Share

Bab 6 | Beautiful Memories

Author: Hee Yuzuki
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Alle yang tengah sibuk memasang tripod juga kameranya membuat Earl mengernyit, keduanya baru saja menaiki tebing yang tidak terlalu tinggi untuk mendapatkan spot terbaik menunggu matahari terbit dari timur.

“Apa yang kau lakukan, Xa?” Tanya Earl membuat Alle hanya tersenyum dan menarik pria itu untuk duduk berdampingan dengannya.

“Aku hanya ingin mengabadikan momen indah di sini.” Bersamamu. Batin Alle membuat Earl hanya tersenyum, membiarkan saat Alle menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu pria itu.

“Lihatlah, mahatarinya telah muncul.” Ungkap Alle antusias, membuat Earl tertawa dan mengacak gemas rambut wanita itu. “Ya Tuhan, indah sekali.” Alle dibuat takjub dengan keindahan itu, membuat Earl menikmati setiap ekspresi Alle yang terlihat lebih cantik karena cahaya senja yang menyinari paras jelita itu.

“Kenapa kau terlihat lebih cantik, heum?” Tanya Earl menggoda Alle, membuat Alle tertawa dengan rona merah di wajahnya dan memukul bahu Earl ringan.

Lalu, saat matahari telah naik sepenuhnya, tidak ada lagi suara di antara mereka selain deburan ombak dan desau angin yang menyejukkan. Alle memejamkan matanya, menikmati hangatnya cahaya matahari pagi dan angin pantai yang menyejukkan, Earl pun diam memikirkan banyak hal, tentang ciuman Alle di pagi hari yang membuatnya terus berpikir, jika kemungkinan Alle mencintainya, tapi rasanya tidak mungkin.

“Xa,” panggil Earl lirih, ingin memastikannya langsung, membuat Alle mendongak dan menatap Earl penuh tanya.

“Ada apa, Earl? Kau memikirkan Vale?” Tanya Alle dengan raut sedihnya.

“Apa kau pernah, sedikit saja, memiliki perasaan padaku, bukan cinta karena kita adalah sahabat, tapi rasa cinta antara pria dan wanita. Apa kau pernah memiliki rasa padaku sebagai seorang pria?” Tanya Earl menatap lekat pada Alle, membuat Alle menelan ludahnya susah payah dengan jantung yang berdegup keras.

“Ke ... kenapa kau menanyakan itu tiba-tiba?” Tanya Alle, namun Earl tidak menjawabnya, membuat Alle memejamkan matanya dan menghela napasnya panjang.

“Mana mungkin aku mencintaimu? Jika aku mencintaimu, tentu kita harus berpisah dan tidak boleh bertemu lagi. Aku tidak mungkin melupakan janji itu, Earl.” Alle tersenyum sendu, membuat Earl juga ikut tersenyum dan mengangguk, sebagian hatinya merasa lega, namun sebagian yang lain merasa tidak puas dengan jawaban Alle.

“Bukankah kau menginginkan kita berperan sebagaimana suami istri pada umumnya? Kita akan tetap melakukannya walau tanpa cinta, begitu kan, Xa? Pelukan, ciuman, atau lebih dari itu, yang akan kita lakukan, hanya karena sebuah kesepakatan, tanpa ada cinta di dalamnya. Karena, aku dan dirimu tidak akan pernah bertemu dengan takdir saling mencintai semacam itu kan, Xa?” Earl menggenggam tangan Alle, hatinya terasa begitu berat untuk mengatakan itu, namun dia merasa harus melakukannya, agar Alle tetap berada di sisinya, karena dia tau, Alle adalah wanita yang selalu menepati janjinya, jika kata cinta itu terucap dari bibir Alle, maka wanita itu pasti akan menepati janjinya dan meninggalkannya. Melakukan segala cara agar mereka tidak akan bisa bertemu lagi, dan Earl tidak akan pernah membiarkannya.

