Share

9. AL, YOU ARE NOT ALONE

Author: ryunee samaya
last update Last Updated: 2021-09-08 03:05:31

  1. Alya, You are not alone

Alya berjalan pelan menelusuri  bangsal rumah sakit dengan langkah gotai. Fikirannya masih tertuju pada kata-kata dokter Ridwan.

‘Delapan juta! Nominal yang tidak sedikit untuk orang seperti Alya. Bagaimana ia bisa mendapatkannya dalam waktu yang singkat?’

Di depan Alya tampak kursi tunggu pasien. Gadis itu berjalan mendekati kursi dan duduk di salah satu kursinya. Mungkin ada baiknya ia menenangkan diri dulu. Fikirannya yang kalut tentu akan memberikan efek yang tidak baik pada ibunya nanti. Sebaiknya ia menenangkan diri dulu sebelum menyampaikan kondisi kesehatan Nadine pada ibu agar ibu tidak ikut-ikutan panik.

‘Pletaak’

Bunyi benda jatuh di belakang Alya. Gadis sembilan belas tahun itu menoleh. Tampak seorang ibu yang sedang menggendong anaknya berusaha meraba-raba tongkat yang jatuh tapi tak berhasil diraihnya.

Segera Alya bangkit dari tempat duduknya untuik membantu sang ibu. Diraihnya tongkat kayu yang terjatuh di lantai dan dia berikan di tangan si ibu.

“Ini bu tongkatnya”

 Ujar Alya sambil memberikan tongkat pada ibu yang ada di depannya.

“Oh, terima kasih yang mbak”  Ucap sang ibu sambil tersenyum.

“Sama-sama buk” jawab Alya membalas ucapan terima kasih sang ibu.

“Ibuuuu... “

Dari belakang terdengar suara seseorang. Alya menoleh. Tampak seorang anak perempuan seumuran Nadine berlari mendekati mereka.

“Ibuu kok gak nunggu Yanti dulu. Nanti ibu jatuh lho”

Katanya sambil mengusap tangan sang ibu.

“Ibu tadi mau jalan ke depan tapi tongkatnya jatuh, untung ada mbak ini yang bantuin.”

Ibu itu menjelaskan pada anaknya.

“Oh, terima kasih ya mbak sudah bantuin ibu saya.”

Kata anak itu sambil mencium tangan Alya.

“Iya, sama-sama”

Ujar Alya sambil mengelus kepala sang gadis kecil.

“Ibu mau ngapain emang ke depan bu?”

Tanya sang anak.

“Dari tadi Beni  nangis terus, mungkin haus. Jadi ibu mau  cari minum buat dia.”

Jelas si ibu sambil mengelus pipi balita yang ada di gendongannya.

“Memangnya ibu punya duit buat beli susu?”

Tanya anak yang bernama Yanti itu.

“Ibu mana pegang duit yan. Kan duit kita sudah habis buat beli obat bapak. Maksud ibu mau minta minum air putih di dapur  rumah sakit, lumayan buat nahan haus si Beni.”

Kata- kata si ibu cukup lugas hingga bisa didengar jelas oleh Alya yang ada di depannya.

“Nanti Yanti aja yang minta bu. Ibu duduk disini aja sama adek”

Ujar sang gadis kecil sambil menarik tangan ibunya untuk duduk di kursi yang ada di ruang tunggu rumah sakit.”

“Ya sudah, ibu tunggu disini ya. Kamu jangan lama-lama, adik kamu sudah haus sekali”

“Oke bu.”

Kata Yanti sambil mengacungkan ibu jarinya pada sang ibu. Lalu setengah berlari gadis kecil menjauh menuju dapur rumah sakit.

“Anaknya pinter ya buk” Alya berkata pada si ibu.

“Iya mbak, pintar dan berbakti sama orang tua.” Jawabnya sambil tersenyum.

“Pasti ibu bangga ya punya anak seperti Yanti.” Lagi Alya berkata.

“Bangga, bangga sekali. Walau kadang-kadang saya suka sedih lihat itu anak.”

Suara si ibu berubah serak

“Lho, sedih kenapa buk?” Alya tak dapat menahan rasa ingin tahunya.

“Anak seumur dia kan harusnya lagi asyik-asyiknya menikmati hidup. Belajar, jalan-jalan sama teman. Ini malah sibuk ngurusin bapaknya yang sakit-sakitan, ibunya yang hampir buta sama adek-adeknya yang masih kecil. Iki piyeee tho nduk”

Tiba-tiba si ibu terisak sambil memeluk anak yang ada di gendongannya.

