Kinara menatap sebuah benda yang sangat ringan dan indah di meja, dengan warna yang lembut terkesan elegan dan tak terlalu mencolok membuatnya terlihat menjadi romantis.
"Undangan pernikahan lagi." gumamnya lirih.Ia mengambil undangan tersebut dan menghembuskan nafas berat, hatinya meringis saat melihat undangan tertuju untuknya. yang membuatnya sesak adalah, di situ tertulis untuk Kinara Larasati & partner.Ia buka perlahan undangan itu dan mulai membaca isinya. ternyata teman sekolahnya dulu sewaktu SMA yang menikah, namanya Via.Kinara menutup kembali undangannya, dan melangkah masuk ke kamar. ia merebahkan tubuh lelahnya di ranjang yang tidak empuk namun juga tidak keras.Di tatapnya langit-langit kamar dengan sendu, apakah hanya dirinya yang tidak akan pernah memiliki pasangan? apakah dirinya sial soal urusan asmara? atau jangan-jangan ia memang terkena kutukan atas ucapannya dulu sewaktu SMA! pikirnya bertanya-tanya dalam hati.Ia tersentak kaget dan bangun, begitu kata kutukan terlintas di pikirannya.Ingatannya kembali menerawang ke 8 tahun yang lalu, dimana saat dirinya masih sekolah di bangku kelas 12 SMA.Flashback on."Wee, kalian nanti kalau menikah mau target umur berapa?" tanya Mira pada ketiga sahabatnya."Kalau aku sih pengennya nikah muda, jadi biar pas nanti anak ku besar, jarak umurku sama anakku gak terlalu jauh." jawab Nazwa."Kalau kau Via?" tanya Mira."Aku maunya umur 25 tahun menikah." ucap Via dengan mata yang seakan menerawang masa depan."Kalau kau sendiri Mira?" tanya Kinara."Aku juga pengen nikah muda tapi kalau bisa ya setelah Nazwa." kata Mira nyengir.Dan seketika tiga orang tersebut gantian menatap ke arah Kinara, dengan tatapan seakan bertanya 'kalau kau sendiri ingin menikah di umur berapa?'"Ke-kenapa? kenapa kalian menatap ku seperti itu?" tanya Kinara heran dengan tatapan ke-tiga sahabatnya."Hmm, sepertinya tinggal kau sendiri yang belum menjawab." ucap Nazwa menyipitkan matanya."Nah, iya betul tuh kata Nazwa." sambung Via menimpali."Setuju! hei ayolah Nara, jawab pertanyaan kami!" sambung Mira dengan penuh tekanan agar Kinara mau menjawabnya.Kinara tersenyum dan mengibaskan rambut panjangnya ke belakang. "soal menikah?" tanyanya terkekeh.Ketiga sahabatnya mengernyit heran menatapnya, apa yang lucu sampai membuatnya terkekeh? pikir Mira, Nazwa, dan Via."Aku tidak percaya cinta! kalau bisa tidak usah menikah." ucap Nara begitu entengnya, seakan menganggap hal itu sebagai lelucon."Eh, hussss. Kinara gak boleh ngomong kayak gitu ah, ntar kalau sampai ucapanmu itu di kabulkan sama Tuhan bagaimana?" Via bergidik mendengar ucapan Kinara."Iya nih Kinara, gak boleh ngomong gitu." sambung Nazwa yang membeo membenarkan ucapan Via.Sementara Mira mengangguk setuju dengan ucapan kedua sahabatnya."Hahaha, santai aja dong, gue cuma bercanda kelesss." ucap Kinara santai."Please deh Nara! itu tuh sama sekali gak lucu tahu!" ujar Mira tak suka.Dan seperti biasa, kedua temannya yang lain membenarkan ucapan teman yang lainnya. kecuali ucapan Kinara sama sekali tak mereka hiraukan."Iya deh, iya maaf, aku tadi benaran cuma bercanda dan gak bermaksud apa-apa." jelas Kinara yang memang tadi bermaksud hanya bercanda."Hhhhh, baiklah Nara. kita mengerti maksud ucapanmu, hanya saja itu bukanlah lelucon--""Aku mengerti." Kinara memotong ucapan