Langkah kaki Alya sampai di depan pintu ruangan Nadine. Gadis manis itu sejenak menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya lalu tangannya meraih gagang pintu menuju ranjang Nadine.
Disana sang ibu sedang duduk dengan raut wajah khawatir. Rasa sedih kembali menyeruak di hati Alya.
‘ Bagaimana perasaan ibu kalau aku ceritakan tentang keadaan dan biaya pemeriksaan Nadine’
Alya berkata dalam hati.
“Nadine belum siuman buk?” Kata Alya.
Bu Kartika yang tak menyadari kedatangan anak sulungnya itu menoleh ke arah Alya dan segera ia menghapus air mata di kedua pipinya agar Alya tak melihatnya.
“Eh, iya Al, Nadine belum siuman. Kata susternya mungkin sebentar lagi.”
Jawab ibu dengan senyum dipaksakan.
Alya tersenyum untuk menutupi gundah hatinya. Ia menarik kursi yang ada di sebelah sang ibu dan menghempaska
Alya baru saja menyelesaikan sholat magribnya saat pintu rumah diketuk dari luar. Gadi muda itu bergegas membuka mukena, melipatnya asal-asalan dan segera menuju pintu. “Assalamualaikum” Ujar seseorang dari luar sana dan sepertinya Alya mengenal suara itu. “Waalaikumussalam” balas Alya sambil membuka kunci pintu dan membukanya. Tampak dihadapannya bu Santi tetangganya sedang berdiri mengenakan baju daster warna merah dan sebuah mangkuk di tangannya. “Iya buk” Kata Alya sambil mempersilahkan tetangga sebelah rumahnya itu masuk. “Habis sholat ya Al” sapa bu Santi seraya masuk ke dalam rumah dan duduk di sebuah kursi usang yang ada disana. “Iya buk, abis sholat magrib tadi” jawab Alya. “Oh iya, tadi ibu dengar ada suara air hidup di belakang, ibu fikir kamu sudah pulang. Alya mengangguk sambil tersenyum. “Ini Al” kata
Jam di tangan Alya menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit saat motor yang dikendarai bu Santi berhenti di sebuah rumah mewah yang ada di komplek sebelah. Alya melepaskan helm lalu turun dari motor sedangkan bu Santi juga melepaskan helm hijau dari kepalanya lalu merogoh saku bajunya dan mengeluarkan secarik kertas dari sana.“ Kayaknya bener ini rumahnya Al.”Ujar bu Santi dengan mata yang masih memandang ke secarik kertas yang di pegangnya.Alya agak mendekat ke bu Santi yang belum turun dri motornya lalu melihat alamat yang tertulis di secarik kertas yang di pegang bu Santi.‘komplek kenanga blok sembilan nomor 35.’Alya membaca dalam hati alamat di kertas yang dipegang bu Santi.“Iya bu, sesuai dengan alamat yang diberikan wak Kalsum”Kata Alya mengiyakan perkataan bu Santi.Bu santi mengangguk lalu turun dari motornya da
13. “Syaratnya apa tante?” Alya tak sabar mendengar lanjutan kalimat tante Altum. Teringat olehnya Nadine yang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit dan wajah tua ibu yang pastinya menunggu kabar baik darinya. “Syaratnya gampang kok. Gampang dan enak” Sekali lagi tante Altum menampakkan senyum culasnya pada kedua perempuan dihadapannya ini. Alya dan bu Santi salin berpandangan saat mendengar apa yang dikatakan tante Altum. “Loe boleh pinjem sama gue berapapun yang loe mau asalkan loe mau kerja sama gue” Ujar tante Altum sambil memandang Alya dengan intens. “Kerja? Kerja apa tante ?” tanya Alya sedangkan raut wajah bu Santi yang ada di samping Alya sudah menampakkan perubahan karena ia mengerti pekerjaan apa yang akan ditawarkan tante Altum kepada gadis muda seperti Alya. “Kerja di cafe gue yang baru. Minggu
