Nara membuka pesan grup via WhatsApp sekolah SMA-nya dulu, teman-temannya mengajak untuk pergi berkumpul reunian.
Nara sebenarnya malas datang, tapi ke tiga teman akrabnya memaksa, mau tak mau akhirnya ia menyetujui ajakan itu.Kini ia beserta ke-3 temannya telah sampai di tempat acara, Nara menghentikan langkahnya saat matanya melihat kehadiran seorang wanita yang dulu sangat suka menghinanya.Rizka teman sekolahnya dulu yang suka mengejeknya, dan sekarang wanita itu juga ada disini. Mira, Via dan Nazwa menghalangi langkah Nara yang ingin berbalik pergi."Lepas!" pinta Nara dengan suara tercekat."Kenapa Ra? kenapa lo harus takut? hadapi dia, jangan jadi pengecut gini dong." ucap Via."Kalian kenapa gak bilang kalau dia juga ikut kesini?" tanya Nara."Karena kami sengaja gak bilang, kalau kami bilang pasti kamu gak mau datang kan Ra?""Tega ya kalian! kalian tahu kan dia itu seperti apa ke aku?" ucap Nara terisak.Mereka berempat tidak menyadari Rizka yang semakin berjalan mendekati mereka."Wow, ada apa ini?!" serunya bertanya seakan kaget.Nara tersentak, suara Rizka bagaikan suara petir yang menyambar, sangat menyakitkan apabila tersengat petir tersebut dan langsung menghanguskan Nara hingga menjadi abu."Itik buruk rupa ku juga disini ternyata." ucapnya setelah memutar tubuhnya ke arah Nara.Riska menatap sinis dan mengejek pada Nara, tapi se-bisa mungkin dia berusaha memasang wajah bersahabatnya."Cukup Rizka! kita disini untuk berkumpul sekaligus reunian, bukan untuk ajang cari ribut."Siapa yang cari ribut?" tanya Rizka santai."Pengantin baru kita mana? ah ini dia, Via." sambung Rizka mendekati Via dan memeluk wanita itu."Dimana suami mu?" tanya Rizka tanpa rasa malu."Tidak ikut, kenapa memangnya." sahut Via ketus."Sebaiknya kita masuk." ajak Mira.Via, Nazwa, Mira dan Nara beriringan berjalan, langkah Nara dkk terhenti saat mendengar suara Rizka."Yang buruk tetaplah buruk, sampai kapan pun tidak akan pernah berubah!" pancing Rizka pada Nara.Nara berusaha sabar dan melangkah kembali bersama ke tiga sahabatnya."Sombong sekali! dasar perawan tua!" pancingan Rizka berhasil.Sedikit kecewa karena yang terpancing adalah Nazwa, Mira, dan Via. mereka bertiga membalikkan badannya dan berjalan kembali mendekat ke arah Rizka. sementara Nara hanya berbalik badan saja tanpa harus repot2 mendekati Rizka."Punya mulut bisa di jaga tidak!" ketus Mira menatap nyalang Rizka."Aku tidak ada urusan sama kalian! so, sebaiknya kalian ber-tiga minggir dan jangan sok jadi pahlawan untuk itik buruk rupa kita." ucap Rizka terkekeh di akhir kalimatnya."Riska!!" bentak Nazwa kencang."Upsss, mulutku ini terlalu jujur dalam bicara. ya, mau gimana lagi ya, dasar buruk tetap buruk." Rizka menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.Via ingin menjawab ucapan Rizka, tapi ramai orang beserta teman sekolahnya yang lain, membuatnya mengurungkan niat itu. sekarang mereka ber-lima menjadi sorotan."Kenapa kalian diam? takut pada ku ya?" tantang Riska kembali memancing, wanita itu tidak tahu rasa malu bahwa ia sedang berada dimana."Semuanya! lihatlah wanita yang berdiri itu!" ucap Rizka menunjuk ke arah Nara.Nara terperangah dengan ucapan Rizka, ia merasa malu dengan hal itu."Apa yang kalian lihat dari dia?" tanya Rizka, dan otomatis semua orang menatap meneliti ke arah Nara."Apakah dia cantik?" sebagian ada yang menggeleng, sebagian lagi ada yang bergidik jijik melihat Nara, dan ada juga