Share

Keputusan

Penulis: Srirama Adafi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Alya menghela napas kasar lalu menatap Arfan. "Apa bedanya menjadi istri pertama atau kedua?"

Kedua pupil Arfan melebar mendengar perkataan Alya. Ia tidak menyangka kalau Alya akan berkata demikian.

"Maksud kamu?" Arfan benar-benar tidak mengerti arah pembicaraan Alya. Ia pikir Alya hanya ingin menjadi istri satu-satunya. Namun, yang Alya katakan justru di luar dugaan Arfan.

"Apa itu penting sekarang? Toh, kita menikah lagi juga hanya karena Aleta."

Kedua mulut Arfan terbuka, tetapi tidak sanggup berkata-kata. Sejurus kemudian kedua bibir itu terkatup lagi.

"Aku enggak mengharapkan apapun dari pernikahan ini selain bisa menuruti keinginan Aleta, Fan. Kalaupun Meira enggak rela kamu menghabiskan waktu sama aku pun, aku enggak masalah, yang penting dia mengizinkan kamu bersama Aleta."

"Al, tapi ... ini pernikahan, Al. Bukan sesuatu yang main-main."

"Aku tahu. Aku juga tahu, aku pasti sangat berdosa karena ini." Alya menjeda ucapannya. Dadanya terlalu sesak untuk langsung meneruskan perk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
bidoh alya lepas prima emosi bscanya mhulat unting acak "bacanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Usai Bercerai   Cincin yang Terbuang

    Semua yang mendengar keputusan Alya cukup terkejut. Kecuali, Arfan. Terlebih kedua orang tua Alya. Mereka langsung menoleh dan menatap Naya yang masih tertegun menatap Alya."Al, apa kamu sudah pikirkan baik-baik?" tanya Bu Narti. Meski ingin yang terbaik untuk Aleta, tetapi membiarkan Alya kembali pada Arfan dan masuk dalam keluarga besar Arfan lagi rasanya Bu Narti tidak rela. Terlebih sudah ada Prima yang selama ini sangat baik terhadap mereka sekeluarga."Sudah, Bu.""Lalu, bagaimana dengan Prima?""Aku ... udah sampaikan semua ini sama dia.""Kamu tega sama Prima, Al?""Bu ... lalu gimana dengan Aleta? Apa aku harus ngutamain perasaan Prima dibanding permintaan putriku yang mungkin saja itu akan menjadi permintaan terakhirnya?"Naya mengelus bahu Bu Narti yang kebetulan duduk di kursi tepat di sampingnya. "Aku ngerti apa yang kamu rasain, Al. Aku dukung kamu!""Mbak Naya?" pekik Bu Narti."Bu, coba kita tempatkan diri kita di posisi Alya! Apa seorang ibu tega mengabaikan anaknya

  • Usai Bercerai   Tak Peduli

    "Apa kamu benar-benar ikhlas melepasku buat nikah lagi, Mei?" tanya Arfan saat hendak tidur. Kedua orang tua Arfan juga tadi setelah mengetahui semuanya langsung pamit pulang. Sehingga Arfan dan Meira memiliki waktu untuk berdua.Meira tersenyum getir. "Mana ada perempuan yang ikhlas suaminya nikah lagi, Fan? Tapi, apa aku punya pilihan?"Arfan menoleh ke arah Meira yang sedang berbaring di sisinya menatap langit-langit kamar mereka. Iya merasa sosok Meira yang ada di sisinya saat ini bukanlah Meira yang selama ini dia kenal.Arfan mengenal Meira dari keduanya masih kecil. Bahkan sejak bayi kedua orang tua mereka sering membawa mereka untuk play date. Jadi, Arfan tahu betul bagaimana sikap dan kepribadian Meira. Arfan tahu betul seperti apa manjanya, egoisnya, dan keras kepalanya Meira. Lalu sosok yang ada di hadapannya saat ini? Bagi Arfan sosok itu seperti bukan Meira."Bukannya kamu masih punya pilihan? Kamu bisa ninggalin aku. Aku yakin, Mei, di luar sana kamu bakal bisa nemuin la

