Beranda / Romansa / Unconditional Love for Riski / Bab 1 : Pertemuan yang Tidak di Sengaja.

Share

Unconditional Love for Riski
Unconditional Love for Riski
Penulis: Queen yu

Bab 1 : Pertemuan yang Tidak di Sengaja.

Penulis: Queen yu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di sebuah rumah megah yang ada di Kota Bandung.

Ada seorang laki-laki tampan sedang asik memainkan mainan baru yang baru dibeli oleh sang Kakak. Ia sangat bahagia, saat bisa bermain bersama kakaknya. Namun, saat tengah asik bermain tiba-tiba sang Kakak menerima telepon penting dari klien bisnis. Sesegera mungkin sang Kakak langsung meninggalkan adiknya di rumah seorang diri, karena asisten rumah tangga sedang pergi ke pasar membeli keperluan rumah mereka. Sang adik sedari kecil sudah memiliki sindrom peter pan. Adiknya sudah berumur 23 tahun, namun sikapnya masih seperti anak yang baru berusia 5 tahun.

Kedua orang tuanya bahkan kakaknya sudah mencari seseorang untuk merawat pria tampan ini. Namun, setiap sudah menemukan orang yang mau merawatnya, mereka tidak bisa bertahan selama sebulan. Ada saja yang dilakukan pria tersebut agar orang-orang yang merawatnya menjadi takut dan membuat mereka tidak betah untuk merawat pria tampan tersebut.

***

Malam hari pun tiba, semua orang sudah pulang ke rumah, dan waktunya beristirahat, karena lelah seharian bekerja. Pria itu hanya diam di dalam kamarnya, sambil meminum susu yang dibuatkan oleh asisten rumah tangga. Terdengar suara ketukan pintu lalu pria itu segera membuka pintu tersebut.

"Tuan Riski, Nyonya menyuruh untuk ke ruang keluarga," ucap pekerjaan yang mengurus rumahnya.

"Bi, Riski tidak mau bertemu mereka," balas Riski dengan nada seperti anak kecil yang sedang berbicara.

"Tapi nanti Tuan dimarahi Nyonya loh," sambung asistennya sambil mengusap rambut Riski.

"Biarin! Riski ngambek!" balasnya lagi dan menutup pintu kamarnya.

Asisten-nya pun hanya menghela napas dan turun ke bawah, untuk memberitahu majikannya bahwa Riski tidak ingin bertemu mereka. Setelah memberitahu majikannya, mereka pun langsung naik ke lantai atas untuk menemui Riski.

"Hei buka! Ini Ayah!" teriak Tuan Bima.

"Jangan seperti anak kecil, kamu sudah dewasa. Kamu sudah berumur 23 tahun, haruskah kami memanjakan mu lagi?! Kamu tidak tau Ayah dan ibumu capek kalau kamu terus seperti ini!" bentak Nyonya Putri yang sudah sangat emosi melihat anaknya yang berbeda dari orang lain.

"Sudahlah Ayah, Ibu. Mungkin dia cuma ingin bersama kalian, luangkan waktu untuk dia," sahut Adam.

"Tidak ada gunanya meluangkan waktu untuk dia yang berbeda darimu, Adam. Dia hanya bisa menyusahkan keluarga ini!" bentak Tuan Bima kepada Adam putra pertamanya.

Riski hanya memeluk lututnya dan entah kenapa air mata tiba-tiba menetes membasahi pipinya. Ia duduk di sudut kamar, karena ketakutan mendengar Ayah dan ibunya sudah membentaknya di depan kamar.

"M--memang aku b--berbeda dari Kak Adam. T--api aku 'kan juga ingin disayang oleh Ayah dan Ibu," ucap Riski dengan terbata-bata karena sedang menangis tersedu-sedu.

