Sebuah kondom yang sudah terlepas dari bungkusnya ia perlihatkan padaku, dan sontak membuatku terkejut.
"Kamu dapat dari mana benda ini?" tanyaku dengan sejuta pertanyaan yang menggelayut di benakku.
"Dari kamar Mbak Nisa, Mas!" jawabnya yakin.
Aku pun segera mengambil kondom itu dari tangannya, dan kemudian membuang benda sakral itu ke tempat sampah.
"Lho! Ko' dibuang, Mas? Nanti Mbak Nisa marah," ucapnya.
"Tidak apa-apa, Mbak Nisa tidak akan marah! Itu benda kotor. Harus dibuang, Qila nggak boleh pegang-pegang benda seperti itu!"
"Memangnya itu apaan, Mas? Bent
"Bagaimana kondisi anak saya dok?" tanyaku pada dokter yang baru saja selesai memeriksa Jannah."Anak Bapak tidak apa-apa, kami sudah melakukan tindakan. Bapak sudah bisa melihatnya," ucapnya membuatku lega.Beruntung saat aku tiba di rumah sakit para dokter dan perawat dengan cekatan menangani Jannah. Mereka langsung membawa Jannah ke ruang UGD. Aku benar-benar khawatir dengan kondisinya. Aku sangat takut kehilangan Jannah.Aku pun segera masuk ke ruangan serba putih itu ditemani oleh dokter yang tadi memeriksa Jannah. Ku lihat 'Jannah sedang tertidur pulas di atas ranjang ruang UGD."Untuk malam ini, anak Bapak menginap sementara disini sampai kondisinya benar-benar stabil!" ucap dokter itu
"Tuan besar?" ucap sopir pribadi Ayah yang semalam mengantarku ke rumah sakit terkejut."Diantar siapa Tuan besar datang kesini?" tanya ia penasaran. Wajahnya terlihat panik sekaligus khawatir."Sendiri!" jawab Ayah singkat."Kenapa Tuan tidak menelpon saya? Harusnya Tuan memberitahu saya jika ingin datang kesini. Saya, kan' bisa menjemput Tuan!" ucapnya gusar."Tidak apa-apa, Min! Kamu tidak usah khawatir! Yang penting saya sudah sampai disini dengan selamat! Oh iya, sepertinya tadi saya asal memarkirkan mobil karena buru-buru. Coba tolong kamu cek! Saya khawatir posisi mobil saya akan mengganggu orang yang akan keluar masuk area parkiran!" ujar Ayah menyerahkan kunci mobilnya pada Pak Amin. Denga
"Sudah! Sudah! Biar saya saja yang bereskan. Lebih baik kamu tunggu diluar aja!" ucapku menghentikan si nenek lampir. Aku tidak ingin konsentrasi ku buyar gara-gara pemandangan yang terpampang di depan mata."Ih! Aneh banget, sih' lo. Tadi nyuruh gue beresin, sekarang malah nyuruh gue tunggu di luar! Dasar plin-plan' lo!'' sahutnya. Ia pun segera keluar dari ruangan ini dan menunggu di depan pintu.*Di ruang rapat, perwakilan karyawan dan kepala cabang anak perusahaan sudah hadir. Mereka semua menunggu kedatangan ku."Selamat siang semuanya!" ucapku menyapa mereka."Siang, Pak!"Jawab mereka serempak.
"Jangan sembarangan kalau ngomong! Asal nyablak seenaknya, kamu pikir' kamu itu siapa?""Lha, emang bener, kan' otak lo traveling liat penampilan gue? Kalau nggak' lo nggak mungkin mempermasalahkan baju gue!"Nih nenek lampir memang minta di tampol sepertinya. Dari tadi ngomongnya ngegas terus. Bukannya introspeksi diri, malah nuduh yang enggak-enggak."Ayo jawab, jangan diem aja! Akuin kalo lo emang omesh lihat penampilan gue!""Hah! Omesh melihat penampilan kamu? Mimpi kamu! Masih banyak wanita diluaran sana yang jauh lebih cantik dari kamu! Asal kamu tau 'saya hanya tidak ingin mendengar karyawan saya pada ngomongin dan ngelecehin kamu! Setelah rapat tadi, mereka semua membahas penampilan kamu yang dinilai
Jarum jam seakan berhenti di suasana yang hening ini, Adel semakin mendekatkan tubuhnya padaku. Hembusan nafasnya yang hangat begitu terasa. Kedua tangannya kini melingkar di leherku, membuat kami berdua tak berjarak sedikitpun. Pendinginan udara di ruangan ini seolah tidak berfungsi, ruangan yang seharusnya sejuk seketika berubah menjadi begitu panas. Entah apa yang membuatnya seperti ini, gadis ini tampak begitu liar. Kring! Kring! Dering ponsel yang cukup keras membuat kami berdua terperanjat. Adel langsung melepaskan tangannya yang melingkar di leherku. Aku pun segera merogoh ponsel di saku celanaku, melihat sebuah panggilan
Ya Tuhan' kenapa gue nggak sadar jika underwear gue keliatan? Gimana ini? Gue malu banget.Gimana cara nutupin nya? Tas yang gue bawa kecil banget, tidak mungkin bisa nutupin rok gue yang basah ini.Baiklah, sepertinya gue harus buka blazer untuk nutupin rok gue ini. Tanpa b@sa basi gue pun segera membuka blazer. Kemudian berusaha menutup bagian bawah gue yang basah.Berulang kali gue mencoba mengikat blazer ini di pinggang. Namun, karena ukuran blazer yang sangat kecil membuat gue kesulitan. Berulang kali blazer itu terlepas dan membuat gue kehabisan akal.Astaga!! Bagaimana ini?Di tengah kepanikan gue, tiba-tiba Anton membuka jasnya. Ia berjalan mendekat kemudian melingkarkan jas miliknya ke pinggang gue, dan seketika jantungku pun berpacu dengan kencang.Semoga saja Anton tidak mendengarnya. Bisa malu banget gue jika sampai dia mendengar detak jantung gue yang tidak karuan ini.Dari jarak
"Kita lanjut nggak, nih? Ntar keburu macet! Gue udah pegel, pengen cepat sampai rumah!" ucap gue tanpa dihiraukan sedikitpun oleh Anton. Rupanya ia masih fokus dengan ponsel di genggamannya."Woy! Lo denger gue nggak' sih? Gue lagi ngomong sama lo' bukan sama setir. Ko malah di cuekin?""Oh iya' sorry' sorry! Saya sampai lupa kalau mau nganterin kamu pulang!" sahut Anton dengan entengnya.Iiih … nyebelin banget nih cowok' masa iya karena ngurusin mantan istrinya itu dia sampai lupa kalau tujuannya mau nganterin gue pulang."Udah cepet jalan! Ntar kejebak macet' lagi!" cetus gue kesal. Ia pun segera menyalakan mesin mobil dan kembali melanjutkan perjalanan.**Sesampainya di halaman rumah, Anton membantu gue turun dari mobil. Dengan sigap ia membukakan pintu mobilnya, dan mengantar gue sampai ke teras depan."Saya antar sampai sini saja! Kamu cepet masuk' cepet istirahat agar besok bisa kerja!" ucap
"Udahlah, Del! Lo terima saja kenyataannya, gue yakin' lo itu emang suka sama tuh cowok! Kalau nggak suka' ngapain lo menikmati ciuman itu? Apalagi ini pertama kalinya lo nyosor cowok duluan. Berarti Fix! Lo itu naksir dia," ucap Flo dengan yakin."Nggak usah ngada-ngada deh, Flo! Nggak mungkin banget gue naksir dia. Lagian tadi itu gue khilaf. Gue nggak sadar kenapa bisa tiba-tiba nyosor tuh cowok nyebelin!""Yaelah Adel, lo itu dibilangin nggak percaya! Udah deh nggak usah ngelak lagi! Lo itu memang suka sama tuh cowok! Jangan pura-pura benci deh, padahal dalam hati lo berbunga-bunga bisa ciuman sama dia. Daripada lo nutupin perasaan lo sama dia, lebih baik lo ungkapin aja langsung sama tuh cowok! Bilang sama dia' kalau sebenarnya lo itu suka sama dia!" Ujar Florencia memberi saran panjang lebar.