Waktu mengarah pada pukul setengah satu dini hari. Dave mengintip di balik celah pintu kamar Chloe yang terbuka sedikit. Lampu ruangan itu padam yang berarti Chloe sudah terlelap.
Dave melangkah masuk, ia baru saja kembali dari pesta keluarga Stewart, hanya pulang saja tanpa pamitan. Bahkan, ia kabur di tengah acara yang belum selesai. Meninggalkan Celine begitu saja yang tengah mengambil dessert.
Dave tidak bisa terlalu lama bersama Celine, hatinya sedang berantakan. Pembicaraan dengan Garvin mengenai Chloe kembali terngiang dan itu membuat suasana hatinya hancur seketika.
Malam ini, Dave merasa ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya. Jika biasanya, ia akan senang melihat wajah pucat pasi Garvin karena apa yang ia katakan. Maka, lain halnya dengan kali ini. Pria itu merasa begitu bersalah, kesalahan yang entah di tunjukkan pada siapa namun perasaan itu menggerogoti hatinya dan Dave merasa enggan bertemu Celine.
Waktu mengarah pada pukul enam pagi ketika sinar mentari pagi di atas sana memasuki celah jendela milik kamar seorang gadis cantik bernama Chloe Moretz Lautner. Kilau sinar mentari itu terasa begitu hangat menerpa tubuhnya yang polos dan mengusik kelopak cantik matanya, membuat sang empunya mau tak mau harus mengerang dan mencoba perlahan membuka dua mata indahnya.Setelah, matanya sudah berhasil membiasakan dengan cahaya, Chloe perlahan menggerakkan tubuhnya tapi terhalang oleh sebuah lengan yang jauh lebih besar dari lengannya yang kini melingkari tubuhnya. Dan juga, sesuatu di selatan terasa begitu nyeri dan ngilu, seperti habis tertimpa oleh sesuatu yang berat hingga membuatnya sulit bergerak.Namun, begitu ia mengingat apa yang membuat semua ini terjadi, semburat merah muncul memenuhi wajah Chloe, tiba-tiba saja senyumnya merekah. Otaknya kembali terngiang pada kejadian semalam, ia baru saja bercinta dengan Arthur. Chloe akan pergi, pergi
"Semalam, apa kita bercinta lagi?" Dave menaikkan satu alisnya. Sesaat ia tersadar, rupanya Chloe tidak ingat persetubuhan itu, kalau begitu ia juga lupa semalam menangis karena kesakitan."Kenapa? Apa kau berharap orang lain yang menyetubuhimu?"Chloe merunduk lalu menggeleng pelan. "Tidak, kurasa kau begitu lembut sampai aku pikir itu bukan kau dan pelukanmu membuatku nyaman sepanjang malam."Hari ini, Chloe sedang mellow atau memang Dave yang tersentuh dengan perkataan itu. Kenapa hatinya merasa tersentuh, sampai-sampai kembali menarik tubuh Chloe ke dalam pelukannya. Cukup lama, sampai sesuatu yang basah menembus kemejanya. Jika, biasanya Dave akan marah dan memaki, kali ini ia hanya melepasnya pelan lalu meraih wajah Chloe dan menghapus air mata yang kembali mengalir dari pelupuk matanya."Aku sangat benci dengan gadis cengeng, berhenti menangis dan cepat turun." Desis Dave, ia benci tiba-tiba melih