14.Hari masih pagi saat Alya turun dari angkot yang membawanya ke rumah sakit tempat dimana Nadine dirawat. Ia memberikan beberapa lembar ribuan kepada supir sebagai ongkos perjalanan. Gadis itu memandang bagian depan rumah sakit yang di cat warna putih tulang. Perlahan ia melangkahkan kakinya memasuki gerbang rumah sakit. Beberapa mobil dan motor terlihat masuk dan keluar parkiran rumah sakit. Beberapa orang juga tampak berjalan keluar masuk pada pintu yang telah disediakan. Rata-rata mereka menunjukkan wajah sedih, mungkin mereka memikirkan keluarga mereka yang sedang dirawat di rumah sakit ini. Sama seperti Alya yang bingung dengan biaya pemeriksaan lanjutan Nadine. Kalau banyak orang bilang sangat sulit menemukan wajah bahagia di rumah sakit, mungkin kalimat itu benar adanya. Memang nyatanya hanya wajah sedih dan tegang yang kita temui di rumah sakit. Hampir tak bisa menemukan raut bahagia di rumah sakit kecuali rumah sakit persalinan yang mungkin awal masuk akan menunju
15.“ maaf sus, tapi... kami belum membayar biayanya” jawab Alya.“Tapi biasanya kalau dari dokter sudah mengintruksikan untuk melakukan tindakan lanjutan berarti seluruh biaya sudah diselesaikan ibu, mbak.”“Maksudnya sus?”tanya Alya tak mengerti sedangkan bu Kartika yang tak mengerti apa-apa hanya melongo.“Iya, kalau sudah ada catatan dari doketr untuk mengadakan tindakan selanjutnya berarti semua biaya sudah dibayarkan.” kata suster.“Tapi kami belum membayarnya dok”sekali lagi Alya berkata kalau ia belum membayarkan biaya pemeriksaan lanjutan Nadine.“Kalau masalah itu saya kurang tahu mbak. Untuk lebih detailnya mungkin mbak bisa tanyakan pada bagian administrasi di depan” Kata suster.“Kalau begitu saya kesana dulu ya mbak” kata Alya. 
Hai readers, aku ingetin ya kalau bab 16 ini adalah lanjutan dari bab 4.Di bab 4 diceritakan kalau Alya hendak melamar kerja di salah satu rumah mewah. Ia tak tahu kalau rumah itu rumahnya oma rosie, wanita setengah baya yang ia tolong satu bulan yang lalu.Penasaran sama ceritanya??? Buruan baca ya guyssss...***“Lho, Alya?”Wanita setengah baya yang ternyata oma Rosie itu rupanyamengenali Alya.Alya yang sudah lebih dulu melihat wanita setengah baya itu memberikan senyumlebar sembari berkata“Oma yang di pasar itu kan? Oma yang kemarin dijambret di pasar dekat terminal?”Kata Alya memastikan.“Iya, ini oma Al. Ya Allah gak nyangka kita bisa ketemu lagi”ujarnya terlihat gembira. Oma Rosie berjalan mendekati Alya.
Alya menarik nafas dalam-dalam dan mengehmbuskannya perlahan. Ada sedikit lega di hatinya. Walau sampai saat ini ia belum mendapatkan uang untuk biaya operasi Nadine tapi setidaknya ia sudah mendapatkan pekerjaan yang akan membantu hidup keluarganya. Selain biaya untuk operasi, Nadine juga butuh biaya untuk menstabilkan kesehatannya. Ia butuh asupan makanan, vitamin dan tempat tinggal yang layak dan Alya harus bekerja keras untuk itu. Ia tak bisa mengandalkan sang ibu untuk memenuhi kebutuhan mereka bertiga. Ia yakin ia bisa berjuang untuk keluarganya.Alya melangkahkan kakinya menuju ruangan dimana Nadine dirawat. Kali ini langkah kakinya terasa agak ringan karena ia membawa kabar baik untuk kedua orang yang ia cintai itu, Ya, ia sekarang sudah mendapatkan pekerjaan dirumah oma Rosie, ibu pasti senang mendengarnya.“Assalamualaikum” sapa AlyaDi ruangan ibu sedang menyuap Nadine yang tampak sudah lebih sehat
18.Hari masih pagi saat Alya sampai di depan rumah oma Rosie. Hari pertama kerja tentudia tak boleh terlambat. Perlahan ia menujugerbang megah rumah oma Rosie. Tangan Alya terulur untuk memencet bel otimatis di depan gerbang rumah. Ditahannya bel dengan jari telunjuknya. Beberapa detik kemudian terdengar suara seorang laki-laki yang tentu saja satpam di rumah oma Rosie.“Selamat pagi, siapa ya?” Tanya paksatpam.“Saya Alya pak, Alya Purnama” jawab Alya.“ Oh, mbak asisten rumah tangga oma Rosie yang baru ya?” Tanya pak satpam memastikan.“ Iya pak, saya Alya, asisten rumah tangga oma Rosie yang baru” jawab Alya.‘Pasti oma Rosie sudah memberitahukan tentang aku kepada para pekerja di rumah ini’fikir Alya.“Tunggu sebentar ya mbak. Saya buka dulu” Suara pak satpam kembali terdengar.“Iya pak”Tak sampai sat