Ucapan Earl sekali lagi membuat hati Alle berdenyut sakit, lebih menyakitka dari cinta diam-diamnya selama ini, setelah menikahinya, pria itu bahkan masih bisa mengungkapkan dengan jelas jika cinta tidak boleh di antara keduanya, seolah cinta bisa menghancurkan keduanya.

“Tentu, Earl. Jika aku menciummu seperti ini, ” Alle tanpa ragu mengecup wajah Earl dengan senyumnya, memilih untuk menyembunyikan luka hati yang sampai kapan pun mungkin tidak akan terungkap.

Wajah terkejut Earl membuat Alle tersenyum semakin lebar, wanita itu beranjak, mengambil kameranya, mematikan recorder-nya dan memotret wajah Earl yang terlihat lucu.

“Baiklah, kau yang memulai permainan ini, maka jangan menyesal Allexa Addison.” Earl bangun dari duduknya, membuat Alle langsung berlari menghindar, hatinya berbunga dengan nama terakhir yang Earl sematkan walau dia tau semua itu hanyalah kebohongan.

“Satu ciuman, dengan apa seharusnya aku membalasnya?” Earl menatap penuh makna pada Alle yang kembali menyalakan recorder-nya, ingin mengabadikan setiap momennya bersama Earl hari ini dan seminggu ke depan.

Earl berhasil menangkapnya, pria itu mendekap Alle dari belakang dan mengungkung Alle yang masih berusaha kabur darinya. Dekapan itu membuat Earl merasa perasaannya menghangat seketika, dengan ragu pelan-pelan wajahnya semakin dekat dan dengan pelan mengecup puncak kepala Alle, untuk pertama kalinya, pria itu dengan berani mencium Alle walau hanya ciuman biasa yang sudah sangat umum dia lakukan kepada semua teman wanitanya. Namun, tidak pada Alle, pria itu sangat menghindarinya sejak dulu, bahkan pelukan pun dia selalu berusaha menghindarinya. Tapi, setelah ucapan bodoh yang mengatasnamakan kesepakatan pernikahan itu terucap, membuat Earl akhirnya berani, mengikuti permintaan Alle untuk menjadi suami yang baik dan menjalani pernikahan bahagia bersama wanita itu walau semuanya adalah sandiwara dan tanpa cinta.

‘Betapa pengecutnya dirimu, Earl Sanders. Berlindung di balik kata sepakat.’ Batinnya berbisik sinis, membuat Earl tersenyum miris.

“Apa yang kau inginkan untuk sarapan pagi ini, Xa?” Earl sudah melepaskan pelukannya, keduanya menuruni tebing untuk kembali ke vila dan mencari sarapan, Alle masih sibuk dengan recordernya, membuat Earl mendecak kesal dan mengambil kamera itu dari tangan Alle, dan berbalik merekam Alle.

“Apa yang kau inginkan untuk sarapan pagi ini, istriku?” Tanya Earl sekali lagi, mengarahkan kameranya pada Alle, wanita itu terlihat tertawa manis dan memukul ringan lengan Earl atas ucapan manis pria itu.

“Apa saja yang kau pilihkan, sayang.” Ungkap Alle dengan berani, membuat Earl membelalak tak percaya, namun detik berikutnya dia tertawa, merangkul bahu Alle dan terus mengarahkan recorder-nya, mengabadikan momen mereka berdua di pulau pribadi itu.

“Aku ingin snorkling.”

“Oke, My Lady.”

“Aku ingin barbeque nanti malam.”

“Yes, mam.”

“Aku ingin melihat pantai di malam hari.”

“With pleasure, madam.”

“Aku ingin ada kembang api juga.”

“Yes, baby. Anything you want.” Ungkap Earl gemas, mengacak-acak rambut Alle dan mengeratkan pelukannya pada wanita itu, juga mencuri satu ciuman dari Alle pagi ini.

