Share

Tea Time

Penulis: Anis Bunga Dewi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-14 03:57:03

Setelah memarkirkan mobilnya digarasi. Rayhan keluar dari mobil sambil membawa bucket bunga lalu bergegas menuju kebun yang ada dibelakang. Benar saja, Sya sedang menuangkan teh. Sya mengenakan kemeja satin berwarna biru tua dengan panjang se-paha, membiarkan dua kancing teratas terbuka. Rayhan segera berdiri dihadapannya dan memberikan bucket bunga yang baru dibelinya. Sya menerimanya, diperhatikan bucket bunga itu ada secarik kertas dengan pesan menyertainya MISS YOU. Sya merekahkan senyumnya lalu duduk kursinya. Begitu juga dengan Rayhan.

  “Mawar putih?”.

  “Kau suka?”.

  Rayhan tak sungkan meminum teh dan memakan kuenya. Seperti telah biasa ditempat ini.

  “Kau tahu, kebun ku punya lebih banyak dan bermacam bunga”.

  “Tapi ini pemberianku, tentu berbeda bukan?”.

  “Jika kau merasa begitu”.

  “Dua hari kemarin aku menerima pos yang aneh isinya. Kemudian empat hari yang lalu aku terkurung di peti mati. Bisa kau jelaskan?”.

  “Tidak akan menarik bukan jika ku jelaskan?”.

  “Apa yang kau mainkan, Sya?”.

  “Ikut aku”.

  Sya beranjak dari kursinya menuju kedalam kebun tanpa memperhatikan Rayhan mengikutinya atau tidak. Ketika melewati semacam lorong, Sya berhenti melihat-lihat tanamannya. Mulai dari bunga, buahnya, batangnya, diperhatikan dengan seksama seakan tak ingin ada hama. Rayhan yang tadinya berjalan dibelakang Sya, kemudian mendekat.

  “Kau menanam ini semua?”, tanya Rayhan penasaran.

  “Hanya sebagian. Sebagian tukang kebun yang menanam. Sebagian lagi suamiku dulu”. 

  “Lalu kemana suamimu? Aku tidak melihatnya sejak awal”.

  Dalam sekejap Sya sadar bahwa Rayhan lupa dengan kejadian peti mati kemarin. Padahal ritual itu untuk menukar nyawa Rayhan dan suaminya. Dengan enteng Sya mengatakan. “Kau akan menemuinya”.

  Usai mengatakan kalimatnya terakhir. Sya melangkah kedalam kebun lebih jauh. Menurut Rayhan ini sangat luas daripada yang bisa dibayangkannya. Berbagai pohon-pohon rindang tumbuh disini. Tanaman rambat pun dikelola sangat apik dengan membiarkannya tumbuh diantara rangka besi yang membentuk atap. Tanaman bunga-bungaan juga tumbuh cantik disekitar. Rayhan merasa sangat takjub hanya dengan melihat-lihat isi kebun. Maklum, di apartemen maupun di kota tak ada  pemandangan hijau yang lebih indah dari ini.

  Sya menghentikan langkahnya disebuah tempat berumput. Boleh dibilang hanya tanah ini yang berumput. Namun ada sebuah batu mirip nisan. Apa itu makam? Makan siapa? Daripada bingung sendiri, Rayhan menanyakan hal itu.

  “Itu suamimu?”.

  “Ya, sudah setahun dia disini”.

  Baik Sya maupun Rayhan tidak melanjutkan obrolan. Lalu Sya meninggalkan tempat itu lebih dulu. Rayhan tak bisa merasakan apa-apa mengetahui hal ini. Saat dulu dia bahkan tak pernah mengenal lelaki itu, bicara saja tidak, beberapa kali hanya melihatnya dari jauh ketika bersama Sya. Mengingat dia jauh lebih beruntung dapat berjodoh dengan Sya, kekesalannya muncul kembali. Niat jahatnya bahkan terpikir untuk membalas Sya. Rayhan meninggalkan tempat dengan perasaan berkecamuk.

