Dua jam sudah Adel mengerjakan tugas rangkumannya. Pekerjaan melelahkan itu pun akhirnya selesai juga.
"Nih rangkumannya!" ucap Adel menyodorkan beberapa lembar berkas ke hadapan Anton.
"Sudah selesai semuanya, kan?" tanya Anton memastikan. Matanya menoleh ke arah wanita yang berdiri di hadapannya itu
"Ya sudahlah, kalau belum nggak mungkin gue kasih ke elo! Uda cepet lo periksa!" jawab Adel ketus. Gadis dengan blazer warna hitam itu menarik kursi dan duduk tepat di hadapan Anton.
"Bagus! Semuanya sudah sesuai dengan isi presentasi saya!" ucap Anton setelah mengecek kertas-kertas itu.
Kring! Kring!
Ponsel
"What? Ikut?" tanya Anton terkejut."Iya! Gue ikut lo ke rumah mantan istri lo itu!""Kamu jangan aneh-aneh, Del! Untuk apa kamu ikut? Kampung halaman Nisa itu jauh, lagipula' rumah kamu udah dekat, sebentar lagi kita juga sampai! Kamu jangan macem-macem,""Gue nggak macem-macem, ko! Gue cuma mau ikut sama lo! Udah itu aja!""Tapi, Del! Mau ngapain kamu disana? Aku kesana bukan mau liburan, tapi mau menyelesaikan urusan penting! Ini urgent' Del. Sudahlah jangan ngaco! Ada-ada aja kamu nih," ucap Anton. Ia sama sekali tidak menanggapi keinginan Adel dengan serius.Anton terus mempercepat laju mobilnya, ia harus segera tiba di rumah Adel. Pikirann
Setelah tiga puluh menit perjalanan, akhirnya mereka pun tiba di kampung halaman Nisa. Dengan tergesa-gesa Anton turun dari mobil dan bergegas melewati jalan setapak menuju rumah Lilis."Anton tungguin gue dong! Lo gimana' sih, ko gue malah ditinggal?" teriak Adel yang berjalan mengekor di belakang Anton.Anton pun menghentikan langkahnya, ia menunggu calon istrinya itu."Pelan-pelan kenapa' sih? Nggak sabaran banget ketemu mantan istri!" cetus Adel kesal."Ya sudah, ayo!" ucap Anton menarik tangan Adel, lalu menuntunnya dan mereka pun berjalan berdampingan.Perasaan Adel tak menentu, ia tersenyum senang saat jemari tangannya digenggam erat oleh pria menyeb
"Kamu istirahat dulu disini!" ucap Anton menurunkan Adel di atas sofa saat mereka tiba di rumah Lilis.Baru saja Adel menikmati hangatnya berada di gendongan Anton. Kini ia terpaksa harus melepasnya. Padahal ingin sekali ia merasakan hangatnya punggung Anton lebih lama lagi."Nis, kamu mandi dulu, ya! Badan kamu kotor sekali," ucap Lilis pada Nisa yang duduk tepat di samping Anton.Nisa tidak menjawab, ia hanya menggeleng menolak seruan Lilis."Benar kata Mbak Lilis, Nis! Badan kamu kotor banget, tuh liat' banyak tanah kuburan yang nempel di baju dan kulit kamu!""Nisa nggak mau mandi, Mas! Nisa mau duduk disini saja sama Mas Anton saja!" jawabnya ber
Anton terkejut mendengar suara Adel, ia menoleh ke belakang, tangannya langsung mendorong Nisa dari pelukannya. "Adel!" ucap Anton. Ia berlari mengejar Adel yang bergegas keluar setelah melihat pemandangan menjijikan itu. Sedangkan Lilis langsung masuk ke dalam kamar dan membantu Nisa mengobati luka di tangannya. Lilis juga menyuruh Nisa untuk segera memakai bajunya. "Adel tunggu! Kamu mau kemana?" Teriak Anton menghampiri Adel ke teras luar. "Kamu jangan salah paham, Del! Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, aku bisa menjelaskan semuanya," Anton menarik bahu Adel dan berusaha menjelaskan apa yang terjadi kepada calon istrinya itu. "Jelasin apa? Lo nggak perlu ngejelasin apa-apa ke gue! Lagian--gue nggak apa-apa' ko, lo mau pelukan kek, mau ciuman kek, mau tidur bareng sama mantan istri lo itu juga bukan urusan gue!" jawab Adel menahan air mata yang sudah siap meluncur di pelupuk matanya. Gadis itu berusaha menyembunyikan perasaa
"E-elo nggak sedang ngerjain gue' kan?" tanya Adel terbata-bata. Ia takut kebahagiaan yang dirasakannya itu hanya menjadi sebuah lelucon untuk Anton."Memangnya saya terlihat sedang bercanda?" tanya Anton. Kedua tangannya memegang pundak gadis yang berdiri gugup di hadapannya itu.Adel menggelengkan kepalanya ragu-ragu."Terus? Kenapa kamu bilang seperti itu? Kamu nggak percaya dengan apa yang saya katakan barusan?" tanya Anton semakin mendekatkan wajahnya, hembusan nafasnya terasa begitu hangat membuat Adel semakin salah tingkah.'Mampus gue! Kenapa nih cowok semakin mendekat? Kan gue jadi salting. Come on Adel! Jangan nervous seperti ini, lo harus tetap stay cool. Lo harus jual mahal Adel! Lo nggak boleh gampang p
"K-kita … kita sedang mencari kunci mobil yang jatuh, Nis! I-iya' kan, Del?" ucap Anton berbohong. Walaupun ia yakin Nisa tidak akan mempercayainya. Terlebih Nisa melihat apa yang ia dan Adel lakukan barusan.Adel pun mengangguk mengiyakan. Gadis itu tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya karena bisa menikmati ciuman hangat dari pria yang dicintainya."Ayo cepat masuk, Mas! Udah malam ini, nanti kamu masuk angin kalau lama-lama diluar! Besok aja nyari kunci mobilnya," ucap Nisa. Ia menarik lengan Anton dan memaksanya masuk."Iya, Nis, sebentar. Ayo' Del, kita masuk!" ajak Anton pada Adelia. Mereka bertiga pun segera masuk ke dalam rumah.Di meja sudah tersaji empat gelas teh hangat dan ubi rebus yang di
Pagi hari Anton bangun lebih awal, setelah mandi ia pun segera keluar dari rumah menuju pekarangan depan untuk menelpon Ayahnya dan juga orang tua Adel. Tadi malam Anton memang sudah mengirim pesan singkat kepada mereka. Namun, belum afdol rasanya jika belum berbicara langsung dan mengabarkan jika mereka baik-baik saja.Selesai menelpon keluarganya, Anton pun lantas menelpon dokter Tiara untuk berkonsultasi mengenai kondisi Nisa yang belum sepenuhnya stabil.Ia menceritakan semuanya kepada dokter yang dulu merawat Nisa di rumah sakit jiwa itu.Dokter Tiara menyarankan agar Nisa mengikuti terapi. Namun, karena kondisi yang tidak memungkikan akhirnya dokter Tiara pun memberikan opsi kedua yaitu dengan memberinya obat agar Nisa lebih tenang.
"Udahlah, Nis, nggak usah ngebahas yang aneh-aneh!" jawab Anton bangkit dari duduknya. Ia tidak ingin melayani ucapan Nisa yang ngawur itu."Aneh-aneh gimana, sih' Mas? Permintaanku' kan, sudah jelas! Aku hanya ingin rujuk sama kamu, agar kita bisa kumpul lagi. Kita bisa merawat Fadlan dan Qila sama-sama,"Anton sama sekali tidak menghiraukan ocehan Nisa, ia pun memilih untuk mengajak kedua adik iparnya itu untuk pulang."Kalian berdua sudah puas, kan' mainnya? Kita pulang sekarang yuk?" ajak Anton, kemudian di iyakan oleh kedua adik iparnya itu."Ayo, Nis! Kita pulang!" ucap Anton berjalan lebih dulu menuju mobil. Nisa yang kesal karena ucapannya di acuhkan oleh Anton pun segera berlari mengejar mantan suaminya itu."Tungguin dong Mas! Aku jangan ditinggal!" ucapnya bergegas masuk ke dalam mobil dan duduk di samping kursi kemudi."Kamu ko buru-buru banget, sih' Mas? Baru juga jalan-jalan sebentar, udah ngajak pulang!" cetus Nisa kesal.