Celine Stewart tidak ada yang bisa menolak paras cantik gadis itu. Bahkan, begitu ia menjejakkan kakinya keluar pesawat langsung di tatapi oleh pasang mata yang berada di sana.
Sebuah kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Cantik! Ia memiliki kulit putih dan bibir tipis seperti ibunya. Mata layaknya sang ayah yang tampan. Beruntung, ia bahkan juga dilahirkan dan di besarkan dalam lingkup keluarga yang berkecukupan.
Kulit putihnya tampak bersinar di bawah pantulan cahaya mentari, dengan gaya dan penampilan yang keren menarik minat mereka untuk di lihat.
"Wow, seperti artis sinetron."
Celine menghembuskan napas saat beberapa orang di sekitarnya nampak berbisik-bisik seraya menatapnya dari atas hingga bawah.
Dengan gerakan anggun yang sudah acap kali ia lakukan di depan kamera, ia mengangkat tangannya berniat melihat pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pas
"Aku bisa menendang dan memukul." Celine terkekeh, dia tahu, sangat tahu jika sahabatnya itu senang sekali memukul, tapi yang di maksud Celine adalah berkelahi bukan memukul sekedar melayangkan tangannya dan mendaratkan pada sesuatu yang menjadi sasarannya, Dave benar-benar jago dalam akting.Tak usah diberitahu pun, Dave sudah lebih paham dari dirinya atas apa perkataannya. Tapi, Celine tahu, apa yang dilakukan Dave semata-mata hanya ingin menghiburnya. Sedari kecil, saat mereka duduk di bangku taman kanak-kanak Dave selalu berhasil menghiburnya dan kejadian hari ini membuatnya deja vu, otaknya seolah memaksa dirinya agar teringat masa lalu."Ya, baiklah. Lindungi aku kalau begitu.""Oh, lucu sekali, Mrs. Stewart."Keduanya lalu tertawa, menikmati kebersamaan yang sudah lama tak mereka rasakan.***Entah sudah ke berapa kali Chloe menguap lebar, bahkan sudah acap kali menyeka air mata
Melihat Chloe yang terjatuh pingsan, wanita paruh baya itu dengan segera menghubungi Garvin melalui telepon rumah yang tergelak di atas meja samping sofa.Dengan sesekali, melirik ke arah Chloe yang masih memejamkan mata di atas sofa. Tangannya gemetar, berharap-harap cemas pada Garvin yang tak kunjung mengangkat panggilannya.Hingga dipercobaan ke empat, Garvin mengangkatnya."Tuan Garvin! Nyonya Chloe pingsan!"***Kriek!Bunyi gerakan pintu itu terdengar. Arthur menatap sekeliling ruangan minimalis itu dari celah pintu yang ia buka sedikit. Hasilnya, tidak ada siapapun di sini. Arthur melangkah masuk lebih dalam dan menjatuhkan bokongnya pada senderan kursi yang sudah tersedia di sana.Menutup matanya lalu membukanya lagi. Ditatapnya, seluruh objek yang ada di ruangan kerja ini. Terdapat perpustakaan di sisi ruangan dengan tangga beroda yang bersandar di depannya. Ad
"Tuan Garvin? Tuan Arthur?" Terdengar suara pelayan yang membuat Chloe terkesiap. Garvin? Arthur? Mungkin, jika Garvin sudah tidak asing lagi berseliweran di rumah ini. Tapi, Arthur? Bagaimana bisa pria itu menyeret langkahnya ke sini.Lalu, matanya bertemu dengan sepasang mata lain yang tengah menatapnya tajam. Meskipun setajam pisau tapi di mata itu menyiratkan luka.Arthur tetap di sana dengan ekspresi wajah yang tidak berubah, tetap datar namun tajam. Tidak usah di perjelas, Chloe sudah tau sebabnya. Pria itu pasti terluka kala melihatnya tengah berpelukan dengan Dave. Pelukan yang begitu hangat dan tidak menyiksa seperti biasa.Perlahan, Dave melepaskan pelukannya lalu menoleh ke arah samping. Mereka bertatapan seolah tengah berkomunikasi melalui mata, seperti ada sesuatu yang tersirat dan tidak bisa diungkapkan. Chloe yang tidak tahan melihat kilatan penuh luka di mata Arthur memilih mengalihkan pandangannya, membu