  • Usai Bercerai   Takdir

    "Bisa-bisanya kamu sampai enggak urusin hp, Fan!" geram Bu Fania dengan suara tertahan. Tak mungkin di rumah sakit ia berteriak-teriak memarahi Arfan. "Kalau semalam Aleta kenapa-kenapa, gimana?""Sudah, Ma." Pak Arya mengelus bahu istrinya. "Yang bisa kita lakukan sekarang berdoa untuk Aleta. Percuma marah-marah.""Mama cuma enggak habis pikir sama Arfan, Pa. Apa kalau sudah ketemu Meira dia sampai lupa sama anaknya? Heran!"Kontan semua pasang mata yang ada di situ menoleh ke arah Arfan. Termasuk Alya. Tiba-tiba saja dadanya berdenyut nyeri mendengar itu. Meski nantinya ia akan kembali menjadi istri Arfan, tetapi Alya sadar betul kalau dirinya tak mungkin menggeser posisi Meira dari hati Arfan. Apalah dirinya dibanding Meira yang sempurna."Ah, kenapa aku memikirkan itu?" batin Alya. "Ingat, Al, kamu kembali pada Arfan, hanya untuk Aleta! Bukan untuk diri kamu sendiri!"Sekitar setengah jam kemudian, seorang perawat yang sejak tadi ikut menangani Aleta keluar. Seluruh keluarga Alya

  • Usai Bercerai   Terabaikan

    Usai Arfan mengikrarkan janji suci, semua yang ada di masjid mengucapkan hamdalah dengan serempak meski tidak ada yang memberi aba-aba. Suasana di ruangan itu pun mengharu biru. Nyaris semua orang menitikkan air mata, meski dengan perasaan yang berbeda-beda. Biasanya setelah ikrar ijab qobul terucap, tangis kebahagiaan yang akan tercipta. Namun, tidak untuk pernikahan Arfan dan Alya kali ini.Pak Ihsan dan Bu Narti menitikkan air mata. Keduanya sedih, khawatir, serta tidak menyangka kalau pada akhirnya, putri semata wayang mereka akan kembali pada laki-laki yang dulu telah gagal menjaganya. Pasangan suami istri tersebut takut, kalau putrinya itu, akan mengulangi nasib buruknya.Sementara kedua orang tua Arfan merasa sangat lega. Terutama Bu Fania. Wanita itu merasa diberi kesempatan untuk menebus dosa masa lalunya kepada Alya. Dalam hati ia berjanji, "Aku akan pastikan, kamu bahagia menjadi menantuku, Al. Tidak akan kubiarkan siapapun mengusik kebahagiaanmu dengan putraku. Karena sat

  • Usai Bercerai   Kewajiban

    "Al, habis ini aku pulang dulu buat ambil baju ganti, ya? Biar aku enggak usah bolak-balik," pamit Arfan pada Alya sehabis solat magrib.Pagi tadi Arfan memang hanya tidak membawa persiapan apapun untuk menginap. Ia hanya fokus untuk melafalkan kembali ijab qobul untuk kembali menghalalkan Alya. Sehingga saat hari sudah petang, ia bingung sendiri hendak berganti pakaian apa."Iya, silakan," sahut Alya yang sedari tadi tak bosan-bosan memandangi wajah Aleta yang sedang tertidur."Kalau Aleta bangun, aku belum sampai, kamu telpon aku, ya! Biar aku jelasin ke dia, kalau aku enggak akan pergi ke mana-mana."Alya mengangguk setuju. Kali ini ia tidak akan lagi menuruti egonya. Yang terpenting sekarang adalah Aleta. Toh, ia dan Arfan telah kembali bersama. Jadi, tidak ada alasan lagi bagi Alya untuk sungkan menghubungi suaminya itu."Ya udah, aku pergi dulu, ya?"Tanpa menunggu persetujuan Alya, Arfan langsung mencium kening istrinya itu. Lama. Cukup lama. Bahkan sebenarnya Arfan ingin melak

