Walau Helena sangat senang karena kabar menggembirakan yang diterima kemarin dari Wira dan Diandra, tapi pagi ini ia berusaha terlihat biasa saja saat berhadapan dengan Felix. Helena sudah menyusun rencana agar nanti Felix memberinya izin keluar kantor setelah jam makan siang usai. Nanti ia berniat mendatangi rumah sakit untuk membicarakan mengenai jadwal operasi yang akan dijalani Mayra.
“Fel,” Helena memanggil Felix yang telah menghabiskan sarapannya. “Fel, nanti usai jam makan siang aku boleh izin meninggalkan kantor sebentar?” tanyanya setelah Felix menatapnya dan memberikan isyarat untuk melanjutkan.
“Mau ke mana?” Felix mengernyit sekaligus menyipitkan matanya.
“Aku mau membawa adikku ke rumah sakit. Kemarin malam adikku demam,” Helena berdusta.
Dalam hati Helena berulang kali menggumamkan kata maaf, ia terpaksa membawa-bawa nama Mayra agar Felix memberinya izin, walau tujuan utamanya ke rumah sakit memang untuk kepentingan sang adik. Helena terpaksa ke
Waktu terasa sangat cepat berlalu. Tanpa disadari sudah tiga bulan operasi pencangkokkan ginjal yang dijalani Diandra dan Mayra terlewati. Walau saat itu cukup menegangkan, tapi prosesnya berjalan dengan lancar. Helena tidak sendiri, ada Wira, Sonya, dan Bi Mira yang selalu setia bersamanya saat menunggu berlangsungnya operasi. Bahkan, ketiganya sangat berperan aktif dalam menjaga sekaligus mendampingi Diandra dan Mayra sewaktu menjalani masa pemulihan.Meski merasa tanggung jawabnya diringankan oleh keberadaan ketiga orang tersebut, tapi tidak membuat Helena lepas tangan. Sebisa mungkin ia selalu menyempatkan diri agar berada di antara Diandra dan Mayra, tanpa melupakan kewajibannya terhadap Felix. Helena benar-benar dituntut pintar dalam membagi waktu yang dimilikinya, agar semua tanggung jawab dan kewajibannya bisa terpenuhi.Kini, baik Diandra maupun Mayra diharuskan rajin mendatangi rumah sakit untuk melakukan kontrol pascaoperasi cangkok ginjal yang mereka pernah l
Berhubung hari ini merupakan ulang tahunnya, nanti malam Felix akan membuat perayaan sederhana di kafe bersama beberapa sahabat dekatnya yang tadi telah dihubunginya. Walau perayaannya sangat sederhana, tapi demi kelancaran acaranya nanti malam, ia memutuskan untuk tidak mengikutsertakan Helena di dalamnya. Alasan utamanya tentu saja untuk menghindari berbagai macam ucapan miring yang akan dialamatkan kepada Helena oleh mulut sahabat-sahabatnya, terutama Hans. Ia sengaja tidak memberi tahu Helena mengenai hari ulang tahunnya. Sebagai gantinya, besok lusa ia berencana mengajak Helena menginap di hotel sekaligus makan malam romantis. Dengan kata lain, ia akan merayakan hari ulang tahunnya secara istimewa hanya berdua bersama Helena.“Masuk,” Felix memberi perintah kepada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya dari luar. “Len, nanti malam aku ada acara bersama teman-temanku, jadi kamu tidak perlu memasak untukku. Setelah jam kantor bubar, aku akan mengantarmu mengambil mobilmu
Tubuh Helena kaku. Kakinya pun terasa sangat sulit digerakkan, seolah sedang tertancap paku besar. Isakan pilu seseorang di sampingnya membuat telinganya berdegung nyeri. Cairan bening dari matanya tanpa diinstruksi menetes kian deras. Ia sangat berharap, yang saat ini dilihatnya hanyalah sebuah mimpi buruk dalam tidurnya. Laki-laki yang tanpa pamrih menolongnya kini tengah terbaring sambil memejamkan matanya sangat rapat di atas brankar dengan tubuh dipenuhi kabel. Dokter mengatakan Wira koma karena cedera berat pada kepalanya akibat benturan keras.“Dee, kita keluar ya,” ajak Helena lirih, mengingat kini Wira tengah menempati ruang ICU.Meski sangat berat, Diandra pun menurut. Ia membiarkan Helena menarik tubuhnya agar menjauh dari pinggir brankar tempat Wira terbaring.Di luar ruang ICU, Helena sangat terkejut saat melihat Sonya bersama salah seorang klien tetap di perusahaan tempatnya bekerja. Ternyata keterkejutan bukan hanya dirasakan olehnya semata, melainka
