“Sam, what took you so long!”
“Apa yang terjadi?”
“Jani, adikku. Mengamuk lagi. Sejak bangun sore tadi sampai sekarang. Ia membuat seluruh rumah bergetar. Mungkin dinding gudang telah retak-retak gara-gara dia. Jani menarik-narik rantainya tak henti-henti, aku takut akhirnya tiang akan roboh dan rumah terbawa ambruk.”
“Menurutmu kenapa ia berbuat begitu?”
“Aku yang bertanya kepadamu!”
“Oh, sekarang menjadi kewajibanku untuk menangani—siapa?—Jani sementara kaulah yang menyekapnya selama ini?”
“Maaf, Sam. Aku meminta tolong padamu. Please. Darah kami sudah mendidih di ubun-ubun. Dan kami semua nyaris gila.”
“Siapa yang nyuruh memelihara seorang vampir bagai binatang dirantai?”
“Ini adikku, Sam. Cobalah untuk mengerti.”
Sam terbahak tanpa nada riang.
Ketika pintu jati tebal itu dibuka, suara berisik rantai memukul-mukul tiang dan lantai terdengar keras. Dinding terasa bergetar. Dan Sam merasaka
“Aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu, bangsat anjing, bajingaaaan laknaaaaat!” maki Hara kalang-kabut. Namun Sam menoleh ke arahnya pun tidak. Sosoknya tegak dan bergerak dengan kecekatan dan ketenangan yang mengherankan, mengingat kekacauan di sekelilingnya. Seolah semua kejadian dan kegagapan yang berlangsung mengorbit di seputarnya, dan sebagai sumbunya Sam kokoh, teguh serta tak tergoyahkan. “Kau bajingan laknaaatt!” ulang Hara semakin gila. Akan tetapi hanya mulutnya yang berkoar-koar liar, sementara itu tubuhnya lemas dan lunglai seperti sayuran kering yang layu. Rastri menatap Sam dengan dada naik turun. Ya ampun, semua ini gila! Un-fucking-believable. Tak bisa dipercaya. Ediiaaan. Sam memalang pintu jati itu. Dan ketika selesai, ia menatap mereka semua dengan ekspresi campuran antara geli dan puas. Dan itu terasa mengerikan di mata Rastri. Ada kelegaan yang aneh yan
Setelah melakukan wawancara siang itu, Sonia balik ke kantor dan berkutat dengan komputernya. Waktu makan siang berlalu, tetapi Sonia tak beranjak dari balik komputer. Yang barusan diwawancarainya adalah seorang pengusaha wanita yang masih muda. Namanya Svida. Sonia masih ingat keharuman ruang kantor pengusaha itu dan jendela lebar, selebar dinding, yang menghadap pemandangan pusat kota, karena mereka berbincang-bincang tepat di sebelahnya sambil memandang atap-atap rumah bertebaran tidak teratur, namun anehnya membentuk keserasian yang mengagumkan dari atas. Ia ingat kata-kata Svida tadi tentang pemandangan yang mereka lihat: “teratur dalam ketidak-teraturan.” Oh so true. Dan Sonia mengangguk-angguk menyetujui. Svida kembali berkata, “Menurut gue, begitulah hidup ini sebenarnya. Bagaimanapun ruwetnya, bagaimanapun tidak teraturnya, ia akan selalu menuju suatu keteraturan. Karena kita semua tidak bisa lepas dari sebuah aturan besar yang me
Ketika meletakkan gagang telepon, Redaksi Pelaksana yang sedang berbicara dengan beberapa reporter di dekat kantor Pimpinan Redaksi—seakan menyadari tatapan mata Sonia ke arahnya—menoleh. Bahkan sebelum Sonia membuka mulut, ia sudah memberi perintah.“Lakukan apa yang perlu.”“Ini tentang vampir. Seorang pembaca memiliki cerita tentang vampir. Tapi ia tidak bisa ke sini. Seharusnya Rastri yang menangani masalah ini.”“Rastri ijin tidak masuk. Ada masalah keluarga mendesak. Kau tangani dulu ini, Son. Kau minta, eh, Sam untuk menemanimu,” tukas Redaksi Pelaksana cepat. Kepalanya yang botak berpaling ke seputar ruang redaksi, dan ketika menangkap sosok Sam ia berteriak keras, “Sam! Sam!” Sonia melihat Sam mendongak dari topi jeraminya. Kacamatanya belum lagi dilepaskan. Rupanya ia baru saja tiba. “Ya, boss!” sahut Sam mendekat. Sikap songongnya kentara sekali.&
Rumah yang mereka kunjungi sepi. Sebuah rumah tua dengan pintu-pintu yang tinggi dan sepasang tiang kokoh menyangga atap teras. Susuran kanopi yang melindungi jendela-jendela bangunan utama menolak cahaya dari luar sehingga menimbulkan bayangan teduh di seputar rumah. Halaman berkerikil dipenuhi sederetan mobil yang diparkir agak tidak teratur. Seseorang lelaki setengah baya yang sangat kurus dan mata cekung menjemput mereka di gerbang depan dan bertanya, “Kalian dari Berita Harian? Saya Hadi. Anak saya yang menelepon tadi.” “Saya Sonia,” Sonia mengangguk, mengail sesuatu dari tas cangklongnya dan menutup resleting tas itu ketika ia telah menemukan perekamnya. Lelaki tua itu membuka pintu depan. Dengan tatapannya yang lelah dan sedih, ia mempersilakan Sonia masuk. Tanpa menunggu Sam, ia bergegas mengikuti lelaki itu.“Mengapa demikian sunyi di sini?” Hadi melirik Sonia dengan lesu. Sejenak ia berhenti di tengah lorong ke ruang tengah, sementara Sonia melih
