[15/11 00:51] Rarashasha: BERBINCANG DENGAN PAK BUDIMAN
"Apa kita perlu melihat kondisi, Pak Leo ?" Tanya Rania pada Pak Budiman.
"Menurut bu Rani bagaimana ?"
"Terserah saja,"
"Kalau bu Rani ingin melihat saya antar, " sambung Pak Budiman cepat.
"Sepertinya tidak, Pak." Jawab Rania cepat.
Matanya menatap jauh ke depan, sangat jauh.
Sudah jelas terbukti bahwa Pak Leo meninggalkan dirinya karena takut pada ancaman Laela, ia takut Laela bunuh diri dan membunuh anak-anaknya bila ia kembali pada Rania.
Ketakutan yang bodoh, seorang akademisi dan praktisi hukum sekelas Pak Leo bisa percaya dan tunduk pada ancaman bodoh seperti itu.
Rania menghela nafas panjang. Tidak ada seorang pun yang mau bunuh diri dan membunuh anak-anaknya sendiri hanya demi orang lain. Bodoh sekali. Seperti atraksi Laela pagi tadi, tentang pisau dapur yang menempel pada urat nadi. Bohong, itu dusta yang luar biasa. Faktanya sampai hari ini Laela
Rania menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Tubuhnya letih dan pikirannya kacau. Ia seperti tidak memiliki kekuatan juga keberanian. Masalah yang dialaminya cukup pelik, menguras energi dan kesadaran.Bagaimana formula yang tepat untuk membuat Pak Leo bersedia mengucapkan talak untuk nya. Atau kah ada keringanan bagi dirinya selaku istri agar bisa mendapatkan kebebasan dengan melakukan hal-hal sesuai tuntunan ?Rania makin gamang.Dari pagi hingga sore hari Rania terus berfikir tentang itu, sering dalam keputusasaannya ia ingin menggunakan jalan pintas. Dengan memaksa Pak Leo memilih antara dirinya atau Laela ?Mungkin itu adalah keputusan konyol namun sementara waktu mungkin bisa mengatasi dilema ini.Rania menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Assalamualaikummm" Suara seorang gadis menyapu gendang telinganya.'Pasti Septia