yang bersorak mengejek."Rizka, hentikan!" teriak Nazwa, Mira, dan Via barengan.Namun Rizka seakan tuli dengan hal itu, wanita itu begitu puas menghina Nara."Apakah kalian ada yang mau, dan bersedia menjadi pacarnya?!" tanya Rizka dengan suara nyaring.Seketika semua para pria yang ada di situ berlagak mual, dan hal itu kembali membuat Rizka tertawa puas."Kau sudah lihat, kan? tidak ada yang mau menjadi kekasihmu. uh, cup cup sayang." ejek Rizka membelai wajah Nara setelah ia mendekatinya."Siapa bilang?" suara seorang pria dari arah belakang kerumunan orang.Spontan semuanya menoleh ke arah sumber suara, pria itu melangkah mendekat ke arah Nara."Siapa yang bilang tidak ada yang mau menjadi kekasih gadis ini?" tanyanya dengan senyum manis mematikan."Aku dan semua yang ada disini!""Kau yakin?" tantang pria itu."Tentu saja, jika ada pria yang mau menjadi kekasihnya. berarti pria itu mengalami gangguan penglihatan, dan hanya pria yang tidak waras lah yang mau dengan wanita jelek ini." Rizka menudingkan jarinya menunjuk Nara.Pria itu tertawa simpul, ia melirik ke arah Nara yang tampak shock ternganga melihatnya. dengan iseng pria itu mengedipkan sebelah matanya menggoda Nara agar rileks, di rangkulnya bahu Nara dengan satu tangannya."Kalau begitu, aku lah sih pria tidak waras itu, dan sih pria yang mengalami gangguan penglihatan." pria itu mengedipkan kembali matanya, tapi kali ini ke arah Rizka.Rizka tertawa. "kau bercanda tuan?" tanyanya mengejek."Bercanda? untuk apa?" tanya pria itu mengerutkan dahinya."Sudahlah tuan, jangan membuang-buang waktu untuk wanita jelek itu!" ucap Rizka."Apa katamu? jelek? kurang ajar!" ucapnya marah."Dengarkan aku semuanya!" teriak pria itu kencang menepuk tangannya."Wanita ini!" ucapnya dengan menunjuk Nara yang sedang di rangkulnya."Dia adalah KE-KA-SIH-KU!" ucap pria itu mengeja tiap kata kekasih ku dengan suara nyaring.Semua orang ternganga mendengarnya, apalagi Rizka, Nazwa Mira, via. mereka sangat kaget mendengar ucapan pria itu.Nara merasakan perih di bahunya akibat cengkeraman pria itu, ia mendongak menatap pria itu yang lebih tinggi darinya."Kau harus membayar ku yang sudah membantu mu nona angkuh." bisik pria itu dengan suara serak nan seksi.Buku kuduk Nara meremang, apakah ini pertanda buruk? pikirnya was-was dengan semua yang terjadi begitu cepat.Tbc...Hayoo siapa nih kira-kira cowok yang nyelamatin Nara? Awwhh! Apakah ini pertanda baik atau buruk? Hohoho.Jangan lupa voted dan komennya ya Terima kasih.Love AdelleHappy reading ============="Kenapa senyum-senyum sendiri begitu Adam?" tanya Karina melihat putranya yang tersenyum sendiri."Tidak ada bu, hanya teringat Nara." "Nara?" Adam mengangguk."Lalu kenapa kau tertawa saat mengingatnya?" tanya Karina lagi."Dia sangat lucu!" ucap Adam tanpa menoleh ke arah Karina."Apa kau kira Nara itu seorang badut!" sinis Karina menatap tajam putranya.Adam yang mendengar nada sinis dari ucapan ibunya pun menoleh ke arah Karina."Oh ayolah ibu, aku tidak sedang mengejek Nara seperti orang lain yang selalu mengolok-ngoloknya." tegas Adam membantah ucapan sang ibu yang seakan menuduhnya."Apa kau menyukai Nara?" tanya Karina to the point."A--apa maksud ibu?" tanya Adam tergagap."Adam, aku ini ibumu, wanita yang mengandung dan melahirkan mu, merawat serta membesarkan mu hingga sampai sekarang ini, tentu saja aku mengerti bagaimana putraku, apa yang di sukainya dan apa yang di bencinya.