Membuat Alle terkesiap, namun juga bahagia, dia rela jika semua ini hanyalah sandiwara, asal dia memiliki banyak kenangan manis selama menjadi istri Earl, sahabat yang dicintainya. Dia akan melakukan apapun agar kebahagiaan itu selalu ada di antara mereka, sekali pun semua itu hanya sandiwara menyakitkan.

Earl memejamkan matanya, menggenggam erat tangan Alle dengan jantung berdegup keras, tidak mengerti dengan dirinya, dia seolah kehilangan dirinya, seharusnya dia tidak menikmati semua ini, seharusnya dia hanya perlu berakting dengan baik tanpa merasa senang dan bahagia. Hatinya tidak sedang berkhianat kan? Dia mencintai Vale, itu sudah jelas, tapi, melihat tawa Alle dan bagaimana manjanya wanita itu, juga ciuman mereka, membuatnya merasakan perasaan lain, yang selama ini selalu dihindarinya.

‘No, Earl. You just trying hard to makes everything better. Kau hanya berusaha menjalankan peranmu dengan baik, sebagai suami yang menikmati honeymoon bersama sang istri, dengan kebahagiaan dan cinta. Hanya itu, tidak lebih.’ Hatinya berbisik, membuat Earl mengangguk yakin.

‘Benarkah, atau itu semua adalah bentuk konfrontasi sebagian hatimu, yang selama ini kau abaikan akan rasa asing yang kau miliki untuk Alle, ingat bagaimana kau menghilang dan tidak pernah menghubunginya hampir lebih dari setahun, itu karena apa? Bukan hanya karena kau sibuk dengan hubunganmu bersama Vale kan? Tapi kau menghindari sesuatu yang berusaha kau tekan. Bukan begitu, Earl?’

‘Tidak. Aku melakukannya karena aku memang mencintai Vale dan ingin fokus membahagiakan wanita itu. Alle hanya akan mengganggu hubunganku dengan Vale, karena sejak awal dia sudah tidak menyetujuinya, dan aku membencinya, jadi dari pada aku bertengkar dengan Alle, lebih baik aku menghindarinya dan fokus membahagiakan Vale yang mencintaiku.’ Earl melakukan protes akan konfrontasi hatinya yang akhir-akhir ini semakin sering ia alami, semenjak dia memutuskan untuk menikah dengan Allexa dengan alasan yang sebenarnya tidak ia yakini sepenuhnya. 

Related chapters

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 7 | Just You and Me

    Wajah Alle yang berseri-seri saat menikmati sarapannya membuat Earl tersenyum, tidak ingin menyia-nyiakan momen itu, dia mengambil kamera miliknya dan memotret Alle yang terlihat begitu bahagia, menikmati sarapan dengan berlatar pantai dan matahari pagi yang cahayanya masih bersahabat.“Xa?” Panggil Earl membuat Alle mengalihkan tatapannya, menatap Earl dengan senyum bahagianya.“Ada apa? Aku ingin mengambil banyak gambar setelah ini, sore kita snorkling? Bagaimana?” Tanya Alle membuat Earl hanya mengangguk, mengiyakan apa yang diinginkan oleh Alle.“Hanya snorkling? Kau tidak ingin mencoba bermain jet sky bersamaku? Atau memancing hiu di laut?” Earl mendekatkan wajahnya, membuat raut wajah Alle berbinar seketika dengan penawaran Earl yang tidak ia pikirkan sebelumnya.“Okay. Setelah ini kita memancing hiu dan kau harus membawaku mengelilingi pantai ini dengan jet sky.” Alle reflek menggenggam erat tangan Earl, meminta pria itu berjanji untuk mengajaknya melakukan semua hal menyenangk