  • Usai Bercerai   Balasan

    Tiga hari dirawat di ruang PICU, kondisi Aleta mulai membaik sehingga sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat. Semakin hari kondisi balita itupun semakin membaik. Bahkan ia siap untuk menjalani kemoterapi berikutnya. Kedua orang tua Arfan yang setiap hari membesuk Aleta merasa sangat lega. Pilihannya untuk mendukung Arfan kembali pada Alya tidak salah. Bukan hanya kebahagiaan Arfan yang bisa mereka lihat, tetapi juga kondisi cucunya yang semakin membaik."Aleta mau Eyang belikan apa?" tawar Bu Fania saat hendak pulang."Besok Eyang ke sini lagi?" tanya Aleta heran. Sebelumnya laki-laki dan perempuan yang memperkenalkan dirinya sebagai Eyang Kung dan Eyang Ti itu sama sekali tidak pernah ada dalam hari-hari Aleta. Lalu, tiba-tiba saja sekarang mereka berdua setiap hari datang dengan membawakan berbagai mainan dan makanan untuk Aleta. Tentu balita itu merasa aneh."Iya, dong. Makanya, Aleta pingin Eyang bawain apa?" tawar Bu Fania lagi sembari memegang jemari mungil Aleta.Aleta menggele

  • Usai Bercerai   Tak Sanggup

    "Selamat datang Aleta Sayang!" sambut Bu Fania dengan senyum lebar, begitu Aleta, Arfan, dan Alya tiba di rumah megahnya. "Eyang Ti udah siapin kamar yang bagus buat Aleta. Aleta pasti senang!" lanjutnya masih dengan senyum yang sama."Mari, masuk!" ajak Pak Arya yang juga ikut menyambut kedatangan cucu, anak, dan menantunya.Arfan pun merangkul pinggang Alya. Meyakinkan wanita yang teramat dicintainya itu bahwa semua akan baik-baik saja. Orang tuanya telah bisa menerima kehadirannya dan juga Aleta. Tidak seperti dulu."Nih, ini kamar Aleta!" Bu Fania membuka sebuah kamar cukup luas dengan dekorasi hello kitty. Beberapa boneka mulai dari ukuran mini sampai ukuran jumbo berjejer ikut menghiasi kamar tersebut. Bed cover set warna pink dengan gambar hello kitty senada dengan dekorasi rumah itu membuat mata Aleta membeliak kagum. Aleta pernah melihat kamar seperti ini. Kamar salah seorang temannya yang dulu ia kunjungi saat temannya itu sakit. Dan Aleta sangat menginginkan kamar seperti

  • Usai Bercerai   Koper Besar

    Arfan meremas kertas tersebut dengan kuat, lalu melemparnya ke dinding kamar. Ia merasa frustasi dengan keadaan ini. "Kenapa kamu enggak mundur aja, sih, Mei?" Arfan meraup kasar wajahnya, kemudian membanting tubuhnya ke ranjang.Arfan tahu, pada akhirnya pasti akan seperti ini. Meira tidak akan sanggup membagi segalanya dengan Alya. Dan akhirnya Meiralah yang akan tersakiti. Oleh keputusannya sendiri."Dasar!" umpat Arfan. Seandainya Meira tidak keras kepala dan bersedia mundur, tentu keadaannya tidak akan seperti ini.Arfan memang tidak mencintai Meira. Namun, laki-laki masih menyayangi Meira sebagai seorang sahabat. Tidak ada cinta sama sekali. Meski keduanya telah menjadi suami istri lima tahun lamanya. Semua yang Arfan lakukan pada Meira, hanya sebatas memenuhi kewajiban saja. Selama ini sikap Arfan memang sangat dingin pada Meira. Ia marah pada Meira karena telah mengambil tempat Alya. Dan ia juga ingin Meira merasa jengah dan memilih meninggalkannya. Bukan menyakitinya sepert

