Happy reading!
❤️❤️❤️Nara menatap horor sosok pria yang menjulang di hadapannya, sosok itu tersenyum begitu manisnya. mengumbar kehangatan bak mentari bagi setiap yang melihatnya, namun sayangnya hal itu tak mempan untuk Nara."Ada apa kau kemari?!" tanya Nara galak."Tentu saja untuk membeli setangkai bunga. e--eeh tidak, tapi bertangkai-tangkai bunga sekalian akarnya." Arfaan mengedipkan sebelah matanya pada Nara.Nara sendiri terlihat jijik dan mual dengan bualan pria itu. Elma dan Tria terlihat khawatir pada Nara setelah Arfaan menginjakkan kakinya masuk ke dalam toko bunga."Cepatlah layani aku!" perintah Arfaan pada Nara.Tanpa banyak bicara Nara langsung melakukan apa yang di inginkan Arfaan, ia tak mau pria itu terlalu lama berada di sini yang semakin menimbulkan masalah untuknya.Arfaan melihat gelagat Elma dan Tria yang terlihat aneh begitu menatapnya, dengan iseng Arfaan pun mencoba untuk menggoda kedua wanita itu."Hai, masih ingat aku?" lagi Arfaan mengedipkan sebelah matanya."Tuan handsome." Arfaan tergelak mendengar panggilan Elma untuknya."Anda ini bukankah pria yang beberapa hari lalu membeli bunga di sini, dan....""Dan?" tanya Arfaan penasaran dengan ucapan Tria."Dan yang menghina Nara."Arfaan tampak berpikir seakan mengingat-ingatnya, kemudian ia tersenyum."Ah ya! kau benar cantik, tapi itu kemarin dan sekarang tidak akan aku menghina lagi dirinya."Elma dan Tria saling pandang, mereka berdua menebak jika pria di hadapan mereka ini sudahlah bertobat, dan meminta maaf pada Nara."Karena sekarang dia adalah kekasihku." kedua bola mata Elma dan Tria membesar terbelalak kaget."Apa? kalian berpacaran?" tanya Elma syok, Arfaan mengangguk membenarkan."Se--serius?" tanya Tria yang masih tak percaya."Iya, itu benar! kenapa? apakah ada yang salah?" dengan cepat kepala Elma dan Tria menggeleng."Baguslah," Arfaan kembali mengedipkan sebelah matanya sembari terkekeh."Ini bunganya!" Nara datang menyodorkan rangkaian bunga lili yang sudah di rangkainya begitu cantik."Thank you, sweet heart." Nara melotot gusar ke arah Arfaan yang memanggilnya dengan sebutan begitu mesra."Apa? kenapa kau melotot begitu padaku?" tanya Arfaan nyaring membuat Nara malu pada Elma dan Tria."Sudah tenang saja! kedua teman mu sudah tahu mengenai hubungan kita sayang." Arfaan mendekati Nara, merangkul sebelah bahu wanita itu.Tanpa sadar Arfaan memanggil Nara dengan sebutan sayang, hal itu membuat tubuh Nara menengang. apalagi sentuhan tangan kekar Arfaan yang begitu terasa di bahunya."Jangan terlalu lelah bekerja, aku pamit pergi." Arfaan menoleh ke arah Elma dan Tria."Tolong jaga pacarku ya girls." pinta Arfaan berakting sendu.Elma dan Tria mengangguk patuh, Arfaan keluar dari toko bunga dengan senyum mengembang puas di bibirnya.Nara mengelus dadanya sabar menghadapi kelakuan gila pria yang berpura-pura menjadi kekasihnya. untung keadaan di toko bunga sepi, coba kalau ramai, bayangkan saja!Nara juga tak mengerti ini semua termasuk situasi yang menguntungkan dirinya, atau merugikannya dan malah petaka yang akan menghancurkan hidupnya.Nara meringis menyebut petaka untuknya, semoga saja tidak. batinnya."Kapan kau akan membawa calon menantu mama ke sini?" tanya Santi pada Arfaan.
