatinya. Cindy akhirnya pasrah sebab cekalan tanganku amat kuat hingga dia tak sanggup lepas. Kubawa wani
Kucoba menarik kesadaran tentang apa yang terjadi kemudian. Syukurlah kami selamat meski badan ini rasa remuk redam akibat benturan yang cukup keras. Ela pun selamat, tapi ia meringis sambil memegangi kepala dan dadanya. Aku membuka pintu sebab gedoran orang-orang tak berhenti. Mereka mungkin ingin memastikan keaadaan kami. Apakah selamat atau ada yang cedera. Saat pintu terbuka, mereka bertanya macam-macam. Aku tak bisa menjawab sebab tubuh ini amat lemah. Jangankan bicara, untuk menoleh saja tak sanggup. Melihat kondisiku dan Ela, orang-orang itu bersegera melakukan pertolongan. Mereka mengevakuasi kami dari dalam mobil. * “Sebenarnya apa mau, Mas? Kenapa melakukan hal konyol yang hampir membunuh kita berdua?” tanya Ela setelah keadaan kami pulih. Dan, sekarang sudah ada di rumah. Kami diantar petugas polisi sebab aku tak bisa menyetir. Kondisi benturan membuat fisik tidak stabil. Aku tak mau berdebat saat ini, baiknya pembicaraan tentang perceraian ditunda sampai besok. Yan