Sepanjang perjalanan pulang, Caraline tak mampu menghadang senyum yang mendobrak bibir ranumnya. Lengkungan bulan sabit itu terangkai kokoh di paras cantiknya. Hatinya menghangat, meletup-letup laksana kembang api yang menghias langit gelap. Meski ia tak bicara apa pun setelah pergi, tetapi ia tak menyesal karena sudah mengikuti permintaan Diego.
Diego sempat mengirim pesan berisi ucapan terima kasih. Namun, Caraline tak berniat untuk membalas. Biar saja, pikirnya. Itu hukuman karena secara tiba-tiba mengajaknya berfoto.
Begitu sampai di kediaman, Caraline segera turun dari mobil. Ekor matanya mendapati Deric tengah berada di pinggir danau. Ketika manyadari bila pria itu mendekat, ia segera mempercepat langkah menuju rumah.
“Aku tidak akan membiarkan pria cacat itu menghancurkan kebahagianku malam ini,” ujar Caraline saat menaiki tangga. Ketika tiba di kamar, wanita itu segera melempar dirinya ke kasur.
Caraline terpejam beberapa waktu, menikm
Caraline tengah menyantap hidangan di meja makan seorang diri. Untuk sementara waktu, ia hanya fokus untuk menghabiskan kudapan. Garpu dan sendok saling beradu di atas piring. Akan tetapi, begitu melihat seorang maid berjalan menuju dapur, perhatiannya seketika teralih. Caraline dengan cepat bangkit, kemudian mengendap-endap ke luar rumah melalui jalan belakang.Caraline bersembunyi di salah satu semak saat maid tadi kembali masuk ke rumah. Wanita itu mengintip ke arah tempat tinggal Deric. Pria itu tampak mengambil sarapan, kemudian meluncur dengan kursi roda ke arah pinggiran danau.“Apa yang dilakukan pria cacat itu?” gumam Caraline sembari menyembulkan kepala dari semak-semak. “Apa dia akan membuang makanan itu?”Caraline berdecak sebal. “Dia harus mengganti rugi jika sampai berani melakukannya.”Caraline keluar dari persembunyian, lalu berjalan menuju arah danau. Pandangannya segera memindai sekel
Caraline tiba di kantor setengah jam kemudian. Wanita itu bergegas menuju elavator untuk sampai di ruangannya. Anehnya, ia merasa bila beberapa pegawai melirik ke arahnya. Tak hanya di lobi, bahkan beberapa penjaga keamanan pun demikian. Mereka seperti ingin berbicara sesuatu padanya, tetapi saat ia menatap balik, mereka dengan cepat justru mengalihkan pandangan ke arah lain. Caraline memasuki elavator bersamaan dengan sebuah pertanyan. “Apa yang sebenarnya orang-orang itu lihat dariku?” Caraline mengembus napas panjang. Wanita itu terpejam sembari mengelus dada beberapa kali. Ia sudah memulai hari ini dengan cukup buruk karena kejadian tadi pagi. Bertemu dengan ular sialan, terperangkap di pelukan Deric dalam posisi nyaris berciuman, kemudian terjatuh hingga menyebabkan lututnya sakit ketika berjalan. Untuk itu, ia tak ingin bila hal serupa terulang di kantor. Caraline bergegas keluar elevator begitu pintu terbuka. Wanita bersetelan blazer krem dan rok katun
Setelah menyantap makan siang, Caraline segera bergegas turun ke lobi dengan Helen yang mengikuti dari belakang. Begitu berada di luar gedung, ia melihat sebuah mobil sudah terparkir. Perjalanannya siang ini hanya akan ditemani oleh seorang sopir. Sebenarnya, Caraline memiliki fasilitas jet pribadi yang bisa digunakan untuk memangkas waktu, hanya saja ia tak begitu suka berada di ketinggian.Caraline bergegas memasuki mobil. Wanita itu menyimpan tas berisi pakaian tadi di kursi samping yang kosong.“Hati-hati di jalan, Nona,” ujar Helen sembari menutup pintu kendaraan.“Helen, laporkan semua kegiatan hari ini padaku nanti,” pinta Caraline sembari memasang sabuk pengaman.“Baik, Nona.” Helen setengah membungkuk, lantas melambaikan tangan begitu kendaraan mulai meninggalkan gedung Mimiline Group. “Apa ... mungkin Nona Caraline bermaksud bertemu dengan Tuan Diego?” terkanya, “lalu bagaimana dengan Tuan De
