Home / Romansa / Unexpected Feeling / Kelepasan (21+)

Share

Kelepasan (21+)

Author: nura0484
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Berbaring berdampingan membuat jantung Indira berdetak kencang, tidak hanya Indira dimana Fajar juga merasakan hal yang sama. Suasana menjadi hening diantara mereka berdua, tidak ada yang membuka suara.

“Kamar ini nanti akan menjadi saksi kita berdua selamanya,” ucap Fajar membuka suaranya.

“Kakak suka designnya?” tanya Indira mengubah posisi miring menghadap Fajar.

Fajar yang merasakan pergerakan melakukan hal yang sama, saling memandang satu sama lain tanpa ada yang berniat melepaskan tatapan, tidak tahu siapa yang memulai wajah mereka sudah semakin dekat. Fajar meletakkan tangannya di pipi Indira membelainya lembut, menarik kepalanya membuat bibir mereka bertemu dan tanpa menunggu lama Fajar langsung melumat bibirnya pelan.

Indira yang sudah terbiasa berciuman dengan Fajar, membalasnya dengan tidak jauh berbeda dibanding sebelumnya. Suasana yang mendukung membuat mereka melupakan apa yang terjadi sebelumnya, satu lagi mereka bisa saja melakuka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Unexpected Feeling    Rencana Berubah (21+)

    Menatap Indira yang berbaring nyenyak di ranjang kamar mereka nantinya membuat Fajar tersenyum lebar, bayangan pernikahannya dengan Indira sudah didepan mata. Tangannya membelai pipi sambil merapikan rambut Indira yang berantakan, melihat bercak merah di seprai semakin membuat Fajar tersenyum lebar. Beranjak dari tempatnya setelah menggunakan pakaian bawahnya dan berjalan untuk mengambil ponsel, diluar langit sudah gelap dan saat menatap jam yang ada di dinding memang sudah malam dan seharusnya Indira pulang.“Bu,” sapa Fajar setelah sambungan berhasil dan keluar dari kamar “Bisa minta ibu sama bapak untuk datang besok sore ke rumah Indira?”[Memang ada apa? Kenapa?]“Aku ingin menikah besok.”[Maksudnya?]Fajar tahu apa yang akan dikatakannya akan membuat orang tuanya dan orang tua Indira terkejut, tapi ini memang demi kebaikan mereka berdua. Fajar secara sadar mengeluarkan benihnya didalam, artinya bisa saja Indira akan hamil secepatnya.[Kal

  • Unexpected Feeling    Tidak Ada Jalan

    “Kamu itu jadi cewek kok gampangan?” Indira menundukkan kepalanya mendengar ceramahan dari mamanya, Nuri. “Kamu bisa tenang karena Fajar bertanggung jawab coba kalau nggak? Malah ngaku depan papa.”Indira membelalakkan matanya mendengar perkataan mamanya “Masa Kak Fajar melakukan itu?”Nuri menganggukkan kepalanya “Mama aja shock tapi dia mengakui semua kesalahan, padahal begitu juga ada andil dari kamu yang nggak bisa jaga diri. Mama rasanya malu karena kamu bisa dengan mudah melakukan itu.”“Maafkan aku, Ma.” Indira menundukkan kepalanya.“Sudah kalau begitu toh sudah terjadi juga, sekarang kamu yang harus jaga hubungan kalian karena jadi istri itu nggak mudah.” Nuri menepuk punggung tangan Indira “Siap-siap sana nanti sama Mbak Nadia dan Mbak Tina di make up, kalian menikah nanti malam secara agama dan negara.”“Mama marah?” tanya Indira tanpa menatap Nuri.“Apa bisa marah kalau sudah terjadi, tapi lebih pada kecewa karena kal

  • Unexpected Feeling    Terbuka Rahasia Lain

    “Kita mau kemana?” Indira bingung ketika mobil mereka menuju tempat yang tidak dikenalnya, lebih terkejut lagi ketika mobil yang Fajar kendarai berhenti di tempat pemakaman. Menatap sekitar dengan tatapan tanda tanya, Fajar bahkan belum mengeluarkan suaranya saat berada didalam mobil yang semakin membuat Indira bertanya-tanya, status mereka sudah berubah tapi tidak dengan sikap dan sifat Fajar.“Yuni, disini makamnya. Adik ingat awal kita bersama aku sering di RSJ?” Indira langsung menganggukkan kepalanya “Yuni, dia orangnya. Dia yang membuat aku berada disana dan terikat dengan Bu Retno.”“Mantan kakak?” tanya Indira hati-hati.Fajar menggelengkan kepalanya “Yuni, dia tetangga dan kami memang dekat dari kecil. Posisinya hampir sama dengan Ryan, kami tidak satu sekolah dan dia juga tidak tahu tentang Melda. Yuni, waktu SMA tinggal di Malang dan sekolah disana dimana artinya tidak tahu apa-apa tentang Melda. Masalah yang Melda buat pada saat itu a