Bab terbaru

  • Usai Bercerai   Selamat Tinggal

    Lelaki itu tersenyum melihat Alya bisa kembali bahagia. Senyum tanpa beban ternyata bisa kembali terpancar dari wajah Alya. Prima lega melihat itu. Mungkin jika dulu Prima memaksa Alya untuk tetap bersamanya, belum tentu Alya bisa sebahagia sekarang. Prima tahu betul tidak mudah untuk memulai hubungan baru dengan seseorang yang belum sepenuhnya lepas dari masa lalunya. Dan Prima menyadari kalau hati Alya masih terpaku pada sosok Arfan. Meski laki-laki itu pernah menciptakan luka yang demikian dalam di hati Alya.Sebenarnya hari itu Prima berniat untuk menemui Alya. Ia sudah mendatangi kota di mana Alya tinggal untuk mengucapkan selamat tinggal pada perempuan yang pernah menjadi ratu di hatinya. Karena setelah empat tahun dirinya berpisah dengan Alya, pada akhirnya kini ia telah menemukan tambatan hatinya yang baru. Seseorang yang menjadi partner bisnis dan juga partner hidupnya.Namun, ia tidak sampai hati untuk menemui Alya secara langsung. Prima tidak ingin bayangan masa lalu mengo

  • Usai Bercerai   Sepasang Mata

    Setelah dua minggu melahirkan, kondisi Meira sudah pulih. Hanya saja putranya memang belum boleh dibawa pulang karena kondisinya masih harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Pagi itu Meira sedang menikmati roti bakar dengan selai strawberry dan secangkir cokelat panas di teras belakang. Udara pagi di tempat terbuka membuat pikirannya lebih rileks. Pada saat itu mamanya tiba-tiba datang dengan pakaian rapi."Loh, Mama mau ke mana pagi-pagi gini udah rapi?" tanya Meira sembari memperhatikan penampilan mamanya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rambutnya terurai dengan dicatok curly. Kemeja berwarna putih dengan kancing berwarna gold dipadu dengan celana panjang warna milo. Mama Meira memang tidak tampak menua. Sehingga saat bersama Meira di tempat umum, banyak orang mengira kalau mereka kakak beradik. Terlebih penampilan Bu Henela sangat fashionable.Bu Helena tidak langsung menjawab. Ia duduk di kursi tepat sebelah meja yang berada di sisi kiri Meira. Wanita itu menatap putrin

  • Usai Bercerai   Dua Minggu Lalu

    Meski pasrah, jauh di dalam lubuk hati Meira yang paling dalam, ia berharap jika Emir mau bertanggung jawab atas anak yang telah dilahirkannya. Karena sekarang semua orang sudah tahu kalau bayi itu bukan anak Arfa, jadi Meira merasa tidak punya tameng lagi untuk melindungi masa depan putranya.Jika semua tidak terungkap Meira merasa aman karena orang lain akan menganggap bayi itu adalah anak Arfan. Namun, sekarang semua berbeda. Meira yakin kalau mantan mama mertuanya tidak akan bisa diam saat mengetahui kenyataan kalau bayi yang dilahirkan Meira bukanlah cucunya.Setelah menunggu hampir satu jam, Emir akhirnya tiba di kamar rawat Meira. Lelaki itu awalnya mengira Meira sakit, karena semenjak peristiwa itu, ia tak berani mencari informasi tentang Meira. Ia tahu yang telah dilakukannya bersama Meira salah. Dan ia harap, hal itu tidak akan berpengaruh terhadap pernikahan Meira meski dulu ia mengharapkan Meira."Duduk dulu, Mir!" titah papa Meira sembari menekan-nekan buku-buku jemarinya

