Beranda / Romansa / Virginity For Sale / 24. Pria Di Balik Kegelapan

Share

24. Pria Di Balik Kegelapan

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-07 05:53:33
"Aku seolah bisa 'melihat' perasaanmu kepada Moora ini. Kamu seperti sedang jatuh cinta pada 'Moora' yang ada di dunia nyata, lalu mencoba melukiskannya dalam rangkaian kata di dalam buku. Apa aku benar, Raven?"

Shailene tak sadar bahwa ia telah melemparkan sebuah pertanyaan kritis yang telah membuat kehebohan bagi para penggemar Raven King, terutama para wanita.

Pertanyaan yang juga membuat Stefan, pria berkacamata yang menjadi Manajer sekaligus editor Raven ikut meradang. Stefan juga berada di studio, ikut mendengarkan talk show dengan perasaan geram.

Padahal sebelumnya ia telah mewanti-wanti Shailene agar tidak menanyakan hal pribadi kepada Raven!

Untuk beberapa saat yang sangat sangat singkat, pertanyaan Shailene itu membuat ekspresi Raven sempat berubah.

Namun karena pria itu terlalu lihai menyembunyikannya, bahkan Shailene yang berada di dekatnya pun sama sekali tidak menyadari perubahan itu. Raven masih tampak berwajah datar seperti biasa.

"Wow, Shailene. Bukankah
Black Aurora

tadinya jam stengah 8 udah niat nau nulis, gataunya malah ketiduran. akhirnya baru kebangun jam 3 langsung ngebut nulis dan baru jelar jam 5 subuh hehee... komen yuk biar aku semangat up lagi ♡♡

| 21
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Azhanzeril 88
Emmmm…bila nak update lgi..tak sabar ...
goodnovel comment avatar
Black Aurora
halo kak, makasih udah komen ♡♡
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Hmmmm siapanya Raven ya itu? Apa dia bakal bantu Moora kabur? Ah nanti Moora gak jadi penurut donk, terus bakal diapain ya sama Raven?. Lanjut Kak, semangat nulisnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Virginity For Sale    25. Gadisku Yang Penurut

    Maura membuka mulutnya bermaksud untuk menjerit, namun salah satu tangan pria itu yang semula mencengkram pinggangnya kini telah berpindah ke mulutnya. Hingga membuat suara gadis itu teredam oleh telapak tangan yang besar. Maura hanya bisa membelalakkan maniknya yang beradu dengan pria yang wajahnya mirip dengan Raven. "Ssstt... jangan berisik," guman pelan pria itu. "Raven sangat posesif dengan segala sesuatu yang menjadi miliknya. Dia akan sangat murka jika mengetahui kita berduaan di tempat yang sepi ini, Nona. Kamu pasti sudah tahu kelakuannya jika sedang kesal kan?" Maura mengerjap dengan kelopak matanya yang bergetar, antara takut dengan pria asing di depannya, tapi juga memikirkan perkataannya yang tepat sekali menggambarkan sifat seorang Raven King. "Jika kamu berjanji tidak akan berteriak, maka aku akan melepaskan tanganku dari mulutmu," ucap pria itu lagi. Maura menganggukkan kepala, dan sedetik kemudian tangan besar itu pun lepas dari bibirnya. Untuk beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Virginity For Sale    26. Hadapi Seperti Lelaki

    "Hm? Apa ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan, Sugar Cookie?" Maura menggeleng pelan dengan kedua bibirnya yang terkatup rapat. Di dalam benaknya terngiang kembali perkataan Rhexton saat mereka masih di dalam gudang. [Ingat, pertemuan kita ini adalah rahasia. Jangan sampai Raven tahu jika kamu tidak ingin melihatnya benar-benar murka...] Ya, Maura merasa harus tetap merahasiakan pertemuannya dengan Rhexton dari Raven. "Begitu ya? Jadi kamu benar-benar telah menjadi gadis yang penurut selama kutinggalkan?" Raven terus bertanya dengan satu tangannya yang masih tetap meremas lembut dada Maura. "Uuh-huum...." Tak sengaja Maura mengiyakan dengan desahan. Gadis itu menggigit bibirnya saat ibu jari Raven mulai menggoda bagian puncak dadanya dari balik bajunya. Munafik sekali. Maura merasa menjadi wanita hipokrit, yang akan melakukan apa saja agar bisa menjauh dari Raven, namun juga tak mampu mengelak bahwa sentuhan pria ini membuat sekujur tubuhnya panas dingin. Momen perci

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Virginity For Sale    27. Kembali Memilih