Hujan telah mengguyur Kota Bandung, petir menyambar pepohonan hingga terjatuh. Riski memasukkan mainan-nya ke dalam tas ransel, tak lupa ia membawa tabungan miliknya. Ia mengikat beberapa kain dan setelah kain tersebut panjang, pria itu langsung mengikat kain tersebut ke pagar balkon kamarnya. Ia turun ke bawah dengan kain tersebut dan pergi dari rumahnya.

"Riski tidak akan mengganggu Ayah, Ibu dan Kakak lagi," ucapnya dan berlari menjauhi kompleks rumahnya.

Baju dan celana bahkan tas-nya sudah basah karena terkena hujan. Ia mencari tempat untuk berteduh, Riski memegang sebuah mainan mobil kecil sambil memakan roti yang ia bawa dari rumah. Namun, tiba-tiba ada beberapa Mahasiswa menatap Riski dengan tatapan jijik.

"Astaga! Mainan apa ini?!" ucap salah satu Mahasiswa membuang mainan Riski.

"Kak itu punya Riski," balasnya mengambil mainan tersebut.

Mahasiswa itu memegangi tubuh Riski dan memukul wajah pria tersebut. Sehingga bibirnya pecah dan mengeluarkan darah.

"Dih! Kau sudah dewasa masih saja memainkan mainan anak kecil! Ah dasar penyakitan," salah satu Mahasiswa kembali menampar wajah Riski.

"Riski tidak pernah mengganggu Kakak, tapi kenapa Kakak jahat sekali padaku?" tanya Riski yang menangis karena wajahnya sudah dipenuhi banyak memar dan bibirnya sudah berdarah.

"Berani kau berbicara padaku!" teriak Mahasiswa yang akan memukul Riski.

Namun, tangan Mahasiswa tersebut ditahan oleh seorang gadis yang menatap mereka dengan tatapan tajam. Gadis itu memegang tangan Riski dan menyembunyikan pria itu di belakangnya.

"Kau!" teriak salah satu Mahasiswa.

"Pergi atau tulang kalian akan aku patah'kan!" bentaknya sambil menekan perkataan tersebut.

Semua Mahasiswa yang membully Riski tadi langsung melarikan diri, agar tidak dipukul oleh gadis yang menolong pria tampan itu. Gadis tersebut mengambil mainan Riski dan memberikannya pada pria yang ada di sampingnya.

"Ini, mainan kamu. Sudah jangan takut, ada aku disini. Tidak akan ada yang bisa mengganggumu lagi..." ucapnya.

Riski hanya diam dan mengambil mainan-nya sambil memegang wajahnya yang penuh dengan memar, bekas pukulan Mahasiswa tadi.

"Mau ikut denganku? Nanti akan aku obati lukamu biar tidak sakit lagi," tawarnya.

Riski mengangguk dan gadis itu pun menggenggam tangan pria tersebut, gadis tersebut membawanya ke sebuah Minimarket terdekat. Ia membelikan obat untuk mengobati memar di wajah Riski. Ia duduk di sebelah Riski yang sedang memakan es krim, yang dibeli dengan uang tabungannya.

"Kamu membeli es krim?" tanya gadis yang menolongnya.

"Iya," balas Riski sambil memakan es krim-nya dan memeluk tabungannya.

"Saya obati wajahmu ya," meminta izin pada Riski.

Ya, pria itu menganggukkan kepalanya dan menatap gadis tersebut. Ia langsung mengobati memar di wajah Riski dan tanpa sengaja ia melihat memar di punggung pria tersebut.

"Ada yang memukulmu selain pria jahat tadi?" tanya gadis tersebut yang penasaran dengan memar di punggung Riski.

"Ibu memukul Riski, karena sudah memecahkan piring-nya. Setiap Riski berbuat salah, kedua orang tua Riski pasti memukul dengan menggunakan kaki atau benda tumpul. Tapi Riski baik-baik saja..." ucap Riski dengan polos.