  Melihat Sya masih berada dilorong, Rayhan buru-buru mendekat. Dengan kasar, Rayhan menarik tangan Sya lalu menyeretnya ketepian dinding. Tidak tahu apa yang terjadi, Sya gelisah kebingungan.

  “Hei, kau kenapa? Kenapa lama sekali?”.

  “Tutup mulutmu!!!”, bentak Rayhan.

 Sya sangat terkejut dengan perubahan sikap Rayhan. Rayhan membenturkan tubuh Sya kedinding dengan kasar. Lalu pakaiannya yang setengah terbuka, dikoyaknya secara paksa. Sya merasa terimitidasi dengan perbuatan Rayhan yang diluar dugaan itu. Pemberontakkan yang Sya lakukan sepertinya tak membuat Rayhan gentar. Sebelum Rayhan melalukan kekerasan lebih jauh, Sya menendang kemaluan Rayhan. Kemudian berbalik menyerang Rayhan yang sedang kesakitan. Dengan menarik kerah baju Rayhan, Sya menantang.

  “Bajingan! Apa yang kau lakukan?! Kau pikir aku ini pelacur?!”, Sya mengamuk.

  Tampak kilatan amarah di mata Rayhan, namun dia tak mengatakan apapun. Sya yang kesal dengan perbuatan Rayhan, tak ingin meladeni kegilaannya lebih jauh. Sehingga dia melepas Rayhan dari cengkramannya, lalu meninggalkannya.

  Seolah lupa dengan kejadian tadi, Sya tampak santai duduk dikursinya. Banyaknya kepulan asap yang keluar dari mulutnya menjadi tanda bahwa ia sedang menguraikan stressnya. Dia bahkan tidak peduli dengan tubuhnya yang polos.

  Sekembalinya Rayhan, Sya tetap pada posisinya. Melirik ke arah Rayhan saja tidak. Namun kini yang tampak dari wajah Rayhan hanya penyesalan. Karena Rayhan bergerak dengan sangat hati-hati.

  Mereka diam sangat lama. Melakukan aktivitas makan minum ditempat itu tanpa ada sepatah kata pun. Lalu Rayhan tergerak untuk menutupi tubuh Sya dengan jasnya. Namun Sya tetap teguh pada posisinya seolah tidak terganggu sama sekali. Barulah ketika Rayhan kembali duduk dikursinya, Sya melirik Rayhan tajam.

  “Kau terganggu dengan ketelanjanganku?”.

  “Tidak. Aku hanya takut kau sakit”.

  “Tadi kau tidak memikirkan hal itu?!”, ucap Sya dengan penekanan.

  “Tadi aku menyesal. Maafkan aku, Sya”, Rayhan memelas.

  “Apa yang membuatmu begitu?”.

  “Aku kesal mengingat kan berjodoh dengan suamimu dulu, Sya”.

  “Kau cemburu? Dengan suamiku yang sudah mati itu?!”, Sya terkejut tidak percaya.

  “Tentu saja aku cemburu! Kenapa kau ini tidak mengerti perasaanku?! Dulu kau memilihnya daripada aku. Dan kini setelah dia mati, kau kembali padaku. Apa yang sebenarnya kau inginkan, Sya?! Untuk apa aku disini?!”, Rayhan menunjukkan emosi.

  “Aku tidak tahu! Tapi kau ada disini karena kehendakmu sendiri!”.

  “Ya, tapi kau yang memintaku! Ini... (sambil membanting buku itu dimeja) aku disini karena buku ini. Apa perlu aku bertanya kenapa kau menulis kisah kita dibuku ini? Dengan sampul berwarna merah yang sudah jelas-jelas itu warna kesukaanmu? Apa kau ingin aku menggantikan suamimu?!”, jelas Rayhan semakin menukik perasaannya.

  “Tidak”, jawab Sya sekenanya.

  “Lantas?”, Rayhan mengeryitkan dahi.

  “Aku hanya bermain-main”. 