Via."Ok, jadi kapan target mu menikah?" tanya Mira kembali."Hmm, aku tidak tahu, mungkin aku yang bakalan terakhir menikah dari kalian." Nara terkikik mengucapkan kata-katanya.Ketiga temannya saling pandang, lalu menatap Nara kembali yang masih terkekeh.Flashback off.Kinara meremas rambut panjangnya frustasi, wajahnya terlihat ketakutan."Apakah aku bakalan tidak menikah nantinya?" tanyanya bergumam sendiri."Tidak, aku tidak mau. ya Tuhan, tolong cabut ucapanku 8 tahun yang lalu. aku ingin menikah, aku juga ingin merasakan kebahagiaan punya pasangan seperti mereka." pinta Kia berdoa.Wanita itu menitikkan air matanya, merasa menyesal dengan apa yang sudah terjadi."Minggu depan Via menikah, itu artinya setelah dia aku menikah kan? ku mohon kabulkan lah doaku, aku tidak mau melajang terus." semakin frustasi lah Kinara di dalam kamarnya.***********Seminggu kemudian...Kinara mengobrak-abrik lemari pakaiannya, mencari gaun mana yang cocok untuk ia pakai ke acara pernikahan sahabatnya, Via.Ia memutuskan memakai gaun berwarna merah, gaun cantik yang terkesan simple. tidak seksi namun juga tidak terlalu tertutup, sangat kontras dengan kulit Kinara yang tak putih namun bukanlah hitam, alias sawo matang.Kinara menatap sekali lagi penampilannya di depan cermin, ia tersenyum puas melihat penampilannya malam ini.Namun senyum itu memudar, ia memperhatikan lagi semuanya. wajahnya tidak lah cantik, pipi tirus dan tubuhnya yang terkesan sangat kurus membuatnya tak pede.Sering sekali orang mengejeknya sih gizi buruk, atau tubuh tinggal tulang dan kulit. wajah penuh bekas jerawat dan terkesan kasar, kadang ia merasa malu sendiri.Walau pun di tutupi dengan bedak setebal dempul, tetap saja wajah itu terlihat mengerikan. Kinara menghela nafasnya, ia harus percaya diri.Setelah merasa cukup puas dan kuat, Kinara langsung menuju ke luar rumahnya. ia yakin taksi online yang di pesannya sudah datang, ternyata dugaannya benar, Kinara langsung masuk ke dalam taksi tersebut.30 menit kemudian Kinara sampai di tempat acara pernikahan Via sahabatnya, Nara ragu ingin keluar dari dalam taksi melihat betapa mewahnya pernikahan sahabatnya itu."Sudah sampai mbak," ucap supir taksi saat melihat Kinara tak kunjung keluar."I--iya pak." akhirnya dengan berat hati Nara keluar, dan membayar ongkos taksinya.Setelah taksi pergi, Nara berusaha menormalkan detak jantungnya dan mengurangi rasa gugupnya. Nara masuk ke gedung tempat acara pernikahan. kata Mira dan Nazwa acara pernikahannya dilaksanakan di lantai 15, Nara naik lift dan menekan angka 15."Nara!" panggilan suara wanita yang memanggil namanya ketika wanita itu sampai di lantai 15 tempat acara pernikahannya berlangsung.Kinara menoleh dan mendapati Mira dan Nazwa, mereka berdua di temani suami dan anaknya."Apa kabar Nara?" tanya mereka setelah di dekat Kinara."Aku ba--baik." jawabnya terbata-bata."Sama siapa kesini?" tanya mereka celingak-celinguk mencari seseorang."Ehhm, itu aku--""Kenapa Nara?" tanya mereka heran."Aku mau permisi ke toilet," jawab spontan Nara."Ya sudah, pergilah." ucap Nazwa dan Mira.Saat berbalik badan ingin berjalan ke arah toilet di belakang, tak sengaja Nara menabrak seorang wanita yang sedang memegang segelas minuman di tangannya. minuman itu tumpah dan mengotori gaun wanita itu, Kinara syok bercampur takut."Ma--maafkan aku nyonya." ucap Nara gugup."Kurang ajar!" maki wanita itu tak terima.Kinara benar-benar tak sengaja melakukannya, ia terus berulang kali meminta maaf. Nazwa dan Mira juga sudah berusaha membantu sahabatnya itu dengan meyakinkan wanita itu jika Nara tak sengaja melakukannya."Dasar wanita buruk rupa!" ejeknya merendahkan Nara.Semua mata sedari tadi sudah berpusat ke arah mereka, Nara begitu malu saat semua pasang mata menatap intens ke arahnya."Menjijikkan! wajahmu menakutkan sekali, seperti monster iihhh." ejek wanita itu lagi bergidik ngeri menatap wajah Nara.Baru saja Nazwa dan Mira ingin bicara membela sahabatnya, tapi Nara yang malu langsung pergi dari tempat itu secepatnya.Ia sangat malu sekali di hina seperti itu, tapi ia juga tidak bisa melawan ucapan wanita tadi. karena pada kenyataannya ia memang lah sih buruk rupa, jadi rasanya pun percuma bicara walau hanya sekedar ingin membela diri.Nara berdiri di depan pintu lift, lift terbuka menampilkan pemandangan tak senonoh yang membuat Nara merasa jijik melihatnya.Seorang pria sedang bercumbu dengan mesranya bersama seorang wanita, pria itu pas menghadap kearah Nara. tatapannya tajam namun menggoda, Nara sendiri hanya berdiam di tempatnya, ia bingung harus apa."Kau jadi masuk tidak?" ucap ketus pria itu bertanya pada Nara yang tak kunjung masuk ke dalam lift.Melihat Kinara yang hanya diam saja, membuat pria itu kesal dan dengan gerakan cepat ia memencet kembali tombol lift. Nara dan pria itu masih saling memandang hingga pintu lift benar-benar tertutup."Wanita aneh!" gumamnya kesal."Siapa sayang?" tanya wanita yang bersamanya."Bukan siapa-siapa sayang, tetaplah posisi mu begini ya." wanita itu mengangguk.Kinara terduduk lesuh tak bertenaga di tempatnya berdiri tadi, ia menangis pilu dengan kenyataan nasibnya."Aku hanyalah seorang gadis buruk rupa, yang tak akan pernah di cintai atau pun mendapatkan cintanya." kembali ia menangis sejadi-jadinya.Kejadian barusan masih terus berputar di ingatan Nara, entah kenapa rasanya begitu sesak.Nara berhenti di pinggir jalan, ia duduk di pinggir jalan seorang diri di tengah malam. kembali ia menumpahkan segala kesedihannya, bukannya ia tak bersyukur kepada sang kuasa karena telah lahir ke dunia tanpa cacat sedikit pun.Ia hanya merasa mengasihani dirinya sendiri, kenapa semua orang begitu kejam memperlakukan dirinya. apa salahnya jika ia lahir dengan wajah seperti ini, wajah buruk rupa yang sering kali di cemoh orang-orang begitu.TIIINNNNN!!!Suara klakson mobil yang sengaja di tekan kencang oleh sang pengemudi, Nara menghalau sinar lampu mobil yang begitu terang dengan kedua tangannya.Sang pemilik mobil keluar bersama supirnya tersebut menghampiri Nara, Nara menurunkan kedua tangannya. ia mendongak menatap wajah orang yang berdiri di hadapannya tersebut."Hhhh, kau lagi!" ucapnya tak suka.Nara tetap diam di posisinya tanpa menge