Gadis itu menatap Riski dengan tatapan kasihan dan mengobati memar yang ada di punggung pria itu. Riski secara tiba-tiba memegang pinggang gadis tersebut, dan membuat gadis itu sangat terkejut.

"Kakak tau, aku tidak pernah dipeluk oleh siapapun, karena aku berbeda dari kakakku. Hehe, semua orang tidak menyukaiku. Semua orang membenciku. Kenapa aku harus lahir ya ke dunia ini?" jelas Riski dengan nada sedih, sambil memeluk pinggang gadis yang ada di hadapannya.

Gadis itu menepuk pelan punggung Riski dan mencoba menenangkan pria tersebut. Riski pun tertidur pulas di pelukkan gadis yang menolongnya. Gadis itu tidak kuat mendengar ucapan pria yang baru ia temui beberapa menit yang lalu.

"Pria tampan seperti ini, harus disiksa oleh ibunya, hadeh ibu yang jahat. Tau gitu mending jadi suamiku aja, ah mantap," ucap gadis itu mengusap surai Riski yang tengah tertidur pulas. [.]

Bab terkait

  • Unconditional Love for Riski   Bab 2 : Pelindung.

    Bandung, pukul 07.00 WIB.Riski bangun dari tidurnya dan terkejut ketika melihat ia sudah ada di kamar miliknya. Padahal semalam dia kabur dari rumah dan kenapa dia bisa ada di kamar miliknya lagi? Pertanyaan memenuhi pikiran Riski. Adam masuk dan menutup kembali pintu kamar adiknya. Ia menghampiri sang Adik yang tengah duduk di atas kasur sambil mengigit kukunya."Riski, jika Ibu marah padamu jangan dimasukkan ke dalam hati ya," ucap Adam mengusap rambut adiknya.Riski hanya diam dan masih tetap menggigit kukunya, tiba-tiba ayahnya masuk dan menarik pria itu keluar kamar. "Ayah jangan kasar pada adikku!" teriak Adam sambil mengejar Riski yang ditarik ayahnya.Ayahnya langsung mendorong Riski hingga terjatuh, lutut pria itu terluka. Riski memegang lututnya dan menunduk karena takut pada ayahnya, Ibu dari dua pria tampan itu datang dan menampar wajah Riski hingga menimbulkan memar."Beraninya kabur dari rumah! Kalau ada orang yang melihatmu bagaimana? Itu bisa merusak reputasi keluarga

  • Unconditional Love for Riski   Bab 3 : Perawat Berhati Malaikat.

    "Baiklah kamu boleh bekerja hari ini," ucap Tuan Bima.Cinta menganggukkan kepalanya dan membantu Riski untuk berdiri. Tuan Bima mendekati Riski, namun pria itu malah langsung bersembunyi di belakang punggung, Cinta. Gadis itu menggenggam tangan Riski agar tidak takut dan akhirnya pria itu keluar dari persembunyian sambil menatap sang Ayah."Awas kalau sampai kamu membuat perawatmu tidak betah! Akan Ayah siksa kamu sampai mati!" bentak Tuan Bima.Riski menunduk, karena takut dan langsung menggenggam tangan Cinta dengan kuat. Kedua orang tua Riski keluar dari rumah menuju kantor, sedangkan Adam dan Indah memilih menghampiri adiknya."Aku percaya padamu, untuk menjaga adikku," ucap Adam pada Cinta."Jaga dia dengan baik," sambung Indah mengusap rambut Riski."Saya akan menjaganya dengan baik Tuan, Nyonya," balas Cinta.Mereka tersenyum manis ke arah Cinta, lalu keluar dari rumah menuju mobil yang terparkir di depan. Saskia menatap tajam ke arah Cinta yang sedang membalas tatapannya. Cint

  • Unconditional Love for Riski   Bab 4 : Kenyamanan.