  “Oke”. Tampak frustasi tergambar di wajah Rayhan dengan jawaban asal yang terlontar dari Sya. Ini tidak seperti  bayangannya atau bahkan keinginannya. Rayhan masih tidak mengerti apa maksud dari semua ini. Namun dia hanya bisa menebak-nebak. Sehingga daripada membuang waktunya berlama-lama dengan hal yang tidak perlu. Rayhan bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan Sya tanpa pamit. Hanya pulang yang ada dipikiran Rayhan.

  Namun ketika mobilnya telah di depan gerbang. Gerbang tidak dibukakan oleh satpam. Alih-alih satpam membukakan, dia malah mendekati Rayhan dan mengetuk kaca jendela mobilnya.

  “Den, ini titipan dari nyonya”, sambil memberikan paper bag berukuran kecil berwarna putih.

  “Apaan ini? Saya mau pulang saja pak, tolong bukakan gerbangnya ya...”, pinta Rayhan sambil menolak pemberiaan itu.

  “Iya saya buka, tapi ini tolong diterima, Den. Saya bisa kena masalah kalau aden tidak mau terima”, jelas sang satpam.

  Tanpa minat, Rayhan terpaksa menerima paper bag tersebut dari tangan sang satpam. Tak lama kemudian dengan cekatan satpam telah membuka gerbangnya sambil mempersilahkan mobil Rayhan untuk keluar. Rayhan menanggapi tindakan satpam dengan senyum terpaksa. Dia hanya ingin cepat-cepat pulang.

  Di tengah perjalanan, suara dering terdengar. Rayhan tak mengenali dering tersebut. Ponsel yang berada disaku celananya juga tak bergetar. Matanya yang sibuk mencari, menyimpulkan bahwa suara dering itu berasal dari paper bag yang dia letakkan di kursi sebelahnya. Baru mengetahui bahwa isi dari paper bag itu ponsel, Rayhan mengambil ponsel tersebut lalu membuka pesan yang baru masuk.

Messeage Sya to Rayhan

Selamat jalan, mungkin aku akan merindukanmu.

  Usai dibaca pesan itu, Rayhan meletakkan ponsel itu ke kursi sebelah dengan asal. Tak ada niatan untuk membalas pesan dari Sya. Kekesalan masih mendera dalam diri Rayhan. Dan permainan yang baru saja dimainkan oleh Sya membuatnya ingin membanting ponsel tersebut. Namun setelah dipikir lagi, diurungkannya niat tersebut. Rayhan kembali fokus menyetir mobilnya menuju rumah.

Anis Bunga Dewi

Halo pembaca! kenalin yah aku anisbungadewi. makasih telah baca ceritaku. tambahkan novelku ke daftar pustaka agar kamu gak ketinggalan update cerita selanjutnya.

| Sukai

Bab terkait

  • Undangan   Wanita Asing

    Sebulan lebih lamanya Rayhan tidak bertemu dengan Sya. Namun selama itu pula Rayhan mendapat pesan terus menerus dari ponsel yang diberikan Sya. Tak ada satupun pesan itu dibalas Rayhan. Bahkan pesan suara berisi Sya menyanyikan sebuah lagu, tak digubrisnya sedikit pun. Rayhan hanya membacanya, mendengarkan, kadang-kadang ikut bersenandung juga. Karena mendengar lagu tersebut terus-terusan, Rayhan malah jadi hapal lagu itu di luar kepala. Tanpa disadarinya di sela-sela aktifitasnya, Rayhan bersenandung lagu tersebut. When you tell me that you love me. Lagu dinyanyikan oleh ... . Suatu pagi, Rayhan menerima notifikasi di ponselnya bahwa dia mendapatkan promo makan di restoran yang baru dibuka, letaknya memang cukup jauh dari kantornya. Namun karena restoran ini restoran seafood. Rayhan tidak mau melewatkan promo yang hanya berlaku satu hari saja sampai jam 5 sore. Jadilah ketika masuk jam makan siang, Rayhan terburu-buru keluar kantor menaiki ojek secepat kila