Arfaan menyeringai. "secepatnya Arfaan akan ajak dia kesini ma.""Aaaaaaaa! senang mendengarnya.""Tenang mama! Arfaan akan bawa calon menantu idaman yang mama impikan, tapi ini Nara. yang Arfaan jamin akan mama tolak mentah-mentah dari daftar list menantu idaman mama." ucap batin Arfaan senang."Apa mama begitu senang?" tanya Arfaan."Sangat senang! mama beneran udah gak sabar ingin bertemu dengan calon menantu mama Arfaan, bawa secepatnya ya nak." rengek Santi."Iya mama, mama tenang aja! cukup menyambutnya dengan hangat, dan menerima dirinya sebagai calon menantu di keluarga ini. mau kan ma?""Tentu saja dong mama terima sayang, pastilah wanita yang telah meluluhkan hati anak ku yang sekeras batu ini, adalah seorang wanita spesial yang di kirimkan tuhan untuk kita."Arfaan terbelalak mendengar ucapan ibunya, apakah maksud semus ini... sang ibu akan menerima Nara apa adanya?"Oh tidak!" tanpa sadar Arfaan bergumam sendiri seraya kepalanya menggeleng kuat."Kenapa Arfaan?" tanya Santi heran dengan reaksi putranya."Eeh, tidak apa-apa mama. Arfaan sangat senang bila mama berpikiran seperti itu, Arfaan izin pamit ke kamar dulu ya ma, selamat malam." Arfaan mengecup kening dan kedua pipi Santi."Selamat malam sayang." balas Santi tersenyum."Aaaaaa, aku sudah tidak sabar untuk secepatnya bertemu dengan calon menantuku." ucap Santi begitu girang.Tbc...Kira-kira gimana ya reaksi Santi waktu ketemuan dengan calon menantu pura-puranya, alias Nara. Bakalan di terima gak ya? WkwkwkwVoted dan komennya kuy! biar semangat nih Terima kasih.Happy reading ========"Apa? undangan makan malam!" ucap Nara spontan kaget."Ya, orang tuaku ingin bertemu denganmu. terutama ibuku, dia sudah sangat tidak sabar ingin bertemu calon menantunya ini." Arfaan meneliti tubuh Nara dari atas ke bawah, dari bawah ke atas."Kenapa kau tak bilang jujur saja, kalau kita ini cuma berpura-pura Arfaan." "Kau bego ya? aku mengajak mu menjadi kekasih pura-pura ku agar orang tuaku berhenti menjodohkan ku dengan berbagai jenis macam wanita-wanita aneh." ucap Arfaan kesal."Aku rasa bukan wanita-wanita itu yang aneh, tapi kau manusia langkah yang sangat aneh." "Wow! aku langka? hmm, itu artinya pria tampan di dunia ini cuma aku dong. ckck, betapa senang dan bangganya aku di lahirkan." Nara melirik kesal pada Arfaan yang semakin stress."Aku tidak mau datang, menurutku ini tidak di perlukan dalam kerjasama kita." protes Nara."Eeh, siapa bilang?" "Aku lah, coba kau pikir saja sendiri
Enjoy reading! ❤️❤️❤️❤️❤️Nara tampak gugup di hadapan kedua orang tuanya Arfaan, tampak sekali jika wanita itu gelisah duduk berhadapan dengan Santi dan Bimo. sedangkan Arfaan yang duduk di sampingnya malah cengenges-cengengesan."Pertunjukan di mulai, let's play!" ucap batin Arfaan senang dan tak sabar menunggu reaksi orang tuanya."Siapa nama kamu sayang?" tanya Santi lembut."Na--Nara tante." jawab Nara terbata-bata."Nama yang sangat cantik." puji Santi. "benarkan pa?" lanjut Santi bertanya pada suaminya."Iya ma, Nara umur berapa?" gantian Bimo yang bertanya."25 tahun om." "Wahh, umur yang sudah pas untuk menikah. bukankah begitu Arfaan?" ucap Bimo pada putranya."Eeh, gimana pa?" kaget Arfaan."Dih, anak kita ma, papa ngasih kode dia gak ngerti." kekeh Bimo.Sumpah! Arfaan merasa jengah dengan situasi ini."Nara pekerjaannya apa sayang?" tanya Santi lagi."Kerja di toko bunga milik bunda
Selamat membaca Arfaan menyudahi ciumannya saat melihat Nara kehabisan nafas, di lihatnya wajah Nara yang memerah dengan nafas tersengal-sengal sama sepertinya.Belum lagi bibir Nara yang terbuka, membuat Arfaan tergoda ingin memakannya habis di dalam mulutnya."Aku tidak suka kau bercanda seperti itu Nara, menakutkan sekali." ucap Arfaan setelah melepaskan ciuman keduanya."Jika kau mengatakan hal seperti itu lagi, aku tidak akan mengampuninya. kau mengerti!" ancam Arfaan.Nara yang masih mengatur nafasnya pun menganggukkan kepalanya, wanita itu masih belum berpikir dengan jernih."Kita pulang, atau melanjutkan di mobil?" bisik Arfaan membuat Nara tersadar kemudian memukul lengannya kuat."Mesum!""Tapi kau menikmatinya sayang," goda Arfaan.Nara tak menjawabnya karena rasa malu yang menjalarinya. ia memalingkan wajahnya yang memerah karena ucapan Arfaan.Arfaan berhenti menggoda Nara, ia menghidupkan mes
Nara tak berkutik sama sekali saat Santi membawa dirinya ke salon langganan keluarganya, tadinya ia sudah berusaha berulang kali menolak ajakannya. tapi Santi yang mempunyai jurus rayuan mematikan, membuat Nara akhirnya tak tega menolak.Dan di sinilah ia sekarang, membiarkan para mbak-mbak pekerja salon mempermak dirinya. di mulai dari perawatan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu perawatan wajah.Mereka juga memilihkan pakaian yang pas untuk Nara pakai malam ini, pilihannya jatuh pada sebuah gaun cantik dan elegan pilihan Santi. Nara menurut saja saat Santi menyuruhnya memakai gaun berwarna hitam itu, lalu mereka memilihkan heels yang cocok dengan warna gaun yang di pakai Nara. terakhir mereka memberikan polesan make up ke wajah Nara, hanya sapuan riasan yang tipis mampu membuat wajah Nara terlihat sangat cantik."Sudah selesai mbak." ujar salah satu mbak pekerja salonnya.Nara yang sedari awal di make up menutup mata
Arfaan mengernyit heran melihat cara makan Nara yang terkesan mengerikan, bagaimana tidak! wanita itu mencabik-cabik daging steak di piringnya sendiri.Setelah mencabik-cabik, Nara langsung memakannya dalam waktu cepat. seperti tak ingin membuang waktu kebersamaanya dengan Arfaan."Pelan-pelan saja makannya sayang." titah Arfaan mengingatkan agar Nara tidak tersedak.Nara mencibik kesal mendengarnya. sayang-sayang, palamu peyang! itu suara hati Nara yang berseru, jika Arfaan mendengarnya, sudah di pastikan pria itu mencak-mencak di tempatnya.Tiba-tiba saja Nara tertawa sendiri membayangkan Arfaan yang mencak-mencak, makanan yang ada di mulut Nara bahkan sampai muncrat akibat tawanya. "Ada apa? apa yang lucu?" tanya Arfaan curiga."Tidak ada." Nara menjawab santai di sela-sela tawanya."Tidak ada yang lucu, lalu kenapa kau tertawa." Fix, Arfaan mulai sebal jadinya. ia begitu kepo sekarang, Nara sukses membuatnya penasaran.
