Share

95. Lamaran 2

last update Last Updated: 2025-03-12 14:41:32

"Nggak usah, Mas. Oleh-oleh yang kita beli kemarin sudah cukup. Saya kangen banget sama Rifky."

"Oke." Bre tersenyum memandang Hilya. Paham bagaimana perasaan seorang ibu. Sebab dia sendiri pun tidak bisa membendung rasa kangennya pada keponakannya. Atau mamanya yang tiba-tiba datang mengunjungi ke Malang kalau dirinya sibuk dan tidak bisa pulang ke Surabaya.

Mobil berbelok di jalan menuju rumahnya Hilya. Toko Mbak Asmi buka saat itu dan ketika turun, Hilya mendengar tawa anaknya dari dalam toko. Duh, Hilya benar-benar tidak tahan ingin segera memeluknya.

"Kamu turun duluan. Biar barang-barang saya yang bawain," kata Bre sebelum mereka membuka pintu. Hilya sebenarnya tak enak hati dan hendak membantu, tapi munculnya Rifky di teras toko membuat Hilya berlari dan langsung memeluk putranya.

"Unda," teriak Rifky kegirangan. Pelukannya sangat erat di bahu bundanya. Hilya juga meraih Yazid yang menghampiri. Menciumi dua anak dalam pelukannya. "Yuk, salim dulu sama Om Bre."

Rifky dan Yazid
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Aminah Adjaa
nyiiiiiiiiiiiiimaaaak
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
d part ini ingat. apakah papa nya aruna itu papa nya hilya ya ...
goodnovel comment avatar
Adfazha
Tristan sakit hati kna Hilya udh ada yg mw menikahi sm Bre shbtnya sendiri......OTW Halal
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Usai Keputusan Cerai   96. Lamaran 3

    Mereka menyalami para tetangga yang duduk di teras. Kemudian mengucapkan salam dan masuk ke dalam rumah. Disambut uluran tangan kerabat Hilya.Saat itu Hilya masih duduk di ruang tengah. Jemarinya menggenggam erat ujung kerudung yang dipakai. Degup jantungnya begitu cepat. Rasa haru dan ketidakpercayaan berputar di dadanya. Ia bukan siapa-siapa. Seorang wanita biasa dengan masa lalu yang kelam. Kini benar-benar dilamar oleh lelaki berasal dari keluarga terpandang."Hilya, duduk sini, Nak," suara lembut Budhe Par memanggilnya.Dengan langkah perlahan, Hilya masuk ke ruang tamu. Suasana menjadi lebih mendebarkan disaat tatapan Bre dan Hilya bertemu sekejap. Ada kebahagiaan dan ketulusan di tatapan pria itu.Hilya kemudian duduk diapit budhe dan Mbak Asmi yang memangku Rifky.Beberapa tetangga sibuk menyuguhkan hidangan. Sementara putra sulung Budhe Par mengambil posisi di dekat ibunya. Siap menjadi wakil keluarga dalam pembicaraan penting ini.Setelah perkenalan singkat, Pak Rinto membu

    Last Updated : 2025-03-12
  • Usai Keputusan Cerai   97. Setelah Sah 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Setelah SahAuthor's POV Hilya belum menjawab perkataan kakaknya. Dia saja masih mencerna, seperti mimpi sepagi ini dia sudah menjadi istri seorang Bre Surya Hutama. Padahal rencana awal hanya sekedar lamaran. Namun pendapat spontan yang mendapatkan banyak dukungan, membuat Hilya tak ada bantahan selain mengiyakan.Suasana rumah masih dipenuhi kehangatan setelah prosesi ijab qabul. Para tamu mulai berpamitan satu per satu setelah selesai menikmati hidangan, meninggalkan Hilya yang kini resmi menjadi istri Bre. Namun, bagi wanita itu, semuanya masih terasa seperti mimpi."Rifky, sini!" Bre memanggil Rifky yang sejak tadi menempel terus pada budhenya.Bocah lelaki yang biasanya langsung menghampiri kalau dipanggil Bre, kini masih diam. Dia tampaknya bingung karena banyak orang di rumahnya yang biasa sepi.Matanya yang bening, memperhatikan satu per satu orang-orang yang hadir di sana."Ayo, Nak. Dia sudah jadi papamu." Salah seorang kerabat Bre yang bicara. Rifk

