Sisa akhir pekannya Felix habiskan di kediaman Narathama. Karena merasa bosan berada di apartemen seorang diri, jadi Felix memutuskan mendatangi rumah sahabatnya tersebut sebelum jam makan siang tiba. Selain ingin menumpang makan siang, ia juga butuh teman mengobrol. Kedatangannya di kediaman Narathama selalu disambut hangat orang-orang yang tinggal di sana, terutama oleh Allona selaku nyonya rumah.
Saat ini Felix dan Hans sedang duduk sambil mengobrol di gazebo yang ada di samping kolam renang. Bahkan untuk menemani acara mengobrol mereka, Allona sengaja membawakan risoles dan minuman dingin. Di area sekitar kolam renang, termasuk gazebo merupakan tempat favorit Felix saat berkunjung ke kediaman Narathama. Tempatnya teduh sehingga sangat cocok dijadikan area bersantai dan melepaskan kepenatan.
“Hans, berapa kamu memberikan uang kepada keluarga orang yang terlibat insiden kecelakaan denganmu?” tanya Felix iseng. Ia memang sudah mengetahui jika Hans dan keluarga korban ya
Helena terpaku mendengar Diandra mengutarakan rencananya tentang keadilan atas terenggutnya nyawa Wira secara tragis. Helena tidak pernah membayangkan bahwa Diandra mampu menyusun rencana yang tergolong nekat sekaligus penuh risiko tersebut. Jika Diandra benar-benar mengeksekusi rencananya itu, maka sahabatnya tersebut tidak hanya akan berurusan dengan Hans, melainkan hubungan persaudaraannya bersama Deanita dipastikan hancur. Yang lebih parah, Diandra akan semakin dibenci oleh keluarganya sendiri, terutama orang tuanya.Helena telah mengetahui mengenai alasan utama Diandra pergi dari rumah, tentu saja sahabatnya tersebut yang menceritakannya sendiri secara sukarela. Ternyata sahabatnya tersebut sejak kecil telah diperlakukan secara tidak adil oleh orang tuanya sendiri, terutama sang ibu. Bahkan, kehadiran sang sahabat cenderung tidak diperhitungkan di dalam rumah yang menjadi tempatnya berteduh dulu.“Dee, kamu juga harus memikirkan risikonya dengan matang,” Helena berk
Helena melihat dua buah member card saat mengambil cangkir kopi di atas coffee table. Batinnya bertanya-tanya apakah salah satu kartu itu merupakan miliknya yang diberikan oleh Zack, secara tadi laki-laki tersebut memintanya menghadiri acara pembukaan kelab malamnya. Dengan mengantongi member card ia akan diizinkan memasuki tempat yang dipenuh hiburan tersebut, terlebih kelab malam berkelas seperti milik Zack.“Member card itu bukan untukmu,” celetuk Felix yang baru saja keluar dari toilet di ruangannya. Laki-laki tersebut seolah mampu membaca apa yang tengah dipikirkan oleh Helena. “Itu milikku dan Hans,” jelasnya sambil menghampiri Helena.Helena mengangguk, tanda mengerti. “Memangnya kapan pembukaannya?” tanyanya ingin tahu.“Sabtu depan. Seperti perkataanku tadi, aku tidak akan mengajakmu ke sana,” Felix menjawab sekaligus menegaskan.“Aku juga tidak mau datang. Lebih baik aku tidur di rumah,” Helena membalasnya tak acuh.Felix tersenyum lebar mende
Setelah kemarin Helena memberitahukan mengenai acara pembukaan kelab malam yang akan didatangi oleh Hans dan Felix, Diandra pun mulai menjalankan rencananya. Ia akan mengunjungi temannya yang bekerja sebagai bartender di Dream Club untuk mencari informasi lebih lanjut.Dulu Diandra sering menyambangi tempat tersebut bersama Sonya untuk melepaskan penat. Bahkan, Diandra juga mengenal pemilik kelab malam tersebut, yang tidak lain adalah Zack Arsenio. Laki-laki kurang ajar yang pernah menawarinya untuk melakukan one night stand dengan iming-iming ia bebas menikmati minuman beralkohol sekaligus fasilitas eksklusif di kelab malam tersebut, tanpa perlu repot mengeluarkan uang seperser pun.“Berikan saja penawaranmu kepada perempuan-perempuan lain yang lebih membutuhkannya. Aku yakin mereka pasti dengan senang hati melakukan one night stand bersamamu, terlebih iming-imingmu yang sangat menggiurkan itu. Sampai saat ini uangku masih sangat cukup untuk membayar minuman yang aku ni
