Mirela mulai menjalani aktivitas kesehariannya dengan penuh rasa bosan karena jadwal yang terus saja berulang itu dan itu lagi, sama sekali tidak ada perubahan. Dia menghela napas saat bangun pagi hari, lalu duduk di tepi tempat tidur dengan wajah murung. Dulu ketika bekerja di kantor yang sama dengan Rengga, Mirela tidak pernah merasakan kebosanan seperti yang saat ini melandanya. "Apa yang harus Aku lakukan?" keluhnya resah. Mirela tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana menghadapi kejenuhan ini, rasanya dia ingin pergi jauh, sejauh-jauhnya atau berkeliling dunia untuk sekedar menghibur hatinya yang masih juga tidak bisa melupakan Rengga. Walaupun di depan kakak dan sahabatnya dia bersikap seolah sudah bisa melupakan Rengga dan terlihat baik-baik saja namun, sebenarnya dibalik semua sikapnya itu, dia seperti memelihara api di dalam sekam yang sewaktu-waktu dapat membuatnya sumpek dan akhirnya akan meledak. 'Apakah untuk bisa melupakannya Aku harus mencari cinta yang baru?' piki
"Aku minta maaf tapi rasanya Aku tidak mungkin dapat menggantikan Kamu ke acara tersebut karena Aku pasti akan merasa canggung dan tidak enak. Lagi pula apa yang harus Aku lakukan di sana? Di tengah pengusaha lainnya?" tanya Mirela bingung. "Kamu hanya tinggal datang saja dan mendengarkan lalu mencatat apa yang penting dalam pertemuan itu lalu memberikannya kepadaku," jawab Veny cepat. Mirela terdiam, kelihatannya mudah, tapi apakah benar semudah itu? Dia sering mendengar dari kakaknya, Pras di dalam pertemuan itu kadang ada juga tarik menarik kepentingan. Akan ada saja pengusaha kecil menengah yang datang menghampiri dan mengajak kolaborasi, lalu apa yang harus dia lakukan kalau hal itu sampai di hadapannya saat dia mewakili Veny. "Please?" kata Veny lagi dengan memohon. "Baiklah, tapi apa yg harus Aku lakukan kalau ada pengusaha yang mendekati untuk urusan kolaborasi?" tanya Mirela pada akhirnya. Dia sebenarnya merasa berat untuk memenuhi keinginan sahabatnya itu namun, rasa
Sedangkan Mirela, dia sudah lama menjalin hubungan dengan Rengga, hingga memutuskan untuk bertunangan. Jika pertunangan itu tidak gagal, mungkin saat ini Mirela dan Rengga sudah menjadi pasangan suami istri. Veny menghela napas, urusan jodoh walau katanya bisa diusahakan tetap saja semua tergantung pada Yang Maha Kuasa, kalau bukan jodohnya selalu saja ada jalan untuk perpisahan. "Apakah terlalu sulit bagi Kamu untuk mengalihkan hati?" tanya Veny kepada Mirela. Mirela terdiam, dia menatap ke luar jendela dan menghela napas. Sampai detik ini juga dirinya tidak tahu mengapa sulit sekali baginya untuk melupakan Rengga dan menghilangkan pria itu dari hati serta pikirannya. "Entahlah ... Ketika kita sudah merasa yakin akan bisa menggenggam sesuatu kemudian sesuatu itu terlepas dari genggaman dengan cara yang tidak pernah kita duga sebelumnya, itu benar-benar membuat mental kita menjadi down dan rasa patah semangat itu juga sangat sulit untuk dihindari," ujar Mirela sendu. "I see." "A