Selamat membaca ============"Surprise!" ucap seorang pria menyodorkan se-buket bunga lili segar ke hadapan wanita paruh baya.Wanita itu tersenyum kemudian menerima buket bunga lili tersebut."Terima kasih bunganya putraku." ucapnya senang.Ternyata yang memberikan bunga itu adalah putranya."Hei, kenapa wajahmu di tekuk cemberut seperti itu sayang?" tanya wanita itu kepada putra kesayangannya."Tidak apa-apa mama." "Tidak apa-apa, tapi kok mukanya manyun gitu." sang ibu meraih dagu anaknya, sang anak menatapnya."Coba ceritakan sama mama." tuntutnya pada sang putra karena rasa penasaran.Lelaki itu terlihat menarik nafasnya dalam, sebenarnya ia enggan untuk bercerita kepada sang mama. namun wanita paruh baya itu tetap memaksanya untuk bercerita."Mama, apakah salah jika aku merasa kasihan pada seseorang?" Sang ibu tampak berpikir. "tentu tidak sayang, itu tandanya kamu masih memiliki hati yang bersih. hmmm, sekara
Nara membuka pesan grup via WhatsApp sekolah SMA-nya dulu, teman-temannya mengajak untuk pergi berkumpul reunian.Nara sebenarnya malas datang, tapi ke tiga teman akrabnya memaksa, mau tak mau akhirnya ia menyetujui ajakan itu. Kini ia beserta ke-3 temannya telah sampai di tempat acara, Nara menghentikan langkahnya saat matanya melihat kehadiran seorang wanita yang dulu sangat suka menghinanya.Rizka teman sekolahnya dulu yang suka mengejeknya, dan sekarang wanita itu juga ada disini. Mira, Via dan Nazwa menghalangi langkah Nara yang ingin berbalik pergi."Lepas!" pinta Nara dengan suara tercekat."Kenapa Ra? kenapa lo harus takut? hadapi dia, jangan jadi pengecut gini dong." ucap Via."Kalian kenapa gak bilang kalau dia juga ikut kesini?" tanya Nara."Karena kami sengaja gak bilang, kalau kami bilang pasti kamu gak mau datang kan Ra?" "Tega ya kalian! kalian tahu kan dia itu seperti apa ke aku?" ucap Nara terisak.Mereka beremp
Happy reading ============="Kenapa senyum-senyum sendiri begitu Adam?" tanya Karina melihat putranya yang tersenyum sendiri."Tidak ada bu, hanya teringat Nara." "Nara?" Adam mengangguk."Lalu kenapa kau tertawa saat mengingatnya?" tanya Karina lagi."Dia sangat lucu!" ucap Adam tanpa menoleh ke arah Karina."Apa kau kira Nara itu seorang badut!" sinis Karina menatap tajam putranya.Adam yang mendengar nada sinis dari ucapan ibunya pun menoleh ke arah Karina."Oh ayolah ibu, aku tidak sedang mengejek Nara seperti orang lain yang selalu mengolok-ngoloknya." tegas Adam membantah ucapan sang ibu yang seakan menuduhnya."Apa kau menyukai Nara?" tanya Karina to the point."A--apa maksud ibu?" tanya Adam tergagap."Adam, aku ini ibumu, wanita yang mengandung dan melahirkan mu, merawat serta membesarkan mu hingga sampai sekarang ini, tentu saja aku mengerti bagaimana putraku, apa yang di sukainya dan apa yang di bencinya.
Happy reading! ❤️❤️❤️Nara menatap horor sosok pria yang menjulang di hadapannya, sosok itu tersenyum begitu manisnya. mengumbar kehangatan bak mentari bagi setiap yang melihatnya, namun sayangnya hal itu tak mempan untuk Nara."Ada apa kau kemari?!" tanya Nara galak."Tentu saja untuk membeli setangkai bunga. e--eeh tidak, tapi bertangkai-tangkai bunga sekalian akarnya." Arfaan mengedipkan sebelah matanya pada Nara.Nara sendiri terlihat jijik dan mual dengan bualan pria itu. Elma dan Tria terlihat khawatir pada Nara setelah Arfaan menginjakkan kakinya masuk ke dalam toko bunga."Cepatlah layani aku!" perintah Arfaan pada Nara.Tanpa banyak bicara Nara langsung melakukan apa yang di inginkan Arfaan, ia tak mau pria itu terlalu lama berada di sini yang semakin menimbulkan masalah untuknya.Arfaan melihat gelagat Elma dan Tria yang terlihat aneh begitu menatapnya, dengan iseng Arfaan pun mencoba untuk menggoda kedua wanita itu.