Dave memasukkan ponselnya kedalam saku celana setelah mengirimkan pesan pada Celine, bahwa nanti ia akan datang ke rumah sakit, ikut merayakan penyambutan untuk kakaknya dan sekaligus ingin minta maaf karena kemarin menghilang begitu saja di tengah pesta.Membayangkan akan bertemu dengan Celine membuat hati Dave berbunga, terlebih lagi jika gadis itu akan merajuk. Celine sangat tidak suka jika seseorang pergi tanpa ijin dan semalam Dave melakukannya. Dari kecil tumbuh bersama dengan Celine, membuat Dave lebih mengenal sosok gadis itu ketimbang dirinya sendiri.Aku tunggu kau di sini, Dave. See you!Dave menyunggingkan senyumnya melihat balasan dari Celine. Lambat laun, Celine pasti sudah berada dalam genggamannya dan menghapus nama Garvin dari hatinya. Ya, pasti. Ini hanya masalah waktu dan batas kesabaran.***Kembali ke masa lalu di saat keadaan belum serumit ini dan kehidupan berjalan seperti mimpi anak-an
Setibanya, Dave dirumah sakit. Pria itu langsung menemukan Celine yang tengah duduk di balik meja seraya menopang dagu. Sepertinya, acara penyambutan Zea sudah selesai, karena Dave lebih dulu pergi ke kantornya, melakukan pertemuan pagi dengan beberapa kolega bisnisnya."Hey, kau melamun?" Dave menarik kursi yang berhadapan langsung dengan Celine, yang kini nampak terkejut."Ah, tidak. Hanya kelelahan saja." Celine tersenyum, bermaksud meyakinkan Dave dengan perkataannya.Tapi, seribu sayang. Dave tidak mudah dibohongi. Apalagi, ini Celine, gadis yang sangat ia kenal melebihi dirinya sendiri."Kau tidak pandai berbohong, Celine. Katakan saja, apa yang sedang kau pikirkan?"Mengulum bibirnya lalu memandang Dave lekat-lekat. Ingin hati mengatakan yang sebenarnya tapi ia juga tidak ingin menyinggung perasaan pria itu. Tapi, ini sudah kepalang tanggung dengan alasan ia baik-baik saja. Dave s
"Nancy."Gadis kurus dengan pita merah itu tengah berjalan seraya fokus memandang pada buku sketsa kini menoleh, mengernyit ketika melihat Garvin berlari tergesa ke arahnya.Ia menutup sejenak bukunya. "Ada apa?" tanya Nancy ketika pemuda Lautner itu sudah di depannya."Apa kau melihat Chloe? Aku sudah mencarinya sejak tadi, tapi tidak ketemu." Garvin bertanya seraya menyeka keringat yang bercucuran si sekitaran pelipis."Tidak, kita beda jurusan. Bukankah, ini sudah tugasmu? Kenapa kau bertanya padaku?" ketus Nancy yang kentara sekali menunjukkan rasa tidak sukanya pada Garvin."Ada masalah di kantor, jadi aku harus mengurusnya sebentar. Setelah aku kembali, dia belum keluar padahal sudah jam setengah tiga.""Apa?" Dan, mata Nancy seketika membola, melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan sontak saja mulutnya menganga."
"Sejujurnya, aku tidak pernah menyangka jika kita akan berpisah selama ini. Aku pikir, kita akan hidup menua bersama." Kontan saja, Celine menghentikan tawanya. Meski begitu, ia juga turut merasakan hal yang sama."Mungkin, jika tidak ada dia. Semua tidak akan serumit ini." Dave merunduk selepas mengatakan itu.Sedangkan, Celine yang sudah tahu mengarah kemana pembicaraan ini hanya mampu membisu, membiarkan Dave menumpahkan segala isi hatinya yang selama ini ia pendam."Ada yang berubah, ada yang bertahan. Karena takdir tidak bisa dilawan. Yang pasti kepercayaan harus diperjuangkan. Dan, aku percaya jika sampai detik ini rasa itu tidak berubah, masih tertuju pada sosok gadis yang sama. Mungkin, ini saatnya Tuhan menjawab segala doaku yang ingin bersamanya. Apa kesempatan itu ada?"Dave menoleh, dan kedua matanya bertubrukan dengan iris mata Celine, seolah saling berbicara melalui tatapan mata.&