Mirela menghela napas mendengar pertanyaan Veny, dalam hati dia mengeluh, semua ini gara-gara Pras, wajar kalau Veny merasa curiga. Bagaimana tidak? Mereka sudah beberapa kali bertemu di acara pertemuan himpunan pengusaha yang diadakan setiap dua tahun sekali tapi mengapa kakaknya itu tidak pernah mengambil kesempatan untuk mendekati Veny dan malah meminta Mirela sebagai perantara seperti saat ini. Jadi wajar saja kalau hal itu sangat mencurigakan bagi Veny. "Aku juga sama kagetnya dengan Kamu ketika Dia meminta Aku untuk menjadi perantara antara Kamu dan Dia," kata Mirela sambil mencebikkan bibirnya. " ... " "Aku sama sekali tidak nyangka kalau selama ini ternyata Dia naksir Kamu, pantas saja saat kedua orangtuaku ingin mengenalkan anak relasi mereka, kakakku itu selalu menolak dengan berbagai macam alasan, ternyata Dia sudah lama mengincar Kamu," kata Mirela lagi. "Aku tersanjung tapi Aku nggak yakin kalau kakakmu dapat melewati ajudan ayahku," kata Veny terus terang. "Maksud K
Mirela menghubungi kakaknya Pras setelah selesai berbicara dengan sahabatnya Veny dan mengatakan apa yang dikatakan sahabatnya itu terkait salam yang Pras titipkan kepadanya."Hmmm...jadi artinya itu masih ada kesempatan buat aku," tanya Pras santai.Pemuda itu benar-benar merasa relaks saat mendengar informasi yang telah disampaikan adik perempuannya itu. Tadinya dia sempat khawatir kalau Veny telah memiliki pria idaman lain di hatinya, karena sikapnya yang sangat cuek selama ini."Yups, tapi kakak harus cepat bergerak agar tidak terlambat, sebab aku mencurigai sepertinya ajudannya itu juga menaruh hati kepada Veny," ungkap Mirela jujur."......."Pras mengerutkan keningnya mendengar informasi yang satu ini, dia mulai mengingat sosok pria tampan dan tegap khas militer yang selalu mendampingi Veny kemanapun gadis itu pergi."Dan sementara ini ak
Bab 22 Mirela memesan tiket pesawat untuk tempat yang akan dia kunjungi saat liburan, gadis itu memilih untuk berlibur ke India, padahal banyak tempat lain yang lebih bagus untuk dikunjungi namun, gadis itu lebih memilih India sebagai tempat yang akan dia kunjungi untuk liburannya kali ini karena Mirela merasa tertarik untuk melihat taj mahal, bangunan yang dibangun atas kecintaan seorang pria kepada wanita yang dikasihinya. Mirela yang merasa hampir hilang kepercayaan kepada kaum pria atas gagalnya pertunangannya dengan Rengga merasa perlu untuk melihat bangunan tersebut untuk meyakinkan hatinya bahwa di dunia ini masih banyak pria setia yang bisa di harapkan dan diandalkan. Saat Mirela memberitahukan kepada Veny tentang niatnya berlibur ke India, sahabatnya itu menatapnya dengan pandangan aneh. Bagaimana tidak? Sebelumnya Veny sempat berpikir kalau sahabatnya itu akan memilih Paris atau Italia sebagai tempat berlibur. Selain banyak tempat romantis yang bisa dikunjungi, di sana
Bab 23 Dean mendapatkan kabar soal Mirela yang akan berpergian ke luar negri dari bawahannya dan memutuskan untuk menyusun rencana pertemuan kebetulan mereka di luar negeri. "Bagaimana caranya membuat pertemuan yang seolah-olah itu adalah suatu kebetulan?" tanya Dean kepada bawahannya. "Bagaimana kalau bermain pahlawan menyelamatkan kecantikan, Bos?" tanya anak buahnya. "... apakah tidak terlalu klise?" tanya Dean sambil mengusap dagunya ragu. Walaupun cara tersebut memang bagus tapi cara itu sudah terlalu sering dipergunakan, bahkan film dan sinetron banyak menggunakan cara yang sama di jalan ceritanya untuk mempertemukan tokoh pria dan wanitanya. Dean mengerutkan kening merasa tidak puas memikirkan bahwa cara yang dia pakai amatlah pasaran dan banyak digunakan dimana mana. Apakah itu tidak akan menimbulkan kecurigaan di hati Mirela? Kalau dia menggunakan cara yang sama? " ... " Anak buahnya juga mengerutkan kening ikut berpikir, dia sadar kalau bosnya sama sekali tidak tert
Bab 24 Mirela mulai mengemasi barang-barang yang akan dia bawa saat berlibur besok untuk waktu yang tidak terbatas. Dia belum memutuskan berapa lama waktu yang akan dihabiskannya untuk liburan, semua tergantung pada mood yang dia miliki. Jika dirinya dapat melupakan semua kekecewaan yang telah dialaminya, mungkin dia akan cepat pulang namun, selama dia tidak dapat melupakan kepedihan hatinya mungkin dia akan terus berada di luar negeri. Setidaknya sampai dua tahun lagi ... saat rapat perhimpunan pengusaha dimulai, baru dia akan pulang karena dirinya telah berjanji akan mewakili Veny dalam rapat itu. Walau sebenarnya dia sendiri tidak tahu apa yang akan dia lakukan di sana. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di depan apartemennya. Mirela memalingkan pandangannya dari barang-barang yang sedang diberesi dan dimasukan ke dalam koper ke arah pintu. "Siapa sih?" gerutu Mirela kesal. Namun, suara ketukan yang terus menerus dan semakin kencang membuat gadis itu mau tidak mau men
Ini adalah sebuah kesengajaan! Sinta sengaja melukai anaknya agar Dean datang ke rumah ini menemui dirinya dan anaknya. Sejak Dean pindah dari rumah ini, dia tidak pernah datang atau menemuinya. Jika anak ini kangen pada papanya, Dean akan menyuruh kepala pelayan untuk membawa anaknya ke tempat yang dia tunjuk.Bagaimana dengan Sinta? Dia sama sekali tidak diizinkan untuk ikut dalam pertemuan antara Dean dan anaknya.Sinta ingin bertemu, tapi Dean tidak mau. Apapun cara yang Sinta lakukan sepertinya Dean tetap tidak bergeming! Pria itu benar-benar tidak mau lagi menemui Sinta.Sementara Sinta resah dengan kondisi anaknya yang dia buat sendiri, Dean masih memanjakan Mirela yang sakit akibat perbuatannya."Sepertinya aku sudah agak baikan," kata Mirela sambil duduk di tempat tidur. "Kamu sebaiknya menengok anak itu, bagaimanapun dia anak kandungmu!" kata Mirela sambil menghela napas panjang."Apakah kamu benar-benar tidak sakit lagi?""Setelah dioleskan obat oleh dokter aku sudah tidak
Mirela terdiam mendengar perkataan narsis suaminya. Memang benar suaminya itu memiliki tubuh yang bagus, tapi apakah harus menyanjung diri sendiri seperti itu?"Mengapa kamu diam? Apakah kamu tidak setuju dengan perkataan aku?" tanya Dean saat melihat istrinya itu hanya berdiam diri tidak merespon kata-katanya."Apakah kamu harus memuji diri sendiri?" tanya Mirela sambil tersenyum tidak berdaya."Tentu, bukankah air laut memang asin sendiri?" kata Dean balik bertanya.Mirela langsung terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya. Dulu dia berpikir Dean adalah orang yang dingin dan tidak banyak omong. Bukankah itu yang selalu dikatakan oleh sahabat dan kakaknya? Tapi ternyata setelah menikah dengannya, Mirela mendapati Dean tidak sedingin yang dipikirkan kebanyakan orang. Kadang dia juga bisa lucu dan polos seperti anak kecil yang menantikan pujian."Baiklah, suamiku memang memiliki tubuh yang bagus dan ideal," puji Mirela pada akhirnya.D
