Naura Arifin merasa terenyuh. Ketika secara tak sengaja ia mendengar percakapan antara ayah dan kakak sulungnya di halaman belakang. Dari balik pintu geser yang sedikit terbuka. Naura, gadis berusia dua puluh dua tahun itu berdiam diri selama beberapa saat disana. Mencoba mencerna keinginan macam apa yang di sang ayah. Kendati begitu, sungguh hal itu tidak bisa sama sekali ia penuhi. Apalagi jika harus berkaitan dengan Shan, kakak angkatnya. Akan tetapi, setelah berhari-hari. Kalimat demi kalimat itu terus berdengung begitu menghantui pikiran Naura. Hingga akhirnya, saat jam makan siang. Naura nekad pergi ke kantor tempat Shan bekerja. Di sana, Naura mengatakan keganjalan hati yang begitu mengganggu. Lalu, setelah itu, apakah Shan akan memenuhi permintaan Naura, demi ayah mereka?
View More"Gue suka warna ini, Shan!" Naura tampak bersikukuh menginginkan cat rumah yang akan mereka huni itu berwarna pink dan ungu."Nggak nyambung, Ra. Kesannya terlalu cewek," jawab Shan.Naura manyun, tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh suaminya. "Ungu warna cowok, Shan,""Nggak! Pokoknya ganti," tolak Shan tanpa mau pikir panjang.Naura mendengus kesal sebab keinginannya mengubah warna cat di hunian barunya tidak disetujui sang suami. "Dasar pelit!" ucapnya ketus lantas segera berdiri dan pergi dari hadapan Shan."Yah, ngambek lagi!" keluh pria dalam balutan kemeja dan celana kain katun itu sembari menatap lurus punggung Naura yang mengentakkan kedua kaki saat masuk ke kamarnya.Sebetulnya bukan tidak mengijinkan Naura mengubah warna cat rumah ini. Hanya saja, untuk Shan semua yang menempel di dinding ini adalah kenangan terakhir yang ditinggalkan oleh orang tua untuknya. Shan lebih rela mengecat ulang dengan warna serupa dibanding harus diganti seperti keinginan Naura.Sore ini,
"Ra, maaf aku beneran nggak tahu kalau kamu masih ada di sana," Shan nampak kewalahan untuk membujuk Naura yang tak sengaja ia tinggalkan di rumah baru yang akan mereka tempati."Bodo amat!" jawab Naura ketus, ia terus berjalan tanpa mau peduli pada Shan yang merasa bersalah."Ra,""Jangan masuk kamar, lo harus tidur di luar," titah Naura."Tapi itu kamar aku ... Ra," belum selesai dengan kalimatnya. Terdengar bunyi debum pintu tertutup secara kasar disusul suara kunci membuat Shan hanya bisa berdiam diri di depan kamarnya sendiri."Ngapain lo di sana?" tanya Adi."Eh, Bang,""Lo ngapain berdiri di sana?" ulang Adi."Nggak, Bang. Nggak ngapa-ngapain," elak Shan."Ya udah gue masuk dulu,""Yo'i Bang."Sepeninggal Adi, Shan lagi-lagi menatap papan datar yang tertutup rapat dengan hati cenat-cenut. Ketidaksengajaan yang dia perbuat malah mengundang amarah dari Naura.Padahal seingat Shan, tadi Naura mengajaknya pulang namun Shan menolak sebab merasa kelelahan dan ingin istirahat sejenak.
Pagi hari, Shan menemukan kembali istrinya masih terlelap di sampingnya. Ia benar-benar tidak tahu bahwa wanita dengan postur tubuh sedang itu telah pindah ke kamarnya. Tanpa sadar Shan tiba-tiba menarik kedua ujung bibirnya sehingga membentuk senyuman manis untuk Naura. Tangannya terangkat untuk menguuiskan helaian rambut gadis itu, Shan ingin melihat rupa tenang Naura secara jelas. Sebab ketika ia bangun nanti, aura ketenangan itu sulit ia dapati. Sebab Shan tahu bagaimana sifat Naura sendiri, terlebih itu terhadapnya..Seperti hari-hari sebelumnya. Shan akan bersiap untuk bergegas berangkat ke kantornya. Namun kali ini lain, meski jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Shan masih dengan celana kolor dan kaos oblongnya. Berjalan mondar-mandir dari dapur ke halaman belakang."Nggak kerja?" tanya Naura.Shan menggeleng cepat. "Nggak,""Kenapa?""Mau pergi ke toko mebel,"
Sore itu Naura sedang asyik mewarnai kukunya sendiri dengan kuteks berwarna peach. Dengan kaki berselonjor di antara karpet bulu abu-abu yang terdapat di dalam kamarnya.Rambut panjangnya ia gelung sampai atas dengan balutan kaos dan celana pendek sepaha. Saking antengnya, gadis itu seolah tidak menyadari bahwa Shan sudah berdiri menyandarkan separuh bahunya di pintu yang sedikit terbuka."Bagusan warna merah." Shan berseru mengejutkan Naura. Otomatis itu membuat kuas yang ia oles di antara kuku-kuku lentik kesayangannya menjadi keluar dari batas garis seharusnya.Mata Naura langsung berpisat tajam ke arah Shan yang menunjukkan wajah innocent. Tidak takut sama sekali dengan tatapan dari istrinya yang seperti menaruh dendam tujuh turunan karena telah mengganggu dirinya."APA SIH? SENGAJA YA!" gerutu Naura."Loh, gue cuma ngasih pendapat. Kok sewot," tukas Shan."Pendapat, pendapat bibir-bibirmu. Lihat kuteknya jadi kena kulit," cibir wa
Hari pertama Naura menjadi istri Shan. Perempuan itu masih terlelap di atas ranjang dengan kaki ia bentangkan sehingga menghabiskan luasnya tempat tidur. Rambut berantakan dan bantal tidak beraturan.Sungguh, tidak ada anggun-anggunnya sebagai perempuan. Dan Shan yang sudah terbangun sejak tadi hanya menggelengkan kepala melihat Naura yang masih setia dengan gulingnya.Enggan mengganggu, Shan memilih masuk ke luar kamar untuk melakukan olahraga.Setibanya di lantai bawah, ia menyaksikan kakak sulungnya tengah membuat kopi. Tak lupa, Shan menyapa pria dengan balutan kaos dan celana training itu dengan penuh semangat."Pagi Bang,""Eh, udah bangun aja Shan,""Hmmm," sahut Shan, "Papa mana, Bang?""Joging ke taman,""Oh!""Naura mana? Kok sendirian?" tanya Adi, heran.Shan tersenyum seraya mengambil gelas dari dalam rak. "Masih tidur," jawabnya."Ya,
Suasana di kediaman Bapak Syakir tidak seperti biasanya. Ada atmosfir lain lebih ke rasa canggung kelewat kuat diantara Shan, ayahnya dan kakak sulungnya.Sementara Naura sedang asyik memainkan ponselnya di atas kursi luar. Lebih tepatnya di bagian halaman belakang. Niatnya sih ingin menyembunyikan debar dalam dada demi mendengar keputusan sang ayah akan berita yang akan di sampaikan oleh Shan. Dan sungguh, rasa-rasanya Naura mau menyumbat kedua kupingnya dengan menggunakan batu kerikil. Enggan mengakui bahwa detak jantungnya seperti sedang berdrama.Memacu detak dua kali lebih cepat dari batas normal.Padahal ini hanya lamar-lamaran tanpa adanya perasaan.***"Kayaknya ada yang mau diomongin deh! Apa sih?" Terka Adi begitu melihat gelagat tak biasa dari adik laki-lakinya.Shan terperanjat. Ia yang sedang berancang-ancang, memilah kata tepat untuk ia ungkapkan jadi merasa
Suasana siang ini memang tak lagi asing untuk pria yang sekarang duduk dari balik meja berbahan mahoni itu.Matanya sebentar-sebentar melirik pada gadis yang memiliki kebiasaan aneh nan ajaib. Siapa lagi jika bukan Naura Arifin, adik angkat menyebalkan yang sering sekali mengganggu."Ada perlu apa ke sini?" tanya laki-laki berperawakan tinggi itu terdengar cukup datar.Si gadis tersenyum seraya meremas ujung kemeja berbahan kainchambraymelekat menutupi tubuhnya."Ekhem," Gadis itu berdehem sejenak. "Mmm, lo mau nggak nikah sama gue?" ujarnya kemudian tanpa ragu.Mengutarakan kalimatnya tepat saat pria berkacamata itu menyemburkan minumannya.Terkejut karena perkataan wanita yang duduk nyaman dengan raut wajah biasa, dan seperti tanpa dosa di seberang mejanya sungguh bukan main diluar dugaan."Apa? Lo ngelantur ya?" pekiknya.
Suasana siang ini memang tak lagi asing untuk pria yang sekarang duduk dari balik meja berbahan mahoni itu.Matanya sebentar-sebentar melirik pada gadis yang memiliki kebiasaan aneh nan ajaib. Siapa lagi jika bukan Naura Arifin, adik angkat menyebalkan yang sering sekali mengganggu."Ada perlu apa ke sini?" tanya laki-laki berperawakan tinggi itu terdengar cukup datar.Si gadis tersenyum seraya meremas ujung kemeja berbahan kainchambraymelekat menutupi tubuhnya."Ekhem," Gadis itu berdehem sejenak. "Mmm, lo mau nggak nikah sama gue?" ujarnya kemudian tanpa ragu.Mengutarakan kalimatnya tepat saat pria berkacamata itu menyemburkan minumannya.Terkejut karena perkataan wanita yang duduk nyaman dengan raut wajah biasa, dan seperti tanpa dosa di seberang mejanya sungguh bukan main diluar dugaan."Apa? Lo ngelantur ya?" pekiknya....
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments