Sesampainya di depan wanteg, aku segera turun dari mobil bocah menyebalkan ini. Gegasku masuk ke warung bercat putih itu dan duduk di bangku paling pojok.
"Kamu ngapain ikut saya masuk?" tanyaku pada bocah menyebalkan yang mengekor dibelakangku.
Bocah itu tidak menjawab, ia hanya tersenyum kemudian duduk di samping ku.
"Tugasmu sudah selesai, kan? Kenapa masih disini?" tanyaku padanya. Lagi-lagi ia tidak menjawab. Dasar bocah menyebalkan!
"Lebih baik kamu segera pergi dari sini, sebelum teman atau saudara kamu melihat kamu makan di warteg dengan seorang pelacur seperti saya!" ucapku menatap lekat wajahnya.
"Hahaha… Mbak ini aneh-aneh aja! Mana mungkin teman dan saudara saya bisa lihat saya disini! Mbak ini ngaco!" sahutnya menggelengkan kepala sambil tertawa seolah mengejekku.
"Kenapa kamu tertawa? Memangnya ucapan saya lucu?"
"Ya jelas lucu lah Mbak! Keluarga dan teman-teman saya semuanya di jakarta! Mana mungkin mereka nyasar
Pov AntonSetelah menempuh perjalanan hampir empat jam karena terjebak kemacetan yang panjang di pintu tol, akhirnya aku pun sampai di kantor. Gegas ku menemui Ayah dan Om Tio di ruangannya."Akhirnya kamu datang juga, Anton! Kami sudah menunggumu dari tadi. Kamu dari mana saja? Pagi-pagi sudah menghilang tanpa kabar!" ucap Ayah saat aku menghampirinya."Maaf Ayah, Anton ada urusan pribadi! Anton lupa tidak mengabari Ayah terlebih dahulu! Maaf sudah membuat Ayah dan Om Tio lama menunggu!""Ya sudah! Tidak apa-apa. Yang penting sekarang kamu sudah datang! Ada hal yang ingin kami sampaikan sama kamu, Anton," ucap Ayah menatapku serius."Hal penting apa, Yah?" tanyaku penasaran."Besok pagi kamu harus terbang ke Singapore! Ada pekerjaan yang harus kamu handle!" ucap Ayah padaku."Ma-maksudnya?"&nbs
Malam semakin larut, aku masih saja memikirkan Nisa. Aku benar-benar khawatir dengan kondisinya saat ini. Kasihan Nisa, ia pasti sangat depresi dan terpukul karena beban hidup yang bertubi-tubi.Aku yakin, keputusannya untuk kembali menjadi pelacur adalah keterpaksaan. Entah kenapa aku begitu merasa bersalah padanya. 'Maafkan aku, Nis! Aku tidak bisa menjagamu dengan baik! Aku janji, suatu saat nanti aku akan membawamu kembali kejalan yang benar!'**pagi hariAyah sudah menungguku untuk sarapan. Ia terlihat nampak bersemangat menyambutku yang sudah siap untuk berangkat."Bagaimana, Anton? Semua yang kamu butuhkan sudah siap?" tanya Ayah padaku.
"Pak!" ucap resepsionis itu memanggilku yang masih mematung di hadapannya."Iya, ada apa?" jawabku lalu menoleh ke arahnya."Barusan saya cek, ada satu room yang habis masa sewanya besok siang, jika Bapak mau, bapak bisa booking kamar itu untuk besok! Jadi saat tamu yang menginap di kamar itu check out, Bapak bisa langsung tempati kamar itu! Kebetulan kamarnya juga VIP!" jelasnya padaku."Bagaimana, Pak? Bapak mau ambil?" tanya ia memastikan.Sepertinya tidak ada pilihan lain selain menunggu tamu yang di kamar itu check out. Tidak mungkin selama empat hari disini aku luntang-lantung."Baiklah, saya ambil kamar itu!" jawabku yak
Seketika aku pun berteriak, terkejut melihatnya sudah berada dihadapanku. Segera kutarik handuk yang menggantung lalu menutup tubuh bagian bawahku."Ngapain kamu masuk kesini? Cepet keluar!" teriakku pada si nenek lampir yang masih mematung dihadapanku."Dasar cewek bar-bar nggak punya etika! Main nyelonong masuk saja! Apa tidak bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk, hah?" teriakku lagi pada si nenek lampir yang masih melongo melihatku tanpa berkedip."Hey! Cepat keluar! Tunggu apa lagi?" suaraku kali ini membuatnya terperanjat seolah tersadar dari khayalannya."E-lo, sendiri yang salah! Harusnya lo kunci pintunya sebelum mandi! Enak saja ngata-ngatain orang! Emangnya lo pikir gue sudi apa liha
Gue rebahkan tubuh ini di atas kasur, gue harus segera tidur agar khayalan gue tidak ngelantur kemana-mana. Tidak lupa gue sumpel kedua telinga gue dengan headset agar lebih cepat terpejam.Entah sudah berapa banyak lagu yang diputar, tapi mata gue tak kunjung terpejam. Gue lihat jam yang menempel di dinding sudah pukul dua dini hari. Astaga sudah larut malam gini gue masih belum bisa tidur juga?Gue lihat pintu kamar masih tertutup rapat, kutelusuri setiap sudut ruangan ini, sepertinya cowok cupu itu belum juga kembali. 'Kira-kira kemana dia pergi? Sudah larut malam gini, kenapa dia nggak balik-balik? Apa mungkin tuh cowok tidur di lobby hotel? Tapi sepertinya nggak mungkin, deh! Hotel ini sangat ketat dan terjaga. Mana mungkin mereka mengizinkan tamu hotel tidur di sembarang tempat! Trus, kemana perginya tuh cowok cupu?