Alya menggeser duduknya agar lebih mendekat dengan si ibu.

“Memangnya bapak Yanti sakit apa buk?” Tanya Alya.

“Gagal ginjal mbak” Jawab ibu sambil terisak.

“Dua tahun yang lalu saat mata ibu masih sehat, ibu yang bekerja mencari nafkah menggantikan bapak. Yanti menjaga bapak dan adik-adiknya di rumah. Tapi sejak mata ibu kena penyakit katarak, ibu tidak bisa bekerja lagi seperti dulu. Kata majikan ibu sejak ibu sakit, ibu nyucinya gak bersih seperti dulu. Jadi dia gak bisa mempekerjakan ibu lagi. Ibu juga tidak bisa lagi jual gorengan karena sering jatuh saat menjajakannya di jalan. Jadi sekarang semua pekerjaan Yanti yang kerjakan. Pagi-pagi itu anak sudah bangun buat mandiin adik-adiknya terus masak, nyapu dan nyiapian gorengan buat di jual. Terus pagi-pagi dia jual koran di lampu merah, siangnya jual gorengan dan malam kadang masih ngamen agar dapat duit tambahan untuk berobat bapaknya.” Curahan hati si ibu sambil terisak.

“Yanti gak sekolah bu?” Rasa ingin tahu Alya membuatnya kembali bertanya.

“Dulu sekolah sampai kelas lima. Saat kelas enam, ibu sakit jadi dia memutuskan untuk berhenti sekolah biar bisa bantu ibu jaga bapak sama adik-adiknya.”

Jawab si ibu tetap dengan suara seraknya.

“Sayang sekali ya bu. Padahal coba di tamatin dulu sampai kelas enam, paling tidak sudah ada ijazah SD.” Kata Alya.

Alya ingat betul saat kelas satu SMU ia ingin berhenti sekolah karena musibah yang menimpa sang ibu yang menyebabkan kaki ibu pincang sampai sekarang. Saat itu yang ada di fikiran Alya hanya bagaimana caranya agar ia, ibu dan adik-adiknya bisa bertahan hidup. Saat itu Alya sudah akan menyerah tapi sang ibu bersikeras agar Alya tetap melanjutkan pendidikannya sampai tamat SMU. Ibu bilang dengan ijazah SMU siapa tahu akan berguna saat mencari pekerjaan nantinya. Ibu bahkan mengancam tidak mau minum obat jika Alya tetap melanjutkan niatnya berhenti sekolah.

“Ibu sudah bilang sama Yanti agar tidak berhenti sekolah tapi dianya ngeyel, gak mau denger apa yang ibu bilang. Tapi kan Yanti berhenti sekolah karena mau ngurus kami. Jadi bisa di bilang itu salah ibu yang gak bisa mencukupi kebutuhan keluarga”

Wanita yang berumur sekitar empat puluh tahun itu kembali terisak setelah menyelesaikan kalimatnya.

“Ibu gak pernah buat Yanti bahagia. Kami semua cuma nyusahin itu anak. Gusti Allah, ampuni hambamu ini.”

Tangisnya kembali pecah. Ibu itu menangis terisak sambil memeluk anak yang ada di gendongannya.

Alya ikut terenyuh melihatnya. Iya memegang tangan sang ibu lalu berkata

“Ibu tak boleh berfikir seperti itu bu. Semua yang terjadi itu kehendak Allah. Ibu tak boleh menyalahkan diri ibu sendiri”

Nasehat Alya sambil mengusap tangan sang ibu, berusaha memberikan kekuatan padanya yang terlihat begitu putus asa.

“Ibu tahu ini kehendak Allah cuma ibu sering merasa bersalah sama Yanti karena sudah membebani hidupnya dengan segala kekurangan kami sebagai orang tua. Bapaknya juga sering nangis sendirian kalau tengah malam lihat dia masih bangun jagain adiknya. Bapak sama ibu merasa gagal jadi orang tua mbak”

Ibu itu kembali mencurahkan perasaannya. Mungkin selama ini rasa bersalah itu cuma beliau pendam dalam hati karena tak ada tempat untuk mencurahkannya. Maka saat iya bertemu dengan Alya yang mungkin dia rasa bisa menjadi pendengar, ia mencurahkan semuanya walau baru pertama kali bertemu.

“Ibu yang sabar ya. Banyak berdoa agar Allah membantu Yanti dalam setiap pekerjaannya. Ibu dan bapak di berikan kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup yang sedang menimpa ibu sekeluarga. Ingat, ibu gak boleh menyalahkan diri sendiri. Semua masalah datangnya dari Allah bu, kita sebagai mahluk ciptaannya hanya bisa berdoa dan berikhtiar agar bisa melalui semua cobaan.