Semenjak pertemuannya dengan Felix kurang lebih dua bulan lalu, Priska menjadi lebih banyak melamun dan menangis. Bahkan, Priska lebih sering mengurung dirinya di dalam kamar jika sedang tidak bekerja. Bukan karena bertemu Felix membuat Priska menjadi seperti ini, melainkan serentetan kata-kata tajam yang dilontarkan oleh mulut laki-laki tersebut. Tindakannya tersebut berimbas pada kesehatannya yang kian menurun, tapi tetap disembunyikan dari keluarganya. Ternyata perubahan Priska memancing rasa penasaran dua orang wanita yang juga ikut tinggal bersamanya, terutama sang adik.“Lupakan saja Felix, yang penting kamu sudah menyampaikan niatmu untuk meminta maaf,” pinta Mariska yang baru saja memasuki kamar Priska. “Mending sekarang kamu cari laki-laki lain daripada terus meratapi masa lalu,” sarannya. “Pernah mencampakkan, pasti lama-lama akan dicampakkan juga,” batinnya menambahkan.Priska tidak menolak atau mengiyakan saran Mariska. U
Sisa akhir pekannya Felix habiskan di kediaman Narathama. Karena merasa bosan berada di apartemen seorang diri, jadi Felix memutuskan mendatangi rumah sahabatnya tersebut sebelum jam makan siang tiba. Selain ingin menumpang makan siang, ia juga butuh teman mengobrol. Kedatangannya di kediaman Narathama selalu disambut hangat orang-orang yang tinggal di sana, terutama oleh Allona selaku nyonya rumah.Saat ini Felix dan Hans sedang duduk sambil mengobrol di gazebo yang ada di samping kolam renang. Bahkan untuk menemani acara mengobrol mereka, Allona sengaja membawakan risoles dan minuman dingin. Di area sekitar kolam renang, termasuk gazebo merupakan tempat favorit Felix saat berkunjung ke kediaman Narathama. Tempatnya teduh sehingga sangat cocok dijadikan area bersantai dan melepaskan kepenatan.“Hans, berapa kamu memberikan uang kepada keluarga orang yang terlibat insiden kecelakaan denganmu?” tanya Felix iseng. Ia memang sudah mengetahui jika Hans dan keluarga korban ya
Helena terpaku mendengar Diandra mengutarakan rencananya tentang keadilan atas terenggutnya nyawa Wira secara tragis. Helena tidak pernah membayangkan bahwa Diandra mampu menyusun rencana yang tergolong nekat sekaligus penuh risiko tersebut. Jika Diandra benar-benar mengeksekusi rencananya itu, maka sahabatnya tersebut tidak hanya akan berurusan dengan Hans, melainkan hubungan persaudaraannya bersama Deanita dipastikan hancur. Yang lebih parah, Diandra akan semakin dibenci oleh keluarganya sendiri, terutama orang tuanya.Helena telah mengetahui mengenai alasan utama Diandra pergi dari rumah, tentu saja sahabatnya tersebut yang menceritakannya sendiri secara sukarela. Ternyata sahabatnya tersebut sejak kecil telah diperlakukan secara tidak adil oleh orang tuanya sendiri, terutama sang ibu. Bahkan, kehadiran sang sahabat cenderung tidak diperhitungkan di dalam rumah yang menjadi tempatnya berteduh dulu.“Dee, kamu juga harus memikirkan risikonya dengan matang,” Helena berk