  • Unexpected Feeling    Menyimpan Pernikahan

    “Kakak tahu gimana reaksi mereka, jadi berhenti buat sebarin pernikahan ini.” Fajar menghembuskan nafas panjang, keinginannya untuk terbuka atas pernikahan tetap tidak mendapatkan persetujuan, berbagai macam alasan sudah diberikan tapi hasilnya tetap sama.“Kakak jadi dipindah?” Fajar menganggukkan kepalanya “Bagus kalau gitu setidaknya cafe yang dibuat harus ada yang mengurus.”Fajar menaikkan alisnya mendengar kata-kata Indira “Kenapa aku yang harus urus? Cafe itu dibuat untuk adik, aku tahu kalau psikologi bukan bidang adik dan cafe adalah bidang adik.”Indira memutar bola matanya malas “Kenapa buat begituan nggak bilang-bilang? Uang darimana? Kakak punya uang banyak ternyata, beda ya sama uang yang ada di ATM ini?’Fajar tersenyum dan hanya bisa menggaruk lehernya yang tidak gatal, satu hal yang baru diketahui setelah menikah adalah Indira sangat menjaga uang yang didapat Fajar. Sebenarnya bukan hal baru, tapi ketika membeli sesuatu

  • Unexpected Feeling    Permintaan Maaf

    “In, ada yang cari.” Mala mendatangi Indira yang baru saja keluar kelas “Kayaknya mantan Mas Fajar yang dulu pernah kesini.”Indira membeku mendengar siapa yang mencari dirinya, mengalihkan pandangan kearah Ryan yang juga sama terkejutnya. Hembusan nafas panjang sebelum akhirnya melangkahkan kaki untuk bertemu dengan Melda, bagaimanapun wanita itu pernah menjadi bagian dari masa lalu Fajar, suaminya.“Kamu yakin ketemu dia?” Ryan menghentikan langkah Indira.“Memang kenapa?” “Kamu tahu kalau dia...”“Gila? Kejadian kapan itu memang membekas sih, pastinya kalau membekas dia nggak mungkin berbuat hal yang sama.” Indira memotong kata-kata Ryan.“Kamu hubungi Mas Fajar dulu aja.” Ryan memberikan usul yang langsung dijawab Indira dengan gelengan kepala “Mas Fajar harus tahu apa yang dilakukan wanita gila itu.”“Aku yakin dia nggak akan berbuat hal seperti kemarin, kalau sampai terjadi sesuatu kamu bisa langsung hubungi Kak F

  • Unexpected Feeling    Misi Rahasia

    Indira meminta pada Ryan dan Dio untuk tidak memberitahu Fajar tentang kedatangan pria yang mengaku sebagai kakaknya Melda, sama sekali tidak terpikirkan jika pria itu mendatanginya dan mengatakan hal tersebut.“Lagi mikirin apa?” suara Fajar membuyarkan lamunan Indira.“Nggak ada,” jawab Indira cepat “Kita mau beli makan atau gimana?” “Ibu kangen sama adik, jadi kita kesana.” Indira menganggukkan kepalanya “Melda nggak bicara macem-macem ke adik?” “Nggak, aku kan sudah cerita sama kakak apa yang kita berdua bicarakan.”“Aku ngerasa masih ada yang disembunyikan?” Fajar memberikan tatapan penuh selidik.“Hanya perasaan, lagian aku nggak mungkin merahasiakan sesuatu dari kakak.” Indira menjawab dengan penuh ketegasan.“Baiklah, mau langsung atau pulang dulu?” Fajar memilih mengikuti apa yang Indira katakan.“Kalau kita ke cafe dulu gimana? Cafe yang kakak buat itu, tadi aku bilang sama Mbak Nadia mau kesana pula