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Undangan   Erin

    Wanita berambut pendek yang di cat pirang dan bertubuh mungil itu bekerja disalah satu perusahaan advertasing. Baru tiga tahun Erin bekerja disana setelah lulus kuliah. Tak banyak yang bisa diceritakan, dia penyendiri. Dengan bakatnya yang luar biasa tak membuat dirinya banyak teman. Sehingga acapkali bertemu orang baru, rasa-rasanya mudah sekali untuk dekat. Namun sulit mempertahankan hubungan. Erin bertekad untuk memperbaiki sikapnya, namun stress memicunya bertindak diluar dugaan. Hari-harinya setelah bertemu Rayhan, Erin merasa gundah menanti kabar. Harap-harap cemas ia menanti sebuah pesan atau telepon mungkin. Ia ingin lebih dekat dengan Rayhan. Baginya Rayhan seperti angin surga dalam hidupnya yang membosankan. Bekerja segiat mungkin tak lantas dapat menemukan kebahagiaan. Erin tak ingin bersabar untuk dapat bertemu lagi. Namun ia tak mungkin muncul kembali tiba-tiba di kantor Rayhan. Erin bisa digunjing yang tidak-tidak dan Rayhan akan terkena

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Undangan   Malam Bersama Sya

    Pulang kantor sore itu teramat melelahkan bagi Rayhan. Ia tiba di apartemennya hampir menjelang malam. Rutinitas baru mengantar jemput Erin menjadi tambahan pekerjaan Rayhan yang tanpa sadar lama-kelamaan mengikatnya sendiri. Ketika tiba di pintu apartemennya, Rayhan langsung membuka dan menyalakan lampu. Lalu dia melangkah ke ruang tengah dengan santai tanpa menyadari apapun, hingga suara itu mengagetkannya. “Kenapa kau tidak pernah membalas pesanku?”. Suara itu, apakah itu Sya? Rayhan mencari keberadaan sosok itu disekeliling apartemennya. Matanya terbelalak ketika menemukan Sya tengah duduk di kursi kebesarannya. Sya tampak anggun dengan gaya duduknya, menyilangkan kaki diantara pahanya sendiri. Apa yang dikenakannya? Itu sangat menggangu ketenangan banti dan birahi Rayhan. Karena Rayhan tak merespon pertanyaannya. Sya kemudian bangkit dari duduknya. Lalu melangkah mendekat ke arah Rayhan dengan cara yang sangat dramatis. Rayhan belum pernah meliha

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Undangan   Panggung yang Meriah

    Setelah hampir satu jam mereka berkendara, tibalah mereka di sebuah Hotel mewah. Untuk mencapai ke ruang pertunjukan mereka harus menaiki lift ke lantai 15. Mereka memasuki hotel tersebut dari pintu depan setelah menyerahkan kunci mobil ke petugas hotel. Sya tampak percaya diri melangkah anggun menggandeng Rayhan. Dia memancarkan senyum secerah berlian yang dikenakannya. Rayhan merasa hatinya penuh dengan perasaan takjub. Seolah keindahan yang baru ditemuinya itu belum pernah masuk kedalam ingatannya sendiri. Selain merasa takjub dengan Sya. Rayhan juga merasa takjub dengan dirinya sendiri. Dia tidak pernah seserius ini dalam berpenampilan. Serapih-rapihnya dia mengenakan pakaian, ya hanya ketika dia pergi bekerja atau bertemu dengan klien. Rayhan bahkan harus mencukur kumis tipisnya hingga botak, dan menggunakan minyak rambut agar terlihat necis dan klimis. Ia tak mau tampil mengecewakan saat bersanding dengan Sya. Belum lagi, penampilan Sya yang super glamor dan seksi menj

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Undangan   Kejadian Tak Terduga