Dave Taylor, seorang pria muda berparas tampan dari keturunan kaya raya yang memiliki kepribadian ganda. Anggaplah seperti itu, Dave di hadapan Celine adalah Dave yang berhati lembut dan sangat baik hati. Sangat berbeda jauh ketika berhadapan dengan Chloe.Dave di hadapan Chloe adalah Dave si maniak. Yang ada di pikirannya ketika bersama Chloe adalah hasrat untuk di puaskan, tidak peduli mereka dalam sehari melakukannya berulang kali.Lantas, sebenarnya yang manakah kepribadian Dave yang asli?Dua-duanya benar. Sejujurnya, sedari dulu Dave sudah memiliki dua kepribadian tersebut begitupun dengan semua orang, ini sifat alamiah yang mendasar pada setiap tubuh. Hanya saja, dulu sifat Dave yang baik hatilah yang paling dominan.Dan, perubahan itu karena Garvin. Jika, saat itu Garvin tidak datang ke dalam persahabatannya dengan Celine mungkin Dave tidak akan berubah, tidak bertemu Chloe, dan tidak menya
"Eoh, Garvin yang mengantarnya."Dave, dalam hati Garvin. Kemudian, melanjutkan langkahnya masuk ke dalam dan meletakkan nampan di bawanya lalu beranjak pergi, baru akan keluar kamar, suara Chloe menginstrupsinya."Kau tidak boleh pergi dulu.""Ada apa?" Garvin mengerjap bingung.***"Dave menyuruhmu untuk menemaniku dan ingin berbicara denganmu." ujar Chloe dingin seraya menyerahkan benda pipih berwarna hitam itu yang kini terhubung dengan Dave. Garvin menerimanya."Bagaimana keadaannya?"Berdecak. Seharusnya, kau tanyakan sendiri pada Chloe, kan yang sakit Chloe bukan aku, Garvin mendumel dalam hati."Keadaannya sudah lumayan baik." Tetapi, akhirnya yang keluar beda dengan apa yang terucap di dalam hati."Apa ada sesuatu hal di sana selagi aku tidak ada?""Tidak ada, semua berjalan sebagaimana mestinya."
Dave tersentak ketika sebuah tangan kekar menarik kasar pergelangan tangannya dan menariknya menuju lorong minim cahaya, sekali hentak tubuh tegapnya terhempas ke dinding hingga menghasilkan suara dentuman. Sejujurnya, Dave ingin melayangkan tangannya namun pria yang kini berada tepat di hadapannya sudah lebih dulu mencengkram kuat kerah kemeja putih yang sekarang ini ia kenakan.Dan, betapa terkejutnya ketika Dave sudah mulai bisa mengendalikan diri dan menyesuaikan matanya dengan cahaya. Sosok yang ia lihat adalah Garvin. Putra sulung dari keluarga Lautner yang kini tengah menatapnya tajam, setajam belati yang siap menghujam kapanpun pada kulitnya."Aku melihatmu." Desis Garvin membuat kening Dave mengerut, tidak mengerti dengan apa maksud dari perkataan Garvin."Jadi, kau berhubungan dengannya, dengan Celine? Padahal, kau jelas-jelas sudah memiliki Chloe, adikku!"Ah, rupanya ini mengenai Chloe, si ga
"Kau habis darimana? Aku mencarimu sedari tadi."Terkekeh seraya mengambil minuman itu yang di sodorkan Celine."Aku ada urusan sebentar, tadi."Celine menganggukkan kepalanya, paham. Orang terpandang seperti Dave memang memiliki banyak kolega. Apalagi, di tempat seperti ini."Ah, iya. Tadi, orang tuaku ingin bertemu denganmu. Ayo!"Seketika saja, permasalahan yang sempat membelenggu otaknya kembali menguap dan hilang entah kemana. Rasanya masih sama seperti dulu, sentuhan Celine berpengaruh hebat pada tubuhnya. Tak apa, jika gadis itu belum sepenuhnya menghilangkan Garvin di hatinya, tapi yang terpenting ia harus membuat sepenuhnya melupakan.***Chloe terbangun di tengah malam karena sebuah bisikan. Bisikan itu terdengar begitu nyaring di telinganya, membuatnya terkejut namun hanya sejenak, tapi keterkejutannya semakin lebih sebab kedua matanya bertemu tatap dengan mata
Waktu mengarah pada pukul setengah satu dini hari. Dave mengintip di balik celah pintu kamar Chloe yang terbuka sedikit. Lampu ruangan itu padam yang berarti Chloe sudah terlelap.Dave melangkah masuk, ia baru saja kembali dari pesta keluarga Stewart, hanya pulang saja tanpa pamitan. Bahkan, ia kabur di tengah acara yang belum selesai. Meninggalkan Celine begitu saja yang tengah mengambil dessert.Dave tidak bisa terlalu lama bersama Celine, hatinya sedang berantakan. Pembicaraan dengan Garvin mengenai Chloe kembali terngiang dan itu membuat suasana hatinya hancur seketika.Malam ini, Dave merasa ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya. Jika biasanya, ia akan senang melihat wajah pucat pasi Garvin karena apa yang ia katakan. Maka, lain halnya dengan kali ini. Pria itu merasa begitu bersalah, kesalahan yang entah di tunjukkan pada siapa namun perasaan itu menggerogoti hatinya dan Dave merasa enggan bertemu Celine.
Pada awalnya Felix juga ingin menempuh pendidikan ditempatyang sama dengan Darren tapi mempertimbangkan nanti orang tuanya hanya bertiga saja jadi Felix memilih tinggal. Anak itu menempuh pendidikan di tempat yang sama dengan Mario."Kau terlihat senang sekali?" Dave yang baru selesai mandi segera menghampiri Chloe yang tengah mempersiapkan bajunya sambil tersenyum bahagia."Tentu saja. Aku sangat merindukan Darren." katanya."Kalian video call setiap hari dan masih mengatakan rindu? Astaga." Dave mengacak pelan rambut Chloe yang sudah tertata membuat wanitanya itu mengerutkan bibirnya lucu. "Melihatnya secara langsung jelas berbeda dengan melihat dilayar. Aku terkadang iri dengan Celine dan Garvin." katanya."Felix anak yang ceria dan tidak pergi jauh sehingga Celine bisa melihatnya setiap hari. Sedangkan Garvin melihat Darren setiap hari.""Kau benar juga. Daripada kita
"Jika, kau dan Dokter itu saling mencintai. Ceraikan saja Dave. Aku juga tidak ingin memiliki menantu jalang sepertimu."Perkataan sarkas yang di luncurkan Nyonya Taylor berhasil membuat lubang di hati Celine, begitu terjal sampai terasa sangat ngilu. Sungguh, rasanya mulutnya ingin meluapkan segala perkataan yang ingin ia katakan, tapi sayangnya hanya mampu sampai di tenggorokan karena rasa nyeri di hatinya sudah sepenuhnya mengambil alih. Bahkan, untuk mengeluarkan sepatah kata saja rasanya sangat sulit."Mama."Perhatian dua orang wanita dewasa itu teralihkan saat Felix tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka."Sayang.""Mama kenapa menangis?"Celine langsung merengkuh tubuh si anak tapi tak dapat membuat tangisannya terhenti. Nyonya Taylor memalingkan wajahnya tidak tega melihat keadaan cucu dan juga menantunya. Tapi, ma
"Dan, kau berniat menghancurkan rumah tangganya." sela Nyonya Taylor dengan pandangan bengis. Mungkin, jika muncul sinar laser di sana Ansel sudah tinggal nama."Iya, pada awalnya memang seperti itu. Tapi, ketika aku melihat Felix, aku kasihan pada anak itu.""Lantas, mengapa kau bisa berbuat seperti itu pada Celine?""Saya bukanlah orang munafik yang mengatakan bahwa saya sudah tidak lagi mencintai Celine. Saya masih mencintai menantu Nyonya."Nyonya Taylor menggertak giginya kuat-kuat. Dave dan Chloe belum usai, menanti pertamanya itu masih berada di rumah intensif dan belum ada kemajuan untuk penyakitnya. Sekarang, di tambah lagi dengan permasalahan Celine dengan Dokter yang bern
Dave yang menyadari kehadiran sang anak tak berani mendekat. Darren sedang dikabuti dengan kesedihan dan ia tidak ingin Darren semakin tertekan melihatnya jika ia menghampiri anak itu. Toh, Darren sedang bersama Emily dan ia percaya jika wanita itu dapat menjadi tumpuan untuk Darren. Lengkap sudah penderitaan Dave, ia sangat tidak becus menjadi ayah dan sangat tidak bertanggung jawab sebagai suami. Pantas saja, Chloe menggugat cerai padanya."Terkadang Tuhan menggunakan rasa sakit untuk mengingatkan, mengoreksi, mengarahkan, dan menyempurnakan hidup kita. Bertahanlah, Chloe. Aku janji aku akan menjadi ayah dan suami yang baik untukmu.""Baiklah, Bi. Aku mau." Darren berbalik dan langsung mengangguk pada Emily.Emily tersenyum. "Darren memang anak baik. Kita makan sekarang, yuk."Nyonya Jacobs itu menuntun Darren agar duduk di kursi tunggu dan mulai menyiapkan m
"Wow, kau bahkan rela mengungkap identitas mu sebagai dokter tripel-board, Nona Joko, demi menyelamatkan Chloe?" Ansel yang sedari tadi menunggu di luar berkomentar saat Yuna keluar ruanganDokter Joko atau si kelinci kuning adalah salah satu dari beberapa dokter terhebat yang pernah ada karena memiliki kemampuan super jenius juga menjadi kebanggaan rumah sakit tempatnya bekerja selama ini. Joko atau Yuna selama ini begitu dihormati ketika berkarir di Amerika karena kemampuannya. Berbagai pujian sering mendatanginya karena hasil kerjanya yang selalu memuaskan. Petinggi rumah sakit mereka yang terdahulu yang pernah divonis lumpuh bahkan kini menunjukan perubahan signifikan setelah di operasi oleh Yuna, oh ya dia juga bagian dari tim peneliti yang menciptakan vaksin untuk sebuah virus berbahaya. Walau masih muda perstasinya sangat mengagumkan. Yuna selain pada dasarnya cerdas dia juga sangat ambisius dan selalu ingin menjadi yang terdepan maka inilah hasilnya.