Nasehat Alya yang sebenarnya juga ia tujukan pada dirinya sendiri. Apa yang terjadi pada Yanti hampir sama dengan apa yang ia alami sekarang.

“Iya mbak. Ibu selalu berdoa pada gusti Allah semoga semua cobaan ini cepat berakhir dan kami bisa memperbaiki hidup.”

Masih dengan isak tangis, si ibu menjawab.

“Iya buk, saat jalan sudah buntu, semua usaha sudah kita lakukan maka tak ada jalan   selain memohon pertolongan Allah agar kita bisa di beri kelapangan dada dalam menghadapi semuanya”

Lagi, nasehat yang keluar dari mulut Alya di juga di tujukan pada dirinya sendiri.

Si ibu hanya membalas dengan anggukan. Bulir bening masih keluar dari pelupuk matanya.

“Ibu harus bangga punya anak seperti Yanti yang mau berkorban demi keluarganya. Banyak anak-anak di luar sana yang mungkin umurnya jauh diatas Yanti tapi hanya bisa mengeluh saat masalah datang padanya. Ibu beruntung punya anak seperti Yanti bu.”

Kali ini Alya membelai punggung si ibu untuk memberikan kekuatan padanya.

“Iya mbak, mbak benar. Tak ada gunanya menyalahkan diri sendiri. Lebih baik air mata diganti doa ya mbak.” Isaknya hanya sesekali terdengar.

“Iya bu, yang semangat ya. Allah bersama orang-orang yang sabar.”

Ibu itu kembali mengangguk tanda setuju dengan apa yang dikatakan Alya.

“Ini airnya buk”

Suara dari belakang mengagetkan Alya dan sang ibu. Serentak mereka menoleh ke belakang. Yanti sudah ada di belakang dengan sebotol air di tangannya.

“Ibu lihat aku bawa apa?”

Gadis itu menyodorkan kantong plastik hitam pada ibunya.

“Apa itu yan?”

“Tadi waktu aku minta minum ada orang yang mau buang ini ke kotak sampah jadi aku minta saja. Aku sudah lihat kok buk gorengannya masih bagus, masih bisa di makan cuma agak keras saja”

Jelasnya sambil membuka kantong kresek yang ia pegang. Tampak disana beberapa gorengan yang sudah agak keras tapi seperti yang Yanti katakan, masih bisa dimakan.

Ibu itu tersenyum pada sang anak.

“Iya nduk, masih bisa di makan. Nanti kamu bawa ya buat adik-adikmu di rumah.”

“Lho, ibu gak mau? Ibu dari tadi malam gak makan lho”

Tanyanya heran.

“Ibu masih kenyang Yan. Semalam kan ibu makan sisa nasi bapak yang dari rumah sakit.”

“Apa sekarang masih kenyang? Kan makannya tadi malam tho buk?”

“Iyaaa, masih kenyang banget nduk. Sekarang kamu anterin gorengannya ke rumah. Kamu makan sama adik-adikmu ya Yan. Ibu mau nyuapin bapak sama kasih minum sama Beni”

Ujar si ibu sambil mengelus pipi anak yang ada di gendongannya.

“Ya sudah, kalau begitu aku pulang ya buk. Takutnya adik-adik sudah kelaparan. Tapi...”

“Tapi apa Yan”

“Apa ibu ndak mau ambil gorengannya satuu saja. Buat ganjel perut buk. Takutnya nasi makanan dari rumah sakit sedikit, cuma cukup buat bapak.”

Tanya Yanti sambil kembali membuka kantong kresek berisi gorengan tadi.

Tampaknya Yanti tahu kalau ibunya berbohong. Iya tahu ibunya bukan masih kenyang tapi menahan lapar agar gorengan itu bisa dibawa Yanti untuk adik-adiknya di rumah. Aya bergetar menyaksikan pemandangan di depannya itu.

Si ibu terdiam beberapa saat sambil melihat ke gorengan yang ada di kantong kresek di depannya. Tampaknya ia sedang menimbang cukup atau tidaknya gorenagn itu u tuk anaknya di rumah.

“Gorengannya ada sembilan potong buk. Klau cuma ibu ambil satu kan masih ada delapan. Cukup buat adik-adik di rumah.”

Ujarnya meyakinkan sang ibu.

“Iya, ibu ambil satu ya kalau begitu.”

Kata si ibu. Lalu Yanti mengambil sepotong bakwan dari kantong kresek.

“Makan sekarang buk. Biar ibu gak lapar”

Yanti berkata  sambil menyodorkan bakwan itu ke mulut sang ibu.

“Iya nduk, iyaaaa...”

Jawab si ibu sambil memasukkan sepotong bakwan itu ke dalam mulutnya dan mengunyahnya.

Alya tersenyum melihat apa yang terjadi. Gadis ini pintar. Ia tahu kalau si ibu pasti akan menyimpan sepotong bakwan itu untuknya. Jadi ia minta ibunya makan bakwan itu sekarang.

 Senyum terukir di bibir Yanti. Senyum yang sama muncul di bibir Alya saat melihat  adegan yang menurut Alya sangat romantis. Jauh lebih romantis daripada kemesraan  sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta.

“Ya sudah, Yanti pulang dulu ya bu. Mau kasih gorengannya ke adik-adik di rumah. Mungkin Yanti kembali lagi ke rumah sakit agak sorean ya buk. Mau  ngamen dulu, siapa tahu dapat duit banyak buat beli susu Beni jadi Beni gak minum air putih terus”

Ada perih di hati Alya mendengar apa yang di katakan Yanti.  Dipandang Alya balita yang ada di gendongan si ibu. Balita laki-laki dengan badan kurus dan rambut jagung. Terlihat sekali kalau balita itu kurang asupan gizi.

“Iya, hati-hati ya nak. Kalau ada preman yang suka malak di lampu merah kamu lari cepat-cepat ya nanti kalau kedapetan kamu bisa digebukin sama mereka,”

Jawaban si ibu makin membuat hati Alya teriris.

‘Demi sesuap nasi, anak semuda itu terpaksa mengais rejeki di tempat berbahaya. Alya tahu kalau si ibu juga khawatir pada Yanti, tapi keadaan memaksanya untuk mengijinkan sang anak.’

“Siap buk. Aku pergi dulu ya buk” Ujar Yanti sambil mencium tangan si ibu lalu ia menoleh ke arah Alya dan berkata

“Aku pergi dulu ya kak. Terima kasih tadi sudah bantu ibu” ujarnya sambil mencium tangan Alya.

“Iya, kamu hati-hati ya” kata Alya dan dibalas anggukan oleh Yanti lalu mulai berjalan menjauh.

Si ibu kembali menghapus bulir bening yang kembali jatuh di pipinya saat Yanti mulai menjauh dari pandangan.

“Ehm, buk kalau begitu saya permisi dulu ya.”

“Oh iya mbak. Terima kasih tadi sudah menolong saya.”

“Iya buk sama-sama.”

Alya masih ingat di kanting celananya ada uang seratus ribuan, hasil dari jualan kue kemarin. Alya mengambil selembar lima puluh ribuan lalu menyelipkannya ke tangan si ibu.

“Lho, ini buat apa mbak?”

Tanya sang ibu kebingungan.

“Ini saya ada sedikit uang buat Beni beli susu. Biar gak minum air putih terus.

“Ya Allah mbak. Gak usah. Mbak pasti juga butuh.”

Jawab ibu itu merasa tak enak kepada Alya.

“Saya masih ada yang lain ibu. Mohon di terima buk. Kita bagi-bagi rejeki”

Jawab Alya sambil tersenyum.

Si ibu menerima uang yang diselipkan Alya di tangannya dengan haru. Air matanya kembali jatuh.

“Terima kasih ya mbak. Semoga semu kebaikan mbak di balas sama gusti Allah”

“Amiin ya rabb. Kalau begitu saya permisi dulu ya buk.”

“Iya mbak”

Lalu Alya meninggalkan si ibu untuk kembali ke ruang rawat Nadine.  Ia harus segera memberitahu ibu tentang kondisi Nadine dan membicarakan langkah apa yang harus mereka ambil.

Alya berjalan dengan punggung tegak dan seulas senyum tipis di bibirnya.Ya, kejadian yang barusan Alya lihat menyadarkannya kalau ia tak sendiri. Masih banyak orang-orang yang jauh kebih menderita di sekelilingnya. Tak ada alasan untuk mengeluh dan berputus asa. Ia yakin  bisa menghadapi semua cobaan yang Allah berikan.

“Al, you are not alone. Fighting!”

Bisiknya sambil berjalan tegap menuju ruang Nadine.