Arthur memandangi Chloe yang berbaring di atas tempat tidurnya, menggeliat seraya mengeluh kepanasan dan tangannya beberapa kali terlihat berusaha mencoba menyentuh bagian selatannya. Namun, karena tangannya di ikat oleh Arthur, maka Chloe hanya mampu mengerang.Sebenarnya, Arthur tidak akan mungkin setega ini jika Chloe tidak berusaha menolak apa yang ia tawarkan sebab dengan hanya itu Arthur dapat merasakan jika Chloe miliknya. Toh, kalaupun ia merebutnya dari Dave sudah dipastikan jika ia kalah telak. Sedari dulu, Dave memang bedebah licik."Dave." Chloe mendesah panjang, sungguh tersiksa dengan keadaan yang seperti ini, tapi Dave tak kunjung menyentuhnya. Tidak biasanya dan kenapa Chloe begitu berkabut akan nafsu. Chloe sangat ingin disentuh dan secepatnya bercinta dengan Dave, sekarang."Wow." Arthur terkagum pada hasil kerja dari obat perangsang yang di beri Maxy, sahabatnya itu memang paling bisa diandalkan. Arthu
"Kau tidak tuli, 'kan? Jawab sekarang gadis murahan! Apa ada seseorang yang baru saja mencium mu?!"Sakitnya bukan main, meski anggapan Dave pada dirinya memang seperti itu, tapi tidak sekalipun ia menyebutkannya dengan kasar begitu, kedua mata Chloe memanas tentu saja. Ya Tuhan, haruskah Dave berbicara sekasar itu? Rasanya, lebih sakit dibandingkan dua milik pria menembus dirinya.Tak lama, tamparan keras mengenai pipi mulus Chloe hingga meninggalkan memar merah yang membuat bulir bening mengalir dari pelupuk matanya."Aku menyuruhmu untuk menjawabku! Bukan malah menangis seperti ini."Mata Chloe terpejam, merasakan deru napas Dave yang mengenai wajahnya. Terdengar memburu dan tidak beraturan. Oh, jangan lupakan sorot mata tajam yang sebentar lagi akan membunuhnya."Katakan padaku, Chlie! Siapa seseorang yang berani-beraninya menciumu atau kau sendiri yang suka rela memberikan tub
Pada awalnya Felix juga ingin menempuh pendidikan ditempatyang sama dengan Darren tapi mempertimbangkan nanti orang tuanya hanya bertiga saja jadi Felix memilih tinggal. Anak itu menempuh pendidikan di tempat yang sama dengan Mario."Kau terlihat senang sekali?" Dave yang baru selesai mandi segera menghampiri Chloe yang tengah mempersiapkan bajunya sambil tersenyum bahagia."Tentu saja. Aku sangat merindukan Darren." katanya."Kalian video call setiap hari dan masih mengatakan rindu? Astaga." Dave mengacak pelan rambut Chloe yang sudah tertata membuat wanitanya itu mengerutkan bibirnya lucu. "Melihatnya secara langsung jelas berbeda dengan melihat dilayar. Aku terkadang iri dengan Celine dan Garvin." katanya."Felix anak yang ceria dan tidak pergi jauh sehingga Celine bisa melihatnya setiap hari. Sedangkan Garvin melihat Darren setiap hari.""Kau benar juga. Daripada kita
