Share

Terabaikan

Penulis: Srirama Adafi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Usai Arfan mengikrarkan janji suci, semua yang ada di masjid mengucapkan hamdalah dengan serempak meski tidak ada yang memberi aba-aba. Suasana di ruangan itu pun mengharu biru. Nyaris semua orang menitikkan air mata, meski dengan perasaan yang berbeda-beda.

Biasanya setelah ikrar ijab qobul terucap, tangis kebahagiaan yang akan tercipta. Namun, tidak untuk pernikahan Arfan dan Alya kali ini.

Pak Ihsan dan Bu Narti menitikkan air mata. Keduanya sedih, khawatir, serta tidak menyangka kalau pada akhirnya, putri semata wayang mereka akan kembali pada laki-laki yang dulu telah gagal menjaganya. Pasangan suami istri tersebut takut, kalau putrinya itu, akan mengulangi nasib buruknya.

Sementara kedua orang tua Arfan merasa sangat lega. Terutama Bu Fania. Wanita itu merasa diberi kesempatan untuk menebus dosa masa lalunya kepada Alya. Dalam hati ia berjanji, "Aku akan pastikan, kamu bahagia menjadi menantuku, Al. Tidak akan kubiarkan siapapun mengusik kebahagiaanmu dengan putraku. Karena sat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
saatnya Alya mengambil apa yang menjadi haknya emang meira punya hak?????????????barangkali hanya hak sepatu Arfan juga nggak cinta sama dia dia seorang PERAMPOK pasti ada hukuman buat dia mungkin kalau masih punya rasa MALU dia akan undur diri dengan tenang agar nggak heboh ketahuan PERAMPOK
goodnovel comment avatar
Yunaisha P
Lanjuuuttt dooongg
goodnovel comment avatar
Yunaisha P
Ortunya Meira Bijak, Ortunya Alya bijak, Irfan, Alya juga pasrah tinggal ortu Irfan aja sih. Selama ortu Irfan ga bikin keadaan panas kemungkinan bakal baik2 aja rumah tangga poli poli ini...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Usai Bercerai   Kewajiban

    "Al, habis ini aku pulang dulu buat ambil baju ganti, ya? Biar aku enggak usah bolak-balik," pamit Arfan pada Alya sehabis solat magrib.Pagi tadi Arfan memang hanya tidak membawa persiapan apapun untuk menginap. Ia hanya fokus untuk melafalkan kembali ijab qobul untuk kembali menghalalkan Alya. Sehingga saat hari sudah petang, ia bingung sendiri hendak berganti pakaian apa."Iya, silakan," sahut Alya yang sedari tadi tak bosan-bosan memandangi wajah Aleta yang sedang tertidur."Kalau Aleta bangun, aku belum sampai, kamu telpon aku, ya! Biar aku jelasin ke dia, kalau aku enggak akan pergi ke mana-mana."Alya mengangguk setuju. Kali ini ia tidak akan lagi menuruti egonya. Yang terpenting sekarang adalah Aleta. Toh, ia dan Arfan telah kembali bersama. Jadi, tidak ada alasan lagi bagi Alya untuk sungkan menghubungi suaminya itu."Ya udah, aku pergi dulu, ya?"Tanpa menunggu persetujuan Alya, Arfan langsung mencium kening istrinya itu. Lama. Cukup lama. Bahkan sebenarnya Arfan ingin melak