Related chapters

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   10. MENCARI JALAN KELUAR

    Langkah kaki Alya sampai di depan pintu ruangan Nadine. Gadis manis itu sejenak menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya lalu tangannya meraih gagang pintu menuju ranjang Nadine.Disana sang ibu sedang duduk dengan raut wajah khawatir. Rasa sedih kembali menyeruak di hati Alya.‘ Bagaimana perasaan ibu kalau aku ceritakan tentang keadaan dan biaya pemeriksaan Nadine’Alya berkata dalam hati.“Nadine belum siuman buk?” Kata Alya.Bu Kartika yang tak menyadari kedatangan anak sulungnya itu menoleh ke arah Alya dan segera ia menghapus air mata di kedua pipinya agar Alya tak melihatnya.“Eh, iya Al, Nadine belum siuman. Kata susternya mungkin sebentar lagi.”Jawab ibu dengan senyum dipaksakan.Alya tersenyum untuk menutupi gundah hatinya. Ia menarik kursi yang ada di sebelah sang ibu dan menghempaska

    Last Updated : 2021-09-08
  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   11. JANGAN PATAH SEMANGAT AL

    Alya baru saja menyelesaikan sholat magribnya saat pintu rumah diketuk dari luar. Gadi muda itu bergegas membuka mukena, melipatnya asal-asalan dan segera menuju pintu. “Assalamualaikum” Ujar seseorang dari luar sana dan sepertinya Alya mengenal suara itu. “Waalaikumussalam” balas Alya sambil membuka kunci pintu dan membukanya. Tampak dihadapannya bu Santi tetangganya sedang berdiri mengenakan baju daster warna merah dan sebuah mangkuk di tangannya. “Iya buk” Kata Alya sambil mempersilahkan tetangga sebelah rumahnya itu masuk. “Habis sholat ya Al” sapa bu Santi seraya masuk ke dalam rumah dan duduk di sebuah kursi usang yang ada disana. “Iya buk, abis sholat magrib tadi” jawab Alya. “Oh iya, tadi ibu dengar ada suara air hidup di belakang, ibu fikir kamu sudah pulang. Alya mengangguk sambil tersenyum. “Ini Al” kata

    Last Updated : 2021-09-08
  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   12. IKHTIAR ALYA

    Jam di tangan Alya menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit saat motor yang dikendarai bu Santi berhenti di sebuah rumah mewah yang ada di komplek sebelah. Alya melepaskan helm lalu turun dari motor sedangkan bu Santi juga melepaskan helm hijau dari kepalanya lalu merogoh saku bajunya dan mengeluarkan secarik kertas dari sana.“ Kayaknya bener ini rumahnya Al.”Ujar bu Santi dengan mata yang masih memandang ke secarik kertas yang di pegangnya.Alya agak mendekat ke bu Santi yang belum turun dri motornya lalu melihat alamat yang tertulis di secarik kertas yang di pegang bu Santi.‘komplek kenanga blok sembilan nomor 35.’Alya membaca dalam hati alamat di kertas yang dipegang bu Santi.“Iya bu, sesuai dengan alamat yang diberikan wak Kalsum”Kata Alya mengiyakan perkataan bu Santi.Bu santi mengangguk lalu turun dari motornya da

    Last Updated : 2021-09-08
  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   13.SYARAT MENJIJIKKAN DARI SANG RENTENIR

    13. “Syaratnya apa tante?” Alya tak sabar mendengar lanjutan kalimat tante Altum. Teringat olehnya Nadine yang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit dan wajah tua ibu yang pastinya menunggu kabar baik darinya. “Syaratnya gampang kok. Gampang dan enak” Sekali lagi tante Altum menampakkan senyum culasnya pada kedua perempuan dihadapannya ini. Alya dan bu Santi salin berpandangan saat mendengar apa yang dikatakan tante Altum. “Loe boleh pinjem sama gue berapapun yang loe mau asalkan loe mau kerja sama gue” Ujar tante Altum sambil memandang Alya dengan intens. “Kerja? Kerja apa tante ?” tanya Alya sedangkan raut wajah bu Santi yang ada di samping Alya sudah menampakkan perubahan karena ia mengerti pekerjaan apa yang akan ditawarkan tante Altum kepada gadis muda seperti Alya. “Kerja di cafe gue yang baru. Minggu

    Last Updated : 2021-09-08
  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   14. MALAIKAT BAIK YANG MISTERIUS