    "Uhm..." Maura yang mulai terbangun, kini mengernyit sayu sambil menoleh ke samping ranjangnya. Dan sama seperti biasanya, sosok Raven pun sudah tidak ada lagi di sana. Sebenarnya bagus juga seperti ini, karena jujur ia masih rikuh jika harus menghadapi wajah pria itu setelah aktivitas panas mereka di ranjang semalam. Gadis bersurai gelap itu pun meringis pelan ketika ia bangkit dari ranjang. Ah, lagi-lagi ia harus menghadapi situasi dimana sekujur tubuhnya terasa pegal luar biasa dan lemas, akibat Raven yang menjamahnya hingga berkali-kali dalam semalam. Tampaknya ia mulai harus menyesuaikan diri dan terbiasa, apalagi sampai dengan sekarang tak tampak sama sekali Raven yang ingin melepasnya. Maura masih duduk di tempat tidur dengan selimut yang ia tahan di dada sambil melamun, ketika ia mendengar suara connecting door dari ruang kerja Raven yang tiba-tiba saja terbuka dari luar. Saat maniknya bertemu dengan manik asap kelabu milik Raven, Maura pun mengerjap pelan penuh ket

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Virginity For Sale    28. Dan Akan Terus Memilih

    Air mata tampak semakin membanjiri manik bening yang sayu itu. Maura serasa ingin pingsan mendengar Raven yang hendak menggigit putus satu jarinya dengan wajah serius dan mengerikan. Maura merasa bahwa sosok Raven yang ada di hadapannya ini bukanlah manusia, melainkan entitas jahat yang akan menyakitinya hingga di luar batas rasional. "Raven... tidak..." Maura menggeleng dengan tenggorokan yang terasa tercekat. "Pilih salah satu, atau aku yang akan memilihkannya untukmu," potong Raven seraya mengamati jemari Maura dengan seksama. "Bagaimana jika jari manis? Bukankah itu jari yang paling tidak berguna? Kamu tidak akan pernah mengenakan cincin pernikahan dan menikah dengan pria mana pun, Moora. Karena hidupmu selamanya hanya untuk membuatku senang." Kalimat kejam namun diucapkan dengan santai itu membuat Maura semakin terisak kencang. Ya Tuhan. Ia takut sekali!! Raven lalu mengarahkan jari manis tangan kanan Maura ke bibirnya yang telah terbuka, dan memasukkan jari itu ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Virginity For Sale    29. Pilihan Maura

    ***BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA... Bola mata kelabu asap Raven sejak tadi tak berkedip memandangi wajah Maura yang sedang sibuk berkutat dengan kancing kemeja miliknya. Ia suka melihat bagaimana bola mata gelap dan bibir penuh menggiurkan itu menutup rapat dan sedikit mengerucut itu sedang fokus pada sesuatu. Raven menyuruh Maura untuk memakaikannya baju, lalu dengan patuh gadis itu pun melaksanakannya. "Kamu masih lelah?" Raven bertanya, mengacu pada aktivitas bercinta mereka sebelumnya di dalam kamar mandi yang berlangsung cukup lama, karena Raven yang tak pernah merasa cukup bercinta. Maura mendongakkan kepalanya hingga dirinya pun beradu tatap dengan bola mata kelabu berkilau yang menghipnotis itu, lalu kepalanya pun segera mengangguk. Tentu saja ia sangat lelah! Bahkan Maura masih tak berdaya dan tak bertenaga ketika akhirnya Raven selesai menjamahnya, hingga pria itu pun akhirnya menggendong tubuh Maura yang lemas keluar dari kamar mandi untuk dibaringkan di ranjang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Virginity For Sale    30. Sebuah Taktik?

    Buntu dan bimbang. Itulah yang sedang dirasakan oleh Maura, ketika tiba-tiba saja Raven melontarkan dua pilihan sulit, antara berada di sisi pria itu ataukah bersama kembarannya, Rhexton. Logika yang biasa ia gunakan untuk menentukan pilihan terbaik seolah tak lagi berguna. Ia lelah dengan semuanya, lelah dengan semua tekanan-tekanan yang serasa menguras fisik serta jiwanya. Ia hanya ingin hidup sendiri, tenang dan damai. Sesulit itukah permintaannya? Namun realita hidup malah mempertemukannya dengan sosok Raven, yang bukan saja membuat Maura merasa terpenjara serta semakin terlontar jauh dari impiannya, tapi juga membuatnya seolah menjadi sebuah obyek penelitian. Maura sadar jika Raven sengaja memberikan semua pilihan-pilihan itu dengan sebuah maksud yang terselubung, dan gadis itu pun mengira-ngira bahwa alasannya adalah karena Maura telah ia jadikan tokoh utama di dalam bukunya. Raven ingin melihat reaksinya. Ingin menyelami dirinya, memahami semua pemikirannya untuk dit

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Virginity For Sale    31. Berpisah?