Pesta besar di kediaman Taylor sekaligus penyambutan kembalinya putra sulung yang menempuh pendidikan di negeri jauh, Amerika Serikat.Kedatangannya telah ditunggu dan rupanya bukan hanya oleh keluarga dirumah tapi satu negara ini karena bahkan di bandara internasional yang menjadi tempatnya mendarat nanti bak pesta sambutan pribadi telah diatur dengan sedemikian rupa oleh penggemar keluarga pengusaha.Sementara dibandara begitu diramaikan oleh orang yang menunggu anak pertama keluarga Taylor, dirumah kediaman diramaikan oleh gelak tawa anak-anak yang katanya ikut membantu para orang tua untuk menyiapkan acara penyambutan.Di pimpin oleh Axel yang mana paling tua diantara rombongan anak-anak entah sudah berapa kali mereka memecahkan balon hingga mengagetkan. Meskipun sudah di tegur pun akan terjadi lagi dan lagi. Itu yang disebut membantu?"Kak~" suara Mario yang merengek karena terus saja di jahili Felix dan Leo.
Sebagai jawaban dari pihak salah satu rumah sakit ternama di Amerika - John Hopkins yang dimintai tolong oleh dokter rumah sakit Indonesia, mereka mengatakan kalau salah dua dari dokter hebat mereka tengah berada di negara tersebut dan dengan senang hati akan memberikan bantuan.Ketika mereka menanyakan apakah bisa membantu seorang pasien yang sedang dalam keadaan kritis karena sumsum tulang belakangnya yang patah dan menusuk dada hampir mengenai jantung sosoknya langsung terpikirkan. Dokter dengan sertifikat tripel-board yang juga merupakan lulusanterbaik universitas John Hopkins dan bahkan meraih gelarnya di usia muda.Namun tidak terpikirkan sebelumnya kalau dokter tersebut terlihat begitu belia. Yeah, di mata para dokter senior tentu saja sosok yang kini berdiri sambil menunjukan tandapengenal dari rumah sakit bergengsi itu masih sangat belia bahkan mungkin bisa terlihat seperti anaknya kalau mereka jalan bersama.Yang mereka pi
"Kalau kau sungguh ingin dia sembuh, maka jangan bertindak seenak jidatmu. Biarkan mereka yang mengerti menanganinya. Setidaknya dengan begitu aku bisa merasakan sedikit simpatimu."Rasanya sesuatu ikut meremas hati Emily, ia bisa merasakan bagaimana kesakitan dalam setiap ucapan yang keluar dari mulut Garvin, cinta seorang kakak kepada sang adik yang luar biasa besar dan ketakutan akan kehilangan. Entah bagaimana sesungguhnya rumah tangga pasangan Taylor ini hingga tampaknya Garvin sangat membenci seorang Dave Taylor.Dan, Dave sendiri terlihat begitu bersalah. Apakah rumor yang beredar tentang rumah tangga Dave Taylor dan kedua permaisurinya adalah kebenaran? Bahwa dia hanya mencintai salah satunya saja dan tidak dengan keduanya? Bahwa sang ratu sesungguhnya di anggap oleh Dave hanya sebatas tragedi sementara selirnya adalah cinta yang sesungguhnya?Astaga. la tidak berani membayangkan hal itu terjadi padanya. Membayangkan membagi
Pada sebuah taman bunga yang luas, yang udaranya terasa segar dan sangat sulit ditemukan di kota Jakarta. Chloe Moretz Lautner merasakan kalau dia seperti sudah berada di belahan bumi yang lain karena betapa menyegarkannya tempat ini.Tenang, segar dan sangat nyaman. Bunga-bunga yang tumbuh juga menebarkan semerbak wewangian memanjakan penciumannya."Di mana ini?" ia bertanya-tanya sembari kakinya melangkah pada jalan setapak untuk menyusuri semakin dalam padang bunga tersebut."Tempat yang indah dan nyaman. Tapi, apakah aku seorang diri?" Oh ya, apa tidak ada orang lain lagi yang mengunjungi tempat seindah ini? Kenapa hanya ada dirinya. Padahal tempat ini sangat cocok untuk piknik keluarga atau kalau tidak mungkin bisa berkencan. Seperti Edward Cullen dan Bella Swan."Chloe." baru saja gadis cantik itu memikirkan tentang piknik atau kencan, telinganya mendengar suara seseorang memanggil namanya.Di