Pantai Batakan,
Kaki kaki mereka penuh pasir, berlarian dalam bahagia, berfoto bersama, ada banyak pose mereka cipta.
Seperti sebuah lagu dengan lirik-lirik yang indah, seperti itu perjalanan mereka saat ini.
Aroma kepedihan itu seolah hilang, mereka semua hanyut dalam oase keindahan.
"Ayo bawa ke tengah."
"Iya, kita bawa ke tengah."
"Ayo cepetan " Septia ditarik oleh kawan kawan nya ketengah pantai yang sedang bergelombang.
"Hati-hati dia tidak bisa berenang" Rania berteriak-teriak agar yang lain membatalkan membawa Septia ke tengah.
Namun apa yang diucapkan Rania diikuti dengan gelak tawa oleh yang lain.
Mereka bergulung-gulung dengan ceria.
Di ujung sana Budiman mengabadikan setiap momentum perjalanan mereka.
Diantara aktifitasnya Budiman sering mengarahkan video nya pada Rania. Rania yang mengusik kisi-kisi tanya dalam hatinya yang menggelinding.
Bukan tentang dirinya sedang jatuh cinta pada pemilik nama lima huruf itu tapi karena ada tanya besar yang belum berhasil Budiman jawab.
Rania.
Wanita cantik dan berwawasan luas itu,
kenapa bisa terjebak pada pernikahan yang menggantung bersama dengan Leo.
Leo kawan seprofesi yang ia kenal sering menebar cinta pada banyak wanita.
Pertanyaan yang banyak dalam hati Budiman, ingin sekali ia lontarkan pada Rania. Namun Budiman sedang mencari saat yang tepat.
"Hoi, melamun apa pak "
"Nggak melamun kok"
"Bohong"
"Bapak berbohong, wajah bapak jelas nampak melamun memikirkan sesuatu."
"Tidak Rif, sudah sana nanti Septia mu diambil orang lho."
"Nggak ah, Septia sedang asyik dengan kawan-kawannya." Usai berkata begitu Arif malah mengambil posisi duduk di dekat Budiman.
Pak Budiman,
dosen yang satu ini memang unik. Sikapnya yang menjadi kawan bagi semua mahasiswa membuat ia menjadi di sayang banyak orang.
Disamping itu pak Budiman sangat amanah. Jadi semua orang merasa nyaman bercerita padanya. Tidak akan mungkin cerita yang kita amanah kan sampai bocor pada orang lain.
"Bu Rania kayak Arumi istri wakil gubernur Jatim ya pak" pak Budiman tertawa terbahak bahak mendengar apa yang diucapkan Arifin.
Sampai tubuh nya bergerak-gerak sangking kerasnya tertawa.
"Cantik iya, tapi nggak usah disamakan dengan artis Rif, kamu ada ada saja."
"Beneran mirip pak, wajahnya putih, matanya lebar, bulu matanya lentik."
"Iya iya. Sudah nggak usah dibahas"
Rania dan kawan-kawan yang lain mendekat saat Arifin justru akan bicara tentang Rania, cepat-cepat Budiman menutup bibir Arifin agar kalimatnya tidak terdengar.
Arifin terkejut saat melihat jemari pak Budiman dibibir nya, terkejut lagi saat tahu bahwa Rania dan kawan kawan yang lain sudah ada diantara mereka.
"Baju kalian basah lho."
"Iya, ini mau ganti dulu"
"Bu Rania bawa baju ganti?" tanya Arifin sok peduli, Budiman tersenyum di kulum.
"Pak Budiman bawa baju ganti dimobil nya, bu. Kan bu Rania tadi belum sempat pulang untuk mengambil baju."
"Iya, bu Rania tadi dari kampus langsung rumah sakit mengantar pak Leo langsung berkeliling mengantar kami."
"Gak usah lah, saya pakai ini saja" Bu Rani menunjuk bajunya yang setengah basah.
"Nanti ibu sakit bu, pakai vbaju atasan pak Budiman saja, bawahannya pinjam Septia."
Budiman tercengang mendengar apa yang disampaikan Arifin. Ngawur sekali.
"Pak pinjam bajunya dong buat bu Rani." Arifin makin gila.