“Nona Caraline,” ujar Jeremy yang kemudian menutup kembali pintu mobil. Keterkejutan masih belum sirna dari paras pria berusia 30 tahunan itu. “Apa yang—”“Berhenti bicara dan segera ikuti mobilku,” sela Caraline. Wanita itu bergegas memasuki mobil yang terparkir tak jauh dari kendaraan tiga pria ini. Ia tak ingin ada seseorang yang mengetahui bahwa dirinya tengah berbincang dengan ketiga pria itu, terlebih media.“Apa yang terjadi?” James menggaruk rambut.“Sepertinya ini ada kaitannya dengan Deric,” sahut Jonathan.“Cepat ikuti wanita itu,” pinta Jeremy. Ia bergegas menuju kursi kemudi, yang kemudian diikuti oleh kedua adiknya. “Aku yakin wanita itu memiliki hal penting yang ingin dibicarakan.”Mobil langsung berjalan, membuntuti kendaraan Caraline. “Lalu bagaimana dengan rencana kita untuk menjual MiracleWatch itu?” tanya James den
“Aw!” pekik Caraline yang ikut terjatuh ke rerumputan. Ia bisa merasakan perih yang mulai menjalar di kaki.“Luka seperti itu tak akan membuatmu menyerah, kan?” Deric sedikit memajukan kursi roda, lalu menunduk untuk mengambil benda-benda yang berceceran dari kotak.“Jangan pernah sentuh barang-barangku!” Caraline menepis kasar tangan Deric. Wanita itu mengambil barang-barang yang berjatuhan, kemudian segera mengembalikan ke dalam kotak. Setelahnya, ia berusaha untuk berdiri. Sialnya, ia malah terjatuh kembali. Selain kaki, bokongnya ikut merasakan sakit saat ini.“Sepertinya kau melewati hari ini dengan cukup berat,” ujar Deric, “kau tidak datang ke kantor dengan ranting pohon dan dedaunan di rambut, kan?”“Lupakan hal itu!” ketus Caraline sembari memijat perlahan kakinya. “Itu semua gara-gara ular sialan itu! Lain kali aku akan meminta petugas untuk mengecek semua tempat di ke
Burung-burung tampak bercengkerama sembari mengepakkan sayap di atas langit. Dedaunan bergoyang beberapa kali karena sapaan angin, tak jarang yang harus terbang mengikuti kawanan burung. Cahaya mentari masih terasa hangat ketika beberapa kupu-kupu berlenggak-lenggok di antara bunga yang bermekaran.Di dalam kamar, Caraline masih tertidur. Dengkurannya terdengar halus, efek dari perjalanan sekaligus pencarian yang panjang kemarin. Wanita itu masih mengenakan pakaiannya semalam. Sepatu pun masih mengitari kaki.Tubuh Caraline menggeliat di atas ranjang. Begitu sepenuhnya sadar, matanya sontak terbuka dan tak lama kemudian langsung memosisikan diri untuk duduk. Pandangannya seketika memindai sekeliling. Cahaya mentari terlihat menyusup melalui celah tirai yang sedikit terbuka.“Apa yang ... astaga!” pekik Caraline tiba-tiba.“Nona, apa Anda baik-baik saja?” tanya seorang maid di luar kamar Caraline. Ada tiga orang asist