    Sebelum memanas birahi mereka akibat ciuman spontan itu, Sya melepaskan dirinya dari cengkraman Rayhan. Masih ada yang harus dilakukan sebelum pulang. “Hmm... Kau sangat nakal, Ray...”, goda Sya dengan senyum menyindir. “Apa aku tidak salah dengar?”, balas Rayhan kepada Sya. “Ayo, aku harus menemui tamu. Tidak sopan jika tidak menyapa mereka. Ayo!”, titah Sya sambil menarik tangan Rayhan keluar dari belakang panggung menuju aula. Walaupun rangkaian acara telah selesai, para tamu itu tak buru-buru mengosongkan ruangan. Justru banyak diantaranya ada yang mulai makan besar atau bahkan mabuk-mabukan. Pesta yang sesungguhnya baru dimulai. Sya dan Rayhan berjalan beriringan tanpa gandengan kali ini. Karena Sya tampak antusias, tak jarang Sya mendahului langkahnya Rayhan. Sehingga Rayhan tampak mengekor langkah Sya. Dari kejauhan ada sekelompok orang yang sibuk bercakap dengan diselingi ledakan tawa. Sya melangkah ke arah tersebut. Satu diantara kelo

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Undangan   Terbaring Lemah

    Rayhan dan Sya dilarikan ke rumah sakit setalah ambulans datang. Di rumah sakit, kondisi Sya kritis. Kecelakaan itu menyebabkan benturan keras di kepala Sya, akibat yang fatal bisa-bisa Sya gegar otak. Dengan operasi sekalipun, nyawanya dapat terselamatkan namun setelah itu kondisi Sya koma. Sedangkan kondisi Rayhan mengalami patah tulang dibagian tangannya. Ia tak percaya dengan kejadian itu yang berlangsung hanya beberapa detik saja. Sama-sama terbaring tak berdaya, Rayhan jelas sangat menyesal namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Beberapa kerabat dekat menjenguk. Sya dijenguk oleh anaknya dan beberapa tangan kanannya serta bawahannya. Kejadian yang tiba-tiba itu membuat syok semua orang. Bahkan beberapa klien setianya juga datang menjenguk. Mereka merasa baru kemarin bertemu dan tak menyangka setelahnya kecelakaan. Kamar inap Sya penuh dengan berbagai bunga berwarna warni, hampir-hampir mengalahkan kecantikan Sya sendiri. Namun tak dapat dipungkiri kiriman bunga itu dari se

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • Undangan   Kepulangan Sya

    Esok paginya Rayhan berencana mengunjungi kamar Sya. Tapi ketika telah sampai dikoridor rumah sakit, Rayhan melihat Sya tengah didorong menggunakan kursi roda bersama beberapa orang. Rayhan mengenali orang-orang tersebut, di antaranya ada Heri pengawalnya, kemudian Fina asistennya dan Luki anak Sya. Dengan tergopoh-gopoh Rayhan berusaha mengejar rombongan tersebut. Rayhan meneriakan nama Sya ketika dirinya telah mendekat, namun rombongan itu tidak ada yang menghentikan langkah ataupun sekedar merespon. Sya sama heningnya dengan orang disekelilinginya. Walaupun dengan langkah putus asa, Rayhan tetap berusaha menggapai Sya. Sambil berjalan cepat mengimbangi kecepatan langkah rombongan itu, Rayhan bersikeras menggenggam tangan Sya. “Sya! Sya! Tunggu aku... Kau mau kemana?”. Sya tetap tak merespon walaupun Rayhan mengoceh tak henti hampir-hampir berteriak. Ketika rombongan tersebut telah mencapai mobil. Sya dibopong masuk sedangkan kursi rodanya dilipat dan dimasukan ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Undangan   Keraguan Erin