Helena melihat dua buah member card saat mengambil cangkir kopi di atas coffee table. Batinnya bertanya-tanya apakah salah satu kartu itu merupakan miliknya yang diberikan oleh Zack, secara tadi laki-laki tersebut memintanya menghadiri acara pembukaan kelab malamnya. Dengan mengantongi member card ia akan diizinkan memasuki tempat yang dipenuh hiburan tersebut, terlebih kelab malam berkelas seperti milik Zack.“Member card itu bukan untukmu,” celetuk Felix yang baru saja keluar dari toilet di ruangannya. Laki-laki tersebut seolah mampu membaca apa yang tengah dipikirkan oleh Helena. “Itu milikku dan Hans,” jelasnya sambil menghampiri Helena.Helena mengangguk, tanda mengerti. “Memangnya kapan pembukaannya?” tanyanya ingin tahu.“Sabtu depan. Seperti perkataanku tadi, aku tidak akan mengajakmu ke sana,” Felix menjawab sekaligus menegaskan.“Aku juga tidak mau datang. Lebih baik aku tidur di rumah,” Helena membalasnya tak acuh.Felix tersenyum lebar mende
Setelah kemarin Helena memberitahukan mengenai acara pembukaan kelab malam yang akan didatangi oleh Hans dan Felix, Diandra pun mulai menjalankan rencananya. Ia akan mengunjungi temannya yang bekerja sebagai bartender di Dream Club untuk mencari informasi lebih lanjut.Dulu Diandra sering menyambangi tempat tersebut bersama Sonya untuk melepaskan penat. Bahkan, Diandra juga mengenal pemilik kelab malam tersebut, yang tidak lain adalah Zack Arsenio. Laki-laki kurang ajar yang pernah menawarinya untuk melakukan one night stand dengan iming-iming ia bebas menikmati minuman beralkohol sekaligus fasilitas eksklusif di kelab malam tersebut, tanpa perlu repot mengeluarkan uang seperser pun.“Berikan saja penawaranmu kepada perempuan-perempuan lain yang lebih membutuhkannya. Aku yakin mereka pasti dengan senang hati melakukan one night stand bersamamu, terlebih iming-imingmu yang sangat menggiurkan itu. Sampai saat ini uangku masih sangat cukup untuk membayar minuman yang aku ni
Pendingin yang menyala seolah tidak berfungsi karena tubuh dua orang di dalam kamar tetap basah oleh keringat. Sejak dibangun, kamarnya memang dirancang kedap suara agar aktivitas di dalamnya tidak terdengar dari luar. Felix masih bergerak aktif dalam meraih pelepasannya yang terakhir di malam ini, mengingat ia sudah berhasil membuat Helena mengerang nikmat sejak beberapa jam lalu. Dengan sekali sentakan kuat, cairan hangatnya kembali menyirami rahim Helena. Bersamaan dengan itu, Helena pun kembali berhasil mendapatkan pelepasannya yang entah sudah berapa kali. Ia berharap aktivitas panasnya bersama sang istri saat ini kembali berhasil memberikan seorang adik untuk Liam selain Evelyn, apalagi putrinya tersebut sudah berusia dua tahun.Felix menoleh ke arah Helena saat mereka berusaha menormalkan deru napasnya yang terengah-engah di puncak aktivitas panasnya. “Lagi?” tanyanya iseng.“Jika besok aku tidak bisa berjalan gara-gara meladenimu, kamu yang ha
Felix dan Helena sangat antusias menyambut kelahiran bayi mereka yang diprediksikan tiga minggu lagi. Berbagai macam keperluan untuk bayi pun sudah mereka siapkan bersama, malah Felix yang lebih bersemangat mengajak Helena berbelanja. Berhubung mereka belum mengetahui jenis kelamin bayinya, keduanya sepakat membeli segala keperluan yang berwarna netral agar bisa digunakan untuk anak laki-laki ataupun perempuan. Sebenarnya bukan karena sang bayi yang masih ingin menyembunyikan jenis kelaminnya dari orang tuanya, hanya saja mereka sengaja tidak menanyakannya kepada dokter. Asalkan anak mereka sehat dan nantinya lahir normal serta tanpa kekurangan apa pun, keduanya tidak terlalu mempermasalahkan jenis kelaminnya. Apalagi Felix sudah menyiapkan dua buah nama untuk anaknya tersebut.Berhubung rumah masa depannya bersama keluarga kecilnya sudah selesai dibangun, Felix dan Helena pun mengadakan syukuran sederhana. Untuk memeriahkan acaranya, mereka mengundang keluarga
