Share

Segi empat 2.

Penulis: KhunDK
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-07 12:42:49

Alyssa Maharani Kiehl melangkah masuk ke dalam kafe, ia berhenti sebentar sambil mencari sosok yang ingin ditemuinya, setelah melihat orang itu, langkah kakinya bergerak menuju sosok tersebut. Tentu saja kedatangan Alyssa menyita sebagian pandangan orang-orang yang sibuk menonton pertikaian, mereka bahkan seolah tak berkedip ketika menatap gadis itu.

Dia kemudian melambaikan tangan kiri sambil menyapa halus juga tersenyum. "Hai ...." Hal itu langsung mengejutkan sekaligus menghentikan perdebatan tiga orang manusia, tetapi, salah seorang yang paling terkejut secara refleks memekik heran.

"Elu ...?"

Alyssa hanya mengangguk juga tersenyum sambil tetap berjalan maju, baru setelah sampai di hadapan orang itu, dia berbicara sembari mengulurkan tangan kanan. "Mana?"

Owen menatap bingung gadis itu yang berbicara sok akrab dengannya, padahal mereka sama sekali belum saling mengenal, hanya pernah bertemu sekali secara tidak sengaja, apalagi sikap orang itu seolah sudah membuat janji bertemu dengan dirinya. Hingga tiba-tiba ekspresi wajah Owen berubah, diikuti bola mata melebar saat sebuah kalimat meluncur deras di kepalanya. Ia memandang perempuan itu dengan mimik muka aneh, sebelum bertanya guna memastikan dugaan.

"Apa kau yang memesan barang padaku?"

Alyssa mengangguk juga tersenyum sumringah, dia menahan gelak tawa tatkala melihat ekspresi lawan bicaranya. Sementara Amara dan Bintang hanya memandang bingung dua sosok yang sedang berbicara, situasi berubah menjadi aneh, bahkan Bintang sendiri sudah kehilangan keinginan untuk marah serta berdebat.

"Iya," jawab Alyssa.

Selepas mendengar jawaban, tangan Owen bergerak mengambil benda kotak yang tergeletak di atas meja dan menyerahkan pada pembelinya. "Ini." Barang tersebut diterima oleh Alyssa, langsung dimasukkan ke dalam tas tanpa diperiksa lebih dulu. Dia juga mengeluarkan uang tunai dari dalam tas untuk membayar.

"Terima kasih," ucapnya.

Owen menghitung uang itu terlebih dulu, lalu bola matanya bergerak memandang Alyssa sembari bertanya. "Apa ini?" Pasalnya, jumlah uang yang diterimanya bernilai dua kali lipat dari barang yang dijual.

"Hanya uang tips untukmu," sahut ringan perempuan itu. Dalam hati ia tersenyum mengejek karena sukses membalas penghinaan tempo hari, sebab sangat tahu bahwa tidak ada orang yang akan menolak uang, apalagi dalam jumlah banyak. Namun, raut mukanya berubah menjadi sangat terkejut ketika melihat laki-laki itu mengembalikan sebagian uangnya.

"Ini terlalu banyak," kata Owen sembari menyerahkan sebagian uang tersebut, tetapi perempuan itu tidak menerima pengembalian uang, hanya berdiri diam dengan sorot mata tajam tertuju ke arahnya.

"Apa kau menghinaku!" tanya Alyssa dengan suara sedikit keras juga kasar. Perempuan itu tak terima jika uang yang diberikan olehnya secara cuma-cuma ditolak, hal tersebut akan membuat aksi balas dendamnya menjadi sia-sia.

Owen meletakkan uang tersebut di meja, kemudian memandang Alyssa seraya berbicara. "Aku memang menyukai uang, tapi aku tidak mencintainya. Uang memang mampu membeli apapun yang ada di dunia, termasuk rasa cinta dan benci, tetapi aku bukan tipe orang yang akan melakukan apapun demi uang."

Alyssa mendengar jelas kalimat dari lawan bicaranya, tapi bukannya kesal, dirinya malah kagum, bahkan semua perasaan marah juga kesal di dalam hatinya sudah sirna. Ada sensasi aneh di dalam hatinya sekarang, sebuah sensasi menggelitik juga perasaan hangat. Ia pun memandang Owen secara intens, lalu menghela napas dan meminta maaf.

"Maafkan aku."

"Tidak apa-apa."

Alyssa kembali terkejut, sebab laki-laki itu dengan mudah memaafkan dirinya, tanpa kesal ataupun marah, padahal jelas-jelas tadi dirinya sudah mempermalukannya.

Amara yang melihat pembicaraan Owen dengan gadis itu pun ikut terkejut, tak menyangka ada orang yang menolak bayaran dua kali lipat. Ia memandang laki-laki itu dengan sorot mata kagum serta teduh, seperti sorot mata seseorang yang sedang jatuh cinta.

Owen tiba-tiba menoleh ke Amara sembari berkata. "Aku pergi dulu." Amara yang terkejut segera memalingkan wajah karena tersipu malu. Tak hanya berpamitan pada Amara, Owen juga menatap wajah pembelinya sambil berbasa-basi singkat. "Terima kasih sudah membeli barang dariku." Selanjutnya, angkat kaki dari lokasi.

Melihat Owen sudah meninggalkan kafe, Amara langsung pergi ke dapur untuk melanjutkan pekerjaan. Hal sama dilakukan oleh Alyssa, bedanya, dia tidak pergi ke dapur, melainkan keluar dari kafe karena urusannya sudah selesai. Sekarang, hanya Bintang yang masih mematung di tempat sambil diselimuti amarah.

#

Bintang pulang ke rumah dengan perasaan marah, rencananya kembali gagal dan malah mendapati mantan kekasihnya dekat dengan laki-laki lain. Jujur, masih ada rasa cinta di dalam hatinya untuk Amara, dan dirinya ingin memperbaiki kesalahan yang ada di masa lalu.

Sesampainya di rumah, pemuda itu segera keluar dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah, akan tetapi, langkahnya terhenti saat kedua bola matanya melihat seorang gadis cantik jelita duduk di teras rumahnya, seolah memang sedang menanti dirinya. Bintang menghampiri gadis tersebut serta bertanya setelah jarak diantara keduanya sudah dekat.

"Kenapa kau datang kemari?"

Perempuan itu bangkit dari kursi seraya tersenyum. "Tentu saja aku kangen kamu, Sayang," ucapnya sambil maju dan memeluk Bintang dari depan.

"Bukannya kamu selalu sibuk dengan pekerjaanmu sebagai model," timpal Bintang sembari melepaskan pelukan perempuan berwajah cantik, bertubuh langsing juga berpakaian seksi tersebut. Dia merasa risih akan sikap gadis itu, yang seakan menggoda serta memacu birahinya.

"Uuhh ... jangan ngambek Sayang," kata gadis itu yang merasa lucu melihat sikap Bintang, lalu mencoba mencium bibir laki-laki itu.

"Apaan sih!" Bintang menghindari ciuman tersebut, memilih membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Sementara perempuan tersebut hanya tersenyum kecil sebelum ikut masuk ke rumah.

#

Tiga Hari Kemudian.

Sudah tiga puluh menit Owen berdiri di depan cermin sambil bergonta-ganti pakaian, tetapi merasa kalau penampilannya belum rapi. Sebenarnya hal itu terjadi karena dirinya sedang gugup, pasalnya akan segera menjemput Amara untuk mengajaknya pergi. Ia berusaha untuk tampil sempurna, agar dapat membuat gadis tersebut jatuh hati padanya. Owen kemudian menghela napas, menenangkan detak jantung yang berdebar kencang sekalian memupuk rasa percaya dirinya. Selanjutnya, keluar dari rumah untuk menjemput sang gadis impian.

#

Di rumahnya, Amara duduk di ruang tamu menanti kedatangan Owen dengan jantung berdegup keras. Pasalnya, setelah sekian lama menjomblo, ini pertama kalinya dirinya pergi berkencan dengan lelaki yang dikenalnya dalam hitungan hari. Ia gugup, pikiran juga hatinya kacau, tapi, semua hal itu sirna saat telinganya mendengar bunyi bel rumahnya disertai teriakan seseorang.

"Permisi!"

Amara buru-buru bangun dari sofa, lantas bergegas keluar dari rumah untuk menemui orang itu. "Hai ...," ucapnya tatkala keluar dari rumah dan sedang membuka pintu pagar rumahnya.

"Haaii ... jugaaa," jawab Owen dengan sedikit tergagap, sorot matanya terkunci pada Amara, terpesona akan kecantikan gadis yang ada di depannya.

Amara hanya tersenyum kecil dan bertanya. "Kita mau ke mana?"

Suara lembut itu menyadarkan Owen, seketika bingung untuk memberi jawaban, karena sama sekali belum terpikirkan ide tentang tempat yang harus didatangi. Sedangkan Amara yang melihat Owen kebingungan segera menyampaikan gagasan.

"Gimana kalau kita ke taman aja?"

Owen memandang wajah Amara secara sekilas, lalu mengangguk setuju. "Boleh." Tepat setelah kalimat itu selesai, Amara langsung membonceng, membuat jantung pemuda tersebut berdebar kencang. Hal sama pun dirasakan oleh Amara, meski terlihat santai serta tenang, tetapi perasaan gugup sedang melandanya. Hingga tak berselang lama, dua lawan jenis itu sudah pergi menuju taman terdekat.

****

Bab terkait

  • Unperfect Story   Kencan.

    Owen dan Amara sudah sampai di taman, selepas memarkir sepeda motor, keduanya langsung berjalan-jalan menikmati suasana taman. Sama seperti ketika dalam perjalanan menuju taman, kali ini pun mereka lebih banyak diam daripada berbicara, ada perasaan malu juga gugup yang mencegah dua insan itu untuk saling mengobrol, hingga Owen memberanikan diri memulai percakapan. "Amara." Si empu nama menoleh cepat sembari bertanya. "Iya?" "Kamu udah lama kerja di kafe?" sambung Owen. "Hampir dua tahun lah," jawabnya. Owen hanya mengangguk mendengar penuturan Amara, jujur, dia bingung harus bertanya apa lagi, sebab perasaan gugup membuatnya ragu. Untung saja gadis itu yang ganti bertanya, sehingga keakraban keduanya mulai tercipta. "Kalau kamu udah lama jualan online?" "Ya lumayan," balasnya. "Sejak aku ...." Owen menghentikan kalimatnya, seolah ada yang sengaja dia rahasi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-13
  • Unperfect Story   Tamu Tak Diundang.

    Saat Amara dan Owen sampai di tempat parkir, tiba-tiba mereka didatangi oleh tiga orang pria yang berpenampilan garang. "Hei bagi duitnya!" ucap kasar satu dari tiga pria tersebut. Hal itu malah membuat Amara murka dan membalas tak kalah kasar."Kalian ini siapa?! Minta duit segala!"Ketiga pria itu saling berpandangan, lalu terkekeh bersama sebelum melecehkan Amara memakai kata-kata. "Gadis cantik jangan galak, sini main sama gue aja, nanti gue kasih yang enak-enak.""Hahahaha ...."Amara marah, tangan kanannya terangkat dan hendak menampar pria yang baru saja menghinanya, akan tetapi, keinginannya itu dihentikan oleh Owen. Ia menatap Owen penuh kebingungan, lalu bertanya. "Ada apa?"Owen hanya tersenyum kecil membalas perkataan Amara, lalu maju satu langkah dan berdiri di depan gadis itu sambil berkata. "Amara, pejamkan matamu sebentar, jangan buka matamu sebelum aku menyuruhmu." Anehnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • Unperfect Story   Tamu Tak Diundang 2.