    Rayhan dan Reza tak segan menambah nasi dan lauk saat makan. Mereka sangat bersemangat dan terus memuji masakan Erin yang sangat enak. Erin hanya terkekeh melihat tingkah laku konyol Rayhan dan Reza yang tak jarang berebut lauk ayam ataupun telur tersebut. Erin makan dengan santai walaupun terkadang dia mengeluh pedas karena terlalu banyak makan sambal. “Rin, sop buntut, Rin. Aku belikan bahannya...”, kata Rayhan bicara patah-patah karena kepedesannya. “Bener tuh, Rin. Sop buntut. Makan sampai keringetan kayak gini emang paling nikmat”, tambah Reza. “Hei makan dulu yang ini baru pengen yang lain! Huh!”, jawab Erin sambil lalu ke dapur. Reza dan Rayhan telah menyelesaikan makannya. Mereka lalu pindah ke sofa karena kekenyangan. Dengan santai Rayhan menyalakan televisi dan mengambil cemilan yang diberikan Reza. “Buset dah perut karet, baru makan berat udah ngemil lagi”, komentar Reza. “Ini dessert, Ja”, jawab Rayhan sambil memasukkan ker

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06

Bab terbaru

  • Undangan   Bali III

    Pagi itu, mereka telah menaiki speed boat menuju ke tengah laut. Sya, Rayhan dan Luki telah memakai perlengkapan menyelam. Mereka akan snorkling, melihat kehidupan laut di kedalaman tertentu. Jika meraka beruntung, mereka dapat melihat ikan berbagai rupa yang cantik-cantik. Atau terumbu karang yang bentuknya unik. Karena baru pertama kali, untunglah mereka di dampingi penyelam profesional yang akan membantu mereka menemukan objek yang dicari. Speed boat telah berhenti. Instruktur pun menyuruh mereka menyelam di lokasi itu. Ketika semua sudah di dalam air, instruktur memandu mereka menyelam. Dengan membawa kamera khusus dalam air. Luki banyak memotret objek yang menurutnya bagus. Tiga puluh menit kemudian, Sya menunjukkan telunjuknya ke atas meminta untuk naik. Instruktur pun menyuruh Rayhan dan Luki juga ikut ke permukaan. Setelah mereka semua telah berada di speed boat, Rayhan tampak cemas dengan keadaan Sya. “Kamu gapapa, sayang?”, tanya Rayhan khawatir.

  • Undangan   Bali II

    “Mau langsung ke pantai?”, tanya Rayhan kepada mereka semua. “Ayo om, sekarang aja!”, jawab Luki tidak sabar. “Masih panas loh Luki, sore aja gimana?”, balas Rayhan. “Jalan-jalan dulu gapapa dong?”. Rayhan mengiyakan permintaan Luki dengan masuk ke dalam mobil. Usai mereka santap siang dan belanja di toko oleh-oleh. Rayhan tahu benar waktu Luki tak banyak, jelas Luki tak ingin membuang waktunya walau hanya sekedar istirahat. Istirahat bisa malam hari ketika tidur dan itu sudah cukup. Sya hanya mengikuti keinginan Luki. Dia merasa liburan kesana memang untuk menyenangkan anaknya. Dan untuk merehatkan pikirannya sejenak dari pekerjaan. Namun jika berlama-lama, dia bisa kelupaan tak berkutat pada pekerjaannya lagi. Rayhan pasti akan senang dengan hal itu, punya banyak waktu untuk bersama dengannya. Karena permintaan Luki yang ingin jalan-jalan. Maka Rayhan mengendarai mobil keliling kota saja sampai waktu sore tiba. Baru setelahnya mereka

  • Undangan   Bali I

    Di bandara, Luki datang bersama Heri. Sedangkan Sya, Rayhan, dan Fina telah menunggu untuk boarding lalu mereka semua santai sejenak minum kopi di kafe. Walaupun Rayhan telah bertemu Luki beberapa kali, tapi mereka belum pernah berbincang satu sama lain sehingga Rayhan tampak canggung saat Sya dan Luki saling berbicara. “Schedule kita nanti gimana, ma?”, tanya Luki kepada Sya. “Okay, kita terbang sekitar dua jam. Jam sembilan nyampe, kita ke hotel dulu. Lalu belanja, makan, istirahat sebentar. Sore baru ke pantai, makan malam, terus main kembang api. oiya ada tari kecak juga, nanti kita nonton. Baru besok pagi kita snorkling sampai siang. Setelah itu terserah kamu mau ngapain, yang penting jam delapan malam kamu sudah harus di bandara. Gimana?”, jawab Sya mejelaskan ke Luki panjang lebar. “Wow asyik! Tapi masa besok aku udah harus pulang sih?”, kata Luki melas. “Kan kamu sekolah”, jawab Sya. “Tapi sebentar banget ma, gak asyik. Huh..”, kata Lu