    "Apa Anda yakin dengan keputusan Anda, Tuan?" Raven mendengar suara dari arah belakangnya, namun pria itu tak jua mengalihkan pandangannya dari jendela dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Manik kelabu asap itu tajam menatap ke lantai bawah, di mana sebuah helikopter dengan mesinnya yang menyala berada, dan dua orang yang tampak sedang berjalan untuk memasukinya. "Tentu saja aku yakin, "ucap pria itu setelah beberapa saat kemudian dengan melukis seuntai seringai samar penuh makna di wajahnya. "Tolong jaga dan pastikan keselamatan mereka berdua--paling tidak hingga helikopternya telah menyeberangi lautan dan sampai di pulau tujuan, Alberto," sambungnya lagi sambil menoleh ke arah belakangnya, dimana Alberto berada. Pandangan Raven pun lalu kembali lagi menatap ke balik jendela. "Karena setelah sampai di tujuannya, maka Moora adalah tanggung jawab Rhexton sepenuhnya." Alberto pun hanya mengangguk tanpa bersuara. "Apa Anda ingin Miss Maura tetap diawasi?" Raven tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Virginity For Sale    32. Jebakan

    Maura mendesah pelan diam-diam, lalu menatap pria yang berada di sampingnya. Rhexton. Satu-satunya jalan keluar yang ia miliki adalah pria ini. Apakah kira-kira Rhexton bisa meminjamkannya uang yang cukup banyak untuk bisa pergi ke Grindelwald? Rhexton membawa Maura masuk melalui pintu berwarna putih, yang menuntun mereka ke tangga menurun menuju koridor yang terang namun sangat sepi. Pria itu masih tetap menggenggam tangan Maura di sepanjang perjalanan, dan Maura pun membiarkannya. Ada sebuah lift dengan pintu yang telah terbuka di ujung koridor itu, dan mereka pun langsung masuk ke dalamnya. "Kamu baik-baik saja?" Rhexton bertanya, saat menatap wajah Maura yang masih tampak pucat. Gadis itu mengangguk lemah. Ketegangan yang sedari tadi menyelimuti diri, kini perlahan mulai terasa sirna, menyisakan hanya lemas di sekujur tubuhnya. "Istirahatlah dulu di apartemenku, Maura. Kamu bebas untuk tinggal berapa lama, jangan pikirkan apa-apa lagi." Maura tak menjawab, nam

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26

Bab terbaru

  • Virginity For Sale    EXTRA PART

    Musim semi tiba dengan segala keindahannya, membawa serta aroma manis bunga-bunga yang bermekaran dan langit biru yang begitu cerah. Di tengah taman yang luas, dengan dekorasi klasik yang elegan, pernikahan Shane King dan Leona digelar dengan khidmat dan penuh kehangatan. Siapa sangka, seorang pria yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam kesendirian akhirnya menemukan cinta sejatinya pada wanita yang usianya hampir setengah dari umurnya? Leona, awalnya hanya ditugaskan oleh Raven untuk merawat kesehatan Shane yang menurun. Namun dalam setiap perawatan, setiap percakapan, setiap sentuhan yang terjadi antara mereka, sesuatu mulai tumbuh tanpa bisa mereka cegah. Cinta. Cinta yang datang tanpa diminta, menghapus segala batas yang ada, menghilangkan segala perbedaan, dan akhirnya membawa mereka pada hari ini. Raven duduk di barisan terdepan bersama Maura. Matanya sekilas menatap sang paman, pria yang selama ini berada dalam tawanan serta siksaan keji, kini m

  • Virginity For Sale    133. Rumah Untuk Kembali

    Malam ini terasa begitu panjang bagi Maura. Di dalam villa yang seharusnya menjadi tempat paling aman baginya, ia justru tak bisa memejamkan mata sedetik pun. Kegelisahan merayap di benaknya, membuat setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan. Di luar jendela, bulan sudah tenggelam digantikan gelapnya malam yang semakin pekat. Maura duduk di tepi ranjang, mendekap dirinya sendiri sambil menatap kosong ke arah pintu. Lewis telah membawanya ke tempat ini atas perintah Raven, berkata bahwa ia akan aman di sini. Tapi keamanannya bukanlah yang ia risaukan saat ini. Yang ia tunggu adalah satu hal. Satu orang, lebih tepatnya. Namun ternyata hingga pagi datang menjelang, sosok itu pun tak jua datang. Saat jarum jam di dinding menunjukkan pukul tujuh pagi, Maura akhirnya menyerah. Ia bangkit dari tempat tidur dengan langkah lesu. Percuma saja memaksa dirinya tidur ketika seluruh pikirannya penuh dengan kecemasan. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas

  • Virginity For Sale    132. Hidup

    Tobias hanya tersenyum, seolah itulah jawaban yang ia harapkan. Tobias menatap Raven tajam. “Dan sekarang, pertanyaannya… apa yang akan kau lakukan, Raven? Membunuhku?” Tobias mencondongkan tubuh ke depan, ekspresinya menantang. “Silakan. Aku sudah tua. Kematian bukanlah sesuatu yang kutakuti. Aku telah menyelesaikan tugasku. Aku telah menemukan penggantiku yang paling sempurna.” Sambil tersenyum tipis, Tobias menjentikkan jarinya. Seorang pria di sudut ruangan melangkah maju, menyerahkan sebuah map tebal. Tobias meletakkannya di atas meja, menatap Raven dengan penuh kemenangan. “Ini dokumen yang telah kususun dengan sangat hati-hati,” ujar Tobias. “Melibatkan tiga puluh pengacara terbaik di dunia. Di dalamnya, ada keputusan yang tak akan bisa diganggu gugat oleh siapa pun.” Raven tetap diam, membiarkan Tobias melanjutkan. “Dokumen ini menunjuk CEO baru untuk King’s Enterprise. Dan itu adalah kamu, Raven.” Terdengar suara Rhexton menghirup napas tajam. Tobias mena

  • Virginity For Sale    131. Pembuktian

    "Kudeta?" ulang Rhexton dengan nada tajam. Sejak tadi, ia hanya berdiri di samping Tobias, menatap Raven dengan sorot mata yang tak dapat ditebak. "Tidak bisakah kita menyelesaikan ini dengan cara lain, Raven?" lanjutnya. "Keluarga seharusnya tidak saling menghancurkan." Raven menatap saudara kembarnya dengan ekspresi datar, seolah kata-kata Rhexton sama sekali tidak berarti apa-apa baginya. “Keluarga?” Raven tertawa kecil tapi dengan nada yang dingin. “Sejak kapan aku benar-benar merasakan hakikat dari keluarga?” Ia melangkah lebih dekat, hingga kini hanya berjarak beberapa langkah dari Rhexton dan Tobias. “Nama belakang itu hanyalah sebuah label, gelar yang tidak pernah benar-benar kuanggap memiliki arti. Bukankah sejak kecil, aku tidak lebih dari sebuah alat?" Maniknya yang kelabu berkilat tajam saat ia menatap langsung ke mata Rhexton. “Aku bukan keluarga. Aku hanya pion, senjata, dan alat manipulasi untuk membodohi pihak lain demi kepentingan keluarga King. Dan ka

  • Virginity For Sale    130. Kudeta

    Manik biru dingin itu mengamati SUV hitam yang bergerak semakin menjauh, hingga akhirnya menghilang menjadi sebuah titik kecil di ujung jalan. Raven pun lalu sedikit mengangkat tangannya, memberikan isyarat singkat kepada salah satu pengawal yang berada tak jauh darinya. Tanpa perlu kata-kata, orang itu langsung memahami perintahnya dan segera menekan tombol kecil di perangkat komunikasi yang tersembunyi di pergelangan tangan. Dan hanya dalam hitungan detik, seluruh Mansion yang sebelumnya gelap gulita, kini tiba-tiba saja disinari oleh cahaya yang terang. Generator cadangan yang sebelumnya dinonaktifkan oleh orang-orang Raven pun telah kembali menyala, turut menghidupkan semua lampu dan sistem keamanan di dalam Mansion seperti sedia kala. Saat seluruh cahaya telah memenuhi ruangan, Raven pun mengayunkan kaki untuk kembali masuk dengan langkah tenang. Ia masih melangkah seraya tangan kanannya pun ikut terangkat ke wajah. Dengan gerakan perlahan tapi pasti, ia mulai m