29.PENJELASAN OMA ROSIELangit menginjak rem dan mobil berhenti di sebuah taman tempat bunda Widya mengajak anak-anaknya bermain saat Langit dan Tasya masih kecil. Langit menghela nafas dengan kasar tanda emosinya belum terlalu stabil. Beberapa kali ia mengusap wajah untuk menghilangkan rasa kesalnya atas apa yang terjadi hari ini. Lalu ia melirik Dyana yang duduk di sampingnya tanpa suara. Gadis itu hanya diam, tak ada lagi luapan kemarahan seperti yang ia tunjukan di jalan tadi. Sungguh Dyana terlihat sangat cantik dalam keadaan seperti ini. Sifatnya yang seperti inilah yang dulu membuat Langit jatuh cinta padanya. Sifat yang hampir sama dengan dia... ah, Langit tak mau mengingatnya lagi. Langit mungkin mencintai Dyana tapi tak pernah bisa untuk setia. Karena dendam masa lalunya pada seseorang membuatnya menjadi angkuh dan arrogan.“Ehm...”Langit mencoba menarik perhatian Dyana yang tampak enggan bersuara dan b
PERTENGKARAN LANGIT DAN DYANA“Omaaa...”Alya memandang oma seakan meminta penjelasan.“Oma apa-apan sih?”Kali ini Langit yang bersuara. Sedangkan Dyana tak berkata apa-apa hanya menoleh ke arah Langit. Dengan muak merah padam tanda menahan marah ia memandang kekasihnya itu untuk meminta penjelasan. Sementara Danie, mbok Darmi dan pak Darto saling berpandangan karena apa yang dikatakan oma benar-benar mengejutkan mereka semua.“Kenapa? Semua kaget ya mendengar apa yang oma katakan?”Kata oma enteng seperti tak ada beban.“Maaf kalau kalian kaget, terutama kamu ya Dyana”Kata oma dengan senyum jahatnya.“Oma sudah mendiskusikannya dengan Langit dan Alya dan mereka tak keberatan atas perjodohan ini, ya kan Alya, Langit?”Sangking
PERNYATAAN MENGEJUTKAN DARI DARI OMA ROSIE‘Ya Allah, rupanya laki-laki angkuh ini’ pekik Alya dalam hati.Sementara Langit juga tak kalah kagetnya melihat gadis yang sudah mempermalukannya di depan umum beberapa waktu yang lalu ada di rumah omanya.‘Ini gadis kampung yang menolong oma kemarin kan? Yang mempermalukan gue di jalan waktu itu’ kata Langit dalam hati.‘Kenapa dia ada di rumah oma?’ fikir Langit.Belum sempat keduanya berfikir panjang, Dyana kembali mendekati Alya dan kembali menyerangnya. Alya pun tak tinggal diam ia juga berusaha membalas pukulan membabi buta Dyana. Langit dan Danie kembali berusaha melerai mereka. Kali ini Langit memeluk Dyana dan Danie menarik tubuh Alya agar menjauh dari Dyana.“Stop Dy, kamu kayak orang gak waras!”bentak Langit sambil terus me
26.“Kamu!”Lalu tangan gadis yang sudah merambah dunia model internasional itu kembali terayun. Bukan untuk memukul mbok Darmi tentu saja tapi memukul orang yang sudah mendorongnya tadi tapi tangan Dyana ditahan oleh seseorang yang sudah menolong mbok Darmi tadi dan menahan tangan Dyana saat model cantik itu hendak melepaskan tangannya.“Lepasin tangan saya!” teriak Dyana.“Saya gak akan tinggal diam kalau kamu nyakitin mbk Darmi!” jawab orang itu.“Kamu siapa? Jangan ikut campur urusan saya”bentak Dyana pada orang yang masih memegang tangannya itu.“Saya harus ikut campur karena kamu sudah buat kekacauan di rumah ini”Jawabnya lagi.“Shut up! Gak usah sok belain orang lain. Kamu siapa? Anaknya pembantu tua ini? Berani kamu sama saya! Tanya sama ibu kamu ini siapa saya!” bentak Dyana marah.“Saya gak perduli siapa k
