“Mba Ane,” panggil pa Hardi ketika Ane baru saja keluar dari kamar Marco.
Ane menyeka air matanya. Sebelum menoleh pada pa Hardi. Ane masih mengenakan dress yang ia kenakan untuk ke acara pernikahan Lea dan Damas tadi. Hanya saja, rambut yang tadinya sedikit ditata dengan diikat ke atas, sekarang sudah digerai walau masih ada sisa curly pada bagian bawah rambutnya.
“Ya Pa Hardi,” Ane kemudian menghentikan langkahnya.
Pa Hardi segera menghampiri Ane.
“Boleh saya bicara?” tanya lelaki pada Ane lebih dulu.
“Kita bicara disana ya Pa.” Ane kemudian mengajak pa Hardi ke balkon tempat dirinya biasa sedikit berbincang dengan Marco.
Mereka berdua langsung duduk di kursi yang ada. Saling berhadapan. Pa Hardi sudah tau jika ini adalah hari pernikahan dari kekasih Marco. Lelaki itu juga sudah bisa menduga jika Marco mungkin akan bisa bereaksi seperti ini k
Hi, Semoga kalian suka ya dengan chapter 29 di novel ini, ya. Nantikan kisah cintanya Damas dan Kalea dalam novel WAITING FOR HER LOVE ini ^_^. Jangan lupa untuk berikan rate 5 pada cerita author ini, tambahkan pada library kalian dan juga comment pada setiap chapternya ya (Tapi mohon untuk tidak membocorkan isi cerita yang author publish di kolom comment ya Sayang-sayangkuuu ^_^). Berikan Vote untuk Damas dan Kalea juga ya Sayang-sayangku. Love, Author 💗 💗 💗
Damas yang mendengar jawaban dari istrinya, langsung menyeringai dan memberikan sedikit kissmark di lehernya. Damas betul-betul dibuat terbang melayang jika begini keadaannya. Damas sungguh berterimakasih jika Lea benar mengizinkannya malam ini. Menyalurkan hasrat yang sudah ia pendam. Sebagai seorang lelaki normal, tubuh Lea begitu sangat menggoda. Mustahil jika ia akan melewatkan malam ini tanpa gadis itu melengkuhkan namanya. Ia bertekat untuk melakukannya setelah tadi mengizinkannya. “Apa aku boleh melakukannya sekarang?” tanya Damas memastikan. Kali ini yang sudah melepaskan kemeja putihnya dan membiarkannya jatuh ke lantai berbahan kayu yang sedang mereka pijak. Rasanya tidak adil jika harus membuat Lea sendirian yang bertelanjang daada. “Lakukan yang kamu ingin lakukan, Mr. Evans! Aku milikmu mulai hari ini!” Lea kini berserah pada suaminya yang sudah shirtless. Menampilkan daadanya
Mentari pagi, sudah mulai meninggi. Tapi, seorang gadis masih terus bergumul dengan selimut yang masih membalut tubuhnya. Gadis itu masih tidak mengenakan apapun setelah semalam ia melakukannya untuk pertama kali dengan sang suami. Sedikit perih di bawah sana walaupun suaminya masih tidak telalu memaksakan apa yang ingin ia lakukan. Sungguh, hanya lelaki itu yang bisa menyetubuhinya setelah ia berstatus sebagai suaminya. Sedangkan sang suami, sudah berdiri di teras di depan kamarnya sambil memandang pantai dan hamparan pasir putih yang berada di depannya. Lelaki itu bahkan tak henti-hentinya mengulas senyuman di wajahnya karna begitu bahagia bisa menyecap madu di tubuh istrinya untuk pertama kali. Lelaki itu memakai celana boxer yang membalut tubuhnya. Shirtless dengan perut kotak-kotak yang terpatri sempurna di tubuhnya membuat lelaki itu semakin terlihat tampan. Walaupun shirtless lelaki itu sama sekali tidak kedingi
