Home / Romansa / Virginity For Sale / 28. Dan Akan Terus Memilih

Share

28. Dan Akan Terus Memilih

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2024-08-12 17:23:34
Air mata tampak semakin membanjiri manik bening yang sayu itu. Maura serasa ingin pingsan mendengar Raven yang hendak menggigit putus satu jarinya dengan wajah serius dan mengerikan.

Maura merasa bahwa sosok Raven yang ada di hadapannya ini bukanlah manusia, melainkan entitas jahat yang akan menyakitinya hingga di luar batas rasional.

"Raven... tidak..." Maura menggeleng dengan tenggorokan yang terasa tercekat.

"Pilih salah satu, atau aku yang akan memilihkannya untukmu," potong Raven seraya mengamati jemari Maura dengan seksama.

"Bagaimana jika jari manis? Bukankah itu jari yang paling tidak berguna? Kamu tidak akan pernah mengenakan cincin pernikahan dan menikah dengan pria mana pun, Moora. Karena hidupmu selamanya hanya untuk membuatku senang."

Kalimat kejam namun diucapkan dengan santai itu membuat Maura semakin terisak kencang. Ya Tuhan. Ia takut sekali!!

Raven lalu mengarahkan jari manis tangan kanan Maura ke bibirnya yang telah terbuka, dan memasukkan jari itu ke
Black Aurora

Maura pilih siapa hayooo... besok ya lanjutannya ♡♡

| 27
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
imas mardha
baru gabung, mantap alur ceritanya dan gaya bahasanya ga kaku. lanjut thor
goodnovel comment avatar
kimmy
kapan update nya kk udh 2hr niii
goodnovel comment avatar
Black Aurora
makasih kak ♡♡
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Virginity For Sale    29. Pilihan Maura

    ***BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA... Bola mata kelabu asap Raven sejak tadi tak berkedip memandangi wajah Maura yang sedang sibuk berkutat dengan kancing kemeja miliknya. Ia suka melihat bagaimana bola mata gelap dan bibir penuh menggiurkan itu menutup rapat dan sedikit mengerucut itu sedang fokus pada sesuatu. Raven menyuruh Maura untuk memakaikannya baju, lalu dengan patuh gadis itu pun melaksanakannya. "Kamu masih lelah?" Raven bertanya, mengacu pada aktivitas bercinta mereka sebelumnya di dalam kamar mandi yang berlangsung cukup lama, karena Raven yang tak pernah merasa cukup bercinta. Maura mendongakkan kepalanya hingga dirinya pun beradu tatap dengan bola mata kelabu berkilau yang menghipnotis itu, lalu kepalanya pun segera mengangguk. Tentu saja ia sangat lelah! Bahkan Maura masih tak berdaya dan tak bertenaga ketika akhirnya Raven selesai menjamahnya, hingga pria itu pun akhirnya menggendong tubuh Maura yang lemas keluar dari kamar mandi untuk dibaringkan di ranjang.

    Last Updated : 2024-08-14
  • Virginity For Sale    30. Sebuah Taktik?

    Buntu dan bimbang. Itulah yang sedang dirasakan oleh Maura, ketika tiba-tiba saja Raven melontarkan dua pilihan sulit, antara berada di sisi pria itu ataukah bersama kembarannya, Rhexton. Logika yang biasa ia gunakan untuk menentukan pilihan terbaik seolah tak lagi berguna. Ia lelah dengan semuanya, lelah dengan semua tekanan-tekanan yang serasa menguras fisik serta jiwanya. Ia hanya ingin hidup sendiri, tenang dan damai. Sesulit itukah permintaannya? Namun realita hidup malah mempertemukannya dengan sosok Raven, yang bukan saja membuat Maura merasa terpenjara serta semakin terlontar jauh dari impiannya, tapi juga membuatnya seolah menjadi sebuah obyek penelitian. Maura sadar jika Raven sengaja memberikan semua pilihan-pilihan itu dengan sebuah maksud yang terselubung, dan gadis itu pun mengira-ngira bahwa alasannya adalah karena Maura telah ia jadikan tokoh utama di dalam bukunya. Raven ingin melihat reaksinya. Ingin menyelami dirinya, memahami semua pemikirannya untuk dit

    Last Updated : 2024-08-21
  • Virginity For Sale    31. Berpisah?

    "Apa Anda yakin dengan keputusan Anda, Tuan?" Raven mendengar suara dari arah belakangnya, namun pria itu tak jua mengalihkan pandangannya dari jendela dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Manik kelabu asap itu tajam menatap ke lantai bawah, di mana sebuah helikopter dengan mesinnya yang menyala berada, dan dua orang yang tampak sedang berjalan untuk memasukinya. "Tentu saja aku yakin, "ucap pria itu setelah beberapa saat kemudian dengan melukis seuntai seringai samar penuh makna di wajahnya. "Tolong jaga dan pastikan keselamatan mereka berdua--paling tidak hingga helikopternya telah menyeberangi lautan dan sampai di pulau tujuan, Alberto," sambungnya lagi sambil menoleh ke arah belakangnya, dimana Alberto berada. Pandangan Raven pun lalu kembali lagi menatap ke balik jendela. "Karena setelah sampai di tujuannya, maka Moora adalah tanggung jawab Rhexton sepenuhnya." Alberto pun hanya mengangguk tanpa bersuara. "Apa Anda ingin Miss Maura tetap diawasi?" Raven tak

    Last Updated : 2024-08-26
  • Virginity For Sale    32. Jebakan

    Maura mendesah pelan diam-diam, lalu menatap pria yang berada di sampingnya. Rhexton. Satu-satunya jalan keluar yang ia miliki adalah pria ini. Apakah kira-kira Rhexton bisa meminjamkannya uang yang cukup banyak untuk bisa pergi ke Grindelwald? Rhexton membawa Maura masuk melalui pintu berwarna putih, yang menuntun mereka ke tangga menurun menuju koridor yang terang namun sangat sepi. Pria itu masih tetap menggenggam tangan Maura di sepanjang perjalanan, dan Maura pun membiarkannya. Ada sebuah lift dengan pintu yang telah terbuka di ujung koridor itu, dan mereka pun langsung masuk ke dalamnya. "Kamu baik-baik saja?" Rhexton bertanya, saat menatap wajah Maura yang masih tampak pucat. Gadis itu mengangguk lemah. Ketegangan yang sedari tadi menyelimuti diri, kini perlahan mulai terasa sirna, menyisakan hanya lemas di sekujur tubuhnya. "Istirahatlah dulu di apartemenku, Maura. Kamu bebas untuk tinggal berapa lama, jangan pikirkan apa-apa lagi." Maura tak menjawab, nam

    Last Updated : 2024-08-26
  • Virginity For Sale    33. Petaka

    "Woa. Coba lihat siapa yang mendatangimu." Madamme Jane tersenyum miring dengan sorot penuh arti menatap ke arah Rhexton, yang berdiri beberapa meter di depan mobil. "Berhenti berontak, atau dia akan kutembak." Maura menahan napasnya kala melihat senjata yang berada di tangan Madamme Jane teracung lurus di kaca depan, terarah tepat ke sosok Rhexton! Sepertinya kaca mobil yang sangat gelap membuat pria itu tidak dapat melihat marabahaya yang tengah tertuju padanya. "MAURA! KAMU BAIK-BAIK SAJA?!" Kembali Rhexton pun berteriak. Kali ini dia mulai mengayunkan langkah, menuju sisi mobil dimana Maura berada. Maura merasakan cekikan di lehernya agak sedikit mengendur, membuatnya terbatuk-batuk dan berusaha meraup udara dengan rakus. Pandangan matanya mulai kabur karena titik-titik cairan bening yang mulai mengumpul. "Jangan terlalu bersemangat mencekiknya, Rebecca. Ingat, Tuan Daniel menginginkan Maura dalam keadaan utuh dan hidup," ucap Madamme Jane santai sambil melirik ke

    Last Updated : 2024-08-29
  • Virginity For Sale    34. Kembali Bersamaku

    'Siapa yang memanggil namaku?' Alis gelap yang melengkung indah itu pun saling bertaut, namun dengan kedua mata yang tetap masih terpejam. Seseorang telah menyebut namanya berulang kali serta menepuk-nepuk pipinya, namun entah kenapa ia sulit sekali membuka kelopak matanya yang terasa berat. "MAURA!" Nada yang menyentak itu membuatnya seketika tersadar dan berjuang untuk melihat dengan jelas seseorang yang memanggilnya. "Akhirnya kamu sadar juga." Mual dan pusing yang menyerangnya, membuat Maura mengerjap pelan dengan pandangan yang masih belum terlalu jelas. Siapa... itu? Tiba-tiba saja gadis itu merasakan dagunya dicengkram dengan kuat, lalu seraut wajah familier pun datang mendekat. "Tu... Tuan Daniel..." Maura pun berucap dengan suara tercekat, ketika seringai sinis dan keji di wajah pria paruh baya itu mulai terlihat. Kenapa ia bisa berada di tangan Daniel?? Maura bermaksud untuk bergerak, namun seluruh tubuhnya seperti membatu dan mati rasa. "Aku ta

    Last Updated : 2024-08-29
  • Virginity For Sale    35. Pembunuh

    Pasti ini kamarnya. Raven menatap dingin ke arah pintu yang berada tak begitu jauh dari tangga menuju ke lantai dua, menilik dengan manik kelabu asapnya dengan seksama, lalu mulai menganalisa. Jenis pintu geser elektrik, yang hanya bisa diaktifkan dengan scan sidik jari si pemilik. Fuck! Dia tidak punya banyak waktu untuk omong kosong semacam ini! Raven mengarahkan senjatanya ke bagian pengunci, lalu menembak sebanyak empat kali. Seketika terdengar alarm nyaring yang memekakkan telinga, namun pria itu tampak seperti tuli dan tidak peduli. Dengan satu kakinya, Raven pun menendang kuat pintu yang kini telah setengah hancur karena ia terus menembak dengan membabi-buta. BRAK! Dan pintu kamar yang terkunci itu pun akhirnya terbuka dari arah luar, rubuh dan tak berbentuk. Dengan senjata yang masih tergenggam di tangannya, pria itu bergegas menyerbu masuk. Waktunya semakin sempit, dan ia harus segera menemukan Maura secepatnya. Namun lagi-lagi ia mengutuk saat mengedarkan

    Last Updated : 2024-09-01
  • Virginity For Sale    36. Ajari Aku

    Tiga hari telah berlalu sejak penyelamatan Maura oleh Raven, dan dalam tiga hari itu juga tubuh Maura yang terluka telah berangsur-angsur jauh lebih baik dari sebelumnya. Hari ini masih pagi, namun Raven telah kedatangan tamu yang sengaja jauh-jauh datang untuk menemuinya. Seorang pria kurus tinggi berkacamata yang juga manajer sekaligus editornya, Stefan. "Sudah kubilang, tidak!" Raven menatap Stefan dengan sorot gusar. "Jangan memaksaku lagi, Stefan." Pria yang duduk di sofa berhadapan dengan Raven itu pun menarik napas pelan mendengar penolakan tegasnya. "Raven, tolong pertimbangkanlah lebih dulu. Ini cuma satu kali wawancara serta tour di Mansion-mu, itu pun hanya dengan lokasi yang kamu inginkan," sergahnya berusaha membujuk. "Aku tidak peduli. Tidak akan ada yang bisa memasuki Mansion ini selain orang-orang yang kuinginkan. Dan kehidupan pribadiku bukanlah untuk menjadi konsumsi orang lain!" Seusai mengucapkan kalimat itu, Raven pun berdiri lalu berjalan menuju bar

    Last Updated : 2024-09-02

Latest chapter

  • Virginity For Sale    EXTRA PART

    Musim semi tiba dengan segala keindahannya, membawa serta aroma manis bunga-bunga yang bermekaran dan langit biru yang begitu cerah. Di tengah taman yang luas, dengan dekorasi klasik yang elegan, pernikahan Shane King dan Leona digelar dengan khidmat dan penuh kehangatan. Siapa sangka, seorang pria yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam kesendirian akhirnya menemukan cinta sejatinya pada wanita yang usianya hampir setengah dari umurnya? Leona, awalnya hanya ditugaskan oleh Raven untuk merawat kesehatan Shane yang menurun. Namun dalam setiap perawatan, setiap percakapan, setiap sentuhan yang terjadi antara mereka, sesuatu mulai tumbuh tanpa bisa mereka cegah. Cinta. Cinta yang datang tanpa diminta, menghapus segala batas yang ada, menghilangkan segala perbedaan, dan akhirnya membawa mereka pada hari ini. Raven duduk di barisan terdepan bersama Maura. Matanya sekilas menatap sang paman, pria yang selama ini berada dalam tawanan serta siksaan keji, kini m

  • Virginity For Sale    133. Rumah Untuk Kembali

    Malam ini terasa begitu panjang bagi Maura. Di dalam villa yang seharusnya menjadi tempat paling aman baginya, ia justru tak bisa memejamkan mata sedetik pun. Kegelisahan merayap di benaknya, membuat setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan. Di luar jendela, bulan sudah tenggelam digantikan gelapnya malam yang semakin pekat. Maura duduk di tepi ranjang, mendekap dirinya sendiri sambil menatap kosong ke arah pintu. Lewis telah membawanya ke tempat ini atas perintah Raven, berkata bahwa ia akan aman di sini. Tapi keamanannya bukanlah yang ia risaukan saat ini. Yang ia tunggu adalah satu hal. Satu orang, lebih tepatnya. Namun ternyata hingga pagi datang menjelang, sosok itu pun tak jua datang. Saat jarum jam di dinding menunjukkan pukul tujuh pagi, Maura akhirnya menyerah. Ia bangkit dari tempat tidur dengan langkah lesu. Percuma saja memaksa dirinya tidur ketika seluruh pikirannya penuh dengan kecemasan. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas

  • Virginity For Sale    132. Hidup

    Tobias hanya tersenyum, seolah itulah jawaban yang ia harapkan. Tobias menatap Raven tajam. “Dan sekarang, pertanyaannya… apa yang akan kau lakukan, Raven? Membunuhku?” Tobias mencondongkan tubuh ke depan, ekspresinya menantang. “Silakan. Aku sudah tua. Kematian bukanlah sesuatu yang kutakuti. Aku telah menyelesaikan tugasku. Aku telah menemukan penggantiku yang paling sempurna.” Sambil tersenyum tipis, Tobias menjentikkan jarinya. Seorang pria di sudut ruangan melangkah maju, menyerahkan sebuah map tebal. Tobias meletakkannya di atas meja, menatap Raven dengan penuh kemenangan. “Ini dokumen yang telah kususun dengan sangat hati-hati,” ujar Tobias. “Melibatkan tiga puluh pengacara terbaik di dunia. Di dalamnya, ada keputusan yang tak akan bisa diganggu gugat oleh siapa pun.” Raven tetap diam, membiarkan Tobias melanjutkan. “Dokumen ini menunjuk CEO baru untuk King’s Enterprise. Dan itu adalah kamu, Raven.” Terdengar suara Rhexton menghirup napas tajam. Tobias mena

  • Virginity For Sale    131. Pembuktian

    "Kudeta?" ulang Rhexton dengan nada tajam. Sejak tadi, ia hanya berdiri di samping Tobias, menatap Raven dengan sorot mata yang tak dapat ditebak. "Tidak bisakah kita menyelesaikan ini dengan cara lain, Raven?" lanjutnya. "Keluarga seharusnya tidak saling menghancurkan." Raven menatap saudara kembarnya dengan ekspresi datar, seolah kata-kata Rhexton sama sekali tidak berarti apa-apa baginya. “Keluarga?” Raven tertawa kecil tapi dengan nada yang dingin. “Sejak kapan aku benar-benar merasakan hakikat dari keluarga?” Ia melangkah lebih dekat, hingga kini hanya berjarak beberapa langkah dari Rhexton dan Tobias. “Nama belakang itu hanyalah sebuah label, gelar yang tidak pernah benar-benar kuanggap memiliki arti. Bukankah sejak kecil, aku tidak lebih dari sebuah alat?" Maniknya yang kelabu berkilat tajam saat ia menatap langsung ke mata Rhexton. “Aku bukan keluarga. Aku hanya pion, senjata, dan alat manipulasi untuk membodohi pihak lain demi kepentingan keluarga King. Dan ka

  • Virginity For Sale    130. Kudeta

    Manik biru dingin itu mengamati SUV hitam yang bergerak semakin menjauh, hingga akhirnya menghilang menjadi sebuah titik kecil di ujung jalan. Raven pun lalu sedikit mengangkat tangannya, memberikan isyarat singkat kepada salah satu pengawal yang berada tak jauh darinya. Tanpa perlu kata-kata, orang itu langsung memahami perintahnya dan segera menekan tombol kecil di perangkat komunikasi yang tersembunyi di pergelangan tangan. Dan hanya dalam hitungan detik, seluruh Mansion yang sebelumnya gelap gulita, kini tiba-tiba saja disinari oleh cahaya yang terang. Generator cadangan yang sebelumnya dinonaktifkan oleh orang-orang Raven pun telah kembali menyala, turut menghidupkan semua lampu dan sistem keamanan di dalam Mansion seperti sedia kala. Saat seluruh cahaya telah memenuhi ruangan, Raven pun mengayunkan kaki untuk kembali masuk dengan langkah tenang. Ia masih melangkah seraya tangan kanannya pun ikut terangkat ke wajah. Dengan gerakan perlahan tapi pasti, ia mulai m

  • Virginity For Sale    129. Yang Seharusnya Hanya Milikku

    Kalimat itu keluar dengan penuh percaya diri, setiap suku katanya terasa seperti pukulan telak kepada ego Rhexton. Nada penuh arogansi tersebut seolah disengaja untuk memprovokasi, dan terbukti berhasil. Rhexton yang kini wajahnya memerah karena kemarahan, mengepalkan tangannya hingga buku-bukunya memutih. Ia mengulurkan tangannya ke depan dengan geram, mencoba untuk menggapai sosok yang ingin sekali ia tantang untuk berbaku hantam. Tapi sayangnya, hanya angin kosong yang berhasil ia sentuh. Rhexton pun semakin frustrasi. Ia menggerakkan tangannya lebih agresif, seolah yakin Raven berada di dekatnya. Namun setiap usahanya tetaplah sia-sia. Di sisi lain, Raven yang telah diam-diam mengenakan kacamata infra merah sejak awal, hanya bisa tersenyum samar. Ia menyaksikan semua gerakan Rhexton yang terlihat putus asa dalam kegelapan, membuat situasi ini menjadi pemandangan yang hampir menggelikan baginya. Raven lalu melirik ke arah tiga orang pengawalnya yang telah bers

  • Virginity For Sale    128. Belum Selesai

    Maura terdiam. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu, sebuah euforia kebahagiaan bercampur dengan rasa tidak percaya. Ia ingin sekali menanyakan semuanya. Bagaimana Raven bisa hidup, apa yang sebenarnya terjadi, lalu tubuh siapa yang dimakamkan waktu itu... tapi tidak ada satu pun pertanyaan yang berhasil keluar dari bibirnya. Ia hanya memeluk Raven lebih erat, seolah takut pria itu akan menghilang lagi. Momen itu terasa seperti keabadian. Maura tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai. Akan ada lebih banyak rahasia yang terungkap, lebih banyak bahaya yang harus mereka hadapi. Tapi untuk saat ini ia hanya ingin menikmati kenyataan bahwa pria yang ia cintai, pria yang selama ini ia kira telah pergi, kini kembali dalam hidupnya. Maka Maura pun tak lagi berkata-kata. Ia diam dalam gendongan hangat Raven, dan semakin mengeratkan pelukannya. Dalam kegelapan yang telah menelan seluruh cahaya ini, Maura pun mempercayakan segalanya ha

  • Virginity For Sale    127. Pengakuan

    “Pengkhianat!” Rhexton mendesis tajam, wajahnya memerah karena amarah yang tidak bisa ia kendalikan. Tangannya terkepal erat, sementara tiga pengawal yang masih setia kepadanya segera mengangkat senjata mereka, siap menargetkan ketiga pembelot tersebut. “Turunkan senjata kalian!” Rhexton memerintahkan ketiga pengawal yang berpihak pada Ryland dengan suara bergetar, entah karena kemarahan atau kegelisahan. Namun mereka tidak menggubrisnya. Ketegangan pun memuncak. Suasana kamar yang semula hening kini terasa begitu penuh tekanan. Udara seolah membeku di antara kedua belah pihak, masing-masing mengarahkan senjata mereka tampak tidak ada yang mau mengalah. Maura berdiri di tengah-tengah dengan tubuh yang gemetar hebat. Ia menatap ke arah Rhexton, lalu beralih ke Ryland, yang masih berdiri tanpa bergerak dengan tatapan yang dingin dan penuh kendali. Meski tak berkata sepatah pun, namun hanya dengan kehadirannya saja telah terasa mendominasi seluruh ruangan. “Mau

  • Virginity For Sale    126. The Bigger Plan

    "Apa yang pernah menjadi milikmu?" tanya Maura bingung. Ryland menatap Maura dalam keheningan yang menegangkan. Kemudian dengan satu gerakan cepat, ia meraih tangan Maura dan menariknya mendekat, untuk memeluk dengan erat. Namun semua sentuhannya itu penuh dengan kehati-hatian, terutama pada bagian perut Maura. Seolah ia sangat menyadari keberadaan dua nyawa kecil yang sedang tumbuh di sana. "Ryland, apa yang kamu~" Maura berusaha untuk melepaskan diri, tapi kekuatannya tak cukup untuk melawan pria itu. Ia terdiam ketika tangan besar Ryland bergerak perlahan menuju ke perutnya, lalu mengusapnya dengan lembut. Sentuhan itu begitu kontras dengan sikap dingin dan tegas Ryland, membuat Maura terkejut dan kehilangan kata-kata. "Ryland..." bisiknya nyaris tak terdengar, suaranya bergetar antara kebingungan dan emosi yang tak mampu ia jelaskan. Pria itu menunduk, memandangnya dengan lebih intens, sebelum tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Maura. Sentuhannya l

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status