Langit mengusap wajahnya berkali-kali setelah melihat video di handphone Danie. “Siapa yang kirim?” tanya Langit pada Danie. “Pak Darto, kayaknya tu perempuan sekarang masih disana Lang” kata Danie. “Nekat banget itu perempuan. Gue fikir dia gak bakal berani kesana sejak accident sama oma waktu itu” jawab Langit. “Loe kayak gak tahu sifat Dy lang. Diakan orangnya suka nekat” “Iy, gue tahu dia nekat tapi gak nyangka bakal senekat ini” Jawab Langit lalu laki-laki berhidung mancung itu menyambar jas di atas meja dan mengenakannya. “Loe mau kemana Lang?” “Ya ke rumah oma, kemana lagi” Kata Langit sambil bergegas menuju pintu keluar. “Gue ikut Lang” kata Danie sambil berjalan menyusul Langit yang sudah menuju ke luar ruangan” *** DI RUMAH OMA “Kamu jangan bohong ya mbok. Cepetan kasih tahu saya La
24.“Please move on Lang. Lupakan Alana. Jangan melampiaskan sakit hati loe sama Alana dengan menyakiti perempuan-perempuan lain yang ada di sekeliling loe. Mereka gak tahu apa-apa Lang. Loe harus...”“Cukup Dan! Gue minta jangan pernah bahas dia lagi!Langit menggebrak meja.“Loe minta gue buat gak bahas tentang Alana lagi tapi loe gak pernah mau membuang semua kenangan tentang dia dari hati loe! Itu namanya munafik!”Bentakan Langit di balas telak oleh Danie.Langit terdiam. Dia tak bisa berkata apapun untuk membantah ucapan Danie karena semua yang dikatakan Danie adalah benar. Langit tak mau membahas tentang Alana Langit juga membuang semua benda kenangan bersama gadis itu tapi sayangnya ia tak pernah sanggup membuang semua tentang gadis itu dari hati dan fikirannya. Secara fisik dia mahluk bebas yang bisa melakukan apapun tapi secara psikis ia terpenjara. Terpenj
23.“Loe gila ya!” Maki Danie pada sahabat dekatnya itu sedangkan orang yang dimaki tampak terlihat dengan santai menghisap rokok yang ada di sela jarinya.“Loe yang tu kalau melakukan sesuatu gak di fikir dulu ya Lang. Bisa-bisanya pulang dari luar kota bukannya istirahat malah ketemu sama si Dyana itu” kata Danie sewot.Langit melirik sahabatnya lalu tertawa melihat reaksi Danie yang berlebihan.“Reaksi loe lebay banget Dan! Lagak loe kayak gak pernah dengar gue ngamar aja ” kata Langit santai.“Bukan masalah loe ngamarnya Lang. Gue tahu loe udah ngamar berapa puluh kali sama si Dyana atau... sama perempuan-perempuan lainnya dan gue gak bisa batasi hidup loe. Cuma yang gue sesalkan itu loe ngelakuin kerjaan laknat itu di waktu yang gak tepat” jelas Danie.“Maksud loe?” tanya Langit tak mengerti.
22.“Maaf pak. Permisi” kata Adelia pada laki-laki itu. Laki-laki yang ternyata Danie itu terkejut melihat mata Adelia yang merah dan suaranya yang serak seperti habis menangis. Belum sempat ia berkata apapun Adelia sudah berlalu meninggalkan ruangan Langit. Danie yang masih terlihat kaget masuk ke dalam dan mendapati Langit sedang merokok di atas sofa.“Itu kenapa Adelia Lang ?” tanya Danie.“Memangnya kenapa?” Langit balik bertanya tanpa melihat ke arah Danie,“Itu kenapa dia nangis?” tanya Dannie lagi.Lalu ia melihat Jas Langit yang tergeletak di sofa dan tiga kancing baju kemeja sahabatnya itu sudah tak terkancing sempurna. Melihat itu timbul fikiran negatif di otak Danie. Ia berjalan mendekat ke arah Langit dan berkata.“Loe gak macem-macemin dia kan Lang?”Langit tak menjawab pert
“Oh, ehm... maaf pak. Saya... tidak tahu kalau bapak sudah datang. Saya fikir ruangan kosong jadi saya mau beres-beres sebentar” katanya terbata-bata.Langit menatap wajah ketakutan di hadapannya lalu melirik tumpukan map yang dibawanya dan ia menunduk sambil memijat dahi dengan tangan kanannya.‘Siapa perempuan ini, sepertinya aku tak pernah bertemu dengannya’Fikirnya dengan tangan masih memijat dahi.“Sekali lagi saya mohon maaf pak Langit. Saya fikir bapak belum datang karena hari masih pagi jadi saya masuk tanpa mengetuk pintu. Sekali lagi saya mohon maaf atas kelancangan saya pak”Sekali lagi dengan wajah menyesal perempuan ini meminta maaf.“Kamu siapa? Saya gak pernah lihat kamu disini”Kata Langit tanpa melihat ke arah perempuan itu.“Sayaa...Adeli