Happy reading ========"Apa? undangan makan malam!" ucap Nara spontan kaget."Ya, orang tuaku ingin bertemu denganmu. terutama ibuku, dia sudah sangat tidak sabar ingin bertemu calon menantunya ini." Arfaan meneliti tubuh Nara dari atas ke bawah, dari bawah ke atas."Kenapa kau tak bilang jujur saja, kalau kita ini cuma berpura-pura Arfaan." "Kau bego ya? aku mengajak mu menjadi kekasih pura-pura ku agar orang tuaku berhenti menjodohkan ku dengan berbagai jenis macam wanita-wanita aneh." ucap Arfaan kesal."Aku rasa bukan wanita-wanita itu yang aneh, tapi kau manusia langkah yang sangat aneh." "Wow! aku langka? hmm, itu artinya pria tampan di dunia ini cuma aku dong. ckck, betapa senang dan bangganya aku di lahirkan." Nara melirik kesal pada Arfaan yang semakin stress."Aku tidak mau datang, menurutku ini tidak di perlukan dalam kerjasama kita." protes Nara."Eeh, siapa bilang?" "Aku lah, coba kau pikir saja sendiri
Enjoy reading! ❤️❤️❤️❤️❤️Nara tampak gugup di hadapan kedua orang tuanya Arfaan, tampak sekali jika wanita itu gelisah duduk berhadapan dengan Santi dan Bimo. sedangkan Arfaan yang duduk di sampingnya malah cengenges-cengengesan."Pertunjukan di mulai, let's play!" ucap batin Arfaan senang dan tak sabar menunggu reaksi orang tuanya."Siapa nama kamu sayang?" tanya Santi lembut."Na--Nara tante." jawab Nara terbata-bata."Nama yang sangat cantik." puji Santi. "benarkan pa?" lanjut Santi bertanya pada suaminya."Iya ma, Nara umur berapa?" gantian Bimo yang bertanya."25 tahun om." "Wahh, umur yang sudah pas untuk menikah. bukankah begitu Arfaan?" ucap Bimo pada putranya."Eeh, gimana pa?" kaget Arfaan."Dih, anak kita ma, papa ngasih kode dia gak ngerti." kekeh Bimo.Sumpah! Arfaan merasa jengah dengan situasi ini."Nara pekerjaannya apa sayang?" tanya Santi lagi."Kerja di toko bunga milik bunda
Selamat membaca Arfaan menyudahi ciumannya saat melihat Nara kehabisan nafas, di lihatnya wajah Nara yang memerah dengan nafas tersengal-sengal sama sepertinya.Belum lagi bibir Nara yang terbuka, membuat Arfaan tergoda ingin memakannya habis di dalam mulutnya."Aku tidak suka kau bercanda seperti itu Nara, menakutkan sekali." ucap Arfaan setelah melepaskan ciuman keduanya."Jika kau mengatakan hal seperti itu lagi, aku tidak akan mengampuninya. kau mengerti!" ancam Arfaan.Nara yang masih mengatur nafasnya pun menganggukkan kepalanya, wanita itu masih belum berpikir dengan jernih."Kita pulang, atau melanjutkan di mobil?" bisik Arfaan membuat Nara tersadar kemudian memukul lengannya kuat."Mesum!""Tapi kau menikmatinya sayang," goda Arfaan.Nara tak menjawabnya karena rasa malu yang menjalarinya. ia memalingkan wajahnya yang memerah karena ucapan Arfaan.Arfaan berhenti menggoda Nara, ia menghidupkan mes
Pagi harinya..."Enggghh," racau Nara sembari menepuk sisi tempat tidurnya.Nara membuka kedua matanya perlahan yang masih terasa berat, akibat efek masih mengantuk."Kosong? dimana Arfaan?" gumamnya bertanya-tanya mencari keberadaan sang suami.Nara bangkit dari tidurnya, tepat saat ia duduk pintu kamar terbuka.Cklek..."Sayang, baru bangun?" Nara menganggukkan kepalanya."Kau darimana saja?""Aku habis sarapan bersama seluruh keluarga.""Apa?" kaget Nara. "Kenapa tidak membangunkan ku juga.""Tidur kamu nyenyak banget, lagian aku yakin kamu pasti masih capek banget. Apalagi terutama bagian itu kamu, pasti masih perih banget." ucap Arfaan khawatir dan terselip nada nakal di ucapannya."Terus ibu, bapak, mama dan papa bagaimana?""Mereka baik seperti biasa."