Perkiraan Mirela memang tepat, setelah melakukan hubungan intim dengan Dean, dia benar-benar tidak bisa bangun hingga Dean bergegas mencari dokter wanita untuk mengobati Mirela yang mengeluh sangat sakit di bagian intinya.Dokter itu hanya berdecak saat melihat apa yang terjadi pada daerah intim Mirela yang bengkak. Dia melirik Dean, ada semacam rasa kesal terlintas di wajah dokter itu. Laki-laki ini benar-benar buas, pikir dokter wanita itu sambil mengolesi salep pada bagian intim Mirela.Mirela merasakan sejuk dan nyaman di bagian intimnya saat sang dokter mengoleskan sesuatu di sana. Sedangkan Dean hanya diam menerima pandangan kesal sang dokter yang bolak balik ditujukan padanya. Apakah itu sangat parah? Tanya Dean dalan hati. Dia benar-benar tidak dapat mengendalikan diri saat berhubungan intim dengan Mirela. Itu benar-benar sangat enak hingga Dean merasa enggan untuk berhenti. "Bagaimana?" tanya Dean kepada dokter wanita itu tanpa dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya."Ini b
Melihat bagaimana lembutnya Dean memperlakukan Mirela, petugas hotel wanita itu terpaku tidak bergerak di tempatnya. Dia membayangkan kalau saja yang mendapatkan perlakuan itu adalah dirinya sendiri, betapa bahagianya.Dia baru tersadar setelah mendengar bentakan Dean yang mempertanyakan untuk apa dia masih berada di sini."Maaf tuan, apakah ada hal lain yang tuan perlukan?" tanya petugas wanita itu sopan, tapi tidak meninggalkan kesan genit dari nada suara dan gerak geriknya.Mirela yg berada dalam gendongan suaminya mengangkat wajahnya dan heran melihat sikap genit petugas hotel yang ada di hadapannya saat ini. Mirela mengerutkan kening, biasanya petugas-petugas hotel ini baik yang pria maupun wanita, selalu menampilkan kesan ramah dan sopan, tapi tidak ada nada genit sama sekali dalam suaranya.Dia menatap wajah suaminya ingin tahu apakah suaminya sedang melihat kegenitan petugas itu. Di luar dugaan Mirela, saat ini Dean malah sedang menatap wajah Mirela penuh kelembutan. Sedikitpu
Mirela dan Dean melalui malam pertama mereka dengan penuh gairah. Dean benar-benar merasa puas bisa bersatu dengan wanita yang sudah lama dia kejar dan dambakan. Pagi harinya Dean bangun dengan enerjik sementara Mirela merasakan tubuhnya seperti habis tertabrak. Dia merasakan sakit dan pegal-pegal di seluruh tubuhnya. Itu semua dikarenakan aksi suaminya menjarah dan menggiling dirinya bolak balik. Mirela tidak menyangka kalau suaminya, Dean akan sangat antusias sekali melakukan penyatuan mereka tersebut berulang-ulang.Dean merasa kasihan melihat istrinya terkapar tidak berdaya akibat keganasannya semalam. Dia pun berinisiatif untuk membantu istrinya membersihkan diri di kamar mandi. Dean membopong tubuh Mirela ke kamar mandi dan mulai memandikan istrinya terlebih dahulu.Mirela mulai merasa nyaman dan pegal-pegal nya hilang ketika merasakan siraman air hangat dan pijatan lembut Dean di tubuhnya. Hal ini berbeda dengan Dean yang mati-matian menahan hasratnya agar tidak memakan istrin
Dean menghela napas mendengar pertanyaan Mirela, apakah istrinya ini akan marah jika dia mengatakan terus terang kalau rumah yang sebelumnya Dean tempati saat ini dihuni oleh Sinta dan anaknya."Dia menginginkan tinggal di rumahku untuk menemani anak itu," kata Dean hati-hati sambil menatap wajah istrinya ingin melihat apakah ada perubahan setelah mendengar apa yang dia katakan.Mirela mengerutkan kening mendengar Sinta ikut tinggal di rumah Dean. Apa maksudnya? Sekalipun Dean tidak berniat menikahi Sinta, Mirela akan tetap merasa tidak nyaman jika tinggal satu atap dengan wanita yang pernah melahirkan anak suaminya tersebut."Apakah kamu akan menikahinya?" tanya Mirela ingin tahu.Kalau jawabannya iya maka Mirela tidak akan ragu untuk menggugat cerai suami yang baru dinikahinya ini."Tidak.""Aku tidak bisa tinggal bersama dia ...""Jangan khawatir, kamu dan aku akan pindah dari sana dan menempati rumah kita sendiri," potong Dean semangat."Lalu bagaimana dengan anak itu?""Biarkan d