    14.Hari masih pagi saat Alya turun dari angkot yang membawanya ke rumah sakit tempat dimana Nadine dirawat. Ia memberikan beberapa lembar ribuan kepada supir sebagai ongkos perjalanan. Gadis itu memandang bagian depan rumah sakit yang di cat warna putih tulang. Perlahan ia melangkahkan kakinya memasuki gerbang rumah sakit. Beberapa mobil dan motor terlihat masuk dan keluar parkiran rumah sakit. Beberapa orang juga tampak berjalan keluar masuk pada pintu yang telah disediakan. Rata-rata mereka menunjukkan wajah sedih, mungkin mereka memikirkan keluarga mereka yang sedang dirawat di rumah sakit ini. Sama seperti Alya yang bingung dengan biaya pemeriksaan lanjutan Nadine. Kalau banyak orang bilang sangat sulit menemukan wajah bahagia di rumah sakit, mungkin kalimat itu benar adanya. Memang nyatanya hanya wajah sedih dan tegang yang kita temui di rumah sakit. Hampir tak bisa menemukan raut bahagia di rumah sakit kecuali rumah sakit persalinan yang mungkin awal masuk akan menunju

    Last Updated : 2021-09-08
  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   15.TERIMA KASIH MALAIKAT YANG BAIK HATI

    15.“ maaf sus, tapi... kami belum membayar biayanya” jawab Alya.“Tapi biasanya kalau dari dokter sudah mengintruksikan untuk melakukan tindakan lanjutan berarti seluruh biaya sudah diselesaikan ibu, mbak.”“Maksudnya sus?”tanya Alya tak mengerti sedangkan bu Kartika yang tak mengerti apa-apa hanya melongo.“Iya, kalau sudah ada catatan dari doketr untuk mengadakan tindakan selanjutnya berarti semua biaya sudah dibayarkan.” kata suster.“Tapi kami belum membayarnya dok”sekali lagi Alya berkata kalau ia belum membayarkan biaya pemeriksaan lanjutan Nadine.“Kalau masalah itu saya kurang tahu mbak. Untuk lebih detailnya mungkin mbak bisa tanyakan pada bagian administrasi di depan” Kata suster.“Kalau begitu saya kesana dulu ya mbak” kata Alya. 

    Last Updated : 2021-09-08
  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   16. PERTEMUAN KEDUA

    Hai readers, aku ingetin ya kalau bab 16 ini adalah lanjutan dari bab 4.Di bab 4 diceritakan kalau Alya hendak melamar kerja di salah satu rumah mewah. Ia tak tahu kalau rumah itu rumahnya oma rosie, wanita setengah baya yang ia tolong satu bulan yang lalu.Penasaran sama ceritanya??? Buruan baca ya guyssss...***“Lho, Alya?”Wanita setengah baya yang ternyata oma Rosie itu rupanyamengenali Alya.Alya yang sudah lebih dulu melihat wanita setengah baya itu memberikan senyumlebar sembari berkata“Oma yang di pasar itu kan? Oma yang kemarin dijambret di pasar dekat terminal?”Kata Alya memastikan.“Iya, ini oma Al. Ya Allah gak nyangka kita bisa ketemu lagi”ujarnya terlihat gembira. Oma Rosie berjalan mendekati Alya.

    Last Updated : 2021-09-14
  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   17. SERASA ADA AYAH DISINI

    Alya menarik nafas dalam-dalam dan mengehmbuskannya perlahan. Ada sedikit lega di hatinya. Walau sampai saat ini ia belum mendapatkan uang untuk biaya operasi Nadine tapi setidaknya ia sudah mendapatkan pekerjaan yang akan membantu hidup keluarganya. Selain biaya untuk operasi, Nadine juga butuh biaya untuk menstabilkan kesehatannya. Ia butuh asupan makanan, vitamin dan tempat tinggal yang layak dan Alya harus bekerja keras untuk itu. Ia tak bisa mengandalkan sang ibu untuk memenuhi kebutuhan mereka bertiga. Ia yakin ia bisa berjuang untuk keluarganya.Alya melangkahkan kakinya menuju ruangan dimana Nadine dirawat. Kali ini langkah kakinya terasa agak ringan karena ia membawa kabar baik untuk kedua orang yang ia cintai itu, Ya, ia sekarang sudah mendapatkan pekerjaan dirumah oma Rosie, ibu pasti senang mendengarnya.“Assalamualaikum” sapa AlyaDi ruangan ibu sedang menyuap Nadine yang tampak sudah lebih sehat

    Last Updated : 2021-09-14

Latest chapter

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   29.