  • Usai Bercerai   Balasan

    Tiga hari dirawat di ruang PICU, kondisi Aleta mulai membaik sehingga sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat. Semakin hari kondisi balita itupun semakin membaik. Bahkan ia siap untuk menjalani kemoterapi berikutnya. Kedua orang tua Arfan yang setiap hari membesuk Aleta merasa sangat lega. Pilihannya untuk mendukung Arfan kembali pada Alya tidak salah. Bukan hanya kebahagiaan Arfan yang bisa mereka lihat, tetapi juga kondisi cucunya yang semakin membaik."Aleta mau Eyang belikan apa?" tawar Bu Fania saat hendak pulang."Besok Eyang ke sini lagi?" tanya Aleta heran. Sebelumnya laki-laki dan perempuan yang memperkenalkan dirinya sebagai Eyang Kung dan Eyang Ti itu sama sekali tidak pernah ada dalam hari-hari Aleta. Lalu, tiba-tiba saja sekarang mereka berdua setiap hari datang dengan membawakan berbagai mainan dan makanan untuk Aleta. Tentu balita itu merasa aneh."Iya, dong. Makanya, Aleta pingin Eyang bawain apa?" tawar Bu Fania lagi sembari memegang jemari mungil Aleta.Aleta menggele

  • Usai Bercerai   Tak Sanggup

    "Selamat datang Aleta Sayang!" sambut Bu Fania dengan senyum lebar, begitu Aleta, Arfan, dan Alya tiba di rumah megahnya. "Eyang Ti udah siapin kamar yang bagus buat Aleta. Aleta pasti senang!" lanjutnya masih dengan senyum yang sama."Mari, masuk!" ajak Pak Arya yang juga ikut menyambut kedatangan cucu, anak, dan menantunya.Arfan pun merangkul pinggang Alya. Meyakinkan wanita yang teramat dicintainya itu bahwa semua akan baik-baik saja. Orang tuanya telah bisa menerima kehadirannya dan juga Aleta. Tidak seperti dulu."Nih, ini kamar Aleta!" Bu Fania membuka sebuah kamar cukup luas dengan dekorasi hello kitty. Beberapa boneka mulai dari ukuran mini sampai ukuran jumbo berjejer ikut menghiasi kamar tersebut. Bed cover set warna pink dengan gambar hello kitty senada dengan dekorasi rumah itu membuat mata Aleta membeliak kagum. Aleta pernah melihat kamar seperti ini. Kamar salah seorang temannya yang dulu ia kunjungi saat temannya itu sakit. Dan Aleta sangat menginginkan kamar seperti

  • Usai Bercerai   Koper Besar

    Arfan meremas kertas tersebut dengan kuat, lalu melemparnya ke dinding kamar. Ia merasa frustasi dengan keadaan ini. "Kenapa kamu enggak mundur aja, sih, Mei?" Arfan meraup kasar wajahnya, kemudian membanting tubuhnya ke ranjang.Arfan tahu, pada akhirnya pasti akan seperti ini. Meira tidak akan sanggup membagi segalanya dengan Alya. Dan akhirnya Meiralah yang akan tersakiti. Oleh keputusannya sendiri."Dasar!" umpat Arfan. Seandainya Meira tidak keras kepala dan bersedia mundur, tentu keadaannya tidak akan seperti ini.Arfan memang tidak mencintai Meira. Namun, laki-laki masih menyayangi Meira sebagai seorang sahabat. Tidak ada cinta sama sekali. Meski keduanya telah menjadi suami istri lima tahun lamanya. Semua yang Arfan lakukan pada Meira, hanya sebatas memenuhi kewajiban saja. Selama ini sikap Arfan memang sangat dingin pada Meira. Ia marah pada Meira karena telah mengambil tempat Alya. Dan ia juga ingin Meira merasa jengah dan memilih meninggalkannya. Bukan menyakitinya sepert

  • Usai Bercerai   Kacau

    "Meira, ngapain kamu ke sini bawa-bawa koper segala?" ketus Bu Fania sembari menatap Meira tidak suka.Meira tersenyum dengan wajah tenang. "Mama takut banget kayaknya kalau aku juga mau tinggal di sini?""Jangan asal ngomong kamu?!" Bu Fania berdiri dari kursinya."Ma, udah." Arfan menengahi istri dan mamanya. "Mei, duduk dan jelaskan kenapa kamu ke sini bawa koper kayak gitu!"Meira tersenyum sinis pada mama mertuanya kemudian duduk di samping Arfan. Kini Arfan berada di antara Meira dan Alya."Mobilku mogok di jalan. Jadi, aku pakai taksi ke sini," jelas Meira dengan santai. Sama sekali tidak terintimidasi oleh tatapan tak bersahabat dari Bu Fania."Kenapa malah ke sini dan enggak ke rumah?" tanya Arfan sembari menahan kesal."Kamu enggak suka?""Tentu. Aku enggak suka kamu mengusik ketenangan Alya dan Aleta.""Justru aku ke sini biar semua jelas.""Maksud kamu?""Rumah yang kita tinggali, itu atas nama Alya, kan?"Arfan mengangguk. "Ya.""Aku mau Alya yang tinggal di sana dan aku