    Saat sampai di dalam kamar, Cinta langsung membuka baju Riski dan mengobati memar yang ada di dada majikannya. Riski menggigit bahu Cinta, karena merasa perih saat diobati oleh perawatnya. Cinta sontak terkejut dan memilih tetap diam saat bahunya digigit oleh Riski. Ia tetap fokus mengobati memar di dada Riski, sambil menahan sakit di bahu karena gigitan sang Majikan.Riski tiba-tiba melepaskan gigitan tersebut dan mengelus bahu Cinta sambil menangis. Ia merasa bersalah telah melukai perawat yang melindunginya dari segala siksaan tadi."Sakit ya? Maaf," ucap Riski memeluk Cinta dengan erat."Tidak apa, jangan menangis," balas Cinta yang tiba-tiba membalas pelukkan majikannya dan menenangkan Riski yang tengah menangis.Pria tersebut melepas pelukkan dan menghapus air matanya, lalu ia membuka sedikit baju gadis itu untuk melihat keadaan bahu perawatnya. Terlihat bekas gigitan yang cukup dalam dan memerah di bahu Cinta. Ia mencoba untuk mengobati bekas gigitan itu, namun perawatnya malah

  • Unconditional Love for Riski   Bab 5 : Kekejaman manusia.

    Setelah keluar dari rumah sakit, mereka pun langsung pulang ke rumah. Setelah menempuh 20 menit perjalanan, Adam memarkirkan mobil-nya di depan halaman rumah. Mereka masuk ke dalam rumah yang begitu mewah milik kedua orang tua 2 pria tampan itu."Cinta," panggil Adam."Iya Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Cinta membalikkan badannya dan menatap Adam yang ada di belakangnya.Riski ikut membalikkan badan dan tetap setia memeluk tangan Perawat-nya. "Riski, bisakah Kakak pinjam perawatmu sebentar saja? Nanti Kakak kembalikan lagi padamu, hanya sebentar," ucap Adam menatap adiknya.Riski menatap Cinta dan saat melihat perawatnya mengangguk, ia langsung berjalan masuk ke dalam kamar. Adam membawa Cinta untuk ke teras rumah agar lebih nyaman berbicara di sana."Ada apa Tuan? Sepertinya ada hal penting yang ingin Tuan bicarakan..." tanya Cinta berdiri di belakang Adam."Apa kamu tulus merawat, Riski?" tanya Adam menatap serius ke arah Cinta."Saya tulus merawat Tuan Riski, karena dia mema

  • Unconditional Love for Riski   Bab 6 : Kesedihan dan Pelindung.

    Cinta masih setia menemani Riski di belakang gedung acara tersebut. Pria itu mainkan kukunya, karena masih takut untuk masuk ke dalam gedung dengan keadaan wajah yang dipenuhi memar."Kak, coba tatap aku deh." ucap Cinta jongkok di depan Riski.Ia pun langsung menatap perawatnya dengan ekspresi sendu. Cinta mengambil tas makeup-nya dan mengeluarkan foundation miliknya. Ia melihat mainan yang sering ia mainkan saat masih berumur 5 tahun. Cinta memberikan mainan tersebut pada Riski dan menggenggam tangan majikannya."Simpan mainan ini, semoga Kakak suka dengan mainanku," sambung Cinta menatap Riski."Ini cuma bunga mainan sih, tapi aku yakin mainan ini bisa membuat Kakak tenang," sambungnya."Wah, mainan ini bagus sekali." jawab Riski yang melihat mainan tersebut."Kakak suka dengan mainan itu?" tanya Cinta.Riski merespon dengan senyuman manis dan mengusap mainan bunga tersebut. Cinta ikut tersenyum dan merapikan rambut Riski yang berantakan. "Kak Riski semakin lama, semakin tampan ya,"

  • Unconditional Love for Riski   Bab 7 : Sedikit Perubahan.