"Jika, kau dan Dokter itu saling mencintai. Ceraikan saja Dave. Aku juga tidak ingin memiliki menantu jalang sepertimu."Perkataan sarkas yang di luncurkan Nyonya Taylor berhasil membuat lubang di hati Celine, begitu terjal sampai terasa sangat ngilu. Sungguh, rasanya mulutnya ingin meluapkan segala perkataan yang ingin ia katakan, tapi sayangnya hanya mampu sampai di tenggorokan karena rasa nyeri di hatinya sudah sepenuhnya mengambil alih. Bahkan, untuk mengeluarkan sepatah kata saja rasanya sangat sulit."Mama."Perhatian dua orang wanita dewasa itu teralihkan saat Felix tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka."Sayang.""Mama kenapa menangis?"Celine langsung merengkuh tubuh si anak tapi tak dapat membuat tangisannya terhenti. Nyonya Taylor memalingkan wajahnya tidak tega melihat keadaan cucu dan juga menantunya. Tapi, ma
"Dan, kau berniat menghancurkan rumah tangganya." sela Nyonya Taylor dengan pandangan bengis. Mungkin, jika muncul sinar laser di sana Ansel sudah tinggal nama."Iya, pada awalnya memang seperti itu. Tapi, ketika aku melihat Felix, aku kasihan pada anak itu.""Lantas, mengapa kau bisa berbuat seperti itu pada Celine?""Saya bukanlah orang munafik yang mengatakan bahwa saya sudah tidak lagi mencintai Celine. Saya masih mencintai menantu Nyonya."Nyonya Taylor menggertak giginya kuat-kuat. Dave dan Chloe belum usai, menanti pertamanya itu masih berada di rumah intensif dan belum ada kemajuan untuk penyakitnya. Sekarang, di tambah lagi dengan permasalahan Celine dengan Dokter yang bern
Dave yang menyadari kehadiran sang anak tak berani mendekat. Darren sedang dikabuti dengan kesedihan dan ia tidak ingin Darren semakin tertekan melihatnya jika ia menghampiri anak itu. Toh, Darren sedang bersama Emily dan ia percaya jika wanita itu dapat menjadi tumpuan untuk Darren. Lengkap sudah penderitaan Dave, ia sangat tidak becus menjadi ayah dan sangat tidak bertanggung jawab sebagai suami. Pantas saja, Chloe menggugat cerai padanya."Terkadang Tuhan menggunakan rasa sakit untuk mengingatkan, mengoreksi, mengarahkan, dan menyempurnakan hidup kita. Bertahanlah, Chloe. Aku janji aku akan menjadi ayah dan suami yang baik untukmu.""Baiklah, Bi. Aku mau." Darren berbalik dan langsung mengangguk pada Emily.Emily tersenyum. "Darren memang anak baik. Kita makan sekarang, yuk."Nyonya Jacobs itu menuntun Darren agar duduk di kursi tunggu dan mulai menyiapkan m
"Wow, kau bahkan rela mengungkap identitas mu sebagai dokter tripel-board, Nona Joko, demi menyelamatkan Chloe?" Ansel yang sedari tadi menunggu di luar berkomentar saat Yuna keluar ruanganDokter Joko atau si kelinci kuning adalah salah satu dari beberapa dokter terhebat yang pernah ada karena memiliki kemampuan super jenius juga menjadi kebanggaan rumah sakit tempatnya bekerja selama ini. Joko atau Yuna selama ini begitu dihormati ketika berkarir di Amerika karena kemampuannya. Berbagai pujian sering mendatanginya karena hasil kerjanya yang selalu memuaskan. Petinggi rumah sakit mereka yang terdahulu yang pernah divonis lumpuh bahkan kini menunjukan perubahan signifikan setelah di operasi oleh Yuna, oh ya dia juga bagian dari tim peneliti yang menciptakan vaksin untuk sebuah virus berbahaya. Walau masih muda perstasinya sangat mengagumkan. Yuna selain pada dasarnya cerdas dia juga sangat ambisius dan selalu ingin menjadi yang terdepan maka inilah hasilnya.