Happy reading! ❤️❤️❤️Nara menatap horor sosok pria yang menjulang di hadapannya, sosok itu tersenyum begitu manisnya. mengumbar kehangatan bak mentari bagi setiap yang melihatnya, namun sayangnya hal itu tak mempan untuk Nara."Ada apa kau kemari?!" tanya Nara galak."Tentu saja untuk membeli setangkai bunga. e--eeh tidak, tapi bertangkai-tangkai bunga sekalian akarnya." Arfaan mengedipkan sebelah matanya pada Nara.Nara sendiri terlihat jijik dan mual dengan bualan pria itu. Elma dan Tria terlihat khawatir pada Nara setelah Arfaan menginjakkan kakinya masuk ke dalam toko bunga."Cepatlah layani aku!" perintah Arfaan pada Nara.Tanpa banyak bicara Nara langsung melakukan apa yang di inginkan Arfaan, ia tak mau pria itu terlalu lama berada di sini yang semakin menimbulkan masalah untuknya.Arfaan melihat gelagat Elma dan Tria yang terlihat aneh begitu menatapnya, dengan iseng Arfaan pun mencoba untuk menggoda kedua wanita itu.
Happy reading ========"Apa? undangan makan malam!" ucap Nara spontan kaget."Ya, orang tuaku ingin bertemu denganmu. terutama ibuku, dia sudah sangat tidak sabar ingin bertemu calon menantunya ini." Arfaan meneliti tubuh Nara dari atas ke bawah, dari bawah ke atas."Kenapa kau tak bilang jujur saja, kalau kita ini cuma berpura-pura Arfaan." "Kau bego ya? aku mengajak mu menjadi kekasih pura-pura ku agar orang tuaku berhenti menjodohkan ku dengan berbagai jenis macam wanita-wanita aneh." ucap Arfaan kesal."Aku rasa bukan wanita-wanita itu yang aneh, tapi kau manusia langkah yang sangat aneh." "Wow! aku langka? hmm, itu artinya pria tampan di dunia ini cuma aku dong. ckck, betapa senang dan bangganya aku di lahirkan." Nara melirik kesal pada Arfaan yang semakin stress."Aku tidak mau datang, menurutku ini tidak di perlukan dalam kerjasama kita." protes Nara."Eeh, siapa bilang?" "Aku lah, coba kau pikir saja sendiri
Enjoy reading! ❤️❤️❤️❤️❤️Nara tampak gugup di hadapan kedua orang tuanya Arfaan, tampak sekali jika wanita itu gelisah duduk berhadapan dengan Santi dan Bimo. sedangkan Arfaan yang duduk di sampingnya malah cengenges-cengengesan."Pertunjukan di mulai, let's play!" ucap batin Arfaan senang dan tak sabar menunggu reaksi orang tuanya."Siapa nama kamu sayang?" tanya Santi lembut."Na--Nara tante." jawab Nara terbata-bata."Nama yang sangat cantik." puji Santi. "benarkan pa?" lanjut Santi bertanya pada suaminya."Iya ma, Nara umur berapa?" gantian Bimo yang bertanya."25 tahun om." "Wahh, umur yang sudah pas untuk menikah. bukankah begitu Arfaan?" ucap Bimo pada putranya."Eeh, gimana pa?" kaget Arfaan."Dih, anak kita ma, papa ngasih kode dia gak ngerti." kekeh Bimo.Sumpah! Arfaan merasa jengah dengan situasi ini."Nara pekerjaannya apa sayang?" tanya Santi lagi."Kerja di toko bunga milik bunda
Selamat membaca Arfaan menyudahi ciumannya saat melihat Nara kehabisan nafas, di lihatnya wajah Nara yang memerah dengan nafas tersengal-sengal sama sepertinya.Belum lagi bibir Nara yang terbuka, membuat Arfaan tergoda ingin memakannya habis di dalam mulutnya."Aku tidak suka kau bercanda seperti itu Nara, menakutkan sekali." ucap Arfaan setelah melepaskan ciuman keduanya."Jika kau mengatakan hal seperti itu lagi, aku tidak akan mengampuninya. kau mengerti!" ancam Arfaan.Nara yang masih mengatur nafasnya pun menganggukkan kepalanya, wanita itu masih belum berpikir dengan jernih."Kita pulang, atau melanjutkan di mobil?" bisik Arfaan membuat Nara tersadar kemudian memukul lengannya kuat."Mesum!""Tapi kau menikmatinya sayang," goda Arfaan.Nara tak menjawabnya karena rasa malu yang menjalarinya. ia memalingkan wajahnya yang memerah karena ucapan Arfaan.Arfaan berhenti menggoda Nara, ia menghidupkan mes
Nara tak berkutik sama sekali saat Santi membawa dirinya ke salon langganan keluarganya, tadinya ia sudah berusaha berulang kali menolak ajakannya. tapi Santi yang mempunyai jurus rayuan mematikan, membuat Nara akhirnya tak tega menolak.Dan di sinilah ia sekarang, membiarkan para mbak-mbak pekerja salon mempermak dirinya. di mulai dari perawatan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu perawatan wajah.Mereka juga memilihkan pakaian yang pas untuk Nara pakai malam ini, pilihannya jatuh pada sebuah gaun cantik dan elegan pilihan Santi. Nara menurut saja saat Santi menyuruhnya memakai gaun berwarna hitam itu, lalu mereka memilihkan heels yang cocok dengan warna gaun yang di pakai Nara. terakhir mereka memberikan polesan make up ke wajah Nara, hanya sapuan riasan yang tipis mampu membuat wajah Nara terlihat sangat cantik."Sudah selesai mbak." ujar salah satu mbak pekerja salonnya.Nara yang sedari awal di make up menutup mata
Arfaan mengernyit heran melihat cara makan Nara yang terkesan mengerikan, bagaimana tidak! wanita itu mencabik-cabik daging steak di piringnya sendiri.Setelah mencabik-cabik, Nara langsung memakannya dalam waktu cepat. seperti tak ingin membuang waktu kebersamaanya dengan Arfaan."Pelan-pelan saja makannya sayang." titah Arfaan mengingatkan agar Nara tidak tersedak.Nara mencibik kesal mendengarnya. sayang-sayang, palamu peyang! itu suara hati Nara yang berseru, jika Arfaan mendengarnya, sudah di pastikan pria itu mencak-mencak di tempatnya.Tiba-tiba saja Nara tertawa sendiri membayangkan Arfaan yang mencak-mencak, makanan yang ada di mulut Nara bahkan sampai muncrat akibat tawanya. "Ada apa? apa yang lucu?" tanya Arfaan curiga."Tidak ada." Nara menjawab santai di sela-sela tawanya."Tidak ada yang lucu, lalu kenapa kau tertawa." Fix, Arfaan mulai sebal jadinya. ia begitu kepo sekarang, Nara sukses membuatnya penasaran.
Nara menggeram kesal pada seseorang yang saat ini dengan penuh niat mengetuk pintunya sangat kencang. entah siapa orang usil itu yang menganggu tidur nyenyak Nara sepagi ini."Aissshh, siapa sih yang datang bertamu sepagi ini!" gerutu Nara kesal seraya turun dari ranjang.Nara bahkan tak sempat memperhatikan penampilannya pagi ini yang terlihat cukup acak-acakkan. Nara langsung berjalan menuju pintu utama rumahnya, takut jika kelamaan sedetik saja maka rumahnya bisa roboh saat itu juga.Cklek..."Hai...." sapaan ceria pada sih penggendor pintu.Orang tersebut melihat penampilan Nara dari atas ke bawah, dari bawah ke atas.Senyum manis tersungging di bibirnya, namun bukannya membuat Nara meleleh, malah semakin bertambah kesalnya."Ada apa kau ke rumahku sepagi ini?!" tanya Nara galak tanpa basa-basi."Uhm, kangen beb." ucap Arfaan manja.Nara mendelik mendengarnya, beb dan kangen? dih, apa-apaan pria ini."Kau mabok ya?" "Tidak!
Pagi harinya..."Enggghh," racau Nara sembari menepuk sisi tempat tidurnya.Nara membuka kedua matanya perlahan yang masih terasa berat, akibat efek masih mengantuk."Kosong? dimana Arfaan?" gumamnya bertanya-tanya mencari keberadaan sang suami.Nara bangkit dari tidurnya, tepat saat ia duduk pintu kamar terbuka.Cklek..."Sayang, baru bangun?" Nara menganggukkan kepalanya."Kau darimana saja?""Aku habis sarapan bersama seluruh keluarga.""Apa?" kaget Nara. "Kenapa tidak membangunkan ku juga.""Tidur kamu nyenyak banget, lagian aku yakin kamu pasti masih capek banget. Apalagi terutama bagian itu kamu, pasti masih perih banget." ucap Arfaan khawatir dan terselip nada nakal di ucapannya."Terus ibu, bapak, mama dan papa bagaimana?""Mereka baik seperti biasa."
Arfaan menggendong Nara ala bridal style setelah mereka sampai di depan pintu kamar hotel yang sudah Arfaan pesan. susah payah pria itu membuka pintu karena Nara yang sedang ia gendong, Nara yang mengerti pun membantu sang suami dengan membuka pintunya."Arfaan! Turunkan aku!" teriak Nara merengek."Iya, nanti akan aku turunkan." ucap Arfaan tersenyum jahil.Ia pun meletakkan tubuh ramping Nara di ranjang, kemudian Arfaan berjalan kembali ke pintu dan menguncinya."Akhirnya!" teriak Arfaan nyaring seraya melompat gembira.Nara terkikik geli melihat tingkah suaminya, begitu bahagianya menyambut ritual malam pertama yang sebentar lagi bakal mereka lakukan."Ayo sayang, buka bajunya." titah Arfaan gak ada romantis-romantisnya.Nara tak bergeming dan hanya memperhatikan Arfaan yang kini sudah mulai membuka jas-nya. Jas terbuka seutuhnya dan Arfaan melemparkan
Hari yang di tunggu pun telah tiba, tepat pada hari ini Arfaan dan Nara akan melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah hotel mewah.Sementara untuk ijab kabulnya sudah di lakukan di rumah Nara, kini mereka berdua telah resmi menjadi suami istri.Kedua mempelai dan seluruh keluarga, kerabat dan teman-teman Nara begitu bahagia.Kini sepasang pengatin baru itu lagi beristirahat di kamar, resepsi akan di mulai pada sore hari sampai malam hari."Akhirnya!" teriak Arfaan bahagia setelah sampai di kamar.Nara tergelak melihat tingkah konyol suaminya, namun tak di pungkiri rasa bahagia juga di rasakan Nara."Aku bahagia, sangat bahagia!" ungkap Arfaan pada istrinya."Aku juga sangat bahagia Arfaan." balas Nara tersenyum."Sini sayang, deketan sama aku dong." ucap Arfaan melambaikan tangan memanggil Nara agar mendekat padanya.Nara me
Menjelang hari pernikahan Nara dan Arfaan, keduanya terlihat sibuk. tak terasa waktu pernikahan tinggal menghitung hari lagi.Tak hanya Nara dan Arfaan yang sibuk, tetapi semua orang juga tengah sibuk dalam persiapan pernikahan mereka.Seperti kedua orang Nara, mereka memutuskan untuk tetap tinggal di rumahnya sampai hari pernikahan tiba. Terlihat sekali pak Cahyo dan bu Nina tengah sibuk mengabarkan saudara, kerabat, dan para tetangga mereka yang ada di kampung untuk datang ke acara pernikahan Nara di kota.Sudah bisa di pastikan bukan, bagaimana ramainya acara pernikahan Nara dan Arfaan nantinya?Papa Bimo dan mama Santi juga tak mau ketinggalan dengan apa yang di lakukan orang tua Nara.Fitting baju telah selesai Nara dan Arfaan lakukan beberapa hari yang lalu, berbarengan dengan cincin pernikahan mereka yang juga sudah mereka pesan sesuai permintaan.Ah! Rasanya Arfaan sudah tak
Berita pertunangan Nara tentu saja sampai ke telinga Adam, pria kalem yang tampan dan mempunyai rasa terhadap Nara.Pertama kali mendengar kabar jika Nara tengah menjalin hubungan, Adam tetap santai. dan berharap jika mungkin suatu saat nanti ada peluang untuknya mendekati Nara, tapi jika sudah bertunangan seperti ini. Semakin tipis lah harapan sekaligus peluang Adam mendekati gadisnya. Ya, meskipun banyak yang mengatakan istilah, sebelum janur kuning melengkung maka masih ada harapan.Kini Adam harus merelakan penuh perasaannya pada Nara, karena ia yakin suatu saat nanti ia pasti di pertemukan dengan jodohnya."Adam!" panggilan Karina di ambang pintu kamarnya."Mama?!" kagetnya."Boleh mama masuk?" tanya Karina.Kepala Adam mengangguk, Karina masuk ke dalam kamar putranya."Kamu tidak masuk kerja hari ini nak?" heran Karina melihat putranya yang h
Seminggu kemudian...Nara tersenyum melihat penampilannya sekali lagi di cermin, sangat bahagia menyambut malam ini. Karena malam ini adalah hari pertunangannya dengan sang kekasih, Arfaan.Setelah melewati proses perdebatan panjang antara pak Cahyo dan kedua orang tua Arfaan. Pak Cahyo meminta untuk langsung ke pernikahan, sementara orang tua Arfaan ingin melewati proses yang namanya tunangan terlebih dulu.Pak Cahyo pun pada akhirnya mengalah begitu Nara juga menyetujui ke inginan calon mertuanya. berbeda dengan Arfaan, yang anehnya malah lebih menyetujui rencana Cahyo. Jujur Arfaan memang sudah tak sabar agar cepat bersanding dengan Nara di pelaminan."Waaaah, kau terlihat sangat cantik sekali Nara!" puji Nazwa."Iya benar, kau terlihat bak seperti puteri kerajaan." sambung Via menimpali ucapan Nazwa.Dan berlanjur pujian dari Mira. "Gaun acara pertunanganmu saja sang
"Ayo di makan calon besan." ucap Bimo mempersilakan kedua orang tua Nara untuk makan malam bersama.Pak Cahyo menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali, menoleh ke arah istrinya yang juga tengah menatapnya.Bimo dan Santi bingung melihat ke anehan Cahyo dan Nina."Pak Cahyo, kenapa hanya berdiri saja. apa ada masalah pak?" tanya Bimo hati-hati."Itu loh pak, nganu--" Cahyo terlihat bingung ingin mengatakannya."Makanannya." jawab Nina gemas melihat suaminya."Iya, kenapa dengan makanannya?" tanya Santi penasaran."Kami tidak terbiasa makan makanan seperti itu." kekeh Nina merasa malu.Makan malam yang tersaji pun berupa steak, lasagna, macaroni, risotto dan berbagai hidangan makanan barat lainnya.Santi dan Bimo saling melemparkan senyum. memanggil beberapa pelayan dan menyuruh mereka semua untuk membawakan hidangan baru.
Pintu rumah kembali di ketuk, bu Nina sudah bersiap-siap untuk membukanya dengan sapu di tangannya siap untuk menimpuk sih pengetuk pintu.Cklek..."Arfaan!" pekik bu Nina kaget.Untung saja bu Nina belum sempat melayangkan pukulan sapunya. kalau sudah, maka bisa di pastikan wajah Arfaan bonyok."Selamat pagi ibu." sapa Arfaan mengulurkan tangannya mengambil tangan kanan bu Nina.Mencium punggung tangan wanita itu, hati bu Nina sedikit tersentuh karena sikap sopan Arfaan."Ibu ngapain bawa sapu?" tanya Arfaan menunjuk ke arah sapu yang di pegang bu Nina."Ah ini, tadi buat nimpuk kamu__eh," bu Nina keceplosan.Arfaan mengerutkan keningnya bingung. untuk menimpuk dirinya? menggunakan sapu?"Maksudnya ini tadi ibu habis nyapu, eh malah ke bawa juga." kekeh bu Nina beralasan."Kamu pasti mau ketemu Nara kan?
Keadaan rumah Nara menjadi ramai karena kehadiran kedua orang tuanya, suara kebisingan terdengar dari perdebatan antara pak Cahyo dan bu Nina. setiap harinya ada saja hal yang di perdebatkan, namun di balik itu Nara sangat bahagia. rasa rindu yang sudah lama tidak bertemu keluarga pun terobati."Waah, bunga-bunganya jadi lebih indah di rawat sama bapak ya." puji Nara senang melihat tanaman berbagai macam bunganya yang semakin bersih terawat."Siapa dulu? bapak gitu loh." bangga pak Cahyo menepuk dadanya cukup kuat."Jangan kencang-kencang pak mukul dadanya." protes bu Nina yang ikut bergabung ke halaman belakang rumah Nara.Pak Cahyo nyengir. "iya bu, ini sangking semangatnya.""Oalah, lebay ya bapak ternyata." bu Nina geleng-geleng kepala melihatnya, sementara Nata terkikik geli menyaksikan hal itu."Yo uwes, sebaiknya kita sarapan dulu." ajak bu Nina pada suami dan anaknya.