Arfaan menggendong Nara ala bridal style setelah mereka sampai di depan pintu kamar hotel yang sudah Arfaan pesan. susah payah pria itu membuka pintu karena Nara yang sedang ia gendong, Nara yang mengerti pun membantu sang suami dengan membuka pintunya."Arfaan! Turunkan aku!" teriak Nara merengek."Iya, nanti akan aku turunkan." ucap Arfaan tersenyum jahil.Ia pun meletakkan tubuh ramping Nara di ranjang, kemudian Arfaan berjalan kembali ke pintu dan menguncinya."Akhirnya!" teriak Arfaan nyaring seraya melompat gembira.Nara terkikik geli melihat tingkah suaminya, begitu bahagianya menyambut ritual malam pertama yang sebentar lagi bakal mereka lakukan."Ayo sayang, buka bajunya." titah Arfaan gak ada romantis-romantisnya.Nara tak bergeming dan hanya memperhatikan Arfaan yang kini sudah mulai membuka jas-nya. Jas terbuka seutuhnya dan Arfaan melemparkan
Hari yang di tunggu pun telah tiba, tepat pada hari ini Arfaan dan Nara akan melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah hotel mewah.Sementara untuk ijab kabulnya sudah di lakukan di rumah Nara, kini mereka berdua telah resmi menjadi suami istri.Kedua mempelai dan seluruh keluarga, kerabat dan teman-teman Nara begitu bahagia.Kini sepasang pengatin baru itu lagi beristirahat di kamar, resepsi akan di mulai pada sore hari sampai malam hari."Akhirnya!" teriak Arfaan bahagia setelah sampai di kamar.Nara tergelak melihat tingkah konyol suaminya, namun tak di pungkiri rasa bahagia juga di rasakan Nara."Aku bahagia, sangat bahagia!" ungkap Arfaan pada istrinya."Aku juga sangat bahagia Arfaan." balas Nara tersenyum."Sini sayang, deketan sama aku dong." ucap Arfaan melambaikan tangan memanggil Nara agar mendekat padanya.Nara me
Menjelang hari pernikahan Nara dan Arfaan, keduanya terlihat sibuk. tak terasa waktu pernikahan tinggal menghitung hari lagi.Tak hanya Nara dan Arfaan yang sibuk, tetapi semua orang juga tengah sibuk dalam persiapan pernikahan mereka.Seperti kedua orang Nara, mereka memutuskan untuk tetap tinggal di rumahnya sampai hari pernikahan tiba. Terlihat sekali pak Cahyo dan bu Nina tengah sibuk mengabarkan saudara, kerabat, dan para tetangga mereka yang ada di kampung untuk datang ke acara pernikahan Nara di kota.Sudah bisa di pastikan bukan, bagaimana ramainya acara pernikahan Nara dan Arfaan nantinya?Papa Bimo dan mama Santi juga tak mau ketinggalan dengan apa yang di lakukan orang tua Nara.Fitting baju telah selesai Nara dan Arfaan lakukan beberapa hari yang lalu, berbarengan dengan cincin pernikahan mereka yang juga sudah mereka pesan sesuai permintaan.Ah! Rasanya Arfaan sudah tak
Berita pertunangan Nara tentu saja sampai ke telinga Adam, pria kalem yang tampan dan mempunyai rasa terhadap Nara.Pertama kali mendengar kabar jika Nara tengah menjalin hubungan, Adam tetap santai. dan berharap jika mungkin suatu saat nanti ada peluang untuknya mendekati Nara, tapi jika sudah bertunangan seperti ini. Semakin tipis lah harapan sekaligus peluang Adam mendekati gadisnya. Ya, meskipun banyak yang mengatakan istilah, sebelum janur kuning melengkung maka masih ada harapan.Kini Adam harus merelakan penuh perasaannya pada Nara, karena ia yakin suatu saat nanti ia pasti di pertemukan dengan jodohnya."Adam!" panggilan Karina di ambang pintu kamarnya."Mama?!" kagetnya."Boleh mama masuk?" tanya Karina.Kepala Adam mengangguk, Karina masuk ke dalam kamar putranya."Kamu tidak masuk kerja hari ini nak?" heran Karina melihat putranya yang h
Seminggu kemudian...Nara tersenyum melihat penampilannya sekali lagi di cermin, sangat bahagia menyambut malam ini. Karena malam ini adalah hari pertunangannya dengan sang kekasih, Arfaan.Setelah melewati proses perdebatan panjang antara pak Cahyo dan kedua orang tua Arfaan. Pak Cahyo meminta untuk langsung ke pernikahan, sementara orang tua Arfaan ingin melewati proses yang namanya tunangan terlebih dulu.Pak Cahyo pun pada akhirnya mengalah begitu Nara juga menyetujui ke inginan calon mertuanya. berbeda dengan Arfaan, yang anehnya malah lebih menyetujui rencana Cahyo. Jujur Arfaan memang sudah tak sabar agar cepat bersanding dengan Nara di pelaminan."Waaaah, kau terlihat sangat cantik sekali Nara!" puji Nazwa."Iya benar, kau terlihat bak seperti puteri kerajaan." sambung Via menimpali ucapan Nazwa.Dan berlanjur pujian dari Mira. "Gaun acara pertunanganmu saja sang
"Ayo di makan calon besan." ucap Bimo mempersilakan kedua orang tua Nara untuk makan malam bersama.Pak Cahyo menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali, menoleh ke arah istrinya yang juga tengah menatapnya.Bimo dan Santi bingung melihat ke anehan Cahyo dan Nina."Pak Cahyo, kenapa hanya berdiri saja. apa ada masalah pak?" tanya Bimo hati-hati."Itu loh pak, nganu--" Cahyo terlihat bingung ingin mengatakannya."Makanannya." jawab Nina gemas melihat suaminya."Iya, kenapa dengan makanannya?" tanya Santi penasaran."Kami tidak terbiasa makan makanan seperti itu." kekeh Nina merasa malu.Makan malam yang tersaji pun berupa steak, lasagna, macaroni, risotto dan berbagai hidangan makanan barat lainnya.Santi dan Bimo saling melemparkan senyum. memanggil beberapa pelayan dan menyuruh mereka semua untuk membawakan hidangan baru.
Pintu rumah kembali di ketuk, bu Nina sudah bersiap-siap untuk membukanya dengan sapu di tangannya siap untuk menimpuk sih pengetuk pintu.Cklek..."Arfaan!" pekik bu Nina kaget.Untung saja bu Nina belum sempat melayangkan pukulan sapunya. kalau sudah, maka bisa di pastikan wajah Arfaan bonyok."Selamat pagi ibu." sapa Arfaan mengulurkan tangannya mengambil tangan kanan bu Nina.Mencium punggung tangan wanita itu, hati bu Nina sedikit tersentuh karena sikap sopan Arfaan."Ibu ngapain bawa sapu?" tanya Arfaan menunjuk ke arah sapu yang di pegang bu Nina."Ah ini, tadi buat nimpuk kamu__eh," bu Nina keceplosan.Arfaan mengerutkan keningnya bingung. untuk menimpuk dirinya? menggunakan sapu?"Maksudnya ini tadi ibu habis nyapu, eh malah ke bawa juga." kekeh bu Nina beralasan."Kamu pasti mau ketemu Nara kan?
Keadaan rumah Nara menjadi ramai karena kehadiran kedua orang tuanya, suara kebisingan terdengar dari perdebatan antara pak Cahyo dan bu Nina. setiap harinya ada saja hal yang di perdebatkan, namun di balik itu Nara sangat bahagia. rasa rindu yang sudah lama tidak bertemu keluarga pun terobati."Waah, bunga-bunganya jadi lebih indah di rawat sama bapak ya." puji Nara senang melihat tanaman berbagai macam bunganya yang semakin bersih terawat."Siapa dulu? bapak gitu loh." bangga pak Cahyo menepuk dadanya cukup kuat."Jangan kencang-kencang pak mukul dadanya." protes bu Nina yang ikut bergabung ke halaman belakang rumah Nara.Pak Cahyo nyengir. "iya bu, ini sangking semangatnya.""Oalah, lebay ya bapak ternyata." bu Nina geleng-geleng kepala melihatnya, sementara Nata terkikik geli menyaksikan hal itu."Yo uwes, sebaiknya kita sarapan dulu." ajak bu Nina pada suami dan anaknya.