  • Usai Bercerai   Langkah Selanjutnya

    "Maksud kalian apa minta Arfan tes DNA?"Semua orang yang ada ruang rawat Meira menoleh ke arah pintu. Tampak Bu Fania dan Pak Arya sudah berdiri dengan wajah tegang. Kontan Meira dan kedua orang tuanya panik melihat itu."Kenapa diam?" tanya Bu Fania lagi. Wanita itu menatap geram ke arah putranya. Kemudian kembali bertanya sembari berjalan cepat ke arah Arfan. "Kamu nyembunyiin sesuatu dari Mama, Fan?"Arfan yang tidak menyangka sama sekali kedua orang tuanya akan datang, tidak bisa berpikir apa-apa. Otaknya serasa kosong sehingga dia tidak bisa menjawab pertanyaan mamanya.Sementara Meira yang kondisinya belum sepenuhnya membaik, sangat tersiksa dengan keadaan ini. Ia ingin berlari sejauh mungkin dari situasi itu. Ia tidak cukup punya muka jika sampai mantan mertuanya tahu kalau dirinya pernah melakukan kesalahan fatal."Ya." Semua menoleh ke arah papa Meira kecuali Meira yang menundukkan kepala. Laki-laki yang berdiri di samping kiri bed Meira kini menjadi pusat perhatian."Saya

  • Usai Bercerai   Harapan

    Meira dan Arfan berjalan beriringan keluar dari ruang sidang. Sengaja Meira tidak mengizinkan kedua orang tuanya ikut masuk ke ruangan. Karena ia tidak ingin kedua orang tuanya menyaksikan detik-detik kehancuran hidupnya.Perceraian Arfan dan Meira berjalan lancar dengan sebuah kesepakatan. Meira mau bercerai dengan Arfan asal kekhilafannya Arfan rahasiakan dari keluarga besar mereka. Tentu buat Arfan itu tidak jadi masalah. Terlebih laki-laki itu sudah bertekad walaupun anak yang dikandung Meira bukan anaknya, ia akan tetap bertanggung jawab sebagai papanya. Karena anak itu ada ketika Meira masih menjadi istrinya.Pada persidangan mereka yang terakhir tadi, Arfan membacakan ikrar talak dengan suara bergetar. Bagaimanapun Meira pernah menjadi bagian dari hidupnya. Sehingga saat menyadari dengan ucapan talak itu semua akan berakhir dan berubah, dada Arfan terasa nyeri. Begitupun dengan Meira. Ia tidak kuasa menahan agar buliran bening tidak berjatuhan dari pelupuk matanya. Dadanya sa

  • Usai Bercerai   Percayalah

    "F-Fan, du-duduk dulu, Fan." Bu Helena beranjak dari ranjang untuk mendekati menantunya yang masih berdiri di ambang pintu. Dipegangnya lengan Arfan yang sangat tegang. "Kita bicarakan ini baik-baik, ya! Mama juga baru tahu, Fan. Ayo!"Arfan menurut saja saat mama mertuanya menuntun ke sofa kamar Meira. Sesaat otak Arfan memang seperti kosong setelah sebelumnya terasa seperti tersengat listrik dengan tegangan yang sangat tinggi.Sementara Meira masih mematung di ranjangnya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Arfan ternyata datang dan mendengarkan pembicaraannya dengan sang mama."Mei, duduk sini! Kita bicarakan semua baik-baik!" titah Bu Helena pada putrinya.Meira tak langsung beranjak. Sesaat ia menatap Arfan. Meski dari posisinya ia hanya bisa melihat bagian belakang kepala Arfan. Meira menghela napas kasar. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana raut wajah Arfan saat ini."Mei! Apa perlu Mama jemput?" Bu Helena berusaha tenang meski sebenarnya ingin meneriaki putrinya

