"Damio?" Elora bersyukur melihat Damio menyelamatkannya. "Damio ... mereka mengincar raja.""Tidak, Sayang. Mereka ini mengincarmu. Kamu adalah target utama." Damio masih memandangi Leandro yang bangkit lagi. Dia menyembunyikan Elora di balik punggungnya.Tetapi, Elora tak merasa begitu. Ada yang aneh di sini. Tidak mungkin menargetkan dirinya. Dia merasa kalau mungkin memang ingin menculik raja.Tunggu sebentar ...Ada yang tidak beres. Kenapa juga ingin menculiknya? Agar dimiliki Leandro? Tidak mungkin karena omong kosong begitu. Menculik raja? Tapi kenapa harus sekarang? Kenapa tidak dari sebelum-sebelumnya?Tidak masuk akal.Di saat Elora berpikir keras, Damio menghadapi Leandro dengan tangan kosong. Dia terpaksa begitu karena tidak ada pedang yang bisa dia pakai.Secara fisik, Damio lebih lemah dari Leandro. Itu hal yang wajar karena Leandro memang seorang Vampire Vesper berusia ratusan tahun. Dalam waktu singkat, dia mampu mendominasi pertarungan.Elora menjadi khawatir. Dia h
Damio diberikan obat bius sehingga tak sadarkan diri cukup lama. Sebelumnya, dia sudah ditinju beberapa kali oleh Leandro yang kesal sekali padanya. Akan tetapi, dia belum bisa menghabisinya sekarang. Marquess Tordes masih memiliki urusan dengannya yang belum selesai.Untuk melindungi Damio dari serangan brutal Leandro, Lady Eizabell membawanya ke kamar pribadinya.Di kamar ini, Damio dibiarkan duduk di lantai, pojok ruangan, dengan kondisi kaki dipasang rantai yang menyatu dengan tembok. Selain itu, kedua tangannya juga terpasang borgol khusus. Kalau kondisinya fit, mungkin Damio bisa mencoba melepaskan diri, tapi dia masih terpengaruh obat-obatan. Dia merasa ototnya sangat lemas, sebagian juga kaku seolah telah tertidur selama berbulan-bulan."Selamat pagi," sambut Lady Eizabell begitu tahu pria itu sudah membuka mata. Dia tersenyum melihat wajah Damio sebagian masih lebam akibat pukulan. Belum lagi, pakaiannya juga kusut dan sebagian kotor.Damio tidak merespon. Dia masih melihat
Elora masih tidak sadarkan diri di atas ranjang. Sudah semalaman dia terlelap seperti itu berkat ulah dari Hanter.Orang yang menjaganya adalah Yang Mulia Raja sendiri. Pria itu membawanya ke rumah pribadinya yang lumayan jauh dari istana.Karena situasi yang buruk, dia meminta Perdana Menteri Tyren bersama para orang kepercayaannya untuk mengurus segala keperluan kerajaan. Sementara itu, dirinya tetap berada di rumah. Dengan begini, kalaupun ada serangan lagi, musuh tidak akan langsung ke istana, melainkan ke kediaman pribadinya.Informasi dimana dia berada sudah ada beberapa bangsawan yang tahu. Jadi, jika dia diserang lagi, maka dipastikan salah satu dari mereka yang berkhianat.Yang Mulia Raja alias Bardo datang ke kamar tempat Elora berada dengan membawakan satu nampan berisi sepiring roti isi. Dia bisa saja meminta pelayan untuk melakukan ini, tapi dia tak mau nanti ada yang curiga kalau Elora bukan manusia biasa.Sekarang, hanya dia dan kedua pengawal pribadinya yang mengetahu
Elora menulis pesan singkat, dan ditinggalkan di meja kamar. Setelah itu, dia diam-diam pergi keluar ditemani oleh pelayan kembar.Dia bersama pelayan kembar bertemu di hutan belakang rumah. Siang hari ini matahari bersinar terik, tidak ada tanda-tanda akan terjadi badai seperti sebelumnya.Elora melihat kedua pelayan kembar yang sudah yakin akan menemaninya kemanapun. Mereka bertiga sepakat untuk menyelamatkan Damio."Kamu yakin sudah tahu tempatnya, Mita?" Elora menatap Mita.Mita mengangguk. Dia menjawab, "iya, Nona, saya kemarin sudah berbicara dengan Sir Fionnan sebelum dia pergi. Dia menduga kalau tempat persembunyian para penyihir ini adalah tempat dimana Tuan disekap."Mina menambahkan, "kami tahu tempatnya, Nona. Kami sebelumnya sudah menyelidiki tentang keluarga Tordes bersama Sir Haervis.""Baguslah kalau begitu. Kita akan pergi ke sana. Kita harus sampai sebelum matahari tenggelam. Pokoknya jangan sampai cuaca buruk lagi sebelum waktu itu.""Nona, sebaiknya sebelum ke sana
Untuk satu jam lamanya, Damio membiarkan Lady Eizabell mengurus dirinya. Dia juga tidak peduli dengan apapun yang dia lakukan. Dia cuma berpikir apa yang harus dilakukan setelah pergi dari tempat ini?Yang dia takutkan bukanlah antagonis ini, melainkan otak yang merencanakan semua. Iya, dia mulai menyadari kalau semua ini kemungkinan besar direncanakan oleh keluarga Tordes. Tidak mungkin kalau Leandro mau melakukan semua terang-terangan, dia pasti hanya mendukung rencana bangsawan itu untuk keuntungan sendiri.Aneh.Alur kejadian ini sama sekali tidak dijelaskan oleh Elora. Apa semua ini terjadi akibat ulahnya yang langsung menghabisi Lady Eizabell dahulu? Apa karena itu kejadian ini bisa terjadi?Tidak jelas.Dia juga masih berpikir kenapa harus berada di sini? Kenapa dia yang diculik?JIka keluarga Tordes adalah penyihir, apa mereka mau membuatnya jadi bagian dari mereka? Atau ujung-ujungnya dia akan dibunuh untuk persembahan?Di dalam dunia sihir, ritual dan persembahan manusia ad
Cuaca buruk kembali melanda.Situasi ini selalu terjadi saat hari sudah siang. Iya, seolah-olah matahari tidak boleh bersinar terik. Terlebih, sekarang ini adalah musim panas, seharusnya matahari sangat terik.Namun, sekarang malah setiap hari dirundung mendung, hujan lebat bahkan angin kencang. Banyak beberapa rumah warga yang sudah merasakan dampak dari kemarahan alam itu. Sebagian rumah yang rusak parah terpaksa harus tinggal di penampungan yang sudah siapkan oleh kerajaan.Kereta kuda yang membawa Elora dan yang lain sudah sampai di pertengahan jalan. Mereka berhenti sejenak di tengah hutan.Elora menyibakkan tirai jendela kereta tersebut, melihat mereka masih ada di tengah hutan. Dia bertanya, "ada apa, Haervis?"Kendali kuda alias kusir sekarang ditangani oleh Haervis. Sementara Elora dan si kembar ada di dalam kereta.Haervis terlihat menengok ke berbagai arah. Dia merasa ada yang tidak beres, ada yang mendekat, tapi berkat suasana yang tak bersahabat ini, dia merasa tidak bisa
Elora, Damio dan yang lain pergi menuju ke rumah lain dari keluarga Grim. Rumah itu bekas benteng dari kerajaan Yang sekarang sudah berganti fungsi sebagai tempat singgah saja. Letaknya sendiri berada di daerah perbatasan Utara, jauh dari pusat kerajaan, jauh juga dari pangkalan militer dan lain-lain. Daerah Utara dikenal sebagai kawasan paling tenang dan aman. Selain jauh hutan, kota yang ada di sini juga memiliki perlindungan sihir yang cukup terkenal. Penyihir normalnya akan enggan memasuki area ini.Iya, kawasan ini juga merupakan tempat tinggal dari keluarga Lucien di masa lampau. Karena itulah, penyihir lain enggan mendekat karena dipenuhi pusaka sihir peninggalan keluarga mereka.Sebagai keturunan terakhir Lucien, Damio cukup lega berada di sini. Dia merasa aman. Hatinya sebenarnya masih terluka atas ucapan dari Lady Eizabell.Semua yang ingin dia ketahui sekarang sudah semakin jelas. Bagaimana ibunya bisa meninggal dunia, siapa saja yang mengenal ibunya dan bagaimana masa lal
Kekacauan terjadi di ibu kota.Banyak warga dari ibu kota yang sudah diungsikan ke area selatan dari istana utama kerajaan. Mereka semua berada dibalik perbukitan.Sementara itu, sang raja ditemani oleh pasukan kerajaan mulai bersiap untuk menyerbu tempat di mana para penyihir berkumpul.Marquess Villiam Tordes serius ingin menghancurkan kerajaan itu. Dia memiliki darah penyihir, dan anggota keluarganya rata-rata adalah penyihir. Pria itu kelihatan muak begitu sadar kalau di salah satu tempat persembunyiannya sudah hancur. Lebih buruknya, Lady Eizabell masih tidak jelas ada di mana.Dia terdiam melihat kondisi bangunan tuanya yang sudah hancur. "Kurang ajar, berani sekali mereka membawa kabur persembahan kita."Dua wanita paruh baya yang berdiri di belakangnya juga ikut sebal. Mereka menggunakan jubah hitam, auranya sangat berat, menunjukkan kalau keduanya memang seorang penyihir.Salah satunya berkata, "tidak masalah, Villiam, kita bisa mencari korban lain saja. Ritual kita harus te
Elora bangun dari tidur panjangnya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata, melihat langit-langit yang familiar.Ah, kamar tidurnya yang biasa saja.Dia bangun sambil memijat keningnya. "Bangun tidur bukannya tubuh membaik, tapi malah sakit kepala. Apa aku kebanyakan kerja? Untung saja sekarang Minggu ... Minggu 'kan?"Dia meraih ponselnya yang ada di meja nakas samping ranjang, dan memang benar sekarang adalah Minggu jam tujuh pagi.Dia tertegun sejenak, melihat kamarnya yang berantakan seperti biasa. Entah mengapa dia merasa sangat sedih.Dia menyentuh dadanya, air mata mendadak keluar dari kedua matanya. Ini membuatnya makin bingung.Dia mengusap air mata itu, lalu bergumam, "ada apa denganku? Aku menangis? Rasanya seperti sudah bermimpi lama sekali ... Apa ini alasan kenapa tubuhku kaku?"Tak mau membuang-buang waktu, dia turun dari ranjangnya, lalu melihat diri sendiri di depan cermin meja rias. Untuk sejenak, dia memperhatikan wajah sendiri."Aneh ... Aku seperti bermimpi sangat aneh, ta
'Jangan ... Damio ... Cepat pergi, tinggalkan aku di sini. Jangan mati bersamaku.'Itu adalah kata yang seharusnya diucapkan Elora, tapi tak bisa keluar. Dia hanyalah sisa jiwa yang masih bersemayam di tubuh Elora si vampire. Suara Damio pun semakin lirih, membuktikan bahwa sebentar lagi dia benar-benar akan menghilang.Tetapi, dia tidak mau Damio ikut pergi bersamanya. Ini sangat tidak masuk akal. Kenapa pria ini mau mati bersamanya, orang yang hanya bisa menjadi beban.Dia ingin menangis.Damio membelai pipi Elora, bibirnya tersenyum. Entah mengapa dia seperti bisa mengetahui perasaan Elora yang masih tertinggal.Dia berkata, "aku tahu kamu pasti memintaku untuk pergi dari sini, tapi tidak bisa. Kakiku terluka. Aku akan menemanimu sebentar lagi. Aku sudah tidak ingin berada di dunia ini, Sayang. Jika kehidupan lain itu memang ada ... Aku ingin hidup bersamamu."Usai mendengar itu, Elora benar-benar terharu. Dia tak lagi bisa mendengarkan apapun, yang bisa dia lakukan adalah pasrah s