Kerutan menghiasi kening Felix saat mendapati Helena melamun di atas ranjang setelah ia keluar dari kamar mandi. Sejak dalam perjalanan pulang tadi, Felix merasa Helena menjadi lebih pendiam. Awalnya ia menduga jika istrinya tersebut kelelahan karena ikut melayani para konsumen yang mendatangi salonnya. Namun setelah melihat sikap Helena kini, sepertinya dugaannya tersebut keliru.Felix bergegas menaiki ranjang, kemudian dengan cepat mengecup pipi Helena agar istrinya tersebut tersadar dari lamunannya. Tindakannya berhasil. Helena menoleh ke arahnya, sehingga kini mereka saling berhadapan.“Sedang memikirkan apa, hm? Dari tadi aku perhatikan kamu melamun,” Felix bertanya sambil mengusap pipi sekaligus menyelami sorot mata Helena.Helena tersenyum tipis sambil menikmati usapan lembut pada pipinya. “Tunggu sebentar ya,” pintanya sebelum menuruni ranjang. Setelah kakinya menyentuh lantai, ia berjalan
Walau Helena sudah resmi berstatus sebagai istrinya sejak tiga bulan lalu dan semua kebutuhan finansialnya kini telah menjadi tanggung jawabnya, tapi Felix tidak pernah melarang wanita tersebut untuk bekerja. Bukannya Felix keberatan atau tidak sanggup membiayai pengeluaran Helena, melainkan karena ia tahu bahwa istrinya tersebut mempunyai jiwa pekerja keras dan tidak suka berpangku tangan. Meski demikian, Felix tetap mengingatkan Helena agar tidak terlalu lelah dengan kegiatannya, mengingat saat ini mereka sedang merencanakan memiliki momongan. Felix sangat bersyukur karena Helena menyetujui idenya yang tidak ingin menunda memiliki anak.Felix sempat kecewa karena sepulangnya mereka dari berbulan madu, Helena tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Bahkan, setelah mereka tiga bulan menikah, benihnya di dalam rahim sang istri belum juga berhasil tumbuh dan berkembang. Meski kecewa, tapi Felix selalu bersikap biasa saja di hadapan Helena. Ia tidak ingin membuat Helena merasa
Hari bersejarah dalam hidup Helena dan Felix akhirnya terlewati secara bertahap sekaligus lancar. Usai melakukan pemberkatan tadi pagi di gereja sekaligus mengikrarkan janji suci yang disaksikan oleh keluarga dan para sahabatnya, kini mereka sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Acara tadi pagi diwarnai oleh tangis bahagia dan haru, mengingat yang mengantar Helena ke altar bukan ayahnya sendiri, melainkan Dennisꟷpapanya Diandra.Kini Helena mulai merasakan kakinya pegal karena ia berdiri terlalu lama, apalagi bobot tubuhnya ditopang oleh sepasanghigh heelsyang cukup tinggi. Walau tamu yang menghadiri acara resepsi pernikahannya cukup banyak, tapi ia tidak mengenal mereka semua karena orang-orang tersebut diundang oleh Felix dan mertuanya.Walau betisnya pegal dan mulai berdenyut nyeri, tapi Helena merasa lega karena pada akhirnya semua tahapan acara pernikahannya selesai tanpa hambatan apa pun. Kini ia dan Felix sudah berada di dalam kamar peng