    Last Updated : 2025-03-13
  • Usai Keputusan Cerai   98. Setelah Sah 2

    Budhe Par dan putra sulungnya berbincang dengan Bre, sedangkan Hilya ke belakang untuk berganti baju dan membantu kakak serta sepupunya mengemas sisa acara. Ada dua tetangga yang masih membantu mereka untuk beberes."Hilya, kalau kalian ingin keluar. Keluar saja. Jangan khawatirkan Rifky. Mbak bisa urus semuanya," ujar Mbak Asmi lagi disaat mereka menata piring bersih di rak dapur."Kami bisa menundanya. Besok aku juga harus bekerja.""Jangan menghalangi apa yang seharusnya terjadi. Kalian sudah suami istri, wajar menghabiskan malam bersama." Mbak Asmi begitu bijaksana menyikapi situasi. Tak ada rasa iri atau apapun atas kebahagiaan adiknya. Justru dia sangat bersyukur Hilya akhirnya menemukan pendamping hidup yang jauh lebih baik dari mantan suaminya. Sebab Bre pun tidak hanya perhatian pada Rifky, tapi juga pada Yazid.Badai kehidupan membuat Mbak Asmi begitu legowo menerima takdir. "Ikutlah suamimu, nggak mungkin kan kalau kalian akan melakukannya di sini. Pasti Bre akan mengajakm

    Last Updated : 2025-03-13
  • Usai Keputusan Cerai   99. Setelah Sah 3

    "MasyaAllah, kalian dah ijab qobul. Kenapa kemarin nggak langsung ngasih tahu kami. Kamu bilang resepsi bulan depan, aku pikir ya nikahannya juga bulan depan," komplen Ika."Ya ampun, Hilya. Ini beneran?" Ani menimpali, nyaris tidak percaya.Hilya hanya tersenyum sambil mengangguk."Selamat kalau gitu. Dah jadi istri bos kamu sekarang." Ani memeluk sahabatnya. Begitu juga dengan Ika. "Jangan kasih tahu siapapun dulu, ya. Nanti saja nunggu undangan.""Pak Tristan tahu?" tanya Ani."Belum. Pagi tadi dia berangkat ke Jakarta, pulang hari Selasa," jawab Hilya."Apa sudah sembuh? Bos belum ngantor sejak kalian pulang dari Semarang. Malah sekarang kamu bilang pergi ke Jakarta.""Iya. Tadi dia ngirim email gitu.""Ssttt, gimana malam pertama kalian?" tanya Ika sok banget ingin tahu. Mereka bebas bicara karena berada di ruangan Hilya yang tertutup."Kenapa kalian ingin tahu banget. Kalian juga punya suami, kan?""Astaga, Hilya. Bre itu duda sepuluh tahun lebih. Pasti dia udah nggak sabar ban

    Last Updated : 2025-03-13
  • Usai Keputusan Cerai   100. Malam Milik BSH 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Malam Milik BSHAuthor's POV Pintu kamar terbuka perlahan. Wangi maskulin segera menyeruak. Hilya melangkah masuk dengan sedikit ragu. Kamar ini luas, berkesan elegan. Sebuah ranjang king size berdiri megah di tengah ruangan, diselimuti seprai putih bersih dan sarung bantal warna abu-abu cerah dengan kombinasi garis-garis putih. Di sisi lain ada sofa panjang warna abu-abu pekat. Di dinding tergantung lukisan abstrak dengan warna-warna lembut yang selaras dengan suasana ruangan.Bre meletakkan koper kecil milik Hilya di atas sofa, lalu berjalan ke arah kaca besar yang tertutup gorden tebal. Dengan satu gerakan, ia menyingkap tirai itu dan memperlihatkan pintu kaca yang menghubungkan kamar dengan balkon.Hilya tertegun.Di balik kaca, pemandangan kota Malang terbentang luas. Kerlap-kerlip lampu kota terlihat seperti lautan bintang yang tersebar di kaki langit. Hawa sejuk khas pegunungan menyelinap masuk dari celah slide door yang tidak tertutup rapat, membawa ha

    Last Updated : 2025-03-14
  • Usai Keputusan Cerai   101. Malam Milik BSH 2

    Perlahan Bre mengecup kening Hilya, lalu turun ke hidung, sebelum akhirnya berhenti cukup lama di bibir wanita itu. Napas mereka berpadu, semakin berat seiring gairah yang perlahan menguasai.Hilya memejam. Meresapi momen itu hingga terasa di relung hati. Ini babak baru yang akan ia jalani. Bre rupanya tidak memberikan kesempatan untuk berganti pakaian. Padahal ada lingerie warna merah merona yang sudah ia persiapkan di koper.Bre menarik Hilya dalam pelukan, lalu membawanya ke pembaringan yang wangi, meski tidak ada kelopak bunga yang bertaburan di atasnya. Mereka saling pandang dengan tatapan begitu dalam, saat Bre telah menembus batasnya. Hilya menggeliat sebentar. Bre masih memberikan ruang, tapi setelah itu ....Malam itu Bre benar-benar mabuk kepayang pada istrinya. Selama lebih dari sepuluh tahun, ia tidak pernah merasakan kehangatan seorang wanita, dan kini ia memiliki Hilya. Wanita yang kembali membuatnya jatuh cinta dengan sepenuh hati.Ia tidak membiarkan Hilya lepas dari p

    Last Updated : 2025-03-14
  • Usai Keputusan Cerai   102. Malam Milik BSH 3

    Bre dan Hilya membawa sarapannya ke teras belakang yang menghadap taman kecil. Udara Malang begitu sejuk, angin berembus lembut membawa aroma bunga dan rumput basah. Kabut tipis melayang di udara dan sebagian sudah mulai memudar."Kita jalan ke mana hari ini?" tanya Bre setelah mereka selesai makan."Aku ngikut, Mas. Terserah mau ke mana?""Mas hanya mau di kamar saja. Bagaimana?"Duh. Hilya meraih gagang gelas, menyesap tehnya, dan mencoba menyembunyikan rona merah di wajahnya. Ternyata dugaan dua sahabatnya benar. Bre tidak akan membiarkannya melenggang di momen bulan madu ini.Bre merangkul istrinya. Membiarkan kepala Hilya bersandar di bahunya. Mereka memandang puncak gunung di ujung sana."Aku akan resign menjelang resepsi kita, Mas. Sebab masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan." Hilya juga menceritakan tentang Tristan yang sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Mendengar itu Bre menarik napas panjang. Dia sebenarnya tidak ingin melukai hati sahabatnya. Mereka berteman suda

    Last Updated : 2025-03-14
  • Usai Keputusan Cerai   103. Secercah Harapan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Secercah Harapan Author's POV "Apa? Istri?" Atika terkejut. Dahinya mengernyit sambil memandang Bre yang berdiri tegak di depannya. Benarkah pria tampan itu suaminya Hilya? Kapan mereka menikah? Ah, pasti bohong ini."Sekali lagi kamu mengasari istri saya atau keluarganya. Saya bisa melaporkanmu pada pihak berwajib."Atika yang terlihat kusut itu terkejut. Suara besar Bre menggema di telinganya bagaikan sebuah ancaman."Nggak usah diladeni, Mas. Anggap saja dia nih perempuan nggak waras. Dirinya sendiri yang jalang, malah menuduh orang. Asal kamu tahu, Atika. Aku sudah bersuami. Setelah aku bercerai dari Mas Arham, pantang bagiku untuk kembali pada seorang pengkhianat. Ingat itu!"Tentang Mas Arham yang hendak menceraikanmu, itu urusan kalian berdua. Nggak ada hubungannya denganku. Kamu harus tahu, Atika. Nggak ada kata bahagia untuk seorang perampas." Selesai bicara, Hilya merangkul lengan Bre dan mengajaknya pergi dari sana. "Kita pergi, Mas. Nggak usah dila

    Last Updated : 2025-03-15

Latest chapter

  • Usai Keputusan Cerai   207. Sang Mantan 3

    "Aku tahu dari anaknya Arham. Aku masih ingat wajah anak itu yang dulu di gendong Bre saat kami ketemuan di sebuah rumah makan. Tiga setengah tahun yang lalu." Agatha mengeluarkan ponsel yang sejak tadi belum dikeluarkan dari dalam sakunya. Ia menunjukkan foto Rifky yang diambilnya di area tempat bermain."Ini anak tirinya Bre?" Bu Wawan memandang Agatha."Ya. Ganteng, kan?"Bu Wawan mengangguk. Kemudian meletakkan ponsel di atas meja. "Apa itu masalah buatmu?" tanyanya lembut pada Agatha."Aku kaget, Ma. Dikala aku siap membuka hati, harus menghadapi kenyataan seperti ini. Kalau ada jodoh antara aku dan Arham. Begitu lucunya kenyataan. Kami seolah bertukar pasangan.""Semua nggak disengaja dan ini bukan lelucon. Majulah terus, Nduk. Kalian bisa sama-sama berusaha untuk saling menyembuhkan dan membina masa depan. Apapun yang terjadi di masa lalu, kalian berhak juga mendapatkan kebahagiaan. Kalau Nak Arham memang serius, terima saja. Percayalah hati kalian akan sembuh seiring berjalann

  • Usai Keputusan Cerai   206. Sang Mantan 2

    Namun hari ini dia tahu satu kenyataan. Ternyata Arham mantan suaminya Hilya, istri Bre. Lalu bagaimana dia bisa bangkit dan melupakan semuanya kalau masih saling berkaitan begini."Dari sini Mas Arham langsung mengajak Rifky pulang ke rumah?""Aku mampir ke rumah mama dulu. Sorenya baru pulang ke rumah. Mbak Gatha, mau ikut?""Sore ini saya harus mengantarkan mama keluar, Mas. Lain kali saja.""Oke." Arham mengangguk.Mereka menemani Rifky bermain hingga satu jam kemudian. Lantas keluar mall dan berpisah di parkiran.Melihat sikap Agatha yang perhatian terhadap Rifky, Arham lega. Timbul harapan hubungan mereka akan ada peningkatan. Dia tidak mempermasalahkan usianya yang lebih muda dari Agatha. Apalagi sang mama juga menyukai wanita itu. Arham ingin mewujudkan keinginan mamanya untuk segera menikah. "Mama ingin melihatmu berumah tangga lagi, sebelum mama pergi. Lihat sekarang mama sakit-sakitan. Mama berharap kamu punya pasangan dan hidup bahagia. Toh hubunganmu dengan Hilya juga su

  • Usai Keputusan Cerai   205. Sang Mantan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Sang MantanAuthor's POV "Rifky, salim dulu sama Tante Agatha." Rifky mengulurkan tangan kecilnya untuk menyalami wanita yang seketika itu menyondongkan tubuh padanya.Benar, tidak salah lagi. Dia anak tirinya Bre. Agatha masih ingat wajah tampannya. Untuk Rifky sendiri, tentu saja dia tidak ingat dengan Agatha. Saat bertemu kala itu baru berumur dua setengah tahun."Sudah sekolah?" tanya Agatha dengan wajah ramah."Sudah, Tante."Agatha mengusap lembut rambut Rifky. Kemudian ia berbincang dengan Arham. Namun belum membahas tentang apa yang ia ketahui. Setelah perkenalan di rest area saat itu, mereka berteman. Lumayan akrab setelah beberapa bulan kemudian. Sama-sama bekerja di bidang yang sama, jadi bertukar pengalaman. Apalagi sudah sepuluh tahun lebih Agatha meninggalkan Surabaya. Jadi dia belum begitu memahami banyaknya perubahan.Mereka sudah beberapa kali janjian makan siang di sela jam istirahat. Akan tetapi, Arham tidak banyak menceritakan tentang kehid

  • Usai Keputusan Cerai   204. Kenalan 3

    Hilya teringat satu malam yang berlalu begitu cepat saat sang suami menginginkannya. Malam di mana ia lupa menelan pil kecil yang biasa melindungi dari kemungkinan seperti ini. Hamil. Apa mungkin hamil hanya karena sekali saja lupa minum pil kontrasepsi? Tapi dia merasakan perubahan itu. "Sayang." Suara serak Bre terdengar dari balik selimut. Ia menggeliat lalu melihat istrinya duduk termenung."Kenapa? Kamu nggak enak badan?" tanya Bre sambil bangkit dan duduk merapat pada sang istri dan menyentuh keningnya.Hilya menoleh, menatap wajah suaminya yang terlihat masih mengantuk. Tadi malam Bre memang pulang dari Surabaya sudah jam sebelas. Hilya menarik napas panjang lalu berkata pelan, "Aku mual sudah beberapa hari ini, Mas. Tapi pagi ini malah tambah begah."Bre mengerutkan kening. Seketika matanya terbuka lebar karena ingat percakapan mereka suatu malam, di mana Hilya bilang lupa minum pil kontrasepsi. "Kamu hamil?""Mungkin. Aku sudah sebulan lebih telat haid."Napas Bre langsung t

  • Usai Keputusan Cerai   203. Kenalan 2

    "Kalau gitu, saya pamit dulu." Arham bangkit dari duduknya lalu menyalami Bre dan Hilya. Pria itu mendekat pada dua bocah yang masih sibuk dengan mainannya. Rifky dan Rafka langsung berdiri dan memeluk Arham. Menciuminya bergantian. Dia pun sayang pada Rafka yang tampan dan menggemaskan. Arham melangkah keluar rumah di antarkan oleh Bre, Hilya, dan anak-anak. Arham menoleh sebelum membuka pintu pagar. Melambaikan tangan yang dibalas oleh Rifky dan Rafka.Setelah itu Hilya mengajak Rifky untuk berganti pakaian ke kamarnya, sedangkan Rafka duduk bermain di karpet ditemani oleh sang papa.Sementara Arham kembali melaju di jalan utama. Sendirian lagi setelah dua hari ditemani. Namun sebenarnya dia sudah terbiasa kesepian semenjak perceraian. Hidup sendiri, kalau sakit juga sendiri. Arham tidak pernah memberitahu pada mamanya, karena Bu Rida sendiri juga sakit-sakitan. Kalau memang sudah tidak tahan, baru ia memberitahu adiknya. Itu pun setelah sangat terpaksa, karena Arham juga kasihan p

  • Usai Keputusan Cerai   202. Kenalan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- KenalanAuthor's POV "Mas." Wanita berpakaian seragam sebuah butik itu menghampiri Arham."Tika." Arham mendekap erat Rifky.Mereka saling pandang sejenak. Wajah wanita itu berbinar. Semenjak bercerai, dia tidak pernah bertemu mantan suaminya. Berbagai cara dilakukan supaya bisa berjumpa dengan Arham, tapi tak pernah berhasil.Setiap kali melihatnya, mungkin Arham sengaja menghindar. Hubungan mereka benar-benar sudah selesai di akhir persidangan.Sudah setahun ini dia bekerja di butik yang ada di mall itu. Setahun kemarin sibuk dengan keterpurukannya. Tak ada dukungan, tak ada support karena keluarganya memang berantakan. Sudah seperti orang stres saja menghabiskan waktu ke sana ke mari tanpa teman. Karena beberapa teman dekat menjauhi, tidak peduli, dan mereka juga sibuk dengan aktivitas masing-masing.Apalagi Aruna sama sekali tidak pernah menghubunginya. Dihubungi juga tidak bisa. Ia dengar wanita itu sudah kembali bahagia dengan suami dan anaknya.Uang Idda

  • Usai Keputusan Cerai   201. Izin 3

    "Kita masuk dulu dan lihat-lihat di dalam. Nanti beliin juga buat adek."Rifky mengangguk. Arham menggandengnya masuk ke dalam. Berjalan melihat mainan yang dipajang. Akhirnya Rifky mengambil dua mobilan untuk dirinya dan Rafka.Setelah puas berkeliling dan bermain, mereka menuju food court. Arham membiarkan Rifky memilih sendiri apa yang ingin dia makan. Bocah itu menunjuk chicken nugget, bakso, dan kentang goreng. Mereka duduk di meja dekat jendela, menikmati makanan sambil bercakap ringan.Arham bahagia, tapi Rifky berusaha menyesuaikan dengan kondisi. Belum lama berpisah dari adik, bunda, dan Papa Bre, ia sudah merasa kangen. Dia belum pernah berjauhan dari mereka. Bocah itu agak terhibur karena Arham terus mengajaknya bicara dan bercanda.Setelah itu Arham mengajak putranya pulang. Kali ini bukan langsung pulang ke rumah, tapi singgah dulu ke rumah Bu Rida."Kita mampir ke rumah nenek dulu, ya!""Ini rumah nenek, Pa?""Ya. Rumah Nenek Rida. Ayo, kita ketemu nenek dulu sebelum pul

  • Usai Keputusan Cerai   200. Izin 2

    Dua anak itu tidur dalam satu kamar, di kamar berbeda dari kedua orang tuanya. Dijaga oleh Mak As. Tapi Hilya juga berperan penuh menjaga anak-anaknya. Dia belum kembali ke kantor seperti harapannya. Mungkin nanti jika anak-anak sudah sekolah semua. Bre pun memberikan kebebasan Hilya untuk menentukan. Dia senang kalau bisa setiap waktu bersama sang istri di kantor, tapi dia juga lega karena anak-anak dijaga bundanya sendiri dan tidak menyerahkan sepenuhnya pada pengasuh."Kak, mau ana?" Rafka yang sudah terbangun heran melihat sang kakak yang sedang digantikan baju rapi oleh bundanya. Bocah yang berusia dua tahun setengah itu mendekat dan memandangi sang kakak."Kak Rifky mau ke Surabaya. Besok kakak sudah pulang lagi." Sambil menyisir rambutnya Rifky, Hilya menjawab pertanyaan anak keduanya."Ikut," celetuk Rafka."Adek sama bunda dan papa di rumah. Kalau adek sudah besar, baru boleh ikut." Hilya memberikan pengertian.Bukannya mengerti, Rafka malah merengek. Rifky menangkupkan kedua

  • Usai Keputusan Cerai   199. Izin 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- IzinAuthor's POV Pagi itu langit di sepanjang jalan menuju Malang masih menyisakan kabut tipis. Di kejauhan terlihat seperti tirai putih yang menampilkan bayang pepohonan di latar belakang. Hawa pastinya masih terasa begitu dingin.Arham sengaja berangkat sehabis salat subuh tadi agar sampai kota Malang masih pagi. Dia sangat antusias ketika mendapatkan izin untuk mengajak Rifky ke Surabaya selama dua hari.Ini untuk pertama kalinya Arham diberi kesempatan membawa putranya menginap. Itu pun setelah Rifky sendiri ditanyai oleh bundanya, bersedia ikut papanya apa tidak. Ternyata Rifky mau. Akhirnya Bre yang menelepon Arham untuk bicara.Kebahagiaan Arham tidak terlukiskan dengan kata-kata. Dia harus berterima kasih pada Bre, telah begitu pengertian dan bijaksana menyikapi hubungan antara dirinya dengan Rifky. Walaupun ayah tiri, Bre menjadi ayah yang luar biasa. Mereka mendidik putranya begitu baik.Ketika mobil Arham sampai di depan pagar rumah Bre, suasana ma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status