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 8 | Moment With You

    Pria itu mengulum senyum, bersandar pada dinding kayu melihat wanita yang dicintainya baru saja keluar dari kamar mandi masih mengenakan bathrobe-nya.“Harummu membuatku ingin mengurungmu seharian di ranjang, sayang.” Jeremy menggoda Vale yang baru saja keluar dari kamar mandi masih dengan wajah kesalnya, dirinya harus terjebak di sebuah pulau bersama pria yang terobsesi padanya. Benar-benar menjengkelkan.“Brengsek!! Pulangkan aku dan kembalikan ponselku!!” Vale berteriak keras, memukul perut Jeremy yang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.“Akulah rumah tempatmu pulang, Valeria.” Jeremy berujar lembut, masih memeluk Vale dari belakang dan mengecup puncak kepala wanita itu dengan sayang.“Brengsek!! Dasar gila!! Aku membencimu!!” Vale masih berusaha lepas dari pelukan Jeremy.“Aku juga mencintaimu, sayang.” Jeremy berhasil mencuri ciuman dari Vale dan tertawa senang, sedang Vale semakin berteriak kesal, berhasil lepas dari kungkungan Jeremy dan menyikut perut pria itu dengan kuat

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 9 | Beautiful Sunset, Beautiful You

    Laut di pulau itu memang terkenal akan keindahannya, Earl yang sudah sering mengunjungi pulau untuk melepas penat rasanya sudah bosan dengan kegiatan snorkling seperti sekarang. Namun, saat bersama Alle, dia merasa, kegiatan snorkling yang sudah biasa untuknya, kini menjadi luar biasa, wajah antusias Alle saat melihat banyaknya ikan-ikan kecil penuh warna di antara terumbu karang yang indah tentu membuat Earl tersenyum, mengabadikan momen itu dengan kamerenya lagi dan lagi. Alle lalu menatapnya, berpose dan meminta Earl memotretnya. Earl yang mengerti maksud wanita itu hanya mengangguk dan tersenyum, mengarahkan kameranya pada Alle dan memotret wanita itu dalam berbagai gaya.Alle mengacungkan jempolnya tanda ucapan terima kasih pada Earl, dia akan meminta semua foto itu pada Earl nanti, lalu wanita itu kembali menjelajah lebih jauh, menjangkau tempat-tempat yang terlihat indah sepanjang mata memandang keindahan bawah laut itu.Earl yang melihat hal itu berusaha mengejar Alle, mengimb

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 10 | Partner in Crime

    Paginya kembali datang, pagi yang sama dan penuh kebahagiaan bagi Alle, melihat wajah lelap Earl yang menenangkan. Dirinya dan Earl baru saja pulang dari Pulau Addison itu kemarin, satu minggu yang ia habiskan setelah Jeremy menjauhkan Vale dari Earl benar-benar membuatnya bahagia. Dirinya memiliki banyak waktu indah bersama Earl di sana. Rasanya, bulan madu yang ia bayangkan akan menjadi neraka benar-benar tidak terwujud berkat pertolongan Jeremy, dan mungkin dia harus menemui Jeremy dan memberikan sesuatu untuk pria itu, atau kembali menyusun bisnis kotor untuk memisahkan Earl dan Vale.Mengetahui pikiran jahatnya membuat Alle mendesah, menatap sendu pada Earl. Sesungguhnya dia merasa bersalah telah membiarkan Vale bersama Jeremy walau dia tau Jeremy tidak akan melakukan sesuatu yang membahagiakan, tapi jika dia tetap membiarkan hubungan terlarang itu berlanjut dan tidak melakukan apapun, dia juga merasa berdosa. Biarlah dia menjadi pemeran antagonis dalam hidup Vale yang berusaha m

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 11 | The Broken Promise

    Jeremy berteriak lepas begitu kembali menginjakkan kakinya di Hamburg, tanpa ragu pria itu langsung merangkul bahu Vale, membuat Vale langsung berteriak dan menyikut perut Jeremy dengan keras, menunjukkan tatapan penuh kebencian pada Jeremy yang hanya menunjukkan senyum lebarnya.“Brengsek!! Kembalikan ponselku!!” Teriak Vale memukul Jeremy kuat-kuat, masih berusaha meminta ponselnya yang selama seminggu ini dimonopoli oleh Jeremy.“Aku menjaganya dengan baik, kau tidak perlu khawatir, seharusnya kau berterima kasih, karena aku mengajakmu berlibur di tempat-tempat menyenangkan, jangan lupakan jika kau juga menikmatinya, sayang. Lagi pula, kita akan langsung berangkat ke China besok, Daddy-mu telah mempercayai diriku untuk menjagamu, jadi apa lagi yang ingin kau hindari, kita memang sudah ditakdirkan bersama, sayang, jika kau menerimanya, maka semua ini akan menjadi lebih mudah dan indah.” Jeremy berusaha meraih wajah Vale, namun Vale langsung menepisnya kasar.“Berikan ponselu, brengs

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 12 | When You're With Her

    Banyak yang Alle pikirkan dalam perjalannya menuju Soulsteak, dia tidak tau kenapa hatinya gelisah, juga sebagian dirinya yang berusaha meyakinkan jika semua akan baik-baik saja dan berjalan sesuai keinginannya, Earl tetap akan datang walau tidak jadi menjemputnya, dan mereka tetap akan memiliki dinner yang indah malam ini, walau sebagian dirinya lagi menentang hal itu.Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di sana, Alle langsung disambut oleh pelayan yang telah mengenalnya, mengantarkannya pada meja reservasi atas nama Earl, wanita itu hanya mengikuti ke mana pelayan membawanya, masih dengan pemikiran-pemikiran yang membuatnya justru semakin gelisah.Tiba di mejanya, Alle langsung kembali menghubungi Earl untuk mengabarkan jika dia sudah tiba di Soulsteak.-Earl, aku baru tiba di Soulsteak, berapa lama kau akan datang dan membuatku menunggu? Aku belum makan malam dan sudah lapar, Earl. Kuharap kau segera datang, kau tidak lupa kan, aku benci menunggu terlalu lama.- ***Earl t

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 13 | The Same Wound

    Alle terus menatap layar ponselnya dan menunggu balasan dari Earl, namun satu jam sudah berlalu sejak pesan yang ia kirimkan pada Earl belum juga mendapat jawaban, rasa gelisah di hatinya semakin besar, kecemasan tentang kekecewaan akan malam yang ia pikirkan akan berakhir indah semakin besar. Entah sudah berapa kali Alle menghela napasnya panjang dengan dada yang terasa sesak, ingin dirinya berpikiran positif, namun melihat tanda-tanda yang semakin jelas membuatnya pesimis, nyatanya kemungkinan kecewa dan terluka karena Earl semakin besar ia rasakan.Hingga sebuah nada pesan masuk ke ponselnya, membuat Alle dengan cepat langsung membukanya, berharap itu adalah jawaban dari Earl yang mengatakan sedang dalam perjalanan dan memintanya menunggu sedikit lebih lama. Namun, harapan hanyalah tinggal harapan, nyatanya itu adalah pesan dari Jeremy.-Hai, Allexa. Aku sudah di Hamburg, baru saja tiba, mungkin sekitar dua jam yang lalu, tapi besok malam aku sudah harus menemani Vale ke China dan

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 14 | Another Mission

    “Xa,” panggil Earl lirih, membuat Alle hanya menghela napasnya panjang, ingin menunggu jawaban apa yang akan Earl berikan untuk kesalahannya malam ini. “Maaf, aku ...” Earl menghela napasnya, sedang Alle menunggu, apakah pria itu akan kembali mengecewakannya dengan mengatakan kebohongan atau mengatakan hal yang jujur.“Alasan apa yang ingin kau katakan padaku untuk kesalahanmu malam ini?” Tanya Alle sarkas, menatap kecewa pada Earl yang kini menatapnya penuh rasa bersalah.“Aku ... “ Earl menahan napasnya, dia tidak ingin membohongi Alle, namun dia juga tidak ingin lebih mengecewakan Alle dengan mengatakan yang sejujurnya.“Jika kau memiliki kepentingan lain, sementara kau sudah membuat janji, setidaknya batalkan dengan jelas janji itu, Earl. Jangan membuat seseorang menunggu dengan bodoh tanpa kepastian.” Alle menghela napasnya panjang, menatap lelah pada Earl sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Earl mengikuti ke mana Alle pergi, pria itu bisa merasakan bagaimana kek

Latest chapter

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 82 | Her Last Wish [END]

    Langit terlihat begitu mendung, seolah memahami perasaan seorang pria yang hatinya masih diselimuti duka sejak tiga bulan yang lalu. Rasanya semua masih terasa seperti mimpi, rasanya semua terlalu cepat dan tiba-tiba namun terasa begitu menyakitkan hingga ke tulang.Kehilangan Alle meninggalkan luka mendalam yang tidak akan pernah sembuh untuk pria itu, air matanya selalu jatuh setiap memikirkan wanita yang telah meninggalkan dunia ini dan mengakhiri rasa sakit dalam hidupnya.Hatinya masih terasa begitu sakit seperti diremas dengan begitu kuat setiap teringat ekspresi kesakitan Alle di hari terakhir mereka bertemu, hari terakhir mereka berbicara, sebelum Alle dilarikan ke rumah sakit dan akhirnya pergi melepaskan semua sakit yang dia rasakan.Earl menyentuh dadanya yang terasa begitu menyesakkan dan membuatnya kesulitan bernapas. Dia tidak pernah membayangkan ini terjadi dalam hidupnya, kehilangan Alle untuk selama-lamanya tidak pernah ada dalam pikirannya, namun Tuhan seolah menampar

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 81 | Death Bell

    Pukulan demi pukulan Earl dapatkan dari Axel yang begitu membabi buta dengan emosinya. Mereka semua sudah berkumpul di depan ICU, menunggu dokter yang masih menangani Alle.“Berani-beraninya kau menunjukkan wajahmu di sini! Bajingan! Kau manusia paling biadab!” Axel kembali memberikan pukulannya, wajah Earl sudah babak belur, bibirnya berdarah, lebam di beberapa bagian, namun pria itu tidak melawan, tubuhnya memang di sana, namun pikirannya kacau mengingat bagaimana Alle yang sekarat di depannya dengan bibir dan hidung yang berlumur darah, persis seperti yang ada di mimpinya, hal itu membuat tubuhnya menggigil dengan ketakutan yang semakin menggelayutinya.“Axel! Berhenti! Kau membuat keributan! Kau pikir Alle akan senang melihatnya?! Adikmu sedang berjuang antara hidup dan mati! Apa yang kau lakukan?!” Kern mengambil tindakan, menarik Axel untuk mundur dan memberikan tatapan nyalangnya.“Tahan emosimu, tidak ada yang lebih penting dari pada Alle sekarang.” Ucap Kern lagi membuat napa

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 80 | Eloise Abigail Adisson

    Kern membuka pintu itu dengan raut tenang, bahkan setelah melihat siapa tamu tak diundang yang datang ke rumah putrinya.Melihat bagaimana berantakannya penampilan Earl, kacaunya wajah pria itu dan tatapannya yang menunjukkan penuh sesal dan juga terluka seolah menyeret Kern pada masa lalu di mana dia juga pernah merasakan semua itu.Tau-tau Earl langsung berlutut di depannya. Menatapnya dengan sorot mata nanar dan air mata.“Aku tau aku begitu hina untuk datang ke sini. Tapi kumohon … Ijinkan aku bertemu dengan Allexa… Tolong … Kau boleh menghajarku setelah ini. Tapi tolong biarkan aku bertemu Allexa, ada … ada hal sangat penting yang ingin aku sampaikan. Kumohon.” Earl bukan lagi hanya berlutut namun kini sudah bersujud di kaki Kern.Kern masih bergeming, tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Melihat betapa putus asanya Earl yang terlihat hampir gila, dia yakin pria itu telah mengetahui semua yang terjadi pada Alle termasuk keadaannya. Sekali lagi kelebatan masa lalu bagaimana diriny

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 79 | Daddy's Daughter

    Langkah pria paruh baya itu begitu berat memasuki kamarnya, membawakan sarapan juga susu ibu hamil untuk putri tercintanya yang begitu malang.Mengingat-ngingat kembali bagaimana dia yang dulu begitu kejam menyakiti fisik dan batin istrinya, mungkin ini karma untuknya, melihat putrinya disakiti oleh pria yang dicintainya, ternyata menikamnya begitu dalam.Kern mengusap air mata yang membasahi wajahnya sesaat sebelum memasuki kamar Alle. Dia menatap dalam pintu di depannya dan menekan dadanya yang begitu sesak, mencoba menarik kedua sudut bibirnya untuk memberikan senyum terbaiknya.Jeslyn dilarikan ke rumah sakit dua hari yang lalu, terlalu stress dan kelelahan, wanita itu tidak sanggup menanggung beban luka melihat penderitaan Alle, dia selalu menangis setiap malam hingga membuatnya jatuh sakit.Dia dan Axel bergantian untuk menjaga Jeslyn dan Alle, pagi ini Axel yang menemani Jeslyn di rumah sakit, sedang dia menemani Alle.Kern menekan handle pintu kamar Alle dan melihat Alle yang

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 78 | Painful Truth

    Hari-harinya semakin kacau untuk pria itu dan dia masih berusaha untuk mengendalikan perasaannya yang semakin tak terkontrol di mana hatinya terus berteriak memanggil nama Alle dan tiada hari tanpa kegelisahan yang melingkupinya.Padahal pernikahannya semakin dekat, namun kini dia bahkan tidak peduli lagi dengan itu, menyerahkan semuanya pada Valeria dan justru sibuk untuk menangani masalah hatinya. Dia tau sesuatu yang salah telah terjadi.Di saat dia telah yakin dengan pilihannya dan terus mengabaikan perasaannya tentang Alle dengan pikiran jika semua yang dia rasakan pada Alle hanya rasa bersalah, namun yang terjadi justru sebaliknya.Dia merasa hampir gila tidak bersama wanita itu, hidupnya terasa begitu sengsara dan penuh kegundahan, dia terus memimpikan Alle seperti alam bawah sadarnya ingin menyadarkan betapa dia merindukan Alle.Bahkan pikirannya tanpa terkendali terus mengingat memori-memori saat mereka bersama. Semua itu semakin membuat Earl kacau dan dalam rentang waktu itu

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 77 | Is That A Sign?

    Di tengah malam yang begitu sunyi, langkahnya terdengar gusar dan tergesa-gesa, membuat bunyinya menggema di lorong rumah sakit yang begitu sepi.Pikirannya penuh dengan pertanyaan, Mommy-nya bukan orang yang bisa sakit dengan mudah, apalagi sampai masuk rumah sakit.“Daddy … Bagaimana keadaan Mommy?” Tanya Earl begitu memasuki ruang rawat Jennie dan melihat Edward begitu kacau, menggenggam tangan Jennie yang masih memejamkan matanya.Edward menatapnya kecewa dan penuh luka, membuat Earl terpaku beberapa saat dan mencoba memahami keadaan.“Stress, tekanan darahnya tinggi dan membuatnya collapse, jika tekanannya terus tinggi dia bisa terkena stroke ringan.” Ucap Edward dengan nada dinginnya dan membuat Earl terkejut bukan main.“Apa …? Bagaimana bisa, Dad? Apa yang membuat Mommy stress?” Tanya Earl benar-benar tidak mengerti dan itu berhasil memancing emosi Edward.Pria tua itu langsung menarik kerah baju Earl dan membawanya keluar dari ruang rawat Jennie, lalu tanpa aba-aba lagi dia la

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 76 | A Painful Decision

    Kern menarik napasnya panjang sebelum memasuki kamar Alle. Dia telah membawakan sandwich juga susu ibu hamil untuk putrinya itu. Dia lalu membuka pelan pintunya dan mendapati Jeslyn yang sudah terjaga dan menatap Alle dengan tatapan sedih juga air mata yang membasahi wajah Jeslyn.“Sayang ….” Bisik Kern membuat Jeslyn tersenyum pedih. Kern meletakkan nampan berisi sarapan Alle itu di nakas samping ranjang. Lalu langkahnya beranjak menuju sisi ranjang yang lain untuk mendekat ke arah Jeslyn.“Putri kita … Putri kita ….” Jeslyn tidak sanggup melanjutkan kalimatnya karena suaranya kalah dengan isakannya, Kern lalu mendekap Jeslyn erat dan diam-diam menangis di balik punggung istrinya itu.“Aku tau … Kita akan menghadapi ini bersama, sayang. Alle akan sembuh dan melahirkan cucu kita dengan sehat. Dia putri kita yang kuat. Dia akan melewati ini semua bersama kita. Kita harus kuat untuknya.” Bisik Kern lalu mengurai pelukannya dan menangkup wajah Jeslyn untuk menghapus air matanya, memberika

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Bab 75 | Tough Days Will Begin

    “Allexa ….” Jantung Axel rasanya direnggut paksa entah untuk yang ke berapa sejak menginjakkan kakinya di Swiss, dia langsung beranjak dan bersimpuh di bawah Alle dan mengusap darah yang keluar dari hidung wanita itu.“Sayang … Apa yang terjadi?” Kern langsung membawa Alle dalam dekapannya dan memeriksa keadaan putrinya itu.“Kita ke rumah sakit sekarang.” Ucap Kern dengan tegasnya. Namun Alle langsung menahannya dan memberikan senyumnya di tengah sakit kepala yang mendera dan semakin terasa menyakitkan.“Daddy, aku baru saja pulang dari rumah sakit. Akan konyol jika aku kembali ke rumah sakit lagi.” Ucap Alle sedikit terkekeh, namun tidak dengan semua orang yang ada di sana terkecuali Jeremy yang diam-diam hatinya merepih pilu.“A…Apa …?” Jeslyn membekap mulutnya dan menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan tubuh yang panas dingin. Apa yang terjadi pada putrinya?“Apa … Apa maksudmu, sayang?” Kini Jennie yang bersuara dengan air mata yang berlinang di wajahnya. Rahasia apa lagi

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 74 | Will Not Hide it Anymore

    Alle akhirnya diperbolehkan pulang, Jeremy dengan begitu perhatian membopong Alle untuk masuk ke mobilnya, memasangkan sabuk pengaman untuk Alle lalu berlari ke sisi kemudi dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit.“Jeremy, aku meminta Mommy dan Daddy datang, termasuk Axel, juga Mommy dan Daddy Earl. Kupikir … aku tidak ingin mengkhianati mereka dengan menyembunyikan ini lebih lama lagi. Aku juga ingin menceritakan tentang pernikahanku dari mulutku sendiri, bukan karena mereka yang mencari tau. Bagaimana pun, aku tidak ingin Mommy dan Daddy menyalahkan Earl sepenuhnya, padahal di sini aku juga menjadi antagonis yang memberi makan egoku karena rasa cintaku pada Earl.” Ucap Alle dengan air mata yang kembali menetes, mendengar itu membuat Jeremy langsung menggenggam tangan Alle.“Kapan mereka akan datang, Xa?” Tanya Jeremy membuat Alle tersenyum tipis, mungkin malam ini atau besok.Mereka tiba di rumah dan tepat sekali, Jeslyn, Kern, Axel, Jennie juga Edward sudah ada di depan rum

DMCA.com Protection Status