Pertarungan puncak sudah berlangsung berjam-jam, pasukan kerajaan yang dipimpin oleh sang raja Bernardo II dan jenderal perangnya telah mendominasi peperangan itu.Saat jenderal perang menghabisi seluruh pasukan yang bukan manusia biasa dan penyihir-penyihir kuat, Bardo dibantu oleh Hanter berhasil memojokkan Tordes.Pada dasarnya Tordes memiliki kemampuan sihir yang luar biasa, tapi fisiknya cukup lemah. Lama kelamaan, dia tidak bisa mengimbangi kecepatan dari hanter. Semua orang sudah tumbang, menyisakan dirinya dan beberapa penyihir saja.Sementara itu, para pendeta yang juga merupakan anggota dari bangsawan yang ikut berperang menetralisir efek dari ritual dengan berbagai barang suci. Beruntung, mereka tidak terlalu terlambat untuk menutup lagi gerbang menuju ke neraka.Kejadian ini mengingatkan Bardo akan deskripsi di buku semasa perang ratusan tahun silam yang menghilangkan banyak nyawa penyihir. Seperti inilah wujud dari peperangan itu.Hampir separuh pasukannya harus tiada, te
Api menjalar sangat cepat di bangunan tempat persembunyian. Elora mulai panik merasakan Hawa panas yang familiar. Kenapa setiap kali pergi selalu saja ada yang membakar tempat yang dia jadikan persembunyian?Ini memuakkan.Dia berlari di bersama si kembar untuk mengungsi ke area bangunan yang belum terbakar. Mereka menunggu kedatangan Fionnan dulu.Bagaimana pun, di luar juga cukup darurat, di mana para manusia serigala menyerang dari berbagai arah.Leandro pun masih dihadang oleh Haervis yang sudah ngos-ngosan. Sedangkan, Fionnan sibuk di belakang dengan para manusia serigala.Elora menjadi khawatir dengan mereka berdua. Dia juga khawatir terhadap Damio. Tak berselang lama dari itu, dia merasakan kehadiran yang familiar pula.Langkahnya pun terhenti.Ini membuat pelayan kembar menjadi panik dan menoleh. Mita bertanya, "nona kenapa berhenti? Ayo kita tetap berlari."Mina ikut mengatakan, "iya, Nona. Area ini sudah terbakar. Kita harus ke belakang. Di sana ada Sir Fionnan.""Damio ...
Leandro datang ke bangunan tempat persembunyian Elora. Dia sedikit beruntung karena ada serangan dari kelompok manusia serigala yang mendekat. Dengan begini, dia bisa mendekat ke jendela, tepat di mana ruangan Elora berada. Dia berniat untuk memecah jendela itu, lalu masuk.Akan tetapi, sebelum niatnya terpenuhi, Haervis sudah terlebih dahulu menghampirinya, lalu berniat menendangnya.Leandro berhasil menghindar sehingga tendangan Haervis hanya mengenai udara."Serigala sialan," umpatnya.Haervis bersiap untuk menyerang lagi. Mimik wajahnya terlihat serius, tapi sebenarnya dia juga sedikit lelah. Dia sudah bertarung terus menerus, wajar saja kehabisan tenaga.Dia tidak yakin bisa menahan vampire itu lebih lama, jadi berharap agar Fionnan segera membereskan para manusia serigala yang mengamuk.Leandro tersenyum. Dia sudah tahu kalau Haervis sudah mencapai batasnya. "Kamu pasti mati kalau melawanku begini.""Aku tidak peduli.""Kenapa kalian sangat protektif pada Elora? Aku cuma ingin m
Serangan Leandro terpaksa terhenti karena kekacauan yang terjadi tepat di tengah malam. Dia tidak bisa berkonsentrasi karena pepohonan banyak yang tersambar petir dan roboh.Dia juga tidak melihat Fionnan kembali. Pengawal itu jelas sudah kembali ke rumah untuk memperingatkan akan bahaya.Dia sendiri juga tidak mengira kalau terdengar lolongan serigala di kejauhan. Pandangannya menengadah ke langit, mendengarkan lolongan itu yang tiada henti.Semakin dekat .. dekat .. dan dekat saja."Sialan." Dia mengumpat karena tidak rela Elora diserang oleh para serigala. Tetapi, dia tidak ada waktu meladeni musuh yang tiada habisnya ini.Selain itu, manusia serigala saat bulan purnama begini sangatlah kuat, berkali-kali lipat kuatnya dari biasa. Akan butuh banyak waktu untuk meladeni mereka.Dia tidak peduli apapun, dan berlari menuju ke bangunan tempat Elora seharusnya berada.Begitu keluar hutan, dia langsung disambut oleh petir yang hampir saja menyambarnya. Berdiam diri di tengah halaman sep