    Bola mata Alyssa melebar memperhatikan setiap lekuk ruang tamu, sampai tatapan matanya terkunci pada bingkai foto keluarga, lalu beralih ke bingkai foto lainnya yang menunjukkan kedekatan Owen bersama dua temannya, anehnya, latar belakang foto tersebut nampak tidak lazim. Tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki mendekat, ia yang terkejut langsung kembali ke posisi duduk semula, bersikap normal seperti tamu pada umumnya. "Jadi apa tujuanmu datang kemari?" tanya Owen seketika kembali dari dapur dan meletakkan dua cangkir teh di atas meja. Mendengar pertanyaan itu Alyssa hanya tersenyum lembut, kemudian berdiri sembari mengulurkan tangan. "Kurasa kita harus berkenalan terlebih dulu," tuturnya halus. Owen mengerutkan kening sembari menatap aneh Alyssa, pasalnya gadis itu bersikap sopan, ramah juga lemah lembut, berbeda sekali ketika mereka berjumpa pertama kali. Tak lama kemudian, dia menyambut uluran tangan tersebut seraya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Unperfect Story   Pertarungan.

    Sebuah sepeda motor matic yang ditumpangi dua orang lawan jenis berhenti di depan pintu gerbang bangunan rumah. Dilihat dari ukuran pintu gerbang serta tembok yang mengelilingi bangunan tersebut, sudah dapat dihitung seberapa luas dan megahnya rumah yang ada di dalamnya. Ia sudah mengira kalau perempuan yang diboncengnya berasal dari keluarga kaya, tetapi tidak menyangka bahwa ternyata sangat kaya. Lalu, kepalanya menoleh ke belakang sembari berkata."Turunlah, kita sudah sampai."Gadis yang masih duduk santai membonceng di atas sepeda motor itu mengangguk pelan, bibirnya agak cemberut, mungkin karena akan berpisah dengan lelaki yang disukainya. "Iya," jawabnya setelah turun dari sepeda motor. Kemudian, menawarkan teman barunya itu untuk singgah sebentar di rumahnya, tapi ternyata tawarannya ditolak halus."Gak usah, aku langsung pulang saja. Lagi pula udah terlalu malam untuk bertamu." Selesai memberi penjelasan,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Unperfect Story   Pertarungan 2.

    Owen bangun dan meludah ke aspal sembari menatap tajam dua musuhnya serta memikirkan cara mengalahkan mereka. Dia memasang kuda-kuda, siap melanjutkan pertarungan, saat itulah salah seorang pria berlari ke arahnya, kemudian melakukan tendangan sambil memutar badan. Pemuda itu sedikit terkejut akan kecepatan musuh, segera menggunakan kedua lengannya untuk menahan serangan. Naas, tenaganya kalah kuat sehingga dirinya terpental mundur sebelum terjatuh.Ketika ia sedang terbaring tiba-tiba sebuah kaki hendak menginjak kuat dadanya. Owen langsung berguling untuk menghindar, lalu menendang kaki lawan guna merusak keseimbangan. Usahanya berhasil, pria itu terjatuh oleh serangannya, Owen segera memanfaatkan kesempatan memukul balik lawannya.Bugh!Bugh!Bugh!Keadaan berubah, Owen kini ganti meninju musuhnya tanpa memberikan jeda, sedangkan lawannya hanya sanggup m

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19
  • Unperfect Story   Pertarungan 3.

    Owen bangkit dengan napas hampir putus dan mulai membalas serangan, berbeda dari sebelumnya, kali ini sama sekali tidak menghindar dari setiap serangan yang terarah padanya. Imbasnya adalah luka pada wajah dan badannya bertambah. Sedangkan Bambang merasakan hal aneh, seperti menghadapi orang yang berbeda dari sebelumnya. "Sial! Bocah ini lumayan juga!" makinya dalam hati, kemudian mengayunkan tangan kanannya ke belakang dan siap memukul sekuat tenaga. "Mati kau bocah keparat!" Mendapati serangan kuat tertuju padanya, Owen melayangkan tinju lebih dulu ke pergelangan tangan lawannya sebelum bogem mentah itu mendarat ke wajahnya. Upaya tersebut berhasil, segera memanfaatkan momentum menyerang balik, meninju sekuat tenaga pelipis mata lawannya. Draaakk! Bambang terdorong mundur disertai pelipis mata kanan berdarah, dia tidak dapat melihat normal karena darah menutupi mata kanannya. Pria itu menden