'Ah sudahlah, aku tidak perlu memikirkan ocehan si nenek lampir itu. Lebih baik aku segera mandi' gumamku dalam hati. Aku pun bergegas masuk ke kamar mandi tanpa menghiraukan celotehan si nenek lampir itu. Tak lama kemudian terdengar bunyi pintu yang ditutup dengan sangat kencang. Sepertinya si nenek lampir itu sudah pergi meninggalkan kamar ini, syukurlah. Setidaknya telingaku sudah terbebas dari suara bisingnya.Selesai mandi dan mengganti baju, aku pun segera berangkat untuk bertemu dengan Alex. Aku akan menemui dia di kantornya. Pagi ini agenda untuk menandatangani kontrak kerja sama kita. Dan aku yakin, setelah ini Ayah akan sangat bangga padaku.**🌞"Silahkan masuk, Pak Anton!" ucap Alex saat aku tiba di ruangannya."Terimakasih, Pak! Jawabku lalu duduk di hadapan Alex.Tanpa menunggu lama, kami pun segera memulai meeti
Tak lama kemudian terdengar suara daun pintu yang ditarik dibarengi suara lengkingan dari si nenek lampir."Taruh semuanya di atas sofa!" ucapnya pada dua orang pegawai hotel yang membawa banyak barang belanjaan."Ini tips untuk kalian berdua! Terimakasih, yah!" ucapnya lagi sambil memberikan beberapa lembar mata uang Singapura pada dua pelayan itu."Apa-apaan ini? Kenapa semua barang-barang ini di bawa ke kamar?" tanyaku berjalan menghampirinya."Kenapa? Masalah buat, Lo? Suka-suka gue dong! Toh ini kamar gue, bukan kamar Lo! Ingat! Lo itu cuma numpang!" cetusnya percaya diri."Terserah kamu mau ngomong apa! Yang jelas malam ini saya masih tidur disini! Lagian barang sebanyak ini kamu dapat dari mana? Emangnya kamu punya uang sebanyak ini untuk belanja barang-barang branded kayak gini?" tanyaku memicingkan mata.&nbs
'Astaga! Gue bener-bener nggak bisa berkutik jika berada di posisi ini! Ya Tuhan, apa yang harus gue lakukan? Mana gue belum pakai baju lagi, cuma pakai handuk doang! Kalau kayak gini ceritanya gue bisa begadang sampai pagi gara-gara tegang deket nih cowok!''Oke fix! Gue harus segera pindah dari kasur ini. Gue nggak mau terjadi hal yang diinginkan. Ups! Maksud gue, terjadi hal yang tidak diinginkan. Duh, kenapa otak gue jadi konslet gini, sih?'Gue berusaha memindahkan tangannya yang masih melingkar di pinggang gue. Pelan tapi pasti, gue mencoba mendorong tubuhnya agar menjauh. Setelah berhasil memindahkan tangannya, gue pun segera bangkit dari kasur dan berusaha untuk turun. Namun, handuk kimono gue tertindih badan Anton membuat gue kesulitan untuk beranjak.
Hallo semuanya 🥰🥰 Akhirnya setelah penantian dan proses yang cukup lama. Novel Vonis mandul ditengah kehamilan istriku atau disingkat menjadi (VMDKI) Ending juga 🥳🥳🥳Pertama-tama Saya mengucapkan terimakasih pada Tuhan Yang Maha Esa dan juga kepada Keluarga besar saya yang telah mendukung saya menjadi seorang Penulis. Dan yang paling spesial adalah terimakasih saya kepada seluruh pembaca setia novel VMDKI yang mengikuti novel ini dari awal terbit sampai tamat. 200 bab bukanlah jumlah yang sedikit, dan tentunya banyak diantara kalian semua yang sudah menghabiskan dana untuk membaca novel ini. Saya mohon maaf telah membuat kalian menghabiskan uang jajan atau bahkan uang dapur kalian untuk cerita ini. Semoga kalian bisa mendapat ganti yang berlipat ganda, semoga selalu di beri kesehatan, dan di lancarkan rezekinya. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dan Typo di dalam Novel ini. Jika berkenan yuk, baca juga novel ottor yang lainnya. *Yang suka dr
***Setelah pertemuan itu mereka tidak lagi bertemu sampai acara pernikahan tiba. Anton dan Adelia hanya berkomunikasi lewat telepon dan watsap. Hari terus berganti, kedua keluarga semakin sibuk mempersiapkan acara sakral itu. Mereka ingin acara itu menjadi pernikahan termewah di Jakarta. Malam ini kedua keluarga mengadakan pertemuan tertutup. Dua pasangan paruh baya itu mengadakan jamuan di sebuah restoran VVIP untuk membahas persiapan pesta yang akan digelar besok. Mereka ingin memastikan jika semua persiapan sudah seratus persen. "Syukurlah jika semuanya sudah siap, saya sangat lega mendengarnya! Ini adalah momen spesial untuk kami," ucap Tuan Romy lega. "Iya, Pak. Kami pun begitu, rasanya tidak sabar untuk menunggu hari esok," jawab Pak Tio. "Kalau begitu, kita akhiri saja pertemuan ini, sepertinya sudah malam juga, sudah waktunya kita istirahat agar besok pagi tidak terlambat," ucapnya. Mereka p
***Dengan wajah memerah, Anton keluar dari minimarket membawa bungkusan berwarna merah muda itu. "Sial! Gara-gara Adel, aku jadi di ketawain anak-anak ABG tadi, mana jadi bahan olok-olokkan mereka lagi," cetus Anton menutup pintu mobilnya dengan kesal."Lagian, ngapain juga tuh kasir banyak tanya, pake acara nawarin merek lain segala lagi, memang dia pikir' saya ngerti apa dengan merek-merek pembalut? Aneh-aneh aja tuh orang," Anton menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan minimarket berlogo merah kuning itu.Sesampainya di rumah Adel, Anton pun langsung masuk ke dalam rumah yang tidak di kunci itu sesuai perintah Adel saat ia menelpon."Adel! Kamu dimana?""Gue di kamar! Lo sini aja! Gue nggak bisa turun nih," teriak Adel menyahut dari kejauhan."Jangan bercanda dong, Del! Di rumah kamu nggak ada siapa-siapa, ntar kalau tiba-tiba Papa dan Mama kamu datang dan melihat saya ada di k
🍀🍀🍀"Ibu langsung istirahat saja! Ibu pasti capek, kan? Barang-barangnya biar si Mbok dan Sulis yang urus!" ucap Anton saat mereka tiba di rumah sang Ayah. Wanita paruh baya itu pun mengangguk dan menuruti seruan anaknya. Sedangkan Anton segera masuk ke dalam kamarnya, ia pun merasa lelah setelah membantu memindahkan barang-barang ibunya.Kring! Kring! Ponsel Anton berdering, dengan cepat ia mengangkat panggilan masuk dari Lilis. "Halo, assalamualaikum' Mbak,""Waalaikumsalam, Mas. Maaf mengganggu, saya hanya ingin mengucapkan terimakasih atas paket yang dikirim mas Anton. Anak-anak senang sekali, Mas,""Syukurlah kalau paketnya sudah sampai, Mbak. Semoga Fadlan dan Aqila menyukainya," ucap Anton lega. Tiga hari lalu Anton mengirim perlengkapan sekolah untuk kedua adik iparnya itu. Mulai dari baju seragam, sepatu, tas dan perlengkapan lainnya. "Suka banget, Mas. Dari tadi mereka nggak sabar ingin bilang terima
🍀🍀🍀Satu minggu sebelum pernikahan Anton di gelar, Tuan Romy dan Bu Minah pun melangsungkan acara pernikahan mereka di kediaman Tuan Romy, acaranya berlangsung khidmat dan sederhana sesuai permintaan Bu Aminah. Hanya kerabat dan orang-orang terdekat mereka yang menghadiri acara tersebut. Bu Aminah tampak begitu cantik dengan balutan kebaya Jawa, begitupun dengan Tuan Romy, pria lima puluh dua tahun itu tampak gagah dengan busana adat dan juga blangkon khas Jawa yang ia kenakanan. Pasangan paruh baya itu pun duduk di depan penghulu. "Bagaimana Pak Romy, sudah siap?" tanya penghulu itu memastikan. Tuan Romy pun langsung mengangguk yakin. Anton dan kekasihnya duduk di sebelah mereka, menyaksikan betapa sakralnya ijab kabul yang diucapkan sang Ayah. Suasana hening sejenak saat Tuan Romy dengan lugas dan lancar mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu memastikan."Sah!"
***Satu minggu setelah perdebatan itu, suasana kembali mencair. Bu Minah berusaha untuk menghilangkan kebenciannya kepada Jannah. Bagaimanapun anak itu memang tidak berdosa. Tidak mungkin ia harus menanggung beban atas perbuatan keji yang dilakukan kedua orang tuanya. Bu Minah berusaha meyakinkan dirinya, meski itu tidak semudah yang dipikirkan. Tapi ia yakin, lambat laun rasa sayang itu akan tumbuh dengan sendirinya. Kring! Kring! Dering ponselnya berbunyi. Nama Tuan Romy terpampang di layar. Dengan antusias Bu Minah segera menggeser tombol hijau dan berbicara dengan pria yang kini kembali mengisi kekosongan hatinya. "Halo, Mas. Sudah berangkat?" tanya Bu Minah saat seseorang memanggil namanya. "Sudah, Minah. Ini Mas sudah di jalan, sebentar lagi sampai. Kamu sudah siap' kan?" "Sudah, Mas. Saya tunggu di luar ya, biar kita langsung berangkat," Sahutnya sebelum memutus panggilan. Hari
Sore menjelang malam, mereka pun tiba di Jakarta. Setelah mengantar Adel sampai ke rumahnya, Anton pun bergegas pulang. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat Bu Minah ada di rumah sang Ayah dan menyambut dirinya dengan wajah tak bersahabat."Ibu? Sejak kapan ibu disini?" tanya Anton meraih tangan ibunya dan menciumnya takzim."Kamu dari mana saja Anton? Kenapa nomormu tidak bisa dihubungi?" tanya Bu Minah menatap tajam Anak sulungnya itu. Melihat raut wajah ibunya yang kesal, Anton pun bingung harus menjawab apa. "Kenapa diam saja Anton? Kamu tidak dengar apa yang ibu tanyakan?! Kamu dari mana saja? Kenapa pergi tidak pamit sama ibu?""Maaf kan Anton, Bu. Anton … Anton ada urusan,""Urusan? Urusan apa? Mengurus wanita jalang itu maksudmu?! Jawab Anton! Benarkan apa yang ibu katakan?" Mendengar cercaran pertanyaan dari ibunya, Anton pun hanya bisa mengangguk mengiyakan. Ia tidak mungkin berdebat dengan sang ibu d
Mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk pulang, Anton dan Adel mengantar Lilis terlebih dahulu sebelum mereka berdua kembali ke Jakarta. "Terimakasih, ya' Mas Anton, maaf sudah terlalu banyak merepotkan," ucap Lilis saat mereka tiba di rumahnya. "Tidak apa, Mbak. Itu sudah menjadi tanggung jawab saya. Kalau begitu saya pamit dulu' ya, Mbak. Salam pada anak-anak," "Baik, Mas. Nanti saya sampaikan salam dari Mas Anton pada Qila dan Fadlan jika mereka sudah pulang dari sekolah. Mas Anton dan Mbak Adel hati-hati di jalan," sahut Lilis dan segera di anggukan oleh Anton maupun Adel. Dua sejoli itu pun akhirnya pergi meninggalkan kampung halaman Nisa.Tidak bisa dipungkiri, di kampung ini Anton sempat menjadi bagian dari keluarga besar Abah dan Emak. Kenangan masa lalu yang indah sempat terukir, walau hanya sesaat."Anton? Lo kenapa' sih? Ko malah ngelamun? Ayo jalan!" ucap Adel menegur kekasihnya yang masih dudu
"E-elo … nggak sedang bohongin gue kan?" tanya Adel terbata. Seketika ada perasaan bersalah karena telah menuduhnya yang tidak-tidak. "Untuk apa saya bohongin kamu, Del? Apa untungnya buat saya?" sahut Anton membuang nafas kasar. Ia tidak menyangka jika gadisnya itu bisa berpikiran buruk terhadapnya. "Lebih baik' sekarang kamu balik ke Jakarta! Kamu kesini diantar Pak Amin' kan? Biar saya bilang sama Pak Amin untuk bawa kamu pulang ke Jakarta," ucap Anton. Ia pun berjalan menuju mobil hendak menghampiri sang supir. Namun, seketika tangan Adel menghadangnya. "Gue nggak mau balik! Gue mau disini nemenin lo!" ujar Adel yakin."Tapi, Del! Disini saya repot dengan urusan Nisa. Saya tidak mungkin bisa jagain kamu! Dari pada nantinya kamu kesal, lebih baik kamu pulang. Jika urusan disini selesai, saya akan segera menyusul kamu ke Jakarta!" "Pokoknya gue nggak mau balik! Gue tidak akan kembali ke Jakarta tanpa lo! Gue mau nemenin lo sampai semua urusan