Menit demi menit berlalu.Apakah mereka telah menunggu berjam-jam?Sonia melangkah ke sebuah kursi di sudut. Tanpa sadar dadanya berdebar kencang dan ia membutuhkan tempat bersandar atau duduk agar ia tidak limbung. Semua yang terjadi ini di luar akal sehatnya. Apa yang menyebabkannya dulu meninggalkan Jakarta dan berniat hidup di kota yang dihantui vampir?Satu peristiwa berlanjut ke peristiwa lain. Namun jalan pikiran Sonia dua tahun lalu sungguh terasa sulit dipahaminya sendiri, apalagi dengan situasi penuh ketegangan yang tengah melingkupinya.Bu Hadi mundur dan menggamitnya tanpa sungkan.“Jangan khawatir. Ibu yakin nak Sam akan selamat.”Sonia mengangguk. Bingung dengan alasan Bu Hadi berkata seperti itu terhadapnya.“Bagaimana Ibu seyakin itu?” ragu Sonia bertanya.“Ibu tahu perbedaan antara seorang pembasmi handal dengan yang tidak.”“Apa cir
“Tolong, kirim seseorang ke tempat kos saya untuk mengambil naskah untuk besok,” sungut Sonia lewat telepon rumah kost. Terdengar gerutu Redaksi Pelaksana di seberang sana, tetapi Sonia tidak perduli. Bukankah ia telah mengerjakan pekerjaan dua orang hari ini, dan siapa yang berani menyalahkannya jika sekarang ia begitu kecapekan dan tak berniat mengantarkan sendiri naskah ke kantor? Dan ia juga tak mau repot-repot turun dari kamarnya menuju warnet terdekat untuk mengirimkannya lewat email. Sementara ponselnya jaringan internetnya mendadak ngadat. Ia terpaksa harus segera mengecas ponsel cadangannya. Cukup. Hari ini cukup. Keletihan fisik bukanlah alasan utama. Yang lebih membuatnya kehilangan semua energinya adalah situasi yang baru saja dihadapinya. Semua hal tentang vampir itu betul-betul telah menyerap semua kekuatan dan semangatnya. Siapa orang-orang ini yang mengaku telah terlibat dengan vampir dan sampai sejauh ini masih mampu berd
Pagi basah oleh gerimis semalam.Telanjang kaki Sonia menuju kios koran di ujung jalan. Kakinya terasa nyaman, meskipun sesekali sebuah kerikil tengik terinjak di telapak kakinya dan mengakibatkan mulutnya mengernyit setengah geli, setengah pedih. Melewati tiang listrik dimana semalam seorang lelaki mengawasi jendela kamarnya, Sonia sedikit ngeri. Dan kegundahan semalam beringsut muncul kembali mengganggu benak dan perasaannya. Dengan murung Sonia mengambil satu eksemplar koran edisi Minggu Berita Harian dari tumpukan yang masih terbungkus oleh selembar kertas minyak coklat. Ia menjatuhkan empat lembar uang kertas ribuan, dan tanpa menunggu kembalian ia berbalik kembali menuju rumah kost di seberang jalan. Sebelum sampai di gerbang rumah kost, Sonia telah mendapatkan naskahnya dimuat. Makian lirih berdesis dari mulutnya. Naskahnya tentang vampir dirombak habis-habisan. Di situ keterlibatan Sam dalam pemusnahan vampir sama sekali telah d
Dalam perjalanan semua masalah Sonia tumpah. Pertama dengan kekasaran Albert yang bukan pacarnya atau apa-apanya. Lalu kelakuan Sam yang membuatnya muak. Setelah itu ia menyaksikan peristiwa mengerikan berkaitan dengan vampir. Dan semalam seseorang mengawasi kamarnya di lantai dua. Dan pagi ini naskahnya diobrak-abrik seseorang yang bukan Redpel dan naskahnya tentang Svida dibuang oleh Redpel begitu saja. Sambil membiarkan angin Minggu pagi membelai rambutnya, Sonia sedikit demi sedikit menemukan kelucuan situasinya sekarang. Mengapa ia begitu cengeng? Dan bagaimana awalnya sehingga tiba-tiba ia telah berada di mobil jeep Svida dan menceritakan semuanya dengan emosi mengalir sederas air terjun, sementara Svida mendengarkan dengan sabar sambil mengemudikan jeepnya? Bukan seharusnya ia menceritakan semua permasalahannya kepada Svida. Baru beberapa kali ia berjumpa dengannya, dan mengapa ia bisa mempercayakan semuanya kepada Svida? Apakah karena ia s