  • Unexpected Feeling    Bertemu Mereka

    “Kakak yakin?” Indira memastikan kembali keputusan Fajar untuk bertemu dengan mereka berdua yaitu Melda dan kakaknya, Vian. Pembicaraan mereka di cafe membuat Fajar berpikir panjang, jarak yang memisahkan mereka karena pekerjaan semakin membuat Fajar bisa berpikir dengan tenang, tidak hanya itu Indira sendiri tidak pernah mendesak Fajar sama sekali tentang permintaan maaf kedua orang itu.“Adik sendiri yang bilang kalau untuk saling memaafkan, kenapa sekarang meragukan keputusanku?” Fajar menatap bingung.Indira mengangkat bahunya “Nggak tahu secara kakak kalau punya pendirian itu sulit buat diubah.”“Memang, tapi pengecualian buat adik yang selalu bisa mengubah semua pendirianku.” Fajar mengatakan dengan santai.Indira langsung mencibir kata-kata yang Fajar ucapkan “Nggak usah merayu kali, Kak.”“Jadi kapan mau bertemu mereka?” tanya Fajar menghentikan godaan Indira dan fokus pada pembicaraan mereka.“Tunggu!”

  • Unexpected Feeling    Selesai?

    “Aku memang salah melakukan itu pada Fajar dan keluarga.”Fajar dan Indira seketika menatap Melda yang membuka suaranya, dari tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan Vian dengan Indira dan Fajar. “Aku kesal sama Fajar yang tidak pernah mengajak ke tempat mewah padahal teman-temanku setiap kencan selalu ke tempat mewah.” Melda mengatakan lagi alasan dibalik semua itu “Godaan untuk mengkhianati Fajar sangat besar, padahal aku tahu untuk membuat Fajar jatuh cinta tidak mudah.”Indira seketika menatap tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, tatapannya beralih pada Fajar yang hanya diam dan mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir Melda.“Aku tergoda dan melakukan hubungan intim dengan pria yang aku kenal di club, kami sudah beberapa kali bertemu. Sosoknya yang dewasa membuat aku terpesona, tidak hanya itu dia juga membelanjakan semua yang aku minta dan sebagai gantinya kita melakukan hubungan intim. Aku sengaja tidak minum obat agar hamil

Latest chapter

  • Unexpected Feeling    Pasangan Tepat

    "Papa belum datang, ma?"Indira menggelengkan kepalanya saat melihat Yudo keluar dari kamarnya dengan mengalihkan pandangan kearah jam yang terpasang di dinding "Satu jam lagi mungkin, sudah kangen?"Yudo menganggukkan kepalanya berjalan mendekati Indira "Papa katanya mau kasih buku baru kalau Yudo nurut omongan mama dan bisa bantu jagain Naila.""Mama sudah bilang sama papa kalau Mas Yudo sudah jadi anak yang baik. Sekarang Mas Yudo harus siap-siap, papa mau ajak makan diluar." Indira memilih meminta Yudo untuk bersiap sedangkan dirinya bersama Naila dengan merapikan penampilan.Indira melihat bibi dengan tas untuk keperluan Naila, Fajar mengajak mereka ke cafe dimana konsepnya sudah berubah. Fajar memberikan tempat untuk anak-anak bermain dan juga buku yang bisa dibaca selama disana, buku yang dibaca harus dengan sepengetahuan karyawan cafe.Suara mobil diluar membuat Indira melangkahkan kakinya keluar dan kalah cepat dengan Yudo yang berla

  • Unexpected Feeling    Hasil Kateterisasi

    "Semua akan baik-baik saja, kak." Indira membelai lengan Fajar pelan "Yudo sudah aman sama bibi, kan? Udah minum susunya?" "Adik nggak usah mikir aneh-aneh, fokus kateter aja sekarang." Fajar merapikan anak rambut Indira perlahan.Indira masuk kedalam pelukan Fajar yang memberikan belaian lembut "Aku baik-baik saja."Perawat membawa Indira kedalam ruangan, memberikan ciuman pada seluruh wajahnya sebelum masuk ke ruang operasi. Fajar bersama dengan orang tua mereka berdua, ditemani Ryan dan Rudi. Duduk dengan bersandar pada tembok, beberapa lantunan doa yang diucapkan untuk keselamatan Indira, Fajar tahu jika tidak akan memakan waktu lama tapi proses sampai sadar itu yang membutuhkan waktu lama."Kamu mending kerja aja," ucap Ahmad menepuk bahu Fajar pelan "Disini ada kita berempat sama Ryan, nggak baik ijin terus."Fajar menatap jam yang ada di tangan, perkataan mertuanya memang benar dimana waktunya kembali kerja. Fajar meminta ijin sam