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • Unperfect Story   Teror

    Owen berdiri di depan pintu gerbang sebuah rumah, ia lalu menekan bel yang ada di dekat gerbang sambil berteriak. "Keluarlah jika kamu bukan pengecut!" Tak berselang lama gerbang terbuka, diikuti langkah kaki dua pria berbadan besar serta berwajah garang yang muncul dari balik gerbang."Kalau bertamu itu yang sopan!" tegur salah seorang dari mereka. Sementara rekannya langsung menyuruh pergi. "Pergi sana! Sebelum kamu pulang dengan kondisi tubuh tak lengkap!"Sebenarnya, dua pria penjaga gerbang merasa heran akan pemuda yang ada di hadapannya, sebab laki-laki itu memiliki wajah yang penuh luka lebam serta bersikap menantang."Suruh majikan kalian keluar!" bentak Owen, raut muka dan sorot matanya terlihat penuh kemarahan."Maaf tapi kamu ...." Belum sempat kalimat itu selesai Owen sudah berusaha menerobos masuk, akan tetapi, gerakannya dengan mudah dihentikan."Maaf Mas, bisa sopan gak!" se

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Unperfect Story   Para Lelaki.

    Danu Prasetyo berniat mengantarkan pulang Amara setelah karyawati di kafenya itu meminta ijin pulang lebih awal, tapi sayang, tawaran darinya ditolak oleh perempuan tersebut dengan sebuah alasan klasik. Ia pun hanya berdeham sambil menghela napas setelah upayanya dekat dengan Amara kembali gagal. Bersama salah satu karyawati lain, dirinya mengantar gadis itu sampai di depan pintu kafe."Kau tidak apa-apa pulang sendiri?" tanya Maya sambil memandang lekat sahabatnya.Amara menggeleng lemah seraya berujar. "Aku baik-baik saja kok." Nada suaranya sangat pelan juga lemah."Lebih baik aku atau Maya antar kamu pulang," sambung Danu, selain merasa khawatir pada anak buahnya, dia ingin mencuri kesempatan."Enggak usah, Pak," tolaknya, "aku bisa pulang sendiri."****Sebuah sepeda motor matic berhenti di parkiran rainbow cafe, sang pengemudi berja

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30

Bab terbaru

  • Unperfect Story   Siasat.

    Bintang mengamuk ketika berada di rumah, melempar dan menghancurkan segala benda yang ada di ruang tamu. Pikiran pemuda itu tengah kacau, pasalnya semua rencana yang tersusun rapi kini berubah berantakan. "Biadab! Bajingan! Brengsek!' Dia terus mengumpat sambil menghancurkan ruang tamu. Selanjutnya, terduduk lemas seraya tangan meremas kepala, saat itulah bibirnya menyeringai lebar tatkala muncul ide di benaknya. "Benar ...," gumam Bintang, "aku harus membunuh orang itu agar berhasil mendapatkan Amara kembali." Disusul mengeluarkan handphone serta menelepon seseorang."Halo ....""Iya, ini siapa?""Gak perlu basa-basi, gue ada kerjaan buat lu," terang Bintang."Baik, bisa bertemu di mana untuk kesepakatan kontrak?""Besok malam di Diskotek Cemara."****13.10 WIB.

  • Unperfect Story   Deklarasi.

    22.45 WIB. Bambang duduk di pinggir jalan sambil merokok juga melepas penat bersama tiga rekannya. Pria berusia empat puluh empat tahun itu sedang dirundung bingung akibat gagal melaksanakan tugas dari Nicholas. Dia menghisap rokok dengan penuh khidmat, lalu mengembuskan asapnya sembari berharap mendapat pencerahan."Ketua," lirih salah satu rekan Bambang yang membuka suara. Si empu nama melirik ke sumber suara seraya bertanya. "Ada apa?""Apa orang-orang yang kita cari melarikan diri ke luar kota, ya?" sambung orang itu."Benar, mereka menghilang tanpa jejak sama sekali," tambah pria lainnya. Sedangkan Bambang hanya duduk merenung dengan merokok serta mendengarkan setiap pendapat dari rekan kerjanya. Ia tidak bisa membantah pendapat mereka, pasalnya hal tersebut mungkin benar, akan tetapi, dirinya memiliki pemikiran tersendiri."Ini sangat aneh dan tidak wajar."