Meski sudah mengetahui sekaligus mendengar dengan jelas perkataan Felix di belakangnya bersama Hans, tapi Helena tetap bersikap dan beraktivitas seperti biasanya, baik di apartemen laki-laki tersebut maupun di kantor. Seperti sekarang ia sedang menemani Felix rapat bersama pihak YD Furniture yang diwakili oleh Deanita. Tugasnya hanya menjadi pendengar sekaligus mencatat hal-hal penting yang dibicarakan serta disetujui oleh Felix dan Deanita dalam kesepakatan kerja sama mereka.“Setelah ini kamu ada janji, Fel?” Deanita bertanya setelah menyudahi pembicaraannya tentang urusan pekerjaan.Felix menjawabnya dengan gelengan kepala setelah memeriksa layar ponselnya. “Kenapa, Dea?” tanyanya balik sambil menatap wajah kekasih sahabatnya.“Kalau tidak keberatan, kamu mau ikut makan siang bersama kami?” tanya Deanita sambil melirik Helena yang masih sibuk merapikan barang bawaannya di atas meja.“Dengan Hans juga?” Fe
Setelah dua hari lalu Felix membentak sekaligus mengusir Helena dari apartemennya, kini interaksi keduanya sangat dingin. Felix lebih banyak mengabaikan semua pemberitahuan yang Helena sampaikan, walau hal tersebut menyangkut urusan pekerjaan sekali pun. Felix juga tidak pernah menanggapi saat Helena mengutarakan permintaan maafnya. Walau ia mengabaikan Helena, wanita tersebut tetap mendatangi apartemennya untuk melakukan tugasnya, yaitu menyiapkan sarapan dan makan malam.Usai menyetujui desain-desain yang dibuat oleh Wisnu untuk beberapa kliennya, Felix langsung menghubungi karyawan tersebut melalui interkom agar segera ke ruangannya. Biasanya Helena yang menjadi perantara, tapi berhubung kemarahannya terhadap sekretarisnya tersebut belum mereda, maka ia putuskan untuk turun tangan sendiri.Sambil menunggu kedatangan Wisnu, Felix mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja kerjanya. Ia membuka nomor yang diblokirnya, kemudian menghubunginya. Bukannya tunduk pada s
Saat berada di rumah, sedikit pun Helena tidak memperlihatkan kesedihannya atas hinaan yang diterimanya dari Felix kepada anggota keluarganya, terutama di hadapan Diandra. Helena hanya memperlihatkan sikapnya sebiasa mungkin, seolah tidak ada sesuatu yang menguras pikirannya atau mengimpit rongga dadanya.Sikap biasa Helena berhasil mengelabui Bi Mira dan Mayra, tapi tidak dengan Diandra. Sahabatnya tersebut berhasil mengendus gerak-geriknya dan menaruh curiga padanya. Sekeras apa pun usahanya dalam bersikap sebiasa mungkin ketika berada di rumah, tetap saja mampu mengundang rasa kecurigaan Diandra.“Terima kasih,” ucap Helena saat Diandra memberinya mangkuk berisi salad buah. Saat ini mereka sedang bersantai di teras belakang rumah setelah usai makan malam.“Beberapa hari ini kamu selalu sarapan dan makan malam bersama kami, apakah kalian sedang ada masalah?” Walau terdengar lancang, tapi Diandra memberanikan diri untuk bertanya.Helena yang tengah duduk sam