    Kamar Riski, pukul 21.00 WIB.Riski sudah tertidur pulas di atas kasur, setelah wajahnya diobati oleh perawatnya. Cinta menyelimuti Riski dan berjongkok di bawah kasur. Ia terus memperhatikan wajah pria lugu yang ada di hadapannya, terkadang ia tersenyum karena wajah lucu Riski ketika tidur."Padahal dia anak yang baik, lucu dan pintar. Tapi kenapa keluarganya selalu menyiksa pria baik ini ya. Ah ralat! Ibu dan ayahnya saja, karena kalau Tuan Adam, sangat menyayangi Tuan Riski." ungkap Cinta mengusap rambut Riski."Cepat pulih, dan tunjukkan pada semua orang kamu adalah pria normal yang membutuhkan kebahagian. Tentunya membutuhkan kasih sayang," sambungnya sambil tersenyum.Cinta tiba-tiba merasakan perih di bagian punggungnya. Ia langsung berdiri dan keluar dari kamar Riski. Cinta mematikan lampu kamar dan menutup pintu kamar Riski, setelah itu ia masuk ke dalam kamarnya sambil membawa kotak P3K, untuk mengobati luka yang ada di punggungnya. Gadis itu membuka baju kemeja-nya dan berdi

  • Unconditional Love for Riski   Bab 8 : Teman yang Tulus.

    Gang sempit,Bayu dan Vendra berjalan mundur untuk menjauhi pria yang menendang punggung mereka. Namun, sudah terlambat, dua pria tampan dan seorang gadis menghadang jalan mereka sambil membawa kayu di tangan."Nah, hari ini kalian bakal mati dengan kami berempat," sambung pria yang menendang punggung Bayu dan Vendra.Riski memeluk lututnya, karena ketakutan. Tubuhnya pun mulai gemetar. Ia menggigit kuku tangannya dan berkeringat dingin, wajah sedikit pucat."Cinta, biar mereka kami yang urus," ucap pria yang ada di samping Cinta.Gadis itu mengangguk dan menatap tajam pada dua pria yang telah memukul majikan-nya. Ia langsung berlari menghampiri Riski dan memeluknya. Riski membalas pelukkan Cinta sambil menenggelamkan wajahnya di dada milik Cinta. Tubuhnya benar-benar gemetar, Cinta menggengam tangan Riski agar pria itu tenang."Kakak, tatap aku. Jangan pernah tatap kemana pun, fokus padaku saja. Mengerti?" ucap Cinta menggenggam tangan Riski.Pria yang menendang Bayu dan Vendra menata

  • Unconditional Love for Riski   Bab 9 : Saling Melindungi.

    Riski dan Cinta sudah berada di dalam kamar. Pria itu mengambil kotak P3K dan duduk di depan perawatnya, sambil menuangkan obat merah ke atas kapas yang ia pegang. Cinta hanya diam sambil menatap ke arah Riski, yang sedang menuangkan obat merah. Riski mulai mengobati bibir Cinta yang berdarah, akibat tamparan tadi dengan perlahan, agar gadis itu tidak merasa perih saat diobati."Sakit ya?" tanya Riski.Cinta hanya mengangguk dan memegang tangan majikannya, sambil menatap manik mata, Tuan mudanya. Riski membalas tatapan tersebut dan tersenyum manis pada Cinta."Kenapa?" tanya Riski."Tidak kenapa-napa Kak," balas Cinta dengan senyum tipisnya.Riski mengusap rambut Cinta dengan lembut membuat gadis itu menjadi gugup. Cinta mengambil kapas dan menuangkan obat merah, lalu mengobati kepala Riski, untuk mencoba menghilangkan rasa gugupnya."Kita saling mengobati ya," ujar Cinta sambil tersenyum."Cinta mau jadi kekasih Riski gak? Riski sudah lihat di internet, dan sekarang Rizki tahu artinya

Bab terbaru

  • Unconditional Love for Riski   Bab 60 : Akhir.