  • Virginity For Sale    129. Yang Seharusnya Hanya Milikku

    Kalimat itu keluar dengan penuh percaya diri, setiap suku katanya terasa seperti pukulan telak kepada ego Rhexton. Nada penuh arogansi tersebut seolah disengaja untuk memprovokasi, dan terbukti berhasil. Rhexton yang kini wajahnya memerah karena kemarahan, mengepalkan tangannya hingga buku-bukunya memutih. Ia mengulurkan tangannya ke depan dengan geram, mencoba untuk menggapai sosok yang ingin sekali ia tantang untuk berbaku hantam. Tapi sayangnya, hanya angin kosong yang berhasil ia sentuh. Rhexton pun semakin frustrasi. Ia menggerakkan tangannya lebih agresif, seolah yakin Raven berada di dekatnya. Namun setiap usahanya tetaplah sia-sia. Di sisi lain, Raven yang telah diam-diam mengenakan kacamata infra merah sejak awal, hanya bisa tersenyum samar. Ia menyaksikan semua gerakan Rhexton yang terlihat putus asa dalam kegelapan, membuat situasi ini menjadi pemandangan yang hampir menggelikan baginya. Raven lalu melirik ke arah tiga orang pengawalnya yang telah bers

  • Virginity For Sale    128. Belum Selesai

    Maura terdiam. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu, sebuah euforia kebahagiaan bercampur dengan rasa tidak percaya. Ia ingin sekali menanyakan semuanya. Bagaimana Raven bisa hidup, apa yang sebenarnya terjadi, lalu tubuh siapa yang dimakamkan waktu itu... tapi tidak ada satu pun pertanyaan yang berhasil keluar dari bibirnya. Ia hanya memeluk Raven lebih erat, seolah takut pria itu akan menghilang lagi. Momen itu terasa seperti keabadian. Maura tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai. Akan ada lebih banyak rahasia yang terungkap, lebih banyak bahaya yang harus mereka hadapi. Tapi untuk saat ini ia hanya ingin menikmati kenyataan bahwa pria yang ia cintai, pria yang selama ini ia kira telah pergi, kini kembali dalam hidupnya. Maka Maura pun tak lagi berkata-kata. Ia diam dalam gendongan hangat Raven, dan semakin mengeratkan pelukannya. Dalam kegelapan yang telah menelan seluruh cahaya ini, Maura pun mempercayakan segalanya ha

  • Virginity For Sale    127. Pengakuan

    “Pengkhianat!” Rhexton mendesis tajam, wajahnya memerah karena amarah yang tidak bisa ia kendalikan. Tangannya terkepal erat, sementara tiga pengawal yang masih setia kepadanya segera mengangkat senjata mereka, siap menargetkan ketiga pembelot tersebut. “Turunkan senjata kalian!” Rhexton memerintahkan ketiga pengawal yang berpihak pada Ryland dengan suara bergetar, entah karena kemarahan atau kegelisahan. Namun mereka tidak menggubrisnya. Ketegangan pun memuncak. Suasana kamar yang semula hening kini terasa begitu penuh tekanan. Udara seolah membeku di antara kedua belah pihak, masing-masing mengarahkan senjata mereka tampak tidak ada yang mau mengalah. Maura berdiri di tengah-tengah dengan tubuh yang gemetar hebat. Ia menatap ke arah Rhexton, lalu beralih ke Ryland, yang masih berdiri tanpa bergerak dengan tatapan yang dingin dan penuh kendali. Meski tak berkata sepatah pun, namun hanya dengan kehadirannya saja telah terasa mendominasi seluruh ruangan. “Mau

  • Virginity For Sale    126. The Bigger Plan

    "Apa yang pernah menjadi milikmu?" tanya Maura bingung. Ryland menatap Maura dalam keheningan yang menegangkan. Kemudian dengan satu gerakan cepat, ia meraih tangan Maura dan menariknya mendekat, untuk memeluk dengan erat. Namun semua sentuhannya itu penuh dengan kehati-hatian, terutama pada bagian perut Maura. Seolah ia sangat menyadari keberadaan dua nyawa kecil yang sedang tumbuh di sana. "Ryland, apa yang kamu~" Maura berusaha untuk melepaskan diri, tapi kekuatannya tak cukup untuk melawan pria itu. Ia terdiam ketika tangan besar Ryland bergerak perlahan menuju ke perutnya, lalu mengusapnya dengan lembut. Sentuhan itu begitu kontras dengan sikap dingin dan tegas Ryland, membuat Maura terkejut dan kehilangan kata-kata. "Ryland..." bisiknya nyaris tak terdengar, suaranya bergetar antara kebingungan dan emosi yang tak mampu ia jelaskan. Pria itu menunduk, memandangnya dengan lebih intens, sebelum tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Maura. Sentuhannya l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status