Sesuai rencananya, Helena dan Diandra telah memesan satu kamar untuk mereka tempati berdua malam ini. Mereka sengaja memesan kamar dengan dua ranjang, agar bisa lebih leluasa saat tidur nanti. Sesampainya di dalam kamar, Helena bergegas menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.Helena menatap penampilannya yang dipantulkan oleh cermin besar di hadapannya. Helena sangat berharap Felix tidak mengacaukan rencana yang telah matang-matang ia susun bersama Diandra. Spontan ia meraba dadanya yang berdenyut nyeri saat benaknya mengingat nama dan sosok Felix. Hinaan dan kata-kata merendahkan yang terlontar dari mulut laki-laki tersebut sangat membekas di hatinya. Ia menghela napas sebelum keluar dari kamar mandi.“Aku sudah selesai, Dee.” Helena terkejut saat melihat Diandra ternyata sudah berganti pakaian juga.“Aku berganti pakaian di sini.” Diandra menyengir saat menyadari keterkejutan Helena. “Dress-nya melekat sempurna di tubuhmu, Len,” Diandra mengomentari penamp
Usai melucuti pakaian Hans, Diandra dengan sengaja mengaturnya agar berserakan di pinggir ranjang dan lantai. Diandra menatap datar tubuh laki-laki di hadapannya yang kini hanya mengenakan brief boxer tersebut. Walau Hans merupakan calon kakak iparnya sendiri sekaligus akan menjadi bagian dari keluarga Sinatra, hal tersebut tetap tidak membuat Diandra mengurungkan niatnya untuk balas dendam. Diandra juga telah meletakkan kamera di sudut kamar dan mengarahkannya ke ranjang, untuk merekam kegiatan sekaligus adegan yang nanti akan dilakukan oleh Bella.“Aku terpaksa melakukan ini, Kak. Aku tidak bisa melihat orang yang telah menabrakmu dan membuatmu meregang nyawa bebas berkeliaran sekaligus hidup bahagia tanpa merasa bersalah sedikit pun. Walau pelakunya sebentar lagi akan menjadi kakak iparku, aku tidak peduli,” batin Diandra berkata.Helena yang sejak tadi berdiri di samping Diandra, diam-diam memerhatikan ekspresi wajah sahabatnya tersebut. “Son, andai kamu menolak perd
Pendingin yang menyala seolah tidak berfungsi karena tubuh dua orang di dalam kamar tetap basah oleh keringat. Sejak dibangun, kamarnya memang dirancang kedap suara agar aktivitas di dalamnya tidak terdengar dari luar. Felix masih bergerak aktif dalam meraih pelepasannya yang terakhir di malam ini, mengingat ia sudah berhasil membuat Helena mengerang nikmat sejak beberapa jam lalu. Dengan sekali sentakan kuat, cairan hangatnya kembali menyirami rahim Helena. Bersamaan dengan itu, Helena pun kembali berhasil mendapatkan pelepasannya yang entah sudah berapa kali. Ia berharap aktivitas panasnya bersama sang istri saat ini kembali berhasil memberikan seorang adik untuk Liam selain Evelyn, apalagi putrinya tersebut sudah berusia dua tahun.Felix menoleh ke arah Helena saat mereka berusaha menormalkan deru napasnya yang terengah-engah di puncak aktivitas panasnya. “Lagi?” tanyanya iseng.“Jika besok aku tidak bisa berjalan gara-gara meladenimu, kamu yang ha
Felix dan Helena sangat antusias menyambut kelahiran bayi mereka yang diprediksikan tiga minggu lagi. Berbagai macam keperluan untuk bayi pun sudah mereka siapkan bersama, malah Felix yang lebih bersemangat mengajak Helena berbelanja. Berhubung mereka belum mengetahui jenis kelamin bayinya, keduanya sepakat membeli segala keperluan yang berwarna netral agar bisa digunakan untuk anak laki-laki ataupun perempuan. Sebenarnya bukan karena sang bayi yang masih ingin menyembunyikan jenis kelaminnya dari orang tuanya, hanya saja mereka sengaja tidak menanyakannya kepada dokter. Asalkan anak mereka sehat dan nantinya lahir normal serta tanpa kekurangan apa pun, keduanya tidak terlalu mempermasalahkan jenis kelaminnya. Apalagi Felix sudah menyiapkan dua buah nama untuk anaknya tersebut.Berhubung rumah masa depannya bersama keluarga kecilnya sudah selesai dibangun, Felix dan Helena pun mengadakan syukuran sederhana. Untuk memeriahkan acaranya, mereka mengundang keluarga