  • Usai Bercerai   Malaikat Pencabut Nyawa

    [Sayang, mau aku bawain makanan apa?] Arfan mengirim pesan tersebut sekaligus pada dua nomor di daftar kontak ponselnya. Nomor Alya dan Meira. Bagaimanapun perasaan Arfan saat ini, ia tidak bisa lagi mengelak untuk tidak memberikan perhatian pada Meira. Sama seperti Alya. Selisih kehamilan Alya dan Meira kurang lebih tiga bulan karena program bayi tabung Alya dan Arfan terhitung cukup lancar. Dua istri hamil bersamaan tentu membuat Arfan harus sering bolak-balik ke rumah kedua istrinya itu. Hanya saja yang membuat Arfan sedikit lega, Meira tak semanja dan semerepotkan dugaannya. Perempuan yang sebelumnya selalu banyak menuntut dan manja itu justru berubah lebih kalem dan tak banyak menuntut. Arfan pikir itu pengaruh bayi yang ada dalam rahim Meira.[Enggak usah, aku udah makan sama Mama.] Meira terlebih dahulu membalas pesan Arfan. Di awal-awal perubahan sikap Meira yang terkesan menghindar, sebagai laki-laki yang bertekad untuk memperbaiki sikap, Arfan cukup tersinggung. Namun, me

  • Usai Bercerai   Resah

    Kabar kehamilan Meira disambut hangat oleh keluarga besar Arfan dan juga keluarga besar Meira. Mereka mengadakan pesta dalam rangka tasyakuran atas kehamilan yang sudah dinanti lima tahun lamanya. Hal itu tentu membuat Alya ingin menghilang untuk sementara waktu.Alya belum punya nyali untuk menghadapi keluarga besar Arfan dan Meira dengan status istri kedua. Saat menjadi istri satu-satunya Arfan saja Alya tidak dianggap, apalagi saat ini."Fan, boleh enggak besok aku ... di rumah aja?" tanya Alya saat ia dan Arfan selesai makan malam.Dahi Arfan mengernyit. Awalnya ia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Alya. Namun, sejurus kemudian ia paham.Disingkirkannya piring bekas makan yang ada dihadapannya. Kemudian, diambilnya jemari Alya yang sedang menangkup gelas panjang berisi air putih."Kalau kamu enggak siap, enggak usah datang enggak apa-apa," jawab Arfan dengan lembut. Ia pun masih trauma mengingat peristiwa lima tahun yang lalu saat Alya dituduh mencuri. Ia tidak ingin hal

  • Usai Bercerai   Layu dan Berguguran

    Alya termenung menatap permukaan kolam renang yang tenang. Pantulan cahayanya berkilauan membuat Alya betah berlama-lama duduk di situ. Alya masih ingat betul, dulu sering sekali ia habisnya waktu bersama Arfan di tempat itu. Bercerita apapun sampai mereka lupa waktu.Sesederhana itu bahagia bagi mereka dulu. Meski kehadiran Alya tidak diterima dengan baik oleh keluarga Arfan.Alya tersenyum miris. Terkadang hidup memang selucu itu. Sekarang di saat seluruh keluarga besar Arfan bisa menerimanya dengan tangan terbuka justru saat ini ia tidak bahagia. Apalagi sebabnya kalau bukan karena dirinya kini harus berbagi cinta.Sudah tiga malam Arfan menginap di rumah Meira. Sebenarnya Alya ingin sekali menghubungi laki-laki itu karena besok jadwal mereka cek ke dokter untuk program bayi tabung. Hanya saja, ia tidak mau mengganggu waktu Arfan bersama Meira.Entah sudah berapa kali Alya mengecek ponselnya untuk melihat apakah ada pesan dari Arfan, tetapi tidak ada aktivitas apapun pada benda di

DMCA.com Protection Status