Damio dan Marko perjalanan menuju ke ibu kota. Keduanya sampai dalam waktu singkat. Sesampainya di sana, tidak ada yang melihat ada seseorang yang masih hidup.Darah berceceran di mana-mana, tubuh- tubuh tercabik ada di mana-mana. Tidak ada yang enak di pandang di sini.Marko melihat semua kekacauan ini. Dia melihat juga ke tembok-tembok bangunan yang sudah rusak parah."Tuan, sepertinya pertarungan di sini baru saja selesai, saya masih bisa mencium bau vampire itu," kata Marko masih melihat sekitar.Damio tertegun melihat segalanya. Dia tidak merasa ada yang berbahaya di sini. Segalanya terlihat sudah selesai.Dia berkata, "aku tidak merasakan kehadiran seseorang yang masih hidup di sini. Apa vampire sialan itu berhasil membunuh mereka semua?""Iya, Tuan, sepertinya dia baru saja pergi.""Aku penasaran ke mana dia pergi? Kamu bisa melacaknya? Apa dia ke istana? Atau mencari Lady Eizabell?""Saya tidak yakin merasakan kehadiran vampire lain di sini, Tuan, tidak ada manusia serigala at
Jarum jam tinggal beberapa menit lagi sudah menuju ke tengah malam. Tidak ada kabar juga dari Damio.Elora terdiam di tempat yang sama dan di posisi yang sama, dekat dengan jendela. Dia menjadi tidak tenang. Entah apa yang terjadi pada tunangannya itu. Apakah dia berhasil mengalahkan Leandro, Tordes dan semua musuh-musuhnya? Ataukah malah terjebak oleh permainan licik mereka?Yang membuatnya khawatir adalah Leandro. Pria vampire itu memang kuat. Dia tidak bisa tenang menghadapi ini. Tetapi, dia berusaha menguatkan diri karena percaya terhadap Marko. Marko lebih lama hidup daripada Leandro. Lagipula, dia yakin vampire itu juga jauh lebih kuat.Hanya saja, Leandro menang dalam hal pemikiran licik. Pria itu bisa membuatnya hampir terpengaruh dahulu. Untung saja, dia diselamatkan Damio, dan kesalahpahaman di antara mereka bisa teratasi."Bagaimana keadaan Damio sekarang ..." Elora tertegun sejenak, tak melanjutkan gumamnya kala melihat ada cahaya berkedip-kedip di depan sana.Iya, di luar
Peperangan sudah mencapai puncaknya. Bardo menyerang barisan penyihir bertudung hitam yang menjaga tempat ritual sihir berlangsung. Di sebelahnya selain ada Hanter juga ada panglima perang kerajaan Lux. Pria setengah baya itu jarang sekali kelihatan di publik, dan memang hanya muncul ketika diperlukan seperti ini.Pria tersebut maju sambil menebas semua penyihir yang menghalangi. Secara menakjubkan, tubuhnya kebal terhadap sihir, karena itulah dia bisa menerobos saja tanpa terkena efek apapun."MUSTAHIL!" salah satu penyihir yang tak percaya. Dia sudah melemparkan rapalan sihirnya terhadap pria itu tetapi tidak ada efek. Padahal, sihir-sihir mereka mampu membuat para prajurit biasa berjatuhan. Mereka semua terkena sihir yang melumpuhkan otot-otot sehingga terasa seperti mati, tapi hanya tak sadarkan diri."ARRRGH!" "aagrrh!" satu per satu suara para prajurit berjatuhan terdengar di seluruh area itu. Ruangan yang sangat luas, besar, berlangit-langit tinggi, benar-benar mampu menampu