    Dua tahun kemudian.Riski tengah berada di ruang kerjanya, sambil menanda tangani dokumen yang dibawa oleh sekretarisnya. Terpasang di jari manisnya, sebuah cincin pernikahan. "Siang, Tuan." sapa sekretaris cantik yang bekerja dengan Riski."Iya, ada apa?" tanya Riski dengan ramah."Ada beberapa dokumen lagi, yang harus Tuan tanda tangani..." sambungnya.Riski menganggukkan kepalanya dan sekretaris itu pun meletakkan dokumen yang ia bawa di meja kerja Riski. Ia dengan sengaja memegang tangan Riski dengan lembut."Apa maksudmu?" tanya Riski yang langsung menatap datar sekretarisnya.Sekretaris itu pun malah mengelus punggung tangan atasannya. Riski mulai kesal dan menepis tangan sekretarisnya dengan kasar."Jangan sentuh tanganku! Ingat aku sudah menikah! Kau pikir aku akan tertarik denganmu ha!" tegas Riski.Sekretarisnya pun langsung tertunduk saat mendengar bentakan dari atasannya. "Maaf, Tuan." ucapnya dengan gugup."Pergi dari ruanganku sekarang!" perintah Riski dengan nada yang c

  • Unconditional Love for Riski   Bab 59 : Kecelakaan.

    Satu minggu kemudian.Semua persiapan sudah Hampir semua selesai. Kesempatan bagi Riski, Cinta dan kawan-kawan berlibur ke puncak, Bogor. Mereka tengah asik mempersiapkan keperluan untuk selama 3 hari disana."Celana dalam udah, hand body udah, parfum udah, skincare udah, ini udah, itu udah, oke udah semua." Gumam Alex."Eh buruan tai, lama banget jadi cowok. Ngapain lo di dalem kamar, cukur bulu!" teriak Kenzo yang sudah sedari tadi menunggu Alex.James dan Cinta hanya diam sambil menunggu sahabatnya. Entah kenapa perasaan Cinta tentang kepergiannya untuk berlibur tidak enak. Ingin menolak, tapi dia tidak ingin melihat sahabatnya kecewa. Apalagi ini kesempatan mereka untuk bersama, karena setelah menikah tentunya dia dan Riski fokus ke rumah tangga mereka yang telah mereka bangun."Sabar ngapa?" ketus Alex."Buju buset, setan salto sampe planet pluto. Lo mau liburan atau pindah rumah, banyak banget bawaan lo. Mabok alkohol lo?" tegas Kenzo yang bingung melihat barang bawaan Alex."Jel

  • Unconditional Love for Riski   Bab 58 : Persiapan Pernikahan.

    Tuan Bima sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah, karena keadaannnya sudah membaik. Riski dan Adam membantu ayahnya untuk masuk ke dalam mobil. Nyonya Putri, Cinta dan Indah membawa beberapa barang, kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobil."Hati-hati, Ayah." ucap Riski.Tuan Bima mengangguk dan tersenyum ke arah Riski. Mereka masuk ke dalam mobil dan menuju kediaman keluarga Tuan Bima.Tiga puluh menit di perjalanan, akhirnya mereka tiba di depan rumah megah milik keluarga Tuan Bima. Riski turun lebih dulu, kemudian membantu ayahnya untuk keluar dari mobil. Adam membawa barang-barang yang ada di bagasi, dibantu oleh Cinta. Mereka masuk ke dalam rumah, dan duduk di atas sofa ruang tamu."Akhirnya pulang juga," ujar Tuan Bima yang lega."Iya, sayang. Mau minum teh?" tanya Nyonya Putri. "Tidak perlu, sayang." balas Tuan Bima.Adam dan Cinta meletakkan barang-barang Tuan Bima di dalam kamar. Setelah itu, mereka berdua berjalan ke arah ruang tamu."Bagaimana, dua minggu lagi kalian

  • Unconditional Love for Riski   Bab 57 : Restu.