  • Undangan   Persiapan Liburan

    Ketika sosok Sya sudah menghilang, Rayhan mengecek panggilan yang ada di ponselnya. Ternyata yang dimaksud oleh Sya adalah Erin. Erin meneleponnya. Kalau dipikir, Rayhan memang sudah lama tidak bertemu dengannya sejak malam pernikahan Pak Hendra waktu itu. Tak mau menebak-nebak terlalu jauh. Rayhan menyempatkan dirinya untuk menelepon Erin. “Halo Rin? Ada apa kamu telepon tadi?”, tanya Rayhan tanpa basa basi. “Ehiya mas, maaf tadi ku pikir mas Rayhan. Tapi ternyata yang jawab suara perempuan, aku takut ganggu”. “Enggak itu cuma teman aku, Rin. Hei, kau belum menjawab pertanyaanku”. “Hmm aku mau ngajak mas makan malam di rumah ku. Dulu mas sempat minta masakin sop buntut kan?”. “Mungkin gak sekarang, Rin. Nanti aku kabarin lagi ya”. “Oh gitu mas, yaudah gapapa”. “Udah dulu ya, bye”. Rayhan pikir ada hal mendesak. Rupanya cuma mengajak makan malam. Memang sejak Sya tinggal di apartemennya, Rayhan lupa dengan Erin. Perasaa

  • Undangan   Rencana Liburan

    Esok paginya mereka memulai hari yang sama seperti kemarin. Karena tubuh jauh lebih segar saat pagi hari, Rayhan memutuskan untuk bercinta hanya pada saat itu saja. Frekuensi yang terlalu sering juga akan mengakibatkan keduanya bisa merasa bosan. Jadi Rayhan berusaha untuk tidak memaksa jika Sya tidak ingin. Sarapan pagi itu, Sya tampak sedang video call dengan anaknya. Di sela-sela panggilan tersebut, Sya mengajak Rayhan untuk video call juga. Tak dapat menolak, Rayhan menurut saja. “Luki ini ada om Ray...”, kata Sya menyodorkan ponselnya tepat ke muka Rayhan. “Hai Luki gimana kabarmu?”, tanya Rayhan masih mengunyahkan makanan. “Hai om, kabarku baik. Apa mama merepotkan disana?”. “Sama sekali tidak merepotkan, om senang ada mama disini. Kamu juga bisa kesini kalau kamu mau”, jelas Rayhan. “Enggak ah om, mama sedang puber”, ledek Luki. “Mama dengar loh Luki”, ucap Sya tegas. “Hehehe bercanda ma”. “Gini deh, kamu

  • Undangan   Kegiatan Baru di Apartemen

    “Kok lu bisa mesra banget sama dia? Bukannya dia punya pacar?”, kata Luis mengawali obrolan di mobil yang dalam perjalanan. “Pacar? Pacar yang mana?”, balas Sya heran. “Itu loh yang kemarin kita sempat pas-pasan di bassment, waktu pernikahan Pak Hendra”, kata Luis menjelaskan. “Oiya, gue lupa. Ya kita lihat aja apakah dia beneran punya pacar atau tidak. Tapi menurut perasaan gue, ya dia sama gue aja sekarang ini”, jawab Sya. “Mungkin, kalau ternyata dia buaya tenang aja biar gue hajar dia! Gantengan juga gue, Sya daripada dia!”, tegas Luis sambil memperagakan adegan tinju. “Udah dah, makan nih. Lu rese kalau lagi laper!”, ucap Sya sambil melemparkan kantong berisi roti isi itu. “Lah itu mah iklan yang kita buat hahaha”. Sampai di kantor, Sya dan Luis bekerja seperti biasa. Tidak ada pembicaran tentang Rayhan atau yang lain-lain. Mereka sangat serius jika konsentrasi sedang tinggi-tingginya. Beberapa pekerjaan mampu terselesaika