Kerutan menghiasi kening Felix saat mendapati Helena melamun di atas ranjang setelah ia keluar dari kamar mandi. Sejak dalam perjalanan pulang tadi, Felix merasa Helena menjadi lebih pendiam. Awalnya ia menduga jika istrinya tersebut kelelahan karena ikut melayani para konsumen yang mendatangi salonnya. Namun setelah melihat sikap Helena kini, sepertinya dugaannya tersebut keliru.Felix bergegas menaiki ranjang, kemudian dengan cepat mengecup pipi Helena agar istrinya tersebut tersadar dari lamunannya. Tindakannya berhasil. Helena menoleh ke arahnya, sehingga kini mereka saling berhadapan.“Sedang memikirkan apa, hm? Dari tadi aku perhatikan kamu melamun,” Felix bertanya sambil mengusap pipi sekaligus menyelami sorot mata Helena.Helena tersenyum tipis sambil menikmati usapan lembut pada pipinya. “Tunggu sebentar ya,” pintanya sebelum menuruni ranjang. Setelah kakinya menyentuh lantai, ia berjalan
Walau Helena sudah resmi berstatus sebagai istrinya sejak tiga bulan lalu dan semua kebutuhan finansialnya kini telah menjadi tanggung jawabnya, tapi Felix tidak pernah melarang wanita tersebut untuk bekerja. Bukannya Felix keberatan atau tidak sanggup membiayai pengeluaran Helena, melainkan karena ia tahu bahwa istrinya tersebut mempunyai jiwa pekerja keras dan tidak suka berpangku tangan. Meski demikian, Felix tetap mengingatkan Helena agar tidak terlalu lelah dengan kegiatannya, mengingat saat ini mereka sedang merencanakan memiliki momongan. Felix sangat bersyukur karena Helena menyetujui idenya yang tidak ingin menunda memiliki anak.Felix sempat kecewa karena sepulangnya mereka dari berbulan madu, Helena tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Bahkan, setelah mereka tiga bulan menikah, benihnya di dalam rahim sang istri belum juga berhasil tumbuh dan berkembang. Meski kecewa, tapi Felix selalu bersikap biasa saja di hadapan Helena. Ia tidak ingin membuat Helena merasa
Hari bersejarah dalam hidup Helena dan Felix akhirnya terlewati secara bertahap sekaligus lancar. Usai melakukan pemberkatan tadi pagi di gereja sekaligus mengikrarkan janji suci yang disaksikan oleh keluarga dan para sahabatnya, kini mereka sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Acara tadi pagi diwarnai oleh tangis bahagia dan haru, mengingat yang mengantar Helena ke altar bukan ayahnya sendiri, melainkan Dennisꟷpapanya Diandra.Kini Helena mulai merasakan kakinya pegal karena ia berdiri terlalu lama, apalagi bobot tubuhnya ditopang oleh sepasanghigh heelsyang cukup tinggi. Walau tamu yang menghadiri acara resepsi pernikahannya cukup banyak, tapi ia tidak mengenal mereka semua karena orang-orang tersebut diundang oleh Felix dan mertuanya.Walau betisnya pegal dan mulai berdenyut nyeri, tapi Helena merasa lega karena pada akhirnya semua tahapan acara pernikahannya selesai tanpa hambatan apa pun. Kini ia dan Felix sudah berada di dalam kamar peng