    Agus dan anggota kepolisian datang ke alamat yang diberikan oleh Marcel. Mereka sudah berpencar ke sekeliling rumah, agar Yogi tidak melarikan diri. Agus mendekati rumah yang letaknya cukup jauh dari kota Bandung, kemudian mengetuk pintu rumah tersebut.TokTokSudah tiga kali ketukan, namun tidak ada respon dari siapapun. Agus berinisiatif untuk mendobrak rumah, namun tanpa sengaja ia memegang ganggang pintu hingga terbuka."Terbuka?" ucap Agus yang bingung.Tanpa pikir panjang, ia dan tim yang lain masuk ke dalam rumah. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Yogi di dalam rumah. Agus memerintahkan anggotanya, untuk segera mencari ke sekeliling rumah, bahkan keseluruh jalanan. Tetap saja nihil tidak ada jejak Yogi sama sekali, seakan pria itu bak ditelan bumi."Pasti dia sudah tau, kita akan menangkapnya..." ujar Agus."Tetap cari keberadaan buronan itu! Periksa CCTV, kita harus menemukan buronan itu secepat mungkin. Karena nyawa temanku dalam bahaya.." perintah Agus yang langsung masuk ke

  • Unconditional Love for Riski   Bab 56 : Sadar dan Terbukti.

    Pagi Hari, pukul 07.00 WIB.Riski membuka matanya, dan membenarkan jaket yang menyelimuti tubuh kekasihnya. Ia berdiri di depan pintu ruang ICU, sambil menatap Tuan Bima dari kaca pintu ruangan. Saat ia asik melihat ayahnya, tiba-tiba jari telunjuk Tuan Bima bergerak. Riski terkejut dan langsung masuk ke dalam ruangan, kemudian menekan tombol yang ada di samping brankar sang Ayah.Dokter dan perawat langsung berlari masuk ke dalam ruang ICU. Cinta terbangun dari tidurnya, dan langsung berdiri saat melihat tim medis masuk ke dalam ruangan dengan tergesa. Riski keluar dari ruangan, terlihat Cinta sudah berdiri di depan ruangan. Riski memeluk kekasihnya dan air mata bahagia pun membasahi wajah tampannya. "Jari Ayah bergerak, aku bahagia sekali." ucap Riski yang begitu bahagia."Benarkah? Syukurlah, sebentar lagi Tuan Bima akan sadar dan bisa beraktivitas seperti biasanya, Kak." balas Cinta yang ikut bahagia.Adam, Indah dan Nyonya Putri langsung berlari ke arah ruang ICU, saat melihat Ri

  • Unconditional Love for Riski   Bab 55 : Rencana Balas Dendam.

    Saskia merasakan ada sebuah mobil yang mengikutinya dari belakang, ia langsung membelokkan mobil-nya ke jalanan yang cukup banyak orang. Saskia menghentikan mobil miliknya dan ternyata mobil tersebut hanya berjalan melewati mobilnya."Aish, hanya perasaanku saja ternyata..." ucap Saskia yang tertawa kecil.Wanita itu langsung menghidupkan kembali mobil-nya dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah. Joshua hanya tersenyum kecil menatap kepergian wanita tersebut. Ia langsung menghidupkan kembali mobilnya dan berbalik arah menuju rumah sakit.'Belum waktunya,-' batin Joshua.***Cinta dan Riski meminjam mobil Alex untuk ke rumah sakit. Mereka masuk ke dalam mobil dan menuju rumah sakit, untuk bergantian menjaga Tuan Bima yang masih dalam keadaan koma."Wah, ternyata sayangku sudah bisa menyetir mobil. Keren banget," ucap Cinta yang bertepuk tangan."Ehehe, makasih sayang." jawab Riski yang tersenyum bahagia."Yasudah, fokus melihat jalan..." sambung Cinta memegang tangan kekasihnya denga

  • Unconditional Love for Riski   Bab 54 : Joshua.