  • Usai Bercerai   Tanya

    "Jangan gila kamu, Mei! Aku sekarang lagi di rumah sakit!" Arfan beranjak dari tempat duduknya dan keluar karena takut mengganggu tidur Aleta."Aku enggak mau tau, Fan! Kamu pikir, kalau aku enggak dapat rumah sekarang, aku harus tinggal dimana? Jangan egois kamu, Fan! Aku juga istri kamu! Jangan mentang-mentang Alya sudah kembali sama kamu, kamu bisa seenaknya sama aku!" cerocos Meira.Arfan memijat pelipisnya mendengar ocehan istrinya. "Tapi enggak sekarang, Mei. Aleta lagi dirawat, besok dia harus kemo. Aku enggak bisa ninggalin dia.""Terus apa solusi kamu?"Arfan menoleh ke arah pintu kamar. "Balik ke rumah dulu. Biar nanti aku jelasin ke Alya.""Oke. Tapi setelah kalian pulang dari rumah sakit, kita segera cari rumah!""Iya."Tanpa berkata-kata lagi, Meira mematikan teleponnya. Kontan Arfan menghela napas panjang. Apa yang menjadi ketakutan Arfan terjadi. "Kenapa Meira, Fan?" tanya Alya setelah Arfan menjatuhkan dirinya di sofa."Mama enggak ngizinin dia tinggal di sana," jawab

  • Usai Bercerai   Tak Mau Dilupakan

    "Itu siapa, Pa? Kok, gandeng Papa?" tanya Aleta yang masih duduk di stroller."Ah, dia ... Tante Meira. Aleta belum kenalan, ya?"Anak itu menggeleng. Aleta memang cukup kritis di usianya. Sebelum sakit, ia sangat banyak bertanya dan keingintahuannya cukup tinggi."Ya udah, nanti Papa kenalin, ya?""Emang dia siapanya Papa? Adik Papa?"Arfan menatap Alya. Ia takut salah menjawab."Aleta, tanya-tanyanya nanti dulu, ya? Kita masuk dulu. Aleta istirahat dulu, oke?" bujuk Alya yang masih belum terpikir untuk memperkenalkan Meira sebagai apa pada Aleta.Arfan kemudian mengambil alih stroller Aleta dari tangan Alya dan mendorongnya masuk."Tante itu yang pernah datang ke rumah Eyang bawa koper, kan, Pa?" tanya Aleta lagi karena masih penasaran."Iya, Aleta masih ingat?"Aleta mengangguk. "Kenapa waktu itu bertengkar sama Eyang?""Bukan bertengkar, Sayang. Kami orang dewasa hanya diskusi.""Kok, Aleta enggak pernah liat Mama ngomong kayak begitu? Mama enggak pernah diskusi?""Kadang-kadang,