Selesai memberikan kabar kepada keluarga mereka. Damas dan Lea akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan di pasir putih yang sedari tadi sudah menggoda untuk dijejaki. Tapi sebelum mereka benar-benar keluar dari kamar mereka, Damas malah menggoda Lea lagi dan akhirnya terjadi lagi pergumulan yang membuat Lea tak mungkin menolak yang diinginkan suaminya lagi. Setelah puas dengan pergumulan di atas ranjang yang membuat mereka akhirnya mandi lagi setelah melakukannya. Lea akhirnya berusaha untuk menjauhkan dirinya ketika lelaki itu sedang asyik di bawah pancuran di bilik shower kamar mandi di kamar mereka. Lea memilih untuk mengaplikasikan skin care di kamarnya agar tidak tergoda lagi dengan lelaki itu. Walupun sebenarnya, siapa yang akan tahan melihat godaan tubuh suaminya sendiri yang juga sudah memintanya untuk mandi bersama. Damas masuk ke kamarnya dan hanya melilitkan handuk putih disebatas pinggangnya. Lelaki itu munc
Dua bulan kemudian. “Faster Lea!” titah sang suami yang sedang berada di bawah kendali tubuh gadis itu. Lea terus bergerak untuk memanjakan inti milik suaminya dan semakin bisa untuk bisa menyenangkan suaminya. Setelah kepulangannya dari bulan madu waktu itu, Lea langsung diboyong ke sebuah penthouse mewah yang dibeli Damas khusus untuk Lea. Lelaki itu sengaja memboyong Lea kesana sebelum mereka berdua memiliki anak. Ketika di Sumba, Damas memberikan penawaran pada Lea dimana mereka berdua akan tinggal setelah sampai di Jakarta. Lea memilih untuk tinggal di penthouse. Begitu sampai di Jakarta Damas langsung membawa gadis itu kesana. “Mas … ah … ahhh.” Lea masih terus melengkuhkan kenikmatan yang hadir dan tubuhnya masih bergetar ketika sudah mendapatkan klimaksnya. “Terima kasih!” kata Damas yang langsung merentangkan tangannya minta Lea untuk masuk
“Mas! Aahh …” Lea terus saja bergerak perlahan di atas suaminya dengan melingkarkan tangannya di leher lelaki itu. Bahkan suaminya itu sedang melumat nipplenya dan terus melakukan gerakan memutar untuk membuat gadis yang sedang bergerak itu kewalahan menerima serangan dari bibirnya. Damas bahkan terus membujuk Lea dengan kenikmatan tanpa akhir malam itu. Lea yang tadinya ingin langsung berendam dan tidur setelah merenggangkan otot-otonya yang terasa kaku, malah dibuat melengkuhkan nama suaminya itu berkali-kali. Bahkan mereka terus saja melakukan penyatuan tubuh mereka tanpa bisa dicegah lagi. Damas semakin gemas dengan lengkuhan yang Lea perdengarkan di telinganya dan membuat dirinya terus mengigit dan mengulum juga menggerakkan lidahnya beberapa kali agar gadisnya terus diberikan rasa nikmat yang takkan pernah habis. Damas yang menaikkan tubuh Lea di atas bahu bathtubnya dan melebarkan kaki gadisnya. Le
Damas memegang gagang pintu berwarna putih dan hendak menekan knop berwarna silvernya. Tiba-tiba … “Leee …. Aaa … Le … aaa … Leaa …” suara serak itu terdengar di belakang tubuh sepasang suami istri itu. Lea dan Damas langsung sontak membalikkan tubuh mereka begitu mendengar suara yang seperti sedang memanggil Lea. “Coco!” Lea langsung sedikit berlari dan menghampiri lelaki yang tengah terbaring di ranjangnya. Marco seperti sedang meminta bantuan karna tangannya diikat lagi oleh pa Hardi sejak mereka datang. Coco juga seperti ingin mengucapkan sesuatu. Namun, Lea tidak berani membukakan ikatan yang terpasang di tangannya. “Mas, tolong panggil pa Hardi!” titah Lea pada Damas yang sedang berdiri di sampingnya. Damas langsung meninggalkan Lea dan Damas di kamarnya dan memanggilkan pa Hardi. “Co, apa yang kamu rasakan?” tanya Lea yang langsung mengambil tangan Marco agar lelaki itu juga s
Selama perjalanan pulang ke penthouse, tak ada sedikitpun pembicaraan antara Damas dan Lea. Hanya ada beberapa kali bunyi panggilan masuk ke ponsel Damas yang tentunya langsung lelaki itu jawab. Damas bahkan seperti sedang mengabaikan Lea walaupun, Lea memegang tangan kiri Damas untuk ia bawa ke pangkuannya. Lelaki itu seperti terlihat sedang kesal dan tak ingin diganggu. Lea, mencoba memberanikan diri untuk menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki di sampingnya yang masih juga sibuk berbicara dengan sekertarisnya melalui sambungan telponnya. Damas tidak memandang ini hari apa, tapi yang pasti lelaki itu akan menerima segala bentuk panggilan dari kantornya jika itu sudah menyangkut pekerjaannya. Di menit pertama Lea menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki itu ketika sedang menyetir sambil terus berbicara melalui sambungan telponnya, tidak menimbulkan reaksi apapun. Damas terus tidak memperdulikan Lea. Dan itu membuatnya sedikit kecewa karna biasanya Damas
Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, ternyata Lea menelpon Ane. Getaran yang di kantung denim yang sedang ia kenakan terasa membuatnya berhenti sejenak dan merogoh kantung belakangnya. “Ada apa Ane? Apa terjadi sesuatu dengan Coco?” tanya Lea dengan suara paniknya. “Tidak, tidak! Coco baik-baik saja. Dia hanya begitu merindukanmu, Lea. Ia terus menanyakanmu. Menanyayakan keberadaanmu dan sedang bersama siapa kamu. Sepertinya perasaan Coco begitu kuat padamu, Lea.” Ucap Ane yang sedikit menyesali kebohongan yang sudah ia katakan pada kakanya tadi. “Aku juga merindukan Coco, An. Tapi aku tidak bisa kesana sekarang dan mendampinginya.” Ucap Lea dengan nada sedikit tidak enak. “Iya, aku tau Lea. Aku mengerti. Aku minta maaf karna seharusnya tadi aku tidak menciptakan kebohongan ini.”Sesal Ane yang juga merasa tidak enak pada sahabatnya itu. “Tapi aku akan usahakan untuk menemui Coco.” Janji Lea pada sahabatnya itu. “Ya, kami akan menunggu
Rahang dan tangan Coco sukses mengepal dan deru nafas yang tidak beraturan membuatnya menatap dua anak manusia yang sedang bergumul dengan gairah yang entah siapa yang memulainya. Lea dan Damas sukses dibuat jadi bergidik ngeri. Terutama Lea yang pasti akan menjadi tersangka atas kejadian yang baru saja tidak sengaja dipertontonkan untuk mantan calon suaminya itu. Lea yang tadinya terpejam bahkan langsung membeliakkan matanya karna mendengar suara yang begitu ia kenal itu. Damas juga jadi menghentikan kegiatannya yang sedang menikmati tubuh istrinya dan ikut melihat ke sumber suara yang membuat mereka saling terdiam dan mengumpulkan kesadarannya sesegera mungkin.“Co … Co?” Lea terkejut melihat lelaki yang dulu hampir menjadi suaminya itu kini malah melihat dirinya dengan suami sahnya hampir melakukan hubungan intim di sana. Mereka yang sedang dikuasai oleh gairahh jadi tidak begitu fokus dengan suara derap langkah. Yang terdengar di ruangan itu adalah suara cecapan yang Damas lakuka
Dua hari kemudian, “Halo, iya Pa, tunggu sebentar ya. Saya keluar dulu.” Damas menjawab telpon seseorang ketika ia dan Lea sedang berada di ruang keluarga. Hari itu tidak ada jadwal yang mengharuskan Damas untuk berangkat ke kantor. Ia lebih memilih untuk berada di penthousenya menemani Lea. Jadilah Damas memesan makan siang untuk mereka nikmati berdua. Tak lama lelaki itu memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantong celananya setelah menjawab telpon dari orang yang mengantarkan makanan untuk mereka. “Siapa, Sayang?” tanya Lea yang kemudian menanyakan hal itu pada suaminya yang sekarang sudah berdiri dari sofanya. “Aku ke depan dulu ya, ini driver ojek onlinenya sudah sampai. Aku pesan makanan untuk kita berdua.” Kata Damas yang kemudian menyunggingkan senyumannya. “Oke aku tunggu,” Damas kemudian keluar setelah mengelus pucuk kepala Lea dengan sayang dan sedikit mencubit gemas pipi istrinya yang sudah terlihat sedikit chubby karna terlalu banyak disuguhkan makanan lezat dari su
3 Bulan kemudian.Damas akhirnya berhasil membujuk Lea untuk pulang ke rumahnya setelah mereka berdua menyelenggarakan acara 4 bulanan untuk anak mereka. Mereka membuat acara 4 bulanan untuk buah hati mereka tentunya dengan acara tertutup di sebuah resto yang sudah mereka booking khusus untuk acara itu. Hanya ada beberapa kerabat dan sanak saudara yang hadir dalam acara itu. Bahkan mungkin tidak lebih dari 200 orang yang datang untuk memanjatkan doa bersama untuk kesehatan dan kelancaran kelahiran buah cinta mereka.Lea sendiri memang awalnya menolak untuk membuat acara itu, mengingat kondisi Coco yang masih belum mengetahui kondisi dan situasi yang sebenarnya tentang hubungan mereka. Tapi Damas berjanji hal itu tidak akan mempengaruhi kondisi apapun mengenai mantan teman duelnya itu. Jadilah, Lea akhirnya mau ikut dalam persiapan acaranya itu. Bahkan, Lea tampak paling bersemangat untuk mempersiapkannya.Setelah mereka sampai di kamarnya, Damas mulai membuka setiap helai benang yang
Ane langsung pulang ketika mendengarkan kabar dari Coco. Gadis itu juga begitu mengkhawatirkan sahabatnya. Walaupun Ane dan kedua orangtua Coco sudah tau apa yang menjadi penyebab Lea seperti itu. Tapi Ane tetaplah khawatir pada sahabatnya itu. Marvel dan Marlina langsung meminta Ane untuk pulang walaupun acara pernikahan salah satu kolega Marvel masih belum selesai terlaksana. Ane menurut mendengar perintah dari kedua orangtuanya untuk menemani Lea di mansion mereka. “Lea!” Ane sedikit berbisik ketika Lea sedang terlihat berbaring dan tertidur pulas di kamarnya. Ane mengelus lengan Lea dengan lembut sehingga membuat Lea tersadar. “Masih pusing?” tanya Ane ketika melihat Lea mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. “Ya, sedikit. Maaf aku jadi mengganggu acaramu, An.” Ucap Lea yang menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang king size milik sahabatnya. “Sama sekali
Kini hanya tinggal Coco dan Lea di dalam sebuah ruang tunggu. Lea diminta untuk menunggui Coco yang baru saja menyelesaikan terapinya. Gadis itu meminta pa Hardi untuk mengambilkan obat dan vitamin yang harus rutin diminum oleh Coco di apotik di dekat ruang tunggu itu. “Co, apa kamu ingin makan sesuatu?” tanya Lea yang kemudian menyodorkan menu makanan sebuah resto cepat saji pada layar ponselnya. Kebetulan setelah pulang dari Hospi Hospital, tidak ada orang di mansion keluarga Avilash. Kedua orangtua Coco dan Ane sedang pergi ke sebuah acara pernikahan kolega Marvel. Jadilah, hanya tinggal mereka berdua yang ada nanti di dalam rumah. Tentu saja, dengan pa Hardi sebagai pendamping bagi Coco saat ini. Karna mendengar rencana kedua orangtuanya, Coco juga meminta pa Hardi dan ARTnya tidak memasak untuknya. “Aku tidak ingin apapun yang ada disana,” ucap Coco sambil menggelengkan kepalanya. “Kamu harus makan. Kamu per