“Kau akan berangkat?” tanya Deric yang tiba-tiba berada di belakang Caraline.Langkah Caraline tiba-tiba terhenti. Wanita itu segera terpejam untuk mengontrol deru napas yang mendadak berubah cepat. Lewat ekor mata, ia bisa melihat jika Deric tengah memakai baju. Sialnya, ia menyaksikan peristiwa itu hingga dada bidangnya tertutup kasu. “A-aku tidak akan menjawab pertanyaan bodoh.”“Terima kasih untuk jawabannya.” Deric terkekeh.“Di-diam!” bentak Caraline, “dan ja-jangan membuatku ketakutan!”“Apa senyum dan suaraku begitu menyeramkan?” Deric tersenyum walau ia tahu kalau Caraline tak akan melihat hal itu, pasalnya wanita itu tengah memunggunginya. “Kau sering mengatakan kalau aku membuatmu ketakutan. Selain dari senyum dan suara tawaku, sisi bagian mana lagi dari diriku yang membuatmu takut?”“Se-segala hal yang ada pada dirimu adalah hal menyeramkan bagiku,
“Hai,” sapa Diego dengan seuntai senyum.Caraline buru-buru menutupi buku diari dan album foto dengan bantal kursi. Setelahnya, ia mengibas rambut beberapa kali untuk menghilangkan keterkejutan.“Kau seperti baru saja melihat hantu.” Diego terkekeh.“Bisakah kau memberiku waktu semenit? Ada hal yang harus kusiapkan lebih dahulu,” ujar Caraline.“Baiklah.” Diego menggangguk, kemudian meninggalkan ruangan.Ketika pintu sudah tertutup, Caraline dengan cepat mengambil buku-buku tadi, lantas memasukkannya ke tas yang ada di meja. Ia mengembus napas panjang, lalu berkata, “Kau sudah boleh masuk.”“Apa yang terjadi?” Diego berjalan ke dalam ruangan, kemudian mengambil tempat di sofa. “Apa ada hal yang mengganggumu?”“Tentu saja ada.” Caraline ikut duduk di sofa, berhadap-hadapan dengan Diego.“Apa?” Diego mencondongkan tubuh ke
Jeremy, Jonathan dan James tampak tegang saat mengikuti seorang pengawal menuju pinggiran taman. Deburan ombak menjadi musik pengiring degup jantung mereka yang menggila. Ketiganya mendadak terdiam ketika melihat Deric tengah memunggungi mereka di dekat pagar. Tak lama setelahnya, pengawal tadi memilih pamit. Untuk beberapa detik lamanya hanya ada keheningan yang meruang di antara keempat pria itu. Jeremy, Jonathan dan James saling melempar tatapan satu sama lain, bingung dengan tindakan apa yang akan mereka ambil saat ini. Haruskah mereka pamit? Deric perlahan berbalik, tersenyum menyambut ketiga saudara tirinya. Ia berjalan mendekat, tetapi Jeremy, Jonathan dan James sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka atau bahkan menoleh ke arahnya. “Aku sudah menunggu kedatangan kalian,” kata Deric. Jeremy, Jonathan dan James sama sekali belum menggubris pertanyaan Deric. Wajah mereka juga belum sepenuhnya terangkat. “Bukankah kau sangat merinduk
Enam bulan kemudian Kabar pernikahan Presiden Universe Corporation membuat satu negara menjadi heboh. Banyak para wanita yang memimpikannya menjadi pasangan tiba-tiba merasakan patah hati dan kesedihan mendalam. Tak sedikit yang menjadikan hari itu sebagai hari patah hati nasional.Desas-desus beredar bak jamur di musim hujan mengenai siapa wanita beruntung yang akan menjadi pasangan seorang Jacob Balderic. Setelah enam bulan lalu sosok Presiden Universe Corporation itu muncul di publik dan memperkenalkan dirinya, pria itu sama sekali tidak pernah muncul kembali di hadapan media. Namun, beritanya terus memenuhi lini berita dan tayangan televisi.Kemudian setelah seminggu kabar penikahan itu terdengar, media berhasil membongkar siapa wanita beruntung tersebut yang tak lain adalah Caraline. Banyak pihak yang setuju dengan hal itu, berpendapat jika kedua sangat cocok. Akan tetapi, tak sedikit yang justru mencibir dan merundung Caraline di
Hampir semua mata tertuju pada seorang pria tampan bermanik biru yang baru saja mengakui dirinya sebagai pemilik perusahaan nomor satu di negara ini. Suasana acara seketika sunyi senyap, begitupun dengan orang-orang yang melihat berita dari saluran televisi dan internet. Tak lama setelahnya, decak kagum penuh pujian bersahutan dengan tepuk tangan yang bergemuruh.“Astaga, Nona.” Helen yang terkejut tanpa sadar mengguncang tubuh Caraline. “Bukankah itu Tuan Deric? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Dia bisa berjalan dengan kedua kakinya dan saat ini dia berada di depan Nona.”Helen menoleh pada Caraline yang tengah menunduk dengan wajah diliputi senyuman. Saat menyadari sesuatu, Helen dengan cepat mengendalikan diri. Kini, ia tahu alasan di balik perubahan Caraline selama dua minggu ini.“Nona Caraline,” panggil Helen dengan senyum merekah. Meski ada retakan di hatinya, ia ikut berbahagia ketika melihat Caraline saat ini.
Seminggu berlalu setelah pertemuan Caraline dengan Deric di rooftop gedung. Namun, senyum bahagianya tak kunjung juga reda. Helen, Stevan serta seluruh maid dibuat tak mengerti akan sikap wanita itu. Jika beberapa bulan yang lalu Caraline dirundung kesedihan, maka selama seminggu terakhir, ia justru diliputi kebahagiaan.Caraline mengunjungi sebuah acara yang diselenggerakan oleh salah satu anak perusahaan Universe Coporation di sebuah taman luas. Banyak pejabat dan pengusaha terkenal ikut hadir dalam acara, termasuk Henry Hulbert.Caraline benar-benar tak bisa duduk dengan tenang ketika melihat Henry Hulbert tampil di atas panggung. Pandangannya seringkali tertuju ke sekeliling. Besar kemungkinan jika Deric juga berada di acara ini, pikirnya.Caraline sama sekali tidak menerima pesan apa pun dari Deric selama seminggu ini. Ia juga sengaja tidak menghubungi pria itu. Jika dahulu rindu sangat menyiksa, maka kerinduaan ini justru kian membesarkan rasa cin
Caraline dan Deric saling memandang satu sama lain selama beberapa waktu, ternggelam dalam perasaan masing-masing. Cahaya lampu di sekeliling rooftop tampak berganti warna seiring waktu berjalan.“Aku hanya takut jika kau tidak sadarkan diri lagi seperti waktu itu,” ujar Deric tiba-tiba.“Apa maksudmu?” tanya Caraline dengan pipi merona merah.“Kau tahu, kau tiba-tiba pingsan saat kita akan melakukan ... ‘itu’ di kamarmu.” Deric tertawa, mengelus lembut rambut Caraline.“Pingsan?” Caraline menaikkan satu alis. “Bukankah kita memang pernah melakukannya?”“Sama sekali tidak,” ungkap Deric, “kau sepertinya sangat gugup sampai kau tak sadarkan diri, terlebih selama tertidur kau tidak berhenti tersenyum.”Caraline tiba-tiba saja membelakangi Deric, menutup mata dengan wajah yang sudah sangat merah. Ia benar-benar malu ketika mendengarnya. Jadi
Sekujur tubuh Caraline kian bergetar ketika melihat sosok Deric tengah berdiri di depannya. Ponselnya sampai terjatuh saking tak bisa menahan keterkejutan. Untuk beberapa saat, ia hanya bisa menahan napas dengan tatapan tak berkedip.Caraline serasa ditimpa keterkejutan di atas keterkejutan. Ia memang sangat menginginkan Deric kembali berjalan, tetapi saat melihat hal itu secara langsung, Caraline justru hanya bisa tercenung tanpa bisa melakukan apa pun. Bibirnya setengah terbuka, tetapi dengan cepat kembali tertutup.Bukankah Deric tampak sempurna dengan penampilannya saat ini?Caraline mencubit lengan kirinya kuat-kuat. Ia merasakan sakit yang luar biasa di sana. Hal itu menandakan bahwa dirinya tengah berada di alam nyata. Meski demikian, Caraline masih merasa tersesat di alam mimpi. Deric yang selama ini ia anggap pria yang sudah kehilangan mimpi-mimpinya justru adalah sosok misterius yang selama ini orang-orang ingin ketahui. Deric tak lain adalah sosok pri