    Dokter Joshua menahan tangan Yogi yang memegang pisau, hingga pisau itu terjatuh ke lantai kamar. Yogi terkejut dengan reaksi sang Dokter yang berani melawannya."Aku bukan seperti Dokter yang lainnya, Tuan. Kau menantangku, aku akan menerima tantangan mu.." ucap Dokter Joshua mengikat tangan Yogi dengan tali yang ada di dalam tas kerjanya."Lepaskan aku!" teriak Yogi sambil memberontak."Mama, tolong aku." teriak Yogi."Tidak akan terdengar, karena kamar anda 'kan kedap suara, Tuan muda." sambung Joshua sambil tersenyum kecil ke arah Yogi."Maaf, ini jam kerjaku. Jadi kau harus menuruti perintah ku, atau kau akan ku hukum..." ucap Dokter Marcel kembali.Yogi memberontak dan berusaha menendang perut Joshua. Namun, Dokter itu malah menahan kaki Yogi dan mengikatnya dengan tali. Joshua mengeluarkan peralatan yang ia gunakan untuk melakukan terapi dan mulai menghipnotis Yogi.Pria itu akhirnya tertidur dan Joshua mulai untuk melakukan terapi pada Kakak kandung almarhum Dokter Wahyu. "Ter

  • Unconditional Love for Riski   Bab 53 : Psikiater.

    Pagi Hari, Pukul 07.00 WIB.Riski dan yang lain tengah bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Sebelum pergi, mereka lebih dulu menonton berita yang disiarkan oleh salah satu channel televisi. "Korupsi mulu, kagak pernah selesai dah masalahnya," ucap James."Hooh, malah makin banyak yang korupsi. Bikin Negara miskin aja," sambung Riski yang duduk di samping James."Kamu benar-benar sudah baik 'kan?" tanya James."Sudah, nanti selepas pulang kerja, aku ingin terapi lagi dan menjenguk ayahku. Kasihan Kak Adam semalam seharian menjaga Ayah dan Ibu," jawab Riski.James menganggukkan kepalanya dan mereka langsung berdiri, saat melihat Cinta, Alex dan Kenzo sudah keluar dari dalam kamar. James mengambil remote televisi, berencana ingin mematikannya namun terhenti saat melihat kasus pembunuhan wanita paruh baya sudah terbongkar.- Selamat Pagi, hari ini anggota kepolisian berhasil mecahkan kasus tentang pembunuhan di sungai 3 hari yang lalu, Minah dinyatakan telah dibunuh di sebuah sungai yang

  • Unconditional Love for Riski   Bab 52 : Penyelesaian.

    "Maaf," ucap Riski yang langsung melepas tangan gadis yang ternyata bukan kekasihnya."Mbak, ngapain di sini?" tanya James."Saya mau mengambil selendang milik saya," jawab gadis tersebut."Butuh bantuan?" tanya Alex."Tidak perlu, terima kasih." jawab gadis tersebut yang berhasil mengambil selendang miliknya.James, Riski, Kenzo dan Alex hanya mengangguk, kemudian melanjutkan untuk mencari Cinta yang belum juga mereka temui. Mereka kembali masuk ke dalam mobil, dan memilih mencari Cinta di tempat lain, berharap agar mereka bisa bertemu dengan gadis cantik itu."Semoga kita bisa bertemu dengannya," harapan Kenzo."Aamiin, aku khawatir dengan Cinta..." jawab Alex yang terus menatap ke luar jendela mobil."Kamu tau tidak dimana tempat paling disukai Cinta? Aish, dia tidak pernah memberitahu kami tentang tempat favoritnya. Jadi kami tidak tau, Riski." ucap James."Aku, tau." jawab Riski."Dimana?" tanya Kenzo."----,"James memutar arah dan menuju tempat yang disebutkan Riski.***Di Kawa

DMCA.com Protection Status