Arifin memandang Septia, Septia yang faham kelakuan kekasihnya ikut ikutan menggoda.
"Iyalah pak pinjam bajunya buat bu Rani, kasihan kan,pak."
Rania jadi makin bingung dengan kawan kawannya kenapa semangat sekali menggoda dirinya dan pak Budiman.
"Sudah sudah, nggak usah sibuk saya pakai ini saja" Rania tiba tiba berkata sambil membuka kotak kue yang ia beli berisi aneka kue basah untuk kawan-kawannya."
Budiman turun dari tempat duduknya, membuka mobil dan mengambil baju atasan lengan panjang yang ada dimobil nya.
Teman-teman berbisik-bisik membicarakan pak Budiman dengan sifat tidak tega yang sering mengumpul dalam dirinya.
Pak Budiman memberikan kemeja warna merah hati berlengan panjang pada Rania.
Rania menerima kemeja tersebut sambil tercengang.
Teman yang lain tersenyum memandang adegan romantis yang berjalan didepan mereka.
Saat Rania dan kawan-kawan wanitanya pergi meninggalkan mereka, para lelaki pun berghibah.
"Saya pernah baca diakun medsos pak, wanita itu sederhana yang rumit itu moodnya juga rindunya"
"Cie..kayak pujangga."
"Terus maksudnya apa?" tanya Budiman pada Arifin dan yang lain.
"Maksudnya itu kalau sampai hari ini bapak masih sendiri, berarti bapak yang kurang bisa memahami"
Suara Arya sambil memukul mukul ranting yang tadi ia pegang pada kakinya sendiri.
"Ach, apa yang kalian sampaikan itu tidak mendasar!" sanggah pak Budiman pada mahasiswanya.
"Terus yang mendasar bagaimana, pak?"
"Yang mendasar itu memakan donat ini sambil membayangkan yang membelikan." Pak Budiman berkelakar.
"Waaaaa" panjang sekali mereka menanggapi apa yang baru saja dikatakan Budiman.
"Jangan-jangan pak Budiman memang naksir bu Rania nih"
"Aku naksir juga, sayangnya bu Rania yang gak naksir aku."
"Ya secara beliau cantik, pinter, berpendidikan, kaya pula. Hanya lelaki bodoh yang menolak beliau"
Semua mengangguk anggukkan kepala pertanda setuju.
"Jadi fix nih, bu Rania dengan siapa?"
"Pak Budiman...." kompak mereka bicara.
Pak Budiman hanya diam, tanpa senyum dan tanpa kata.
Ia pandangi pasir pantai berserakan sebagai bukti kuasa Tuhan, ombak yang sesekali datang menerpa tepian pantai dan menarik pasirnya hingga berpendar pendar, saling terpencar.
Seperti juga juga hidup, adakalanya ditaqdirkan untuk jalan bersama dan adakalanya berpisah pada taqdir Nya masing-masing.
Mereka yang tadi berganti pakaian telah datang, kini jumlahnya mereka lengkap 13 orang.
Tiga belas es degan terhidang. Mereka duduk melingkar menunggu matahari terbenam dan malam datang.
Yeah, pantai memang selalu indah untuk dinikmati .
Rania menggumam diantara riuh suara kawan-kawan.
Seperti juga indahnya melihat pemandangan kala tiga puluh panggilan tak terjawab dari Leo di ponselnya.
Leo harus tahu bahwa diabaikan itu sakit.
Ini hari ke dua mereka berada di sini, di Pantai Batakan yang penuh cerita.
Untuk mencapai Pantai Batakan dari Kota Banjarmasin relatif mudah karena kondisi jalannya cukup baik ,berkelak-kelok dan turun-naik serta menyajikan pemandangan alam yang indah berupa barisan perbukitan yang menghijau, hamparan persawahan yang menguning, serta perkampungan nelayan yang berada di tepi pantai. Sebelah timurnya terdapat perbukitan pinus yang menjadi bagian dari Pegunungan Meratus.
Tidak jauh sebelum gapura yang menandai pintu masuk kedalam Pantai Batakan, terdapat sebuah tugu yang terletak ditengah jalan. Tugu ini membelah jalan menuju Pantai Batakan menjadi dua. Sementara gapura itu sendiri nampak tidak terawat dan dibiarkan kosong tanpa penjaga. Ada pos lagi ketika sudah masuk melewati gapura. Pos ini nampak lebih terawat dan juga dijadikan sebagai tempat untuk membayar tiket masuk Pantai Batakan.
Indahnya saat matahari terbenam, lebih indah lagi saat menikmatinya dari tepi pantai.
Seperti hari ini.
Pak Budiman duduk melingkar bersama para mahasiswa nya, bercerita tentang banyak hal.
Karena selain cerdas, mengayomi dan berbudi, pak Budiman termasuk seseorang yang berwawasan luas, sehingga beliau layak dikagumi.
Satu persatu pergi dari percakapan mereka karena malam semakin larut.
Tinggal Rania dan pak Budiman berdua saja. Angin pantai yang semilir. Suasana pantai tengah malam, semakin membuat teduh suasana.
"Bu Rani ndak istirahat?" tanya pak Budiman.
"Belum ingin, pak" suara bu Rania menjawab.
"Disini dingin lho"
"Iya pak, kalau bapak hendak istirahat silahkan saja."
"Ndak papa bu, belum ingin juga."
Mereka sepakat untuk tidak menyewa cottage tapi tidur dimobil, bukan karena tidak punya uang tapi semata karena ingin menikmati kebersamaan.
Bu Rani asyik dengan hp nya dan pak Budiman pun demikian. Hingga pak Budiman membuka percakapan.
"Bu Rani saya boleh nanya,"
"Boleh pak, ingin nanya apa?"
"Apa benar sampai saat ini bu Rani masih jadi istri pak Leo?" sangat hati hati Budiman bertanya agar bu Rani tidak tersinggung. Diluar dugaan bu Rani tersenyum.
"Kata orang sih begitu" Bu Rani bicara sambil memonyongkan bibir tipisnya yang berwarna merah muda pak Budiman sebenarnya ingin tertawa namun ia berusaha menahannya.
"Kok kata orang bu?"
"Iya kata orang kami masih suami istri, tapi kalau kata saya sih enggak."
"Bisa begitu ya bu?"
Bu Rani hanya mengangguk angguk kan kepala.
"Masalahnya karena pihak suami tidak mengeluarkan talak jadi saya belum bercerai lha menurut saya sudah cerai karena selama ini saya tidak di nafkahi lahir batin."
"Berapa lama pisahnya bu?"
"Lima tahun". Pak Budiman diam, ia sendiri belum tahi kebenaran dari hukuman kasus ini bagaimana, tapi kasus ini menarik untuk di kaji dan dibahas.
Mereka berdua kembali diam hingga pak Budiman angkat bicara lagi.
"Harusnya ibu dan pak Leo bertemu kemudian ada pihak ke tiga yang mendamaikan dan fihak ke tiga itu harus orang yang mengerti tentang kasus ini"
Pak Budiman bicara seolah pada dirinya sendiri.
"Yang mengalami kasus seperti saya pastinya sudah banyak pak dan mereka tidak tahu dititik mana kasus mereka harus dihukumi."
"Iya, bu" mereka menerawang, membuang pandangan pada alam, pada gugusan ombak yang bergulung, pada gemintang yang bertebaran. Mereka seolah ingin sekali bicara bahwa ada banyak masalah yang harus dipecahkan.
Ada banyak orang yang butuh diperjuangkan. Mestinya orang-orang pintar bertanggung jawab untuk ini. Tapi sayang, pelakunya justru bagian dari orang orang itu sendiri.
"Kalau bu Rani pacar saya, saya pasti kawani menemui pak Leo."
"Kalau begitu kita pacaran saja." Jawab Rania cepat.
Pak Budiman melotot terkejut, Rania menyadari kesalahannya sembari memohon maaf.
"Maaf kan saya, pak" Rania memohon, tampak sekali ia menyesal. Kemudian pak Budiman berkata .
"Tapi saran bu Rani ada benarnya juga, kita akan sebarkan cerita bahwa mulai malam ini kita pacaran."
"Tujuannya pak?"
"Memancing pak Leo agar menegur saya, bu."
"Kemudian?"
"Kalau beliau menegur saya tentang hubungan kita baru akan saya minta talak beliau untuk ibu Rani."
Rania mengangguk sepakat.
"Tapi sebentar, bu Rani serius minta cerai pada pak Leo?"
"Maksudnya?"Tanya Rania tak mengerti.
"Maksudnya apa bu Rani serius tidak ingin kembali pada pak Leo?"
"Serius lah pak, kalau tidak serius ngapain juga saya capek capek mengulang kuliah lagi."
"Oh...begitu." Dan mereka pun tertawa.
Pantai Batakan menjadi saksi perjanjian mereka hari ini. Begitulah seharusnya orang dewasa berbuat. Orang dewasa akan tahu meletakkan diri sesuai porsi, tidak berlebihan dan tidak juga mengurangi. Kemudian menepati janji tersebut.
Orang-orang yang hanya berani mengukir janji tanpa menepati hanya akan mengotori nama baik mereka saja dan itu memalukan.
Hari ini pak Budiman telah membuktikan bahwa dirinya siap berkomitmen dengan bu Rani serta menepati komitmen mereka dengan baik. Apapun resiko yang akan terjadi di depan nanti mereka telah siap menghadapi.
"Bu Rania," panggil pak Budiman lembut, memecah hening yang mengunang diantara api unggun dan percikan air ombak pantai.
"Iya pak, ada apa?"
"Kalau nanti Septia tanya jangan ceritakan apapun tentang perjanjian kita ya."
"Siap pak."
"Hanya kita berdua yang tahu tentang rencana ini bu, jangan sampai bocor pada yang lain."
"InsyaAllah ya pa, terimakasih."
"Terimakasih untuk apa, bu ?"
"Terimakasih sudah mau perduli pada saya, " Rania berkaca-kaca.
Rania berdiri, meninggalkan Budiman seorang diri menuju mobilnya dan menyudahi perjanjian mereka.
Budiman melempar pandang pada pantai. Ia merasa iba pada Rania, andai saja dirinya seorang milyader ia akan menghibahkan uangnya untuk menolong wanita-wanita di luar sana agar terbebas dari jerat lelaki tak bertanggung jawab.
Budiman meradang, semoga tak ada lagi cerita seperti Rania bertahta di telinganya.
Ia sangat berharap.
"Hai..ada matahari terbit..." teriak Septia dari dalam mobil sambil menunjuk lingkaran besar dengan kemilau oranye yang menyembul dari ujung pantai. Indah nian kuasa Tuhan membuat takjub semua yang memandang.Sebagai teman lelaki sudah menggelar alas untuk sholat subuh berjamaah ditepi pantai. Momen yang tidak akan terlupakan. Ketika rangkaian ayat Allah dibacakan diantara debur ombak pantai.Keindahan yang demikian menggoda, maka nikmat tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan?Kami semua turun bersiap untuk menikmati sarapan pagi sudah kami pesan diwarung yang berada ditepian pantai. Ikan bakar dan daun singkong, juga daun pepaya rebus ditambah sambal, makannya ditepi pantai.Uhuu, eksotik sekali. Saat semua duduk melingkar, tiba tiba pak Budiman bangkit dan memilih duduk disamping Rania. Rania sontak terkejut."Mau duduk dekat pacar baru," ucapnya."Apa?" semua yang mendengar memekik histeris"Sejak kapan?" Tanya Arifin
Kejadian kemarin demikian menyakiti hati Rania, air mata yang sempat mengalir membuat matanya bengkak. Rania masih ingat bagaimana Leo bicara seperti malaikat semalam. Rania masih ingat satu kalimat."Bunda masih istri ayah sampai hari ini."Rania sulit membuka lebar matanya akibat gumpalan yang menggantung di kelopak mata.Dua pembantunya sudah berkomentar agar Rania tidak perlu membuka pintu bila dosen yang semalam datang lagi.Rania hanya diam tanpa menjelaskan apapun.Rania masih enggan bercerita. Terlebih cerita tentang Leo.Di Kampus pagi ini."Bisa tolong temui saya di ruangan ?" pesan masuk dari pak Leo di whatsApp pak Budiman.Pak Budiman membacanya sekilas namun tak segera menjawab.Ini baru permulaan pak Leo, bisik pak Budiman cepat.Akan ada episode-episode cantik setelah ini. Ini baru bunga rampai belum masuk pada pendahuluan apalagi isi dan kesimpulan. Gumam pak Budiman dari dalam hatinya