"B-bagus bos," kata manajer hotel pada akhirnya."Tentu saja orang tampan sepertiku akan tetap tampan walau memakai apapun," kata Dean bangga." ... "Manajer hotel hanya menelan ludah, tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata narsis bosnya itu. Bosnya memang tampan, justru karena tampan itu dia benar-benar tidak cocok memakai baju petugas hotel."Siapkan troli untuk mengangkut makanan!" perintah Dean sambil memperbaiki dasinya."Baik."Manajer hotel langsung menghubungi bagian dapur untuk menyiapkan apa yang dipesan oleh bosnya dan membawanya langsung ke kantornya.Tidak lama sepasang petugas hotel mengantarkan pesanan manajer ke kantornya dan merasa heran melihat pria tampan memakai seragam pegawai hotel."Ehm ...ini bos kita, beliau akan memberikan kejutan untuk istrinya," jelas manajer agar anak buahnya tidak bersikap kurang ajar kepada Dean.Keduanya hanya mengangguk dan berlalu dari kantor manajer setelah memberikan hormat kepada Dean.Dean menanggapi ke
Mirela yang sedang menikmati hari-hari indah dan tenangnya di hotel tempat dia menginap selama beberapa hari ini, mulai merasa heran dengan semua fasilitas yang diberikan oleh hotel tersebut. Dia melihat pengunjung hotel lain sama sekali tidak memiliki keistimewaan yang sama. Dia mulai mencari tahu dengan bertanya kepada pegawai hotel yang membereskan kamarnya. Namun, pegawai itu hanya mengatakan kalau Mirela telah memenangkan undian yang diam-diam dilakukan oleh pihak hotel untuk memilih satu pengunjung yang beruntung untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Mirela hanya mengangguk memahami apa yang dikatakan oleh petugas hotel tersebut. Bagaimanapun masuk akal kalau hotel sebesar ini mengadakan undian seperti ini. Cuma yang agak aneh mengapa itu dilakukan secara diam-diam? Apakah itu untuk mencegah timbulnya rasa iri di hati para pengunjungnya? Apapun itu Mirela tidak merasa keberatan untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Bukankah itu menguntungkan dirinya sendiri? Mengapa harus dit
Sinta tersenyum sinis mendengar perkataan Dean. Dia sangat percaya kalau Dean bisa melakukan apa saja pada orang-orang yang berusaha menghalangi jalannya untuk memiliki Mirela. Apa yang terjadi pada Rengga juga telah di dengar oleh Sinta. Namun, Sinta mengetahui titik lemah Dean, selama Mirela sendiri yang menyetujui Sinta menjadi istri ke dua Dean, Sinta yakin Dean pasti tidak akan menolak lagi untuk menikahi dirinya."Jika kamu ingin anak itu aku yang mengurus aku akan mengurusnya, tapi aku tidak akan mengikuti keinginanmu untuk menikah denganku atau menjadi istri keduaku!" kata Dean tegas.Sedikitpun Dean tidak ingin membuat kesalahan dalam membangun mahligai rumah tangganya bersama Mirela. Dean mendapatkan Mirela dengan susah payah setelah sekian lama mengincarnya, jadi wajar kalau Dean tidak ingin diganggu oleh siapapun atau apapun yang dapat merusak hubungannya dengan Mirela."Bagaimana kalau Mirela menyetujui?" tanya Sinta penuh harap."Sekalipun dia menyetujui, aku tetap tida