Para karyawan di perusahaan Felix sangat terkejut sekaligus turut bahagia ketika mendapat undangan resepsi pernikahan dari sang atasan. Akan tetapi, keterkejutan kembali mereka rasakan saat melihat nama calon pengantin wanita yang akan bersanding nanti dengan sang atasan, terutama Wisnu. Laki-laki tersebut sangat tidak menyangka jika ternyata Felix akan menikah dengan salah satu rekan kerjanya dulu, yang juga merupakan mantan sekretaris sang atasan sendiri. Awalnya Wisnu menduga kedatangan Helena beberapa kali ke kantor Felix, karena wanita cantik tersebut masih menjalin hubungan baik dengan sang atasan, walau sudah tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan. Walau kini Helena akan menjadi istri sang atasan, tapi Wisnu tetap bahagia mendengar kabar tentang pernikahan mereka dan pasti datang pada acara resepsi tersebut.Keterkejutan Wisnu tidak berpengaruh pada Shinta, sebab ia sudah mengetahuinya terlebih dulu. Sejak pertemuannya yang tanpa disengaja dengan Helen
Helena menutup mulutnya saat tiba-tiba Felix berlutut di depannya sambil mengulurkan kotak kecil yang berisi sebuah cincin berwarna putih. Ia tidak menyangka jika malam ini Felix kembali menyatakan niatnya dan memintanya untuk mendampingi hidupnya selama napasnya berembus. Ia tidak bisa menghalau matanya yang mulai memanas, hingga akhirnya meneteskan cairan bening. Perasaan haru pun kini sudah menyesaki rongga dadanya. Saat ini untuk kedua kalinya ia melihat Felix berlutut di hadapannya. Jika dulu Felix berlutut karena semua kesalahan yang telah diperbuatnya dan memohon diberi kesempatan, tapi kini laki-laki tersebut memintanya agar bersedia menjadi pendamping hidupnya.“Len, aku sadar jika diriku bukanlah laki-laki sempurna yang pernah kamu kenal atau inginkan menjadi pendampingmu, tapi perasaan dan cintaku sungguh tulus padamu. Aku berjanji padamu akan selalu belajar memantaskan diri selama bersanding denganmu. Aku sangat berharap kamu bersedia menerima
Hubungan Felix dengan Lisa sudah membaik dan kembali seperti semula. Itu pun atas campur tangan Helena dalam memberikan penjelasan kepada sang calon kakak ipar. Felix juga sudah memberhentikan Mariska dua minggu setelah Lisa mengetahui bahwa dirinya mempekerjakan perempuan tersebut. Selain tidak mau membuat Lisa semakin marah dan membencinya atas keberadaan Mariska di kantornya, alasan lain yang mendukungnya karena wanita tersebut kembali berulah sekaligus mengabaikan tegurannya. Mariska kembali menggunakan pakaian kekurangan bahan dan ketat saat menginjakkan kaki di kantornya, sehingga lekukan tubuhnya terpampang jelas. Tentu saja tindakan wanita tersebut menimbulkan banyak desas-desus dan spekulasi negatif di antara para karyawan lainnya. Awalnya Felix ingin memberhentikan Mariska secara terhormat, tapi berhubung tingkah dan tindakan wanita tersebut seperti itu, maka ia pun tanpa basa-basi langsung memecatnya. Selain untuk mematahkan desas-desus dan spekulasi negatif yang sudah te
Dengan tidak bersemangat Felix menyesap jus jeruk yang dibuatkan Helena untuknya. Kini ia sedang berada di teras belakang rumah Helena dan mendudukihammockmilik wanita tersebut. Ia sudah menuruti saran Helena yang dikirimkan melalui pesan singkat siang tadi, dengan pura-pura tidak mengetahui keberadaan Lisa. Namun, saat datang tadi, ia melihat Lisa sedang mengajari Mayra di ruang keluarga. Ia pun pura-pura memasang ekspresi wajah terkejut saat bertatapan dengan sang kakak. Setelah Lisa melihat kedatangannya, kakaknya tersebut langsung mengajak Mayra ke kamar untuk melanjutkan acara belajarnya.“Sudah makan?” tanya Helena sambil menatap Felix yang wajahnya sangat kusut. Penampilan laki-laki tersebut saat ini lusuh, sangat berbeda dari biasanya.Felix mengalihkan tatapannya ke arah Helena, kemudian menggeleng pelan. “Tidak ada nafsu makan,” jawabnya lesu. “Aku pusing, Len,” adunya sambil