Pesta besar di kediaman Taylor sekaligus penyambutan kembalinya putra sulung yang menempuh pendidikan di negeri jauh, Amerika Serikat.Kedatangannya telah ditunggu dan rupanya bukan hanya oleh keluarga dirumah tapi satu negara ini karena bahkan di bandara internasional yang menjadi tempatnya mendarat nanti bak pesta sambutan pribadi telah diatur dengan sedemikian rupa oleh penggemar keluarga pengusaha.Sementara dibandara begitu diramaikan oleh orang yang menunggu anak pertama keluarga Taylor, dirumah kediaman diramaikan oleh gelak tawa anak-anak yang katanya ikut membantu para orang tua untuk menyiapkan acara penyambutan.Di pimpin oleh Axel yang mana paling tua diantara rombongan anak-anak entah sudah berapa kali mereka memecahkan balon hingga mengagetkan. Meskipun sudah di tegur pun akan terjadi lagi dan lagi. Itu yang disebut membantu?"Kak~" suara Mario yang merengek karena terus saja di jahili Felix dan Leo.
Sebagai jawaban dari pihak salah satu rumah sakit ternama di Amerika - John Hopkins yang dimintai tolong oleh dokter rumah sakit Indonesia, mereka mengatakan kalau salah dua dari dokter hebat mereka tengah berada di negara tersebut dan dengan senang hati akan memberikan bantuan.Ketika mereka menanyakan apakah bisa membantu seorang pasien yang sedang dalam keadaan kritis karena sumsum tulang belakangnya yang patah dan menusuk dada hampir mengenai jantung sosoknya langsung terpikirkan. Dokter dengan sertifikat tripel-board yang juga merupakan lulusanterbaik universitas John Hopkins dan bahkan meraih gelarnya di usia muda.Namun tidak terpikirkan sebelumnya kalau dokter tersebut terlihat begitu belia. Yeah, di mata para dokter senior tentu saja sosok yang kini berdiri sambil menunjukan tandapengenal dari rumah sakit bergengsi itu masih sangat belia bahkan mungkin bisa terlihat seperti anaknya kalau mereka jalan bersama.Yang mereka pi
"Kalau kau sungguh ingin dia sembuh, maka jangan bertindak seenak jidatmu. Biarkan mereka yang mengerti menanganinya. Setidaknya dengan begitu aku bisa merasakan sedikit simpatimu."Rasanya sesuatu ikut meremas hati Emily, ia bisa merasakan bagaimana kesakitan dalam setiap ucapan yang keluar dari mulut Garvin, cinta seorang kakak kepada sang adik yang luar biasa besar dan ketakutan akan kehilangan. Entah bagaimana sesungguhnya rumah tangga pasangan Taylor ini hingga tampaknya Garvin sangat membenci seorang Dave Taylor.Dan, Dave sendiri terlihat begitu bersalah. Apakah rumor yang beredar tentang rumah tangga Dave Taylor dan kedua permaisurinya adalah kebenaran? Bahwa dia hanya mencintai salah satunya saja dan tidak dengan keduanya? Bahwa sang ratu sesungguhnya di anggap oleh Dave hanya sebatas tragedi sementara selirnya adalah cinta yang sesungguhnya?Astaga. la tidak berani membayangkan hal itu terjadi padanya. Membayangkan membagi
Pada sebuah taman bunga yang luas, yang udaranya terasa segar dan sangat sulit ditemukan di kota Jakarta. Chloe Moretz Lautner merasakan kalau dia seperti sudah berada di belahan bumi yang lain karena betapa menyegarkannya tempat ini.Tenang, segar dan sangat nyaman. Bunga-bunga yang tumbuh juga menebarkan semerbak wewangian memanjakan penciumannya."Di mana ini?" ia bertanya-tanya sembari kakinya melangkah pada jalan setapak untuk menyusuri semakin dalam padang bunga tersebut."Tempat yang indah dan nyaman. Tapi, apakah aku seorang diri?" Oh ya, apa tidak ada orang lain lagi yang mengunjungi tempat seindah ini? Kenapa hanya ada dirinya. Padahal tempat ini sangat cocok untuk piknik keluarga atau kalau tidak mungkin bisa berkencan. Seperti Edward Cullen dan Bella Swan."Chloe." baru saja gadis cantik itu memikirkan tentang piknik atau kencan, telinganya mendengar suara seseorang memanggil namanya.Di