  • Unperfect Story   Situasi Aneh 2.

    Raut muka Bintang dipenuhi keterkejutan diikuti iris mata melebar saat melihat kehadiran Nadia di depan rumah Owen. Laki-laki yang sedang berada di dalam mobil itu penasaran dengan kedatangan calon tunangannya. "Untuk apa Nadia ke sana?" tanyanya dalam hati. Ia lalu berusaha menghubungi lagi anak buahnya, tetapi hasilnya masih seperti sebelumnya.****Di dalam rumah, suasana menjadi sangat canggung, khususnya bagi Owen yang bingung menghadapi kedua tamunya. Di depannya, sudah tersedia dua makanan yang dibawa oleh Alyssa juga Amara, tapi, dirinya bingung harus mencicipi yang mana terlebih dulu. Pemuda berparas tampan itu mendesah kecil sambil memandang kedua tamunya secara bergantian."Ayo makan!" suruh Alyssa serta Amara secara serempak. Dua gadis berparas cantik itu bertukar pandang, sebelum kembali beralih menatap Owen.Di sisi lain, Owen menelan paksa ludahnya, merasa takut dan

  • Unperfect Story   Situasi Aneh.

    Bunyi ketukan pintu dari luar ruangan membuat Nicholas yang tengah sibuk bekerja secara terpaksa menatap ke asal suara. "Masuk," titahnya, diikuti pintu terbuka dan pria bernama Bambang melangkah ke dalam ruangan. "Siang, Bos," sapa lelaki bertubuh tegap juga kekar."Gimana hasil penyelidikan?" Nicholas segera bertanya ke inti masalah tanpa ingin berbasa-basi.Pria yang berdiri itu sedikit mengembuskan napas, diikuti perubahan raut muka yang terlihat kecewa. "Maaf, Bos," tuturnya, kemudian memberikan alasan. "Saya dan teman-teman sudah mencari orang-orang itu, tapi, kami sama sekali tidak menemukan jejak mereka. Seolah orang-orang tersebut tidak pernah ada.""Maksudmu?" Nicholas bertanya dengan satu alis terangkat naik. Ia bingung akan penjelasan dari anak buahnya."Kami sudah memeriksa CCTV di sekitar lokasi kecelakaan, anehnya, tidak ada satu pun CCTV yang merekam kejadian," tambah Bambang.

  • Unperfect Story   Para Gadis.

    21.30 WIB.Danu Prasetyo bergegas masuk ke dalam mobil dan melenggang pergi menuju ke suatu tempat. Lelaki berumur dua puluh lima tahun itu memacu mobilnya dengan kecepatan normal, pasalnya sedang tidak terburu-buru untuk sampai ke tempat tujuan. Dua puluh menit berselang, dirinya sudah berada di Diskotik Purnama, lantas selepas memarkir mobil, segera berjalan masuk ke dalam diskotik untuk bertemu seseorang. Ia mengedarkan pandangan, lalu mengulas senyum saat melihat seorang gadis sedang melambaikan tangan padanya, kemudian melangkah menuju ke tempat gadis itu berada."Hai," sapa Danu pada perempuan yang sedang duduk sambil meminum alkohol serta menikmati alunan musik."Duduklah," pintanya.Danu kemudian duduk, kepalanya bergerak ke kiri juga kanan sesuai alunan musik yang sedang bergema keras. Ia memanggil pelayan untuk memesan alkohol dan beberapa makanan ringan, sesudah itu mulai mengaj

  • Unperfect Story   Season 3: Perasaan.

    Amara duduk santai di ruang tamu, melepas lelah setelah hampir dua jam bersih-bersih rumah. Ia yang hari ini masih shift siang memilih menghabiskan waktu pagi dengan merapikan beberapa bagian sudut rumahnya yang terlihat kotor. Gadis itu tiba-tiba mengabaikan acara pada televisi saat mengingat pembicaraan dengan Alyssa tempo hari, jujur, dia tidak tahu maksud kawan barunya dengan berkata seperti itu, tetapi hal tersebut membuatnya resah."Aku menyukai Owen." Kalimat dari Alyssa itu seperti terukir pada benak Amara.Huft ....Gadis yang memilki senyum manis itu mengembuskan napas dan mencoba membuang pikiran tersebut, walau begitu, di lubuk hatinya terdapat ketakutan kalau Owen akan lebih memilih Alyssa dibanding dirinya. Tiba-tiba terdengar bunyi bel pada pintu rumah yang membuatnya tersadar dari lamunan, Amara segera beranjak dari bangku serta berjalan ke arah pintu."Pagi, Amar

  • Unperfect Story   Nadia & Owen.

    Nicholas Right Kiehl duduk di ruang kerja dengan resah sesudah mendengar hal buruk yang menimpa teman dari putrinya. Ayah satu orang anak itu takut kalau nanti Alyssa akan menuduh dirinya yang melakukan hal tersebut. Ia lalu mengembuskan napas secara berat, diiringi iris mata menatap bingkai foto keluarga yang ada di atas meja. "Sekarang, apa yang harus aku lakukan, Sayang?" Nicholas bermonolog dalam hati seraya berharap mendapat jawaban dari masalah yang akan datang, apalagi takut jika putri semata wayangnya akan terseret arus permasalahan berbahaya. Sekali lagi dirinya membuang napas berat, kemudian berteriak memanggil satu anak buahnya yang ada di luar ruangan. "Bambang!" Tanpa menunggu lama si empu nama berjalan masuk dengan tergesa-gesa serta mimik wajah ketakutan. "I ... iyyaaa, Bos," jawabnya gugup. "Cari tahu penyebab kecelakaan yang dialami Owen!" tegas pria yang tengah duduk gelisah. "Aku tidak ingin

  • Unperfect Story   Teman.

    "Amara!" panggil Alyssa sembari berjalan menghampiri. Sedangkan si empu nama berhenti melangkah seraya menoleh ke belakang. "Ada apa?" tanyanya.Gadis berambut sebahu itu tersenyum sejenak sambil memandang lekat-lekat wajah temannya. "Bisa kita bicara sebentar?" terang Alyssa. Diikuti gerakan kepala menoleh ke kanan juga kiri, memastikan tidak ada yang menguping pembicaraan.Amara mengerutkan kening sambil menatap bingung, merasa ada hal penting yang ingin dibicarakan temannya. "Ada apa?" sahut perempuan berambut panjang."Bisa kita bicara di tempat lain," imbuh Alyssa. Lalu, mengajak pergi ke tempat yang nyaman untuk mengobrol. Amara setuju dengan ajakan Alyssa, kemudian melangkah bersama menuju kantin rumah sakit.***Walau sedikit merasa bersalah karena membuat dua teman gadisnya marah, tapi pemuda itu merasa nyaman juga damai. Jujur, dia tertekan dengan kehadiran Amara

  • Unperfect Story   Rumah Sakit 2.

    Owen membuka mata dan melihat Alyysa tertidur di sampingnya dalam posisi duduk,tangan kanannya lalu bergerak menyentuh kepala gadis itu sambil berkata pelan. "Alyssa." Membuat si pemilik nama terkejut sekaligus terbangun, kemudian segera melayangkan pertanyaan dengan nada panik."Owen, bagian mana yang sakit? Aku panggil Dokter sekarang!""Jangan," lirih pemuda itu, "aku baik-baik saja." Ia berbohong, padahal merasakan sakit pada kaki kiri juga tulang rusuk sebelah kanan. Saat memandang paras Alyssa, melihat kedua mata temannya itu bengkak seperti habis menangis. Owen menghela napas panjang, lalu meminta temannya kembali duduk."Alyssa, duduklah."Gadis berwajah cantik itu menurut, kembali duduk tenang sembari menatap sedih. Bibirnya menyimpulkan senyum manis sebelum bertanya tentang kronologis kecelakaan. Sedangkan Owen membuang napas panjang serta memejamkan mata mencoba mengingat kecelakaan yang dialami

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status