“Deric.”Untuk beberapa detik lamanya Caraline hanya bisa terdiam dengan mata membulat lebar. Mulutnya setengah terbuka dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Semua bayangan kebersamaannya dengan Deric seketika menyergap, membuat tubuhnya hampir saja ambruk di lantai. Tetesan air mata tanpa bisa dibendung kian membanjiri pipi.Caraline tahu bahwa dirinya sangat merindukan Deric lebih dari apa pun. Akan tetapi, ketika pria itu sudah berada di depannya saat ini, ia hanya bisa diam tanpa ada keinginan untuk mendekat atau bahkan memeluknya erat.Waktu terasa berhenti bagi Caraline. Semua pemandangan di sekelilingnya mendadak berubah menjadi hitam dan putih, kecuali Deric seorang. Di saat yang bersamaan, dunia menjadi menjadi sunyi senyap.Apa mungkin kerinduannya yang sangat besar pada Deric justru membawa pria itu kembali ke hadapannya?Apa mungkin ini semua khayalan?Apa mungkin saat ini ia berada di alam mimpi?Caraline mas
Dua bulan kemudian Acara pencarian bakat yang diselenggarakan salah satu anak perusahan Universe Corporation mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari masyarakat. Acara tersebut menduduki peringkat tertinggi selama beberapa minggu acara tersebut berlangsung. Puncaknya pada laga final yang ditayangkan kemarin malam. Para peserta menampilkan hiburan sekaligus penampilan yang sangat luar biasa. Acara tersebut bahkan sampai ditayangkan di beberapa negara tetangga. Antusiasme masyarakat dan warganet pada program tersebut sangat tinggi hingga pihak penyelenggaran berniat untuk kembali menyelenggarakan acara serupa dengan konsep segar dan baru. Sebagai bentuk apresiasi pencapaian dan keberhasilan, diadakan penjamuan makan mewah untuk seluruh mitra yang bergabung dalam program tersebut. Beberapa petinggi Universe Corporation ikut hadir di mana salah satunya adalah Henry Hulbert. Caraline nyatanya masih berada di dalam kama
Satu bulan berlalu dengan cepat. Caraline kembali menata hidupnya yang baru. Diego dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara untuk semua kejahatan yang sudah diperbuatnya. Meski tak sebanding, tetapi hal itu cukup membuat dirinya merasa lega. Di sisi lain, Wilson juga ikut terseret ke dalam jeruji besi. Meski keluarga Wattson berusaha untuk membebaskannya, tetapi pria itu tetap mendapat hukuman tiga tahun penjara.Kehidupan Caraline lmabat laun kembali ke sedia kala seperti sebelum mengenal Deric. Wanita itu disibukkan dengan pekerjaan kantor. Akan tetapi, kerinduan dan rasa cintanya pada pria itu justru kian tak dapat dibendung.Caraline memiliki kebiasan baru saat ini. Ketika dirinya sangat merindukan Deric, ia akan pergi ke bekas kediaman pria itu, lalu bermalam di sana. Caraline akan tersenyum saat melihat deretan foto yang terpampang di dinding dan tak lama setelahnya menangis.Pencarian Deric, Lucy dan Thomas masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun, be