  • Unexpected Feeling    Adopsi

    "Aku sih nggak masalah, adik gimana? Yakin?" Fajar bertanya sudah ke berapa kali sebelum memutuskan membawa Yudo ke rumah."Yakin," jawab Indira langsung yang menatap Yudo dalam gendongannya."Kakak kasih nama gih." Indira mengalihkan pandangan kearah Fajar yang hanya diam."Apa ini kode adik siap dengan keputusan apapun nanti setelah keteter?" Fajar bertanya hati-hati tanpa menjawab pertanyaan Indira."Kita lihat nanti, kak. Aku mau fokus sama Yudo dan kateter, tapi kalau kateter siapa yang jaga Yudo?"Fajar mengacak rambut Indira pelan "Kita bicara dulu sama keluarga, tapi orang tua kita pasti akan mendukung apapun keputusan kita nantinya, walaupun memberikan pendapat yang berbeda."Indira menganggukkan kepalanya "Kakak setuju adopsi Yudo, kan?" meletakkan Yudo di ranjang secara pelan "Soalnya dari tadi nggak kasih nama lengkap buat Yudo, takutnya kakak nggak setuju dan nanti aku yang kesannya ngebet banget tapi kakak lempeng."

  • Unexpected Feeling    Cucu Kesayangan

    "Eyang udah kangen sama kalian berdua, masa harus nunggu ngemis gini."Indira meringis mendengar kata-kata mertuanya, permintaan eyang agar mereka mendatangi rumahnya sama sekali belum bisa terlaksana dan baru memiliki waktu sekarang, lebih tepatnya Fajar memaksa diri untuk mendatanginya bersama tiga orang lainnya."Ryan yakin mau ikut?" suara mertuanya membuyarkan lamunan Indira."Yakin, bu." "Indira jangan dibuat capek, nanti dirumah eyang ada yang bantu jadi jangan nggak enakan disana." Indira memilih menganggukkan kepalanya "Fany, mbaknya dijaga yang benar jangan buat capek.""Indira nggak papa, bu. Nggak usah khawatir. Ibu tenang aja kita akan baik-baik saja nanti di rumah eyang." Indira memeluk mertunya dari samping agar sedikit tenang."Udah semua? Kita berangkat sekarang." Fajar menatap Indira yang menganggukkan kepalanya.Berpamitan pada orang tua Fajar sebelum akhirnya masuk kedalam mobil dengan Fajar sendiri

  • Unexpected Feeling    Kontrasepsi

    "Wanita dengan segala ketakutannya."Lemparan tissue mengenai wajah Awang diikuti dengan tatapan tajam, mengalihkan pandangan kearah lain dimana tampaknya lebih enak dilihat."Wajar takut! Kalian para pria akan mencari alasan ketika nanti selingkuh, sudah punya anak aja masih bisa di selingkuhi apalagi ini nggak ada anak." "Aku nggak gitu, Nat. Kamu nggak percaya sama aku?" Fajar menggelengkan kepalanya mendengar kalimat yang keluar dari bibir sahabatnya, Nathali."Kita nggak pernah tahu ke depan bagaimana, sekarang kamu bilang nggak tapi besok atau besok-besoknya nggak ada jaminan." "Kamu dukung Indira melakukan itu semua? Kalian sudah saling bicara? Kapan? Kenapa kamu nggak kasih tahu aku?" Fajar menatap penuh selidik pada Nathali "Kamu support aku atau Indira sih?""Nggak usah drama! Nggak penting pertanyaanmu itu, memang kalau aku jawab akan membuat kamu nggak cari solusi? Kalau aku cerita terlebih dahulu pastinya kamu deng