Nara menggeram kesal pada seseorang yang saat ini dengan penuh niat mengetuk pintunya sangat kencang. entah siapa orang usil itu yang menganggu tidur nyenyak Nara sepagi ini."Aissshh, siapa sih yang datang bertamu sepagi ini!" gerutu Nara kesal seraya turun dari ranjang.Nara bahkan tak sempat memperhatikan penampilannya pagi ini yang terlihat cukup acak-acakkan. Nara langsung berjalan menuju pintu utama rumahnya, takut jika kelamaan sedetik saja maka rumahnya bisa roboh saat itu juga.Cklek..."Hai...." sapaan ceria pada sih penggendor pintu.Orang tersebut melihat penampilan Nara dari atas ke bawah, dari bawah ke atas.Senyum manis tersungging di bibirnya, namun bukannya membuat Nara meleleh, malah semakin bertambah kesalnya."Ada apa kau ke rumahku sepagi ini?!" tanya Nara galak tanpa basa-basi."Uhm, kangen beb." ucap Arfaan manja.Nara mendelik mendengarnya, beb dan kangen? dih, apa-apaan pria ini."Kau mabok ya?" "Tidak!
Happy reading! ♡♡♡♡♡"Sudah selesai." ucap Nara ceria begitu nyaringnya.Nara mematikan kompor, lalu ia taruh nasi goreng yang telah matang ke piring bersih, ia tata cantik, lalu Nara bawa dan ia hidangkan di atas meja.Wangi harum nasi goreng menggugah indera penciuman Arfaan, tampak mata pria itu berbinar bahagia melihat masakan Nara."Yeeaayy! makan!" serunya berteriak senang.Tak di pungkiri hal itu membuat Nara terseyum senang."Tolong ambilkan." pinta Arfaan manja menyodorkan piring kosong agar Nara mengambilkan nasi goreng untuknya.Dengan senang hati Nara mengambil piring itu, lalu mulai meyendokkan nasi goreng ke dalam piring Arfaan."Ini," Nara kembali menyodorkan piring yang sudah berisi kepada Arfaan."Terima kasih." ucap Arfaan tersnyum manis.Begitu semangatnya Arfaan ingin memakan masakan kekasihnya, Arfaan mulai menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya. dan..."Bagaimana?" tanya Nara harap-har
Merindukan mu huhu Wkwkwkw ☆☆☆☆☆☆Sudah seminggu ini kepergian Arfaan ke Bali, dan seminggu ini pula Nara merasakan yang namanya kesepian.Jika biasanya mereka akan selalu ribut dan mendebatkan sesuatu hal, maka kini mereka terpisah oleh jarak dan waktu untuk beberapa saat."Menyebalkan!" gumamnya kesal.Nara kesal sekali pada Arfaan yang tak menghubunginya selama di Bali, pria itu hanya sekali menghubunginya dan itu pun cuma memberitahukan pada Nara jika ia telah sampai di Bali dengan selamat.Hal ini pun menjadi tanya besar bagi Nara, apakah Arfaan terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak sempat memberikan kabar. atau, pria itu tengah menikmati hari-harinya di Bali dengan wanita lain.Cepat-cepat Nara menggelengkan kepalanya saat pikiran tentang Arfaan selingkuh dengan wanita lain. "Apa yang aku pikirkan?" gumamnya merasa geli. "memang kenapa jika Arfaan selingkuh dengan wanita lain? hubungan kami juga han
Pagi harinya..."Enggghh," racau Nara sembari menepuk sisi tempat tidurnya.Nara membuka kedua matanya perlahan yang masih terasa berat, akibat efek masih mengantuk."Kosong? dimana Arfaan?" gumamnya bertanya-tanya mencari keberadaan sang suami.Nara bangkit dari tidurnya, tepat saat ia duduk pintu kamar terbuka.Cklek..."Sayang, baru bangun?" Nara menganggukkan kepalanya."Kau darimana saja?""Aku habis sarapan bersama seluruh keluarga.""Apa?" kaget Nara. "Kenapa tidak membangunkan ku juga.""Tidur kamu nyenyak banget, lagian aku yakin kamu pasti masih capek banget. Apalagi terutama bagian itu kamu, pasti masih perih banget." ucap Arfaan khawatir dan terselip nada nakal di ucapannya."Terus ibu, bapak, mama dan papa bagaimana?""Mereka baik seperti biasa."