  • Usai Bercerai   Kecewa

    Alya menatap wajah Aleta yang tengah tertidur dengan pulas. Wajah pucat yang semakin hari terlihat semakin tirus. Kelopak matanya semakin cekung, kulitnya pun terlihat kering tidak seperti kulit balita pada umumnya. Tentu semua karena efek pengobatan yang tengah Aleta jalani.Dibelainya rambut lembut Aleta. Dada Alya semakin sesak saat memikirkan pada saatnya nanti helaian demi helaian rambut putrinya itu mulai rontok. Sementara selama ini Aleta sangat suka jika rambutnya ditata dengan berbagai tatanan rambut yang lucu khas balita perempuan."Al ...."Alya menoleh saat mendengar panggilan dari Arfan. Ia tidak menyadari kedatangan lelaki itu."Aleta tidur?" lanjut Arfan sembari berjalan mendekati Alya."Iya." Alya kembali menatap wajah putrinya yang tampak damai dalam tidurnya.Arfan meremas lembut bahu Alya sembari ikut menatap putrinya. "Kita makan dulu, yuk! Mumpung Aleta tidur," ajak Arfan.Alya menatap Arfan ragu. Ia tidak pernah membayangkan akan berada dalam satu meja makan deng

Bab terbaru

  • Usai Bercerai   Selamat Tinggal

    Lelaki itu tersenyum melihat Alya bisa kembali bahagia. Senyum tanpa beban ternyata bisa kembali terpancar dari wajah Alya. Prima lega melihat itu. Mungkin jika dulu Prima memaksa Alya untuk tetap bersamanya, belum tentu Alya bisa sebahagia sekarang. Prima tahu betul tidak mudah untuk memulai hubungan baru dengan seseorang yang belum sepenuhnya lepas dari masa lalunya. Dan Prima menyadari kalau hati Alya masih terpaku pada sosok Arfan. Meski laki-laki itu pernah menciptakan luka yang demikian dalam di hati Alya.Sebenarnya hari itu Prima berniat untuk menemui Alya. Ia sudah mendatangi kota di mana Alya tinggal untuk mengucapkan selamat tinggal pada perempuan yang pernah menjadi ratu di hatinya. Karena setelah empat tahun dirinya berpisah dengan Alya, pada akhirnya kini ia telah menemukan tambatan hatinya yang baru. Seseorang yang menjadi partner bisnis dan juga partner hidupnya.Namun, ia tidak sampai hati untuk menemui Alya secara langsung. Prima tidak ingin bayangan masa lalu mengo

  • Usai Bercerai   Sepasang Mata

    Setelah dua minggu melahirkan, kondisi Meira sudah pulih. Hanya saja putranya memang belum boleh dibawa pulang karena kondisinya masih harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Pagi itu Meira sedang menikmati roti bakar dengan selai strawberry dan secangkir cokelat panas di teras belakang. Udara pagi di tempat terbuka membuat pikirannya lebih rileks. Pada saat itu mamanya tiba-tiba datang dengan pakaian rapi."Loh, Mama mau ke mana pagi-pagi gini udah rapi?" tanya Meira sembari memperhatikan penampilan mamanya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rambutnya terurai dengan dicatok curly. Kemeja berwarna putih dengan kancing berwarna gold dipadu dengan celana panjang warna milo. Mama Meira memang tidak tampak menua. Sehingga saat bersama Meira di tempat umum, banyak orang mengira kalau mereka kakak beradik. Terlebih penampilan Bu Henela sangat fashionable.Bu Helena tidak langsung menjawab. Ia duduk di kursi tepat sebelah meja yang berada di sisi kiri Meira. Wanita itu menatap putrin

  • Usai Bercerai   Dua Minggu Lalu

    Meski pasrah, jauh di dalam lubuk hati Meira yang paling dalam, ia berharap jika Emir mau bertanggung jawab atas anak yang telah dilahirkannya. Karena sekarang semua orang sudah tahu kalau bayi itu bukan anak Arfa, jadi Meira merasa tidak punya tameng lagi untuk melindungi masa depan putranya.Jika semua tidak terungkap Meira merasa aman karena orang lain akan menganggap bayi itu adalah anak Arfan. Namun, sekarang semua berbeda. Meira yakin kalau mantan mama mertuanya tidak akan bisa diam saat mengetahui kenyataan kalau bayi yang dilahirkan Meira bukanlah cucunya.Setelah menunggu hampir satu jam, Emir akhirnya tiba di kamar rawat Meira. Lelaki itu awalnya mengira Meira sakit, karena semenjak peristiwa itu, ia tak berani mencari informasi tentang Meira. Ia tahu yang telah dilakukannya bersama Meira salah. Dan ia harap, hal itu tidak akan berpengaruh terhadap pernikahan Meira meski dulu ia mengharapkan Meira."Duduk dulu, Mir!" titah papa Meira sembari menekan-nekan buku-buku jemarinya

  • Usai Bercerai   Langkah Selanjutnya

    "Maksud kalian apa minta Arfan tes DNA?"Semua orang yang ada ruang rawat Meira menoleh ke arah pintu. Tampak Bu Fania dan Pak Arya sudah berdiri dengan wajah tegang. Kontan Meira dan kedua orang tuanya panik melihat itu."Kenapa diam?" tanya Bu Fania lagi. Wanita itu menatap geram ke arah putranya. Kemudian kembali bertanya sembari berjalan cepat ke arah Arfan. "Kamu nyembunyiin sesuatu dari Mama, Fan?"Arfan yang tidak menyangka sama sekali kedua orang tuanya akan datang, tidak bisa berpikir apa-apa. Otaknya serasa kosong sehingga dia tidak bisa menjawab pertanyaan mamanya.Sementara Meira yang kondisinya belum sepenuhnya membaik, sangat tersiksa dengan keadaan ini. Ia ingin berlari sejauh mungkin dari situasi itu. Ia tidak cukup punya muka jika sampai mantan mertuanya tahu kalau dirinya pernah melakukan kesalahan fatal."Ya." Semua menoleh ke arah papa Meira kecuali Meira yang menundukkan kepala. Laki-laki yang berdiri di samping kiri bed Meira kini menjadi pusat perhatian."Saya

  • Usai Bercerai   Harapan

    Meira dan Arfan berjalan beriringan keluar dari ruang sidang. Sengaja Meira tidak mengizinkan kedua orang tuanya ikut masuk ke ruangan. Karena ia tidak ingin kedua orang tuanya menyaksikan detik-detik kehancuran hidupnya.Perceraian Arfan dan Meira berjalan lancar dengan sebuah kesepakatan. Meira mau bercerai dengan Arfan asal kekhilafannya Arfan rahasiakan dari keluarga besar mereka. Tentu buat Arfan itu tidak jadi masalah. Terlebih laki-laki itu sudah bertekad walaupun anak yang dikandung Meira bukan anaknya, ia akan tetap bertanggung jawab sebagai papanya. Karena anak itu ada ketika Meira masih menjadi istrinya.Pada persidangan mereka yang terakhir tadi, Arfan membacakan ikrar talak dengan suara bergetar. Bagaimanapun Meira pernah menjadi bagian dari hidupnya. Sehingga saat menyadari dengan ucapan talak itu semua akan berakhir dan berubah, dada Arfan terasa nyeri. Begitupun dengan Meira. Ia tidak kuasa menahan agar buliran bening tidak berjatuhan dari pelupuk matanya. Dadanya sa

  • Usai Bercerai   Percayalah

    "F-Fan, du-duduk dulu, Fan." Bu Helena beranjak dari ranjang untuk mendekati menantunya yang masih berdiri di ambang pintu. Dipegangnya lengan Arfan yang sangat tegang. "Kita bicarakan ini baik-baik, ya! Mama juga baru tahu, Fan. Ayo!"Arfan menurut saja saat mama mertuanya menuntun ke sofa kamar Meira. Sesaat otak Arfan memang seperti kosong setelah sebelumnya terasa seperti tersengat listrik dengan tegangan yang sangat tinggi.Sementara Meira masih mematung di ranjangnya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Arfan ternyata datang dan mendengarkan pembicaraannya dengan sang mama."Mei, duduk sini! Kita bicarakan semua baik-baik!" titah Bu Helena pada putrinya.Meira tak langsung beranjak. Sesaat ia menatap Arfan. Meski dari posisinya ia hanya bisa melihat bagian belakang kepala Arfan. Meira menghela napas kasar. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana raut wajah Arfan saat ini."Mei! Apa perlu Mama jemput?" Bu Helena berusaha tenang meski sebenarnya ingin meneriaki putrinya

  • Usai Bercerai   Malaikat Pencabut Nyawa

    [Sayang, mau aku bawain makanan apa?] Arfan mengirim pesan tersebut sekaligus pada dua nomor di daftar kontak ponselnya. Nomor Alya dan Meira. Bagaimanapun perasaan Arfan saat ini, ia tidak bisa lagi mengelak untuk tidak memberikan perhatian pada Meira. Sama seperti Alya. Selisih kehamilan Alya dan Meira kurang lebih tiga bulan karena program bayi tabung Alya dan Arfan terhitung cukup lancar. Dua istri hamil bersamaan tentu membuat Arfan harus sering bolak-balik ke rumah kedua istrinya itu. Hanya saja yang membuat Arfan sedikit lega, Meira tak semanja dan semerepotkan dugaannya. Perempuan yang sebelumnya selalu banyak menuntut dan manja itu justru berubah lebih kalem dan tak banyak menuntut. Arfan pikir itu pengaruh bayi yang ada dalam rahim Meira.[Enggak usah, aku udah makan sama Mama.] Meira terlebih dahulu membalas pesan Arfan. Di awal-awal perubahan sikap Meira yang terkesan menghindar, sebagai laki-laki yang bertekad untuk memperbaiki sikap, Arfan cukup tersinggung. Namun, me

  • Usai Bercerai   Resah

    Kabar kehamilan Meira disambut hangat oleh keluarga besar Arfan dan juga keluarga besar Meira. Mereka mengadakan pesta dalam rangka tasyakuran atas kehamilan yang sudah dinanti lima tahun lamanya. Hal itu tentu membuat Alya ingin menghilang untuk sementara waktu.Alya belum punya nyali untuk menghadapi keluarga besar Arfan dan Meira dengan status istri kedua. Saat menjadi istri satu-satunya Arfan saja Alya tidak dianggap, apalagi saat ini."Fan, boleh enggak besok aku ... di rumah aja?" tanya Alya saat ia dan Arfan selesai makan malam.Dahi Arfan mengernyit. Awalnya ia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Alya. Namun, sejurus kemudian ia paham.Disingkirkannya piring bekas makan yang ada dihadapannya. Kemudian, diambilnya jemari Alya yang sedang menangkup gelas panjang berisi air putih."Kalau kamu enggak siap, enggak usah datang enggak apa-apa," jawab Arfan dengan lembut. Ia pun masih trauma mengingat peristiwa lima tahun yang lalu saat Alya dituduh mencuri. Ia tidak ingin hal

  • Usai Bercerai   Layu dan Berguguran

    Alya termenung menatap permukaan kolam renang yang tenang. Pantulan cahayanya berkilauan membuat Alya betah berlama-lama duduk di situ. Alya masih ingat betul, dulu sering sekali ia habisnya waktu bersama Arfan di tempat itu. Bercerita apapun sampai mereka lupa waktu.Sesederhana itu bahagia bagi mereka dulu. Meski kehadiran Alya tidak diterima dengan baik oleh keluarga Arfan.Alya tersenyum miris. Terkadang hidup memang selucu itu. Sekarang di saat seluruh keluarga besar Arfan bisa menerimanya dengan tangan terbuka justru saat ini ia tidak bahagia. Apalagi sebabnya kalau bukan karena dirinya kini harus berbagi cinta.Sudah tiga malam Arfan menginap di rumah Meira. Sebenarnya Alya ingin sekali menghubungi laki-laki itu karena besok jadwal mereka cek ke dokter untuk program bayi tabung. Hanya saja, ia tidak mau mengganggu waktu Arfan bersama Meira.Entah sudah berapa kali Alya mengecek ponselnya untuk melihat apakah ada pesan dari Arfan, tetapi tidak ada aktivitas apapun pada benda di

DMCA.com Protection Status