Para karyawan di perusahaan Felix sangat terkejut sekaligus turut bahagia ketika mendapat undangan resepsi pernikahan dari sang atasan. Akan tetapi, keterkejutan kembali mereka rasakan saat melihat nama calon pengantin wanita yang akan bersanding nanti dengan sang atasan, terutama Wisnu. Laki-laki tersebut sangat tidak menyangka jika ternyata Felix akan menikah dengan salah satu rekan kerjanya dulu, yang juga merupakan mantan sekretaris sang atasan sendiri. Awalnya Wisnu menduga kedatangan Helena beberapa kali ke kantor Felix, karena wanita cantik tersebut masih menjalin hubungan baik dengan sang atasan, walau sudah tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan. Walau kini Helena akan menjadi istri sang atasan, tapi Wisnu tetap bahagia mendengar kabar tentang pernikahan mereka dan pasti datang pada acara resepsi tersebut.Keterkejutan Wisnu tidak berpengaruh pada Shinta, sebab ia sudah mengetahuinya terlebih dulu. Sejak pertemuannya yang tanpa disengaja dengan Helen
Helena menutup mulutnya saat tiba-tiba Felix berlutut di depannya sambil mengulurkan kotak kecil yang berisi sebuah cincin berwarna putih. Ia tidak menyangka jika malam ini Felix kembali menyatakan niatnya dan memintanya untuk mendampingi hidupnya selama napasnya berembus. Ia tidak bisa menghalau matanya yang mulai memanas, hingga akhirnya meneteskan cairan bening. Perasaan haru pun kini sudah menyesaki rongga dadanya. Saat ini untuk kedua kalinya ia melihat Felix berlutut di hadapannya. Jika dulu Felix berlutut karena semua kesalahan yang telah diperbuatnya dan memohon diberi kesempatan, tapi kini laki-laki tersebut memintanya agar bersedia menjadi pendamping hidupnya.“Len, aku sadar jika diriku bukanlah laki-laki sempurna yang pernah kamu kenal atau inginkan menjadi pendampingmu, tapi perasaan dan cintaku sungguh tulus padamu. Aku berjanji padamu akan selalu belajar memantaskan diri selama bersanding denganmu. Aku sangat berharap kamu bersedia menerima
Hubungan Felix dengan Lisa sudah membaik dan kembali seperti semula. Itu pun atas campur tangan Helena dalam memberikan penjelasan kepada sang calon kakak ipar. Felix juga sudah memberhentikan Mariska dua minggu setelah Lisa mengetahui bahwa dirinya mempekerjakan perempuan tersebut. Selain tidak mau membuat Lisa semakin marah dan membencinya atas keberadaan Mariska di kantornya, alasan lain yang mendukungnya karena wanita tersebut kembali berulah sekaligus mengabaikan tegurannya. Mariska kembali menggunakan pakaian kekurangan bahan dan ketat saat menginjakkan kaki di kantornya, sehingga lekukan tubuhnya terpampang jelas. Tentu saja tindakan wanita tersebut menimbulkan banyak desas-desus dan spekulasi negatif di antara para karyawan lainnya. Awalnya Felix ingin memberhentikan Mariska secara terhormat, tapi berhubung tingkah dan tindakan wanita tersebut seperti itu, maka ia pun tanpa basa-basi langsung memecatnya. Selain untuk mematahkan desas-desus dan spekulasi negatif yang sudah te
Dengan tidak bersemangat Felix menyesap jus jeruk yang dibuatkan Helena untuknya. Kini ia sedang berada di teras belakang rumah Helena dan mendudukihammockmilik wanita tersebut. Ia sudah menuruti saran Helena yang dikirimkan melalui pesan singkat siang tadi, dengan pura-pura tidak mengetahui keberadaan Lisa. Namun, saat datang tadi, ia melihat Lisa sedang mengajari Mayra di ruang keluarga. Ia pun pura-pura memasang ekspresi wajah terkejut saat bertatapan dengan sang kakak. Setelah Lisa melihat kedatangannya, kakaknya tersebut langsung mengajak Mayra ke kamar untuk melanjutkan acara belajarnya.“Sudah makan?” tanya Helena sambil menatap Felix yang wajahnya sangat kusut. Penampilan laki-laki tersebut saat ini lusuh, sangat berbeda dari biasanya.Felix mengalihkan tatapannya ke arah Helena, kemudian menggeleng pelan. “Tidak ada nafsu makan,” jawabnya lesu. “Aku pusing, Len,” adunya sambil