Arfaan menggendong Nara ala bridal style setelah mereka sampai di depan pintu kamar hotel yang sudah Arfaan pesan. susah payah pria itu membuka pintu karena Nara yang sedang ia gendong, Nara yang mengerti pun membantu sang suami dengan membuka pintunya."Arfaan! Turunkan aku!" teriak Nara merengek."Iya, nanti akan aku turunkan." ucap Arfaan tersenyum jahil.Ia pun meletakkan tubuh ramping Nara di ranjang, kemudian Arfaan berjalan kembali ke pintu dan menguncinya."Akhirnya!" teriak Arfaan nyaring seraya melompat gembira.Nara terkikik geli melihat tingkah suaminya, begitu bahagianya menyambut ritual malam pertama yang sebentar lagi bakal mereka lakukan."Ayo sayang, buka bajunya." titah Arfaan gak ada romantis-romantisnya.Nara tak bergeming dan hanya memperhatikan Arfaan yang kini sudah mulai membuka jas-nya. Jas terbuka seutuhnya dan Arfaan melemparkan
Hari yang di tunggu pun telah tiba, tepat pada hari ini Arfaan dan Nara akan melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah hotel mewah.Sementara untuk ijab kabulnya sudah di lakukan di rumah Nara, kini mereka berdua telah resmi menjadi suami istri.Kedua mempelai dan seluruh keluarga, kerabat dan teman-teman Nara begitu bahagia.Kini sepasang pengatin baru itu lagi beristirahat di kamar, resepsi akan di mulai pada sore hari sampai malam hari."Akhirnya!" teriak Arfaan bahagia setelah sampai di kamar.Nara tergelak melihat tingkah konyol suaminya, namun tak di pungkiri rasa bahagia juga di rasakan Nara."Aku bahagia, sangat bahagia!" ungkap Arfaan pada istrinya."Aku juga sangat bahagia Arfaan." balas Nara tersenyum."Sini sayang, deketan sama aku dong." ucap Arfaan melambaikan tangan memanggil Nara agar mendekat padanya.Nara me
Menjelang hari pernikahan Nara dan Arfaan, keduanya terlihat sibuk. tak terasa waktu pernikahan tinggal menghitung hari lagi.Tak hanya Nara dan Arfaan yang sibuk, tetapi semua orang juga tengah sibuk dalam persiapan pernikahan mereka.Seperti kedua orang Nara, mereka memutuskan untuk tetap tinggal di rumahnya sampai hari pernikahan tiba. Terlihat sekali pak Cahyo dan bu Nina tengah sibuk mengabarkan saudara, kerabat, dan para tetangga mereka yang ada di kampung untuk datang ke acara pernikahan Nara di kota.Sudah bisa di pastikan bukan, bagaimana ramainya acara pernikahan Nara dan Arfaan nantinya?Papa Bimo dan mama Santi juga tak mau ketinggalan dengan apa yang di lakukan orang tua Nara.Fitting baju telah selesai Nara dan Arfaan lakukan beberapa hari yang lalu, berbarengan dengan cincin pernikahan mereka yang juga sudah mereka pesan sesuai permintaan.Ah! Rasanya Arfaan sudah tak
Berita pertunangan Nara tentu saja sampai ke telinga Adam, pria kalem yang tampan dan mempunyai rasa terhadap Nara.Pertama kali mendengar kabar jika Nara tengah menjalin hubungan, Adam tetap santai. dan berharap jika mungkin suatu saat nanti ada peluang untuknya mendekati Nara, tapi jika sudah bertunangan seperti ini. Semakin tipis lah harapan sekaligus peluang Adam mendekati gadisnya. Ya, meskipun banyak yang mengatakan istilah, sebelum janur kuning melengkung maka masih ada harapan.Kini Adam harus merelakan penuh perasaannya pada Nara, karena ia yakin suatu saat nanti ia pasti di pertemukan dengan jodohnya."Adam!" panggilan Karina di ambang pintu kamarnya."Mama?!" kagetnya."Boleh mama masuk?" tanya Karina.Kepala Adam mengangguk, Karina masuk ke dalam kamar putranya."Kamu tidak masuk kerja hari ini nak?" heran Karina melihat putranya yang h
Seminggu kemudian...Nara tersenyum melihat penampilannya sekali lagi di cermin, sangat bahagia menyambut malam ini. Karena malam ini adalah hari pertunangannya dengan sang kekasih, Arfaan.Setelah melewati proses perdebatan panjang antara pak Cahyo dan kedua orang tua Arfaan. Pak Cahyo meminta untuk langsung ke pernikahan, sementara orang tua Arfaan ingin melewati proses yang namanya tunangan terlebih dulu.Pak Cahyo pun pada akhirnya mengalah begitu Nara juga menyetujui ke inginan calon mertuanya. berbeda dengan Arfaan, yang anehnya malah lebih menyetujui rencana Cahyo. Jujur Arfaan memang sudah tak sabar agar cepat bersanding dengan Nara di pelaminan."Waaaah, kau terlihat sangat cantik sekali Nara!" puji Nazwa."Iya benar, kau terlihat bak seperti puteri kerajaan." sambung Via menimpali ucapan Nazwa.Dan berlanjur pujian dari Mira. "Gaun acara pertunanganmu saja sang
"Ayo di makan calon besan." ucap Bimo mempersilakan kedua orang tua Nara untuk makan malam bersama.Pak Cahyo menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali, menoleh ke arah istrinya yang juga tengah menatapnya.Bimo dan Santi bingung melihat ke anehan Cahyo dan Nina."Pak Cahyo, kenapa hanya berdiri saja. apa ada masalah pak?" tanya Bimo hati-hati."Itu loh pak, nganu--" Cahyo terlihat bingung ingin mengatakannya."Makanannya." jawab Nina gemas melihat suaminya."Iya, kenapa dengan makanannya?" tanya Santi penasaran."Kami tidak terbiasa makan makanan seperti itu." kekeh Nina merasa malu.Makan malam yang tersaji pun berupa steak, lasagna, macaroni, risotto dan berbagai hidangan makanan barat lainnya.Santi dan Bimo saling melemparkan senyum. memanggil beberapa pelayan dan menyuruh mereka semua untuk membawakan hidangan baru.
Pintu rumah kembali di ketuk, bu Nina sudah bersiap-siap untuk membukanya dengan sapu di tangannya siap untuk menimpuk sih pengetuk pintu.Cklek..."Arfaan!" pekik bu Nina kaget.Untung saja bu Nina belum sempat melayangkan pukulan sapunya. kalau sudah, maka bisa di pastikan wajah Arfaan bonyok."Selamat pagi ibu." sapa Arfaan mengulurkan tangannya mengambil tangan kanan bu Nina.Mencium punggung tangan wanita itu, hati bu Nina sedikit tersentuh karena sikap sopan Arfaan."Ibu ngapain bawa sapu?" tanya Arfaan menunjuk ke arah sapu yang di pegang bu Nina."Ah ini, tadi buat nimpuk kamu__eh," bu Nina keceplosan.Arfaan mengerutkan keningnya bingung. untuk menimpuk dirinya? menggunakan sapu?"Maksudnya ini tadi ibu habis nyapu, eh malah ke bawa juga." kekeh bu Nina beralasan."Kamu pasti mau ketemu Nara kan?
Keadaan rumah Nara menjadi ramai karena kehadiran kedua orang tuanya, suara kebisingan terdengar dari perdebatan antara pak Cahyo dan bu Nina. setiap harinya ada saja hal yang di perdebatkan, namun di balik itu Nara sangat bahagia. rasa rindu yang sudah lama tidak bertemu keluarga pun terobati."Waah, bunga-bunganya jadi lebih indah di rawat sama bapak ya." puji Nara senang melihat tanaman berbagai macam bunganya yang semakin bersih terawat."Siapa dulu? bapak gitu loh." bangga pak Cahyo menepuk dadanya cukup kuat."Jangan kencang-kencang pak mukul dadanya." protes bu Nina yang ikut bergabung ke halaman belakang rumah Nara.Pak Cahyo nyengir. "iya bu, ini sangking semangatnya.""Oalah, lebay ya bapak ternyata." bu Nina geleng-geleng kepala melihatnya, sementara Nata terkikik geli menyaksikan hal itu."Yo uwes, sebaiknya kita sarapan dulu." ajak bu Nina pada suami dan anaknya.