“Selamat, ya! Kandungannya Lea sehat. Aku akan meresepkan vitamin untuk Lea dan bayi kalian. diminum harus rutin dan jangan cape-cape ya, Lea. Aku tau jadwal kamu pasti padat. Pa Boss, ringankanlah tugas Istrimu jangan suruh dia bekerja dulu. Kalau bisa,” kata Dokter Syafima sambil memberikan senyuman pada Lea dan Damas yang tengah duduk di depannya. Dokter Syafima yang juga sempat menjadi penyanyi di bawah naungan perusahaan Damas itu ikut merasakan kebahagiaan yang tercipta di hadapannya. Ia merasa terkejut begitu melihat Damas nyatanya membawa Lea ke hadapannya untuk memeriksakan kandungannya. Saat mereka menikah, Syafima yang akrab disapa dokter Syasya itu diundang ke acara pernikahan mereka. Tapi, sayangnya Syasya tidak bisa datang dan mengirimkan doa dan juga beberapa hadiah ke penthouse Damas dan Lea. “Aku sih ingin saja, memberikannya libur. Tapi Ka Syasya juga tau kan Istriku ini sangat tidak bisa diam. Aku takut jika nantinya akan di
3 hari kemudian, “Selamat pagi,” sapa Lea pada seorang lelaki yang sedang berada di kursi roda. Lelaki itu sedang memandang indahnya kebun bunga milik maminya. Setiap pagi, hanya itu yang ia lakukan. Karna setelah mandi dan mengganti pakaiannya, pa Hardi selalu mengantarkan Coco ke taman bunga itu dan menyiapkan sarapannya di halaman belakang. Coco menoleh ketika Lea berada di sampingnya. “Sayang!” Coco langsung tersenyum dan sedikit menarik tangan Lea. Jelas saja, Lea sedikit banyaknya terkejut dengan apa yang Coco lakukan padanya. “Kenapa?” tanya Lea yang langsung mengerti jika lelaki itu memintanya untuk mendekat ke arahnya. “Darimana saja kamu? aku begitu merindukanmu,” ucapnya sambil mengelus pipi Lea dengan sangat sayang dan penuh kehati-hatian. “Maaf, karna beberapa hari ini aku tidak ada kabar. Aku harus rekaman dan melakukan sedikit jadwalk
Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, ternyata Lea menelpon Ane. Getaran yang di kantung denim yang sedang ia kenakan terasa membuatnya berhenti sejenak dan merogoh kantung belakangnya. “Ada apa Ane? Apa terjadi sesuatu dengan Coco?” tanya Lea dengan suara paniknya. “Tidak, tidak! Coco baik-baik saja. Dia hanya begitu merindukanmu, Lea. Ia terus menanyakanmu. Menanyayakan keberadaanmu dan sedang bersama siapa kamu. Sepertinya perasaan Coco begitu kuat padamu, Lea.” Ucap Ane yang sedikit menyesali kebohongan yang sudah ia katakan pada kakanya tadi. “Aku juga merindukan Coco, An. Tapi aku tidak bisa kesana sekarang dan mendampinginya.” Ucap Lea dengan nada sedikit tidak enak. “Iya, aku tau Lea. Aku mengerti. Aku minta maaf karna seharusnya tadi aku tidak menciptakan kebohongan ini.”Sesal Ane yang juga merasa tidak enak pada sahabatnya itu. “Tapi aku akan usahakan untuk menemui Coco.” Janji Lea pada sahabatnya itu. “Ya, kami akan menunggu
Selama perjalanan pulang ke penthouse, tak ada sedikitpun pembicaraan antara Damas dan Lea. Hanya ada beberapa kali bunyi panggilan masuk ke ponsel Damas yang tentunya langsung lelaki itu jawab. Damas bahkan seperti sedang mengabaikan Lea walaupun, Lea memegang tangan kiri Damas untuk ia bawa ke pangkuannya. Lelaki itu seperti terlihat sedang kesal dan tak ingin diganggu. Lea, mencoba memberanikan diri untuk menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki di sampingnya yang masih juga sibuk berbicara dengan sekertarisnya melalui sambungan telponnya. Damas tidak memandang ini hari apa, tapi yang pasti lelaki itu akan menerima segala bentuk panggilan dari kantornya jika itu sudah menyangkut pekerjaannya. Di menit pertama Lea menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki itu ketika sedang menyetir sambil terus berbicara melalui sambungan telponnya, tidak menimbulkan reaksi apapun. Damas terus tidak memperdulikan Lea. Dan itu membuatnya sedikit kecewa karna biasanya Damas