    29.PENJELASAN OMA ROSIELangit menginjak rem dan mobil berhenti di sebuah taman tempat bunda Widya mengajak anak-anaknya bermain saat Langit dan Tasya masih kecil. Langit menghela nafas dengan kasar tanda emosinya belum terlalu stabil. Beberapa kali ia mengusap wajah untuk menghilangkan rasa kesalnya atas apa yang terjadi hari ini. Lalu ia melirik Dyana yang duduk di sampingnya tanpa suara. Gadis itu hanya diam, tak ada lagi luapan kemarahan seperti yang ia tunjukan di jalan tadi. Sungguh Dyana terlihat sangat cantik dalam keadaan seperti ini. Sifatnya yang seperti inilah yang dulu membuat Langit jatuh cinta padanya. Sifat yang hampir sama dengan dia... ah, Langit tak mau mengingatnya lagi. Langit mungkin mencintai Dyana tapi tak pernah bisa untuk setia. Karena dendam masa lalunya pada seseorang membuatnya menjadi angkuh dan arrogan.“Ehm...”Langit mencoba menarik perhatian Dyana yang tampak enggan bersuara dan b

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   28. PERTENGKARAN LANGIT DAN DYANA

    PERTENGKARAN LANGIT DAN DYANA“Omaaa...”Alya memandang oma seakan meminta penjelasan.“Oma apa-apan sih?”Kali ini Langit yang bersuara. Sedangkan Dyana tak berkata apa-apa hanya menoleh ke arah Langit. Dengan muak merah padam tanda menahan marah ia memandang kekasihnya itu untuk meminta penjelasan. Sementara Danie, mbok Darmi dan pak Darto saling berpandangan karena apa yang dikatakan oma benar-benar mengejutkan mereka semua.“Kenapa? Semua kaget ya mendengar apa yang oma katakan?”Kata oma enteng seperti tak ada beban.“Maaf kalau kalian kaget, terutama kamu ya Dyana”Kata oma dengan senyum jahatnya.“Oma sudah mendiskusikannya dengan Langit dan Alya dan mereka tak keberatan atas perjodohan ini, ya kan Alya, Langit?”Sangking

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   27. PERNYATAAN MENGEJUTKAN DARI OMA ROSIE

    PERNYATAAN MENGEJUTKAN DARI DARI OMA ROSIE‘Ya Allah, rupanya laki-laki angkuh ini’ pekik Alya dalam hati.Sementara Langit juga tak kalah kagetnya melihat gadis yang sudah mempermalukannya di depan umum beberapa waktu yang lalu ada di rumah omanya.‘Ini gadis kampung yang menolong oma kemarin kan? Yang mempermalukan gue di jalan waktu itu’ kata Langit dalam hati.‘Kenapa dia ada di rumah oma?’ fikir Langit.Belum sempat keduanya berfikir panjang, Dyana kembali mendekati Alya dan kembali menyerangnya. Alya pun tak tinggal diam ia juga berusaha membalas pukulan membabi buta Dyana. Langit dan Danie kembali berusaha melerai mereka. Kali ini Langit memeluk Dyana dan Danie menarik tubuh Alya agar menjauh dari Dyana.“Stop Dy, kamu kayak orang gak waras!”bentak Langit sambil terus me

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   26. ALYA VERSUS DYANA

    26.“Kamu!”Lalu tangan gadis yang sudah merambah dunia model internasional itu kembali terayun. Bukan untuk memukul mbok Darmi tentu saja tapi memukul orang yang sudah mendorongnya tadi tapi tangan Dyana ditahan oleh seseorang yang sudah menolong mbok Darmi tadi dan menahan tangan Dyana saat model cantik itu hendak melepaskan tangannya.“Lepasin tangan saya!” teriak Dyana.“Saya gak akan tinggal diam kalau kamu nyakitin mbk Darmi!” jawab orang itu.“Kamu siapa? Jangan ikut campur urusan saya”bentak Dyana pada orang yang masih memegang tangannya itu.“Saya harus ikut campur karena kamu sudah buat kekacauan di rumah ini”Jawabnya lagi.“Shut up! Gak usah sok belain orang lain. Kamu siapa? Anaknya pembantu tua ini? Berani kamu sama saya! Tanya sama ibu kamu ini siapa saya!” bentak Dyana marah.“Saya gak perduli siapa k

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   25. KEMARAHAN DYANA

    Langit mengusap wajahnya berkali-kali setelah melihat video di handphone Danie. “Siapa yang kirim?” tanya Langit pada Danie. “Pak Darto, kayaknya tu perempuan sekarang masih disana Lang” kata Danie. “Nekat banget itu perempuan. Gue fikir dia gak bakal berani kesana sejak accident sama oma waktu itu” jawab Langit. “Loe kayak gak tahu sifat Dy lang. Diakan orangnya suka nekat” “Iy, gue tahu dia nekat tapi gak nyangka bakal senekat ini” Jawab Langit lalu laki-laki berhidung mancung itu menyambar jas di atas meja dan mengenakannya. “Loe mau kemana Lang?” “Ya ke rumah oma, kemana lagi” Kata Langit sambil bergegas menuju pintu keluar. “Gue ikut Lang” kata Danie sambil berjalan menyusul Langit yang sudah menuju ke luar ruangan” *** DI RUMAH OMA “Kamu jangan bohong ya mbok. Cepetan kasih tahu saya La

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   24. SEDIKIT CERITA TENTANG MASA LALU LANGIT

    24.“Please move on Lang. Lupakan Alana. Jangan melampiaskan sakit hati loe sama Alana dengan menyakiti perempuan-perempuan lain yang ada di sekeliling loe. Mereka gak tahu apa-apa Lang. Loe harus...”“Cukup Dan! Gue minta jangan pernah bahas dia lagi!Langit menggebrak meja.“Loe minta gue buat gak bahas tentang Alana lagi tapi loe gak pernah mau membuang semua kenangan tentang dia dari hati loe! Itu namanya munafik!”Bentakan Langit di balas telak oleh Danie.Langit terdiam. Dia tak bisa berkata apapun untuk membantah ucapan Danie karena semua yang dikatakan Danie adalah benar. Langit tak mau membahas tentang Alana Langit juga membuang semua benda kenangan bersama gadis itu tapi sayangnya ia tak pernah sanggup membuang semua tentang gadis itu dari hati dan fikirannya. Secara fisik dia mahluk bebas yang bisa melakukan apapun tapi secara psikis ia terpenjara. Terpenj

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   23. KETELEDORAN LANGIT

    23.“Loe gila ya!” Maki Danie pada sahabat dekatnya itu sedangkan orang yang dimaki tampak terlihat dengan santai menghisap rokok yang ada di sela jarinya.“Loe yang tu kalau melakukan sesuatu gak di fikir dulu ya Lang. Bisa-bisanya pulang dari luar kota bukannya istirahat malah ketemu sama si Dyana itu” kata Danie sewot.Langit melirik sahabatnya lalu tertawa melihat reaksi Danie yang berlebihan.“Reaksi loe lebay banget Dan! Lagak loe kayak gak pernah dengar gue ngamar aja ” kata Langit santai.“Bukan masalah loe ngamarnya Lang. Gue tahu loe udah ngamar berapa puluh kali sama si Dyana atau... sama perempuan-perempuan lainnya dan gue gak bisa batasi hidup loe. Cuma yang gue sesalkan itu loe ngelakuin kerjaan laknat itu di waktu yang gak tepat” jelas Danie.“Maksud loe?” tanya Langit tak mengerti.

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   22. LANGIT DAN SIFAT ANGKUHNYA PART 2

    22.“Maaf pak. Permisi” kata Adelia pada laki-laki itu. Laki-laki yang ternyata Danie itu terkejut melihat mata Adelia yang merah dan suaranya yang serak seperti habis menangis. Belum sempat ia berkata apapun Adelia sudah berlalu meninggalkan ruangan Langit. Danie yang masih terlihat kaget masuk ke dalam dan mendapati Langit sedang merokok di atas sofa.“Itu kenapa Adelia Lang ?” tanya Danie.“Memangnya kenapa?” Langit balik bertanya tanpa melihat ke arah Danie,“Itu kenapa dia nangis?” tanya Dannie lagi.Lalu ia melihat Jas Langit yang tergeletak di sofa dan tiga kancing baju kemeja sahabatnya itu sudah tak terkancing sempurna. Melihat itu timbul fikiran negatif di otak Danie. Ia berjalan mendekat ke arah Langit dan berkata.“Loe gak macem-macemin dia kan Lang?”Langit tak menjawab pert

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   21. LANGIT DAN SIFAT ANGKUHNYA

    “Oh, ehm... maaf pak. Saya... tidak tahu kalau bapak sudah datang. Saya fikir ruangan kosong jadi saya mau beres-beres sebentar” katanya terbata-bata.Langit menatap wajah ketakutan di hadapannya lalu melirik tumpukan map yang dibawanya dan ia menunduk sambil memijat dahi dengan tangan kanannya.‘Siapa perempuan ini, sepertinya aku tak pernah bertemu dengannya’Fikirnya dengan tangan masih memijat dahi.“Sekali lagi saya mohon maaf pak Langit. Saya fikir bapak belum datang karena hari masih pagi jadi saya masuk tanpa mengetuk pintu. Sekali lagi saya mohon maaf atas kelancangan saya pak”Sekali lagi dengan wajah menyesal perempuan ini meminta maaf.“Kamu siapa? Saya gak pernah lihat kamu disini”Kata Langit tanpa melihat ke arah perempuan itu.“Sayaa...Adeli

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status