  • Undangan   Penemuan Ide

    Dari dalam kamar, Sya mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Rayhan. Sya tahu bahwa dia begitu egois tidak memikirkan nasib Rayhan. Walaupun dia tidak harus berbuat apa atas kejadian tadi, Sya jelas tetap pada pendiriannya. Meski dia belum tahu benar bagaimana cara untuk menyampaikan maksudnya sendiri mengambil langkah seperti ini. Kesalahan terbesar Rayhan adalah menuntut Sya untuk menikah. Sya bukan anak gadis yang takut tidak laku, dia seorang wanita pebisnis. Meskipun Sya janda bukan berarti dia ingin ada lelaki lain yang akan mendampinginya. Itu bukan masalah. Siapapun bisa menjadi pendampingnya jika dia mau, hanya saja bukan dengan menikah. Sya tahu benar bagaimana perasaan Rayhan saat ini. Rayhan pasti merasa digantung dengan hubungan yang tidak jelas kemana arahnya. Sya sangat mengerti itu, tapi bukan perkara mudah untuk menyakinkan Rayhan bahwa mereka tidak perlu melakukan hal yang lain-lain. Apa yang mereka telah jalani seharusnya sudah cukup. Ak

  • Undangan   Di Apartemen

    Sementara Sya dan Luis masih dalam perjalanan pulang. “Tadi siapa, Sya?”, tanya Luis. “Rayhan, temen lama gue”, jawab Sya singkat. “Oh, gue kira dia pacar lu. Tapi pas di parkiran gue lihat dia sama cewek lain, ya mana mungkin kalian pacaran hahaha...”. “Pacaran atau tidak, gue punya hubungan sama dia”. “Maksud lu selingkuhan?”. “Sialan lu, emangnya gue pelakor?”, seru Sya marah. “Ya habis lu gak jelas ngasih tahunya”. Sya memilih tak menjawab, dia tak merasa harus menjelaskan secara detail bagaimana hubungannya dengan Rayhan. Baginya dia sudah nyaman dengan hubungan seperti itu. Walaupun Rayhan terus menerus membujuknya untuk menikah. Hingga Sya memutuskan untuk menolak karena Sya merasa tidak membutuhkan itu. “Antar gue ke apartemennya dia, Luis”, pinta Sya. “Hah? Sekarang?”, tanya Luis bingung. “Sementara gue pengen tinggal beberapa hari di apartemennya. Tolong lu bilang Heri dan Fina siapkan

  • Undangan   Pertemuan Tak Terduga

    Luis datang ke rumah Sya untuk menjemput. Hari itu adalah jadwal menghadiri pernikahan Pak Hendra. Luis tahu Sya malas datang ke acara tersebut karena dia sudah menunggu dari tadi. Sya masih berdandan, padahal yang menikah bukan dia tapi waktu yang dihabiskan untuk dandan saja sama seperti pengantin. Kegelisahan Luis akhirnya terbayarkan setelah Sya keluar dari kamar dengan gaun mewah dan riasan yang cantik. Luis sangat terpesona, biar bagaimanapun dia lelaki yang tertarik pada wanita. Walaupun Luis orang kepercayaan Sya. “Et dah lama banget neng, untung hasilnya cakep gini. Yuk ah buruan!”, kata Luis yang telah melangkah duluan ke mobil. “Gini dong lu ganteng biar ada cewek yang nyantol!”, balas Sya menyusul Luis. “Lu juga jomblo jangan ngatain lah, dah buruan masuk”, pinta Luis yang sudah berada di mobil. “Gue janda, sialan. Bukan jomblo”, balas Sya ketus sambil menaiki mobil. Mobil mereka melaju dengan kecepatan sedang karena Sya ya

DMCA.com Protection Status