  • Unexpected Feeling    Keputusan Berat

    "Operasi?"Keinginan Indira untuk memberikan anak pada Fajar sudah bulat, mendatangi dokter jantung dan kandungan untuk konsultasi, tanpa sepengetahuan Fajar melakukan beberapa kali pemeriksaan bersama dengan mamanya. Indira melakukan itu semua dengan uang tabungan yang dia dapat dari Fajar tiap bulannya, tidak lupa juga dari bantuan kedua orang tuanya."Operasi apa ini? Jantung?" Indira menganggukkan lalu menggelengkan kepalanya "Terus?""Aku ke dokter sama mama buat konsultasi dan melakukan Ecco macam USG jantung itu, kak. Dokter Markus menyarankan untuk kateter buat lihat dimana letak masalahnya, aku masih cari waktu dan mutusin setelah wisuda jadi karena sudah wisuda aku mau lakuin." Indira menjelaskan dengan sangat singkat."Kenapa nggak bilang? Kapan lakuin itu semua? Bukannya kita sibuk menyelesaikan masalah? Adik juga sibuk ngerjain skripsi, terus uang darimana konsultasi?" Fajar memberikan pertanyaan berturut-turut."Belum sempat

  • Unexpected Feeling    Wisuda

    "Kakak dimana?" Indira menatap sekeliling diantara banyaknya orang yang ada."Sayang," panggil Fajar yang sudah berada di belakang Indira dan secara otomatis membalikkan badan dengan memeluknya erat."Ehm."Indira melepaskan pelukan dari Fajar saat mendengar suara dehaman yang sangat dihafal luar kepala dan langsung mendatangi kedua orang tuanya dengan memeluknya erat."Selamat ya sudah wisuda," ucap Rahayu setelah memberikan ciuman singkat di pipi Indira."Makasih, mama yang nggak pernah berhenti mengomel buat ngingetin aku." Indira kembali memeluk Rahayu erat.Fajar membawa Indira dan orang tuanya ke tempat foto-foto singkat, walaupun nanti setelah ini mereka juga ke studio foto tapi momen disini sangat langka. Ketika dirinya wisuda dulu juga foto disini selain studio, Fajar menyimpan foto mereka berdua di tempat yang strategis."Kita mau ke cafe buat makan-makan?" Ahmad membuka suara setelah selesai sesi foto.

  • Unexpected Feeling    Sahabat Pria

    "Wisnu datang dan minta maaf?" Rudi mengatakan dengan nada tidak percaya "Bagaimana bisa terjadi?""Kita juga nggak tahu, tapi Indira tiba-tiba kasih kata-kata mutiara 'orang nggak pernah sadar sama kelakuannya, lebih suka mencari kesalahan orang lain' macam begitu." Fajar mengatakan dengan tatapan yang tidak lepas dari Indira dimana sedang bersama sahabat-sahabatnya."Indira memang menarik," ucap Awang yang diangguki Fajar "Nggak nyangka kalau kamu bakal jatuh cinta sama dia, aku masih ingat tatapanmu pertama kali dulu."Kenangan itu masih diingat dengan sangat jelas, tatapan pertamanya saat melihat Indira pertama kali pada waktu berbaris, setelah itu tatapannya secara tiba-tiba teralih ketika Indira melamun yang tampak menggemaskan. Setiap mata mereka bertemu Fajar tahu jika Indira ini masih polos, jernih dan tulus. Sejak itu memutuskan memberikan hukuman yang tidak akan pernah disesalinya sama sekali sampai sekarang."Minggu depan wisuda?" Faja

  • Unexpected Feeling    Menjaga Diri

    "Apa memang harus melakukan ini?" tanya Indira memastikan "Apa nggak berlebihan?" "Kalau melihat mereka berdua kayaknya ya," jawab Rudi sedikit ragu."Bukannya Melda hamil sama pria tua? Kenapa sekarang jadinya begini? Aneh nggak sih?" Indira menatap kedua pria yang berada disekitarnya yang hanya diam "Kakak lupa sama yang Melda bilang waktu kita ketemu sama masnya itu." Indira mengalihkan tatapannya pada Fajar yang masih diam."Bisa jadi dengan pria tua, tapi mengambil barang-barang Fajar agar lebih mudah menuduhnya..." Rudi mengatakan dengan tidak yakin.Fajar menggelengkan kepalanya "Melda bukan pembohong, terlepas yang dia lakukan sama aku dan keluarga. Selama kita bersama dia nggak pernah berbohong, dia bicara sebenarnya tapi sepertinya di tengah kebingungannya mereka mengatakan jika bukan pria itu melainkan aku."Terkejut, mereka hanya diam setelah Fajar mengatakan hal yang diluar pikiran mereka semua. Helaan napas dikeluarkan Indi

DMCA.com Protection Status