PERGUNJINGANLangit masih mendung seperti hari kemarin, suasana damai dan cuaca yang sejuk mendayu membuat banyak orang lebih memilih melanjutkan mimpi dari pada mewujudkan mimpi.Pagi sekali Pak Budiman sudah rapi, ia memilih berangkat ke kampus sepagi mungkin agar nanti bisa secepatnya menuju rumah Rania, masih bersama Arifin dan Septia. Pak Budiman akan menunggu Pak Leo datang bersama istrinya hari ini sesuai permintaan Rania. Pasti seru bila hal itu benar terjadi. Pak Budiman tersenyum membayangkan wajah Pak Leo yang begitu serius.Saat ini beliau terjebak oleh pikiran nya sendiri. Keinginan dan ekspetasi yang tinggi membuat ia jadi lupa segalanya. Beruntung hari ini tidak ada kuliah online di mata kuliah Pak Budiman hingga Pak Budiman tidak terlalu terbebani dengan pikiran tentang tugas yang mesti diemban. Ia akan murni jadi pemirsa dalam pertunjukan nanti.Sesampainya di kampus, beberapa teman dosen sedang duduk di ruang
Sehari setelah kejadian itu, Pak Leo mengunjungi Rania lagi dengan membawa kue kesukaan Rania, martabak telor spesial. Pak Leo senantiasa berharap Rania akan kembali seperti dulu dan mereka akan bersisihan menikmati cinta mereka.Pak Leo masih yakin bahwa Rania akan bisa kembali mencintainya, menikmati indahnya Siring Laut diantara terpaan angin, menikmati indahnya makan soto Banjar di perahu apung, menikmati Pantai Sarang Tiung ataupun bergandengan tangan melintasi tiap senti lantai Duta Mall.Pak Leo sangat ingin kembali merajut kasih bersama Rania, itu sebabnya dia akan melakukan apapun agar cinta dan masa depannya kembali.Bagi Pak Leo, Rania adalah bagian dari ambisi kelelakiannya. Ia telah menempuh banyak jalur pendidikan namun belum ada satu wanita pun yang berhasil meluluh lantakkan isi hatinya, seperti Rania.Perumahan megah dengan icon air mancur mewah di gerbang selamat datang, di sanalah Rania tinggal. Kini Pak Leo
Rania merasa lelah terus menerus berada di dalam kamarnya. Hanya demi menghindari kedatangan Pak Leo. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa mulai hari ini ia tidak perlu takut terhadap apapun. Ia punya Tuhan, Punya banyak teman yang mengerti hukum dan juga punya uang. Rania akan melawan setiap intimidasi yang diarahkan padanya.Tadi malam ia telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan apapun untuk kemenangannya.Rania mematut dirinya di depan pintu almari yang terbuka. Baju panjang dengan aksen bagian bawah lebar dan kecil di pinggang adalah mode yang paling di sukai Rania. Di Samping agar tubuhnya yang kecil tidak terlalu nampak kecil juga karena baju dengan model itu memang sering kali membuat Rania merasa nyaman.Ia memilih warna ungu tua untuk ia kenakan hari ini. Tas ungu muda dan jilbab dengan warna senada. Sepatu hak tinggi berwarna hitam dengan belahan depan membuat jemari kakinya yang putih bersih itu terpampang indah.
Minggu pagi yang sepi,Rania masih berada di dalam bed covernya. Enggan rasanya beranjak pergi dalam suasana mendung begini. Laptopnya masih menyala, ia ingin menuntaskan novel yang sudah ia tulis dan telah terikat dengan 'Goodnovel'. Harusnya ia segera menyelesaikan tapi berhari-hari ini kepalanya terasa pening. Ia seolah tidak punya inspirasi untuk melanjutkan ceritanya. Pusing sekali rasanya.Rania tidak menemukan cara untuk membuka kalimat dalam novel-novelnya.Hari ini Rania akan berkunjung ke rumah Pak Leo bersama Pak Budiman. Ia sengaja bilang besok saat Pak Leo menelphon agar Pak Leo tidak perlu menjemputnya.Ponselnya bergetar,Pak Budiman menghubunginya."Sudah mandi, Ran ?""Assalamualaikummm" Rania menggoda dengan mengucapkan salam. Mungkin Pak Budiman lupa dengan salam itu."Oh iya, waalaikumsalam"Pak Budiman tertawa renyah."Sudah siap ?""Lho, jam berapa sekarang ?"
[15/11 00:51] Rarashasha: BERBINCANG DENGAN PAK BUDIMAN"Apa kita perlu melihat kondisi, Pak Leo ?" Tanya Rania pada Pak Budiman."Menurut bu Rani bagaimana ?""Terserah saja,""Kalau bu Rani ingin melihat saya antar, " sambung Pak Budiman cepat."Sepertinya tidak, Pak." Jawab Rania cepat.Matanya menatap jauh ke depan, sangat jauh.Sudah jelas terbukti bahwa Pak Leo meninggalkan dirinya karena takut pada ancaman Laela, ia takut Laela bunuh diri dan membunuh anak-anaknya bila ia kembali pada Rania.Ketakutan yang bodoh, seorang akademisi dan praktisi hukum sekelas Pak Leo bisa percaya dan tunduk pada ancaman bodoh seperti itu.Rania menghela nafas panjang. Tidak ada seorang pun yang mau bunuh diri dan membunuh anak-anaknya sendiri hanya demi orang lain. Bodoh sekali. Seperti atraksi Laela pagi tadi, tentang pisau dapur yang menempel pada urat nadi. Bohong, itu dusta yang luar biasa. Faktanya sampai hari ini Laela
Rania menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Tubuhnya letih dan pikirannya kacau. Ia seperti tidak memiliki kekuatan juga keberanian. Masalah yang dialaminya cukup pelik, menguras energi dan kesadaran.Bagaimana formula yang tepat untuk membuat Pak Leo bersedia mengucapkan talak untuk nya. Atau kah ada keringanan bagi dirinya selaku istri agar bisa mendapatkan kebebasan dengan melakukan hal-hal sesuai tuntunan ?Rania makin gamang.Dari pagi hingga sore hari Rania terus berfikir tentang itu, sering dalam keputusasaannya ia ingin menggunakan jalan pintas. Dengan memaksa Pak Leo memilih antara dirinya atau Laela ?Mungkin itu adalah keputusan konyol namun sementara waktu mungkin bisa mengatasi dilema ini.Rania menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Assalamualaikummm" Suara seorang gadis menyapu gendang telinganya.'Pasti Septia'Rania berdiri, membuka pintu kamar lalu mendapati wajah putih bersih dengan lesung p
"Kamu mestinya harus bersyukur memiliki suami seperti Pak Yudha dia itu laki-laki yang baik, bahkan setelah istrinya meninggal dia masih mau menikahimu.Sebagai istri mestinya kamu harus lebih bisa menyayangi dan memanjakan suamimu.Jangan sampai dia marah lantas mentalak mu lagi, kamu harus bisa mengerti bagaimana caranya memperlakukan laki-laki dengan baik.Mama tahu kamu adalah anak perempuan yang paling disayang di rumah ini semua kebutuhan mu kami penuhi tapi tidak lantas hal itu membuat kamu menjadi besar kepala.Bagaimanapun juga saat ini kamu telah mempunyai suami meskipun jarak usia antara kamu dengan Pak Yudha sangatlah jauh tetapi kamu tidak bisa memanfaatkan hal itu semaumu sendiri."Mamah menasehati Marni. Mamah ingin Marni menjadi istri yang sempurna untuk Pak Yudha.Marni hanya mengangguk-anggukan kepala sambil memilin-milin rambut panjangnya dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
Pak Yudha menyesali semua takdirnya. Dia merasa menjadi laki-laki paling bodoh di dunia. Andai saja dia . bersikap lebih tegas, pasti semuanya tidak akan seperti ini jadinya.Hari ini, Pak Yudha bukan hanya menyakiti Rania tapi dia juga sudah menyakiti Marni. Dia banyak menyakiti perempuan-perempuan yang sesungguhnya mencintainya.Rania melakukan segala kekasarannya itu karena cintanya kepada Pak Yudha. Dan Marni pun melakukan semua kegilaannya juga pasti didasari oleh cintanya kepada Pak Yudha.Andai mereka berdua tidak mempunyai rasa cinta mungkin akan sangat mudah bagi mereka melupakan jalan yang sudah menyakiti mereka.Tetapi mereka berada pada pusaran cinta. Cinta akhirnya membuat sebuah kebodohan bagi mereka. Cinta juga yang akhirnya menelanjangi diri mereka.Menunjukkan sebuah kekuatan, padahal aslinya mereka berada dalam kelemahan.Itu adalah hal yang saa
Rania mengetahui semua tipu muslihat yang dilakukan oleh Marni.Rania juga tahu bahwa saat ini Pak Yudha menyembunyikan semuanya.Meski begitu Rania tidak ingin bertanya kepada Pak Yudha perihal apapun.Meski dia tahu bahwa uang pak Yudha hampir habis karena tingkah laku Marni.Yang paling membuat jengkel adalah saat mengetahui bahwa ternyata Pak Yudha suami sah nya masih menyembunyikan semua keburukan yang dilakukan oleh Marni entah apa alasannya.Mungkin karena Pak Yudha tidak ingin Rania marah atau karena Pak Yudha enggan terlibat pada permasalahan yang jauh lebih besar atau mungkin karena Pak Yudha masih mencintai Marni sehingga dia tidak mau ada permasalahan yang menimpa Marni.Pagi itu saat sarapan pagi bersama di meja makan, Rania melihat wajah Pak Yudha sepertinya tidak tenang seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkan. Rania menjadi bin
Hari berganti, bulan berjalan, Pak Yudha terus berada di dalam rumah Rania sebagai istrinya yang sah. Rania sangat menikmati keberadaan Pak Yudha. Dia sudah tidak memiliki kecurigaan lagi karena jelas Pak Yudha mengatakan bahwa antara Pak Yudha dengan Marni sudah bercerai.Meski kadang kekhawatiran itu muncul karena dipacu oleh ketakutan yang kadang datangnamun sebisa mungkin Rania menahan semuanya supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Yang penting sekarang adalah kemauan dan kemampuan Rania untuk memperbaiki keadaan, untuk melayani dengan baik dan juga untuk membahagiakan Pak Yudha supaya hati laki-laki itu tidak pergi kemanapun.Bahasa yang lebih tepat adalah Rania berusaha untuk merawat Pak Yudha, merawat cintanya secara lahir maupun batin.Setidaknya itulah yang Rania rasakan saat ini meskipun beberapa hari belakangan Rania melihat ada sesuatu
Pagi ini Pak Yudha terbangun dari tidurnya. Sudah dari semalam dia tidur di rumah Rania, dia bahkan tidak menceritakan tentang perceraiannya dengan Marni.Pak Yudha masih belum siap mengatakan hal itu kepada Rania meskipun sejatinya hal itu adalah cerita yang mungkin paling ditunggu oleh Rania selama ini.Tidak pernah terbesit dalam hati Pak Yuda untuk menikahi Rania kemudian menceraikan Marni. Pernikahan dengan Rania ini awalnya adalah pernikahan main-main saja."Mas, sarapan yuk!! Sarapannya sudah siap, " kata Rania kepada Pak Yudha."Iya, sebentar lagi sayang, Mas mau mandi dulu ya."Rania kemudian mendekati Pak Yudha dengan gaun tidurnya yang sangat indah, rambutnya juga sudah disanggul rapi, pipinya bersemu merah lipstiknya pun menggoda ."Rania boleh ikutan mandi bareng Mas Yudha?".
