"Udahlah, Nis, nggak usah ngebahas yang aneh-aneh!" jawab Anton bangkit dari duduknya. Ia tidak ingin melayani ucapan Nisa yang ngawur itu.
"Aneh-aneh gimana, sih' Mas? Permintaanku' kan, sudah jelas! Aku hanya ingin rujuk sama kamu, agar kita bisa kumpul lagi. Kita bisa merawat Fadlan dan Qila sama-sama,"
Anton sama sekali tidak menghiraukan ocehan Nisa, ia pun memilih untuk mengajak kedua adik iparnya itu untuk pulang.
"Kalian berdua sudah puas, kan' mainnya? Kita pulang sekarang yuk?" ajak Anton, kemudian di iyakan oleh kedua adik iparnya itu."Ayo, Nis! Kita pulang!" ucap Anton berjalan lebih dulu menuju mobil. Nisa yang kesal karena ucapannya di acuhkan oleh Anton pun segera berlari mengejar mantan suaminya itu.
"Tungguin dong Mas! Aku jangan ditinggal!" ucapnya bergegas masuk ke dalam mobil dan duduk di samping kursi kemudi.
"Kamu ko buru-buru banget, sih' Mas? Baru juga jalan-jalan sebentar, udah ngajak pulang!" cetus Nisa kesal.<
"Eh, eh, eh kenapa jadi kamu yang minum? Ini' kan buat Mas Anton!" tegur Nisa kesal. Matanya melotot, menatap gadis itu dengan sinis."Memangnya kenapa? Nggak boleh? Suka-suka gue dong! Lagian--salah lo sendiri, ngapain bawa minumnya cuma satu! Emang lo pikir yang haus cuma Anton doang? Gue juga haus tau!" jawab Adel dengan entengnya."Kalau kamu haus, bikin aja sendiri! Memangnya kamu ini ratu? Jadi tamu tidak tahu sopan santun! Main embat minuman orang aja! Dasar nggak punya etika!" sungut Nisa kesal."Lo tuh yang nggak punya etika! Udah tau gue tamu di rumah ini, bukannya diperlakukan dengan sopan' malah di maki-maki! Dasar perempuan nggak waras!""Apa kamu bilang? Saya perempuan nggak waras? Kamu' tuh yang nggak waras! Dasar pelakor, cewek murahan! Pergi kamu dari rumah ini!" Bentak Nisa geram. Ia hampir saja menjambak rambut Adel. Beruntung Anton dengan sigap menahannya."Udah! Udah! Hanya karena masalah sepele saja kalian jadi ribut! Udah cuk
Sudah hampir lima jam, Anton dan Adel belum juga tiba karena terjebak kemacetan. Antrian cukup panjang di pintu toll membuat mereka harus menempuh perjalanan yang lebih lama dari biasanya.'kasihan Adel, dia pasti kelelahan,' gumam Anton dalam hati. Ia menatap Adel yang tertidur di mobil.Sudah hampir jam dua belas malam, itu artinya sudah lima jam mereka di perjalanan. Tidak mungkin jika Anton mengantar Adel pulang tengah malam seperti ini."Kita sudah sampai' belum?" tanya Adel terbangun dari tidurnya."Ini baru keluar dari toll, kalau masih ngantuk tidur aja!""Nggak, gue udah nggak ngantuk! Ko macet banget sih, memangnya ada apa? Ada kecelak
"Ayo turun! Kita sudah sampai!" ucap Anton saat mobilnya berhenti di rumah minimalis itu.Ia bergegas keluar dari mobil kemudian menunggu Adel keluar."Del! Ayo turun! Buka pintunya!" ucap Anton mengetuk jendela mobilnya saat pintu Adel tidak bisa ditarik. Sepertinya gadis itu mengunci pintunya dari dalam."Del! Kamu kenapa' sih? Udah nyampe nih, ayo turun, jangan aneh-aneh deh. Saya lelah pengen istirahat,""Iya, tunggu bentar! Bawel banget sih, gue nyari sisir dulu! Lo liat' kan, rambut gue berantakan gini' udah kayak nenek lampir aja!" sahut Adel dari dalam mobil. Gadis itu tampak sibuk mengobrak-abrik tas nya.'Aduh, mana' sih, sisirnya? Perasaan biasanya ada di dalam tas deh, ko tiba-tiba nggak ada sih??' Gumam Adel dalam hati saat ia tidak menemukan sisir di dalam tas nya."Del, cepet! Udah nggak usah sisiran!""Gue malu ketemu sama Ibu lo, kalau rambut gue acak-acakan kayak gini! Lo punya sisir nggak? Gue minjem!" L
"Ayo masuk! Kita ngobrolnya di dalam saja!" Ajak Bu Minah, Adel pun mengangguk mengiyakan."Nak Adel mau minum apa? Biar Ibu bikinin,""Tidak usah repot-repot, Bu! Tadi saya sudah minum di jalan,""Tidak apa, kan sekarang udah di rumah, jadi beda lagi minumnya! Nak Adel tunggu sebentar ya' Ibu ke dapur dulu," ucap Bu Minah. Ia tidak menghiraukan penolakan Adel. Bu Minah begitu antusias ingin membuat teh hangat untuk calon menantunya itu."Lho, ibu mana? Ko' kamu sendirian?" tanya Anton saat ia masuk ke dalam rumah dan melihat Adel duduk seorang diri di ruang tamu."Ibu ke dapur, maksa mau buatin minum. Padahal gue udah nolak, tapi Ibu Lo kekeh," sahut
Pagi hari, aneka hidangan sudah tersaji di meja makan. Bu Minah sengaja membuat sarapan yang spesial untuk calon menantunya. Ia begitu semangat, sejak subuh dirinya sudah berkutat di dapur untuk mengolah bahan makanan yang ada di kulkasnya."Anton, kamu sudah bangun? Mau ibu bikinkan kopi?" tanya Bu Minah saat Anton keluar dari kamar Arjuna."Iya, Bu. Boleh," jawab Anton. Ia pun berjalan menuju meja makan."Ini semua Ibu yang masak?" tanya Anton menunjuk aneka menu di atas meja."Iya lah Anton, masa orang lain. Sudah sana cepat mandi, nanti kita sarapan bareng," sahut Bu Minah sebelum melenggang ke dapur."Ko banyak banget masak nya bu? Kita' ka
"Serius banget ngobrolnya? Lagi ngebahas apa?" tanya Anton berjalan menghampiri dua wanita yang tengah asik berbincang di atas sofa."Anton! Kamu bikin kaget aja!" ucap Bu Minah terkejut melihat kedatangan Anton yang tiba-tiba."Emang lagi ngobrolin apaan' sih, Bu? Sampai kaget gitu liat Anton datang? Apa jangan-jangan kalian berdua lagi gosipin Anton? Iya' kan, Bu? Ayo ngaku aja,""GR kamu, Ton! Orang Ibu dan Adel lagi ngebahas masakan Ibu barusan, bukan ngebahas kamu!" Sahut Bu Minah berbohong. Ia tidak ingin anaknya tahu jika dirinya menceritakan kejelekan Nisa pada Adel."Oh iya? Emang bener, Del' apa yang dikatakan ibu barusan? Kalau kalian berdua sedang membahas masakan Ibu?"
Sesampainya di rumah Nyonya Wina, Adel bergegas keluar dari mobil dan berlari menuju ke teras rumah, meninggalkan Anton yang masih berada di dalam mobil. "Adel, tunggu! Kamu kenapa? Ko' buru-buru banget?" ucap Anton memanggil Adel. Ia pun segera keluar dari mobil dan berlari mengejar calon istrinya yang sedang merajuk. Namun, Adel sudah lebih dulu masuk ke dalam rumahnya yang tidak terkunci. Gadis itu sengaja mengacuhkan Anton, ia sama sekali tidak menghiraukan suara pria yang mengejarnya itu. "Adel? Kamu sudah pulang? Nak Anton nya mana?" tanya Nyonya Wina saat anak gadisnya tergesa-gesa masuk ke dalam rumah. "Nggak tau!" sahut Adel ketus tanpa menoleh ke arah ibunya. Ia berlari menaiki anak tangga dengan wajah kesalnya.
Tiga hari setelah kembalinya mereka ke Jakarta, mereka pun mulai disibukan dengan segala persiapan acara pertunangan yang sebentar lagi akan mereka gelar.Nyonya Wina menjadi salah satu orang yang begitu antusias menyiapkan segalanya."Hallo Nak Anton, jangan lupa! Siang ini kalian harus fitting baju lamaran. Tante sudah buat janji dengan Eveline. Kalian jangan sampai telat," ucap Nyonya Wina pada calon menantunya itu melalui sambungan telepon."Iya, Tan. Saya dan Adel pasti datang tepat waktu. Terima kasih telah mengingatkan,""Syukurlah kalau begitu. Oh iya Nak Anton, kalau boleh nanti sore Adel pulangnya bareng Nak Anton aja. Soalnya supirnya Adel tidak bisa jemput, dia harus nganter Tante ke tempat c