Marni bukan perempuan biasa yang lantas kemudian dia mudah menyerah atas apa yang sudah dilakukan oleh Rania.Dia merasa sudah cukup lama mengalah, hari ini Marni tidak ingin lagi mengalah lagi, dia sudah lelah terus-menerus berada dalam posisi yang tidak nyaman itu sebabnya dia melakukan banyak kegiatan dengan menghabiskan uangnya berfoya-foya sesuai dengan keinginannya saja.Dulu sebelum Pak Yudha mengenal Rania Marni adalah satu-satunya perempuan yang dicintai bahkan lebih dicintai daripada istrinya sendiri.Tapi setelah mengenal Rania semua menjadi berubah, Pak Yudha menjadi tidak lagi sayang terhadap Marni bahkan janji untuk mengantarkan ke dokter pun Pak Yudha melupakannyaHati Marni menjadi terluka sakitnya terasa luar biasa bila dulu dia bersalah mengijinkan Pak Yudha menikah dengan Rania hanya demi uang yang bakal dia terima. Apakah kesalahan itu
Hari itu Rania bercanda ria dengan Pak Yudha. Pak Yudha tidak pernah tahu bahwa hari ini Rania sudah melakukan sesuatu yang diluar dugaannya dan ia sendiri tidak menyangka bahwa Rania bisa melakukan hal itu.Rania berulangkali menggoda Pak Yudha."Siapa suruh tidurnya kelamaan akhirnya kan nggak bisa ke kampus.""Kamu sih nggak dibangunkan.""Ih Rani, sudah bangunkan bolak-balik dan Mas cuma bilang Hhhhh. . . Iya, iya, nanti.""Sampai capek Rani dibuatnya." Rania menjelaskan."Oh jadi sekarang capek ya melayani aku.""Bukan begitu maksudnya." Rania merajuk seperti anak kecil tetapi hari ini dia bahagia karena Pak Yudha ada di sampingnya. Setidaknya dia berhasil mengalahkan Marni hari ini.Rania bukan tipe perempuan yang mau berbagi, jangankan terhadap Pak Yudha yang luar biasa, dulu semasa menjadi istri Pak Leo pun Rania tidak ingin berbagi, lelah rasanya harus berbagi cinta.Karena, ini hati bukan
Rania baru saja masuk kedalam rumahnya. Ia telah berjalan-jalan berkeliling hari ini. Karena rasa sakitnya terhadap Pak Yudha suaminya itu ternyata benar-benar membuat ia kecewa.Rania langsung masuk kamar, membersihkan tubuhnya kemudian pergi tidur.Ia tidak ingin terus-menerus bergelut dalam permasalahan yang tidak pasti dan sampai hari ini dia tidak menemukan bagaimana caranya agar dia bisa terbebas dari permasalahan bersama Pak Yudha.Rania kemudian melanjutkan tidurnya membiarkan tubuhnya tenang berada di dalam awang-awang.Hingga kemudian alarm ponselnya berbunyi ia meraih ponsel itu dan kemudian mematikannya dengan jemari tangan kanannya lalu ia tidur lagi. Lima menit kemudian ponsel itu berbunyi lagi. Rania kemudian mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk dan meraih ponsel itu lagi, sudah pukul tiga dini hari. Sebentar lagi waktunya subuhAda sebelas panggilan tak terjawab dari Pak Yudha.Rania lupa, tad
Rania meninggalkan Pak Yudha dengan Marni yang menatap dirinya penuh tanda tanya.Rania mencoba menyingkirkan rasa sakitnya, bagaimanapun juga ia merasa tidak nyaman saat ini, tetapi ia tetap harus tegar.Di dalam pikirannya saat ini bagaimana caranya membalas dendam agar Pak Yudha cemburu.Tidak elit rasanya kalau membiarkan dirinya cemburu sendirian.Wow Rania cemburuSemudah itukah membuat Rania cemburu hanya karena Pak Yudha sedang berjalan bersisian dengan Marmi. Tidakkah Rania melihat perbedaan antara dirinya dengan Marni dan laki-laki waras pasti akan berpikir seribu kali untuk meninggalkan Rania."Halo Rania apa kabar ?""Oh Profesor Malik kabar baik, kabar Profesor bagaimana ?""Luar biasa baik dan sepertinya akan semakin baik setelah saya menjumpaimu.""Ah Profesor bisa aja, bercandanya jangan kelewatan.""Beneran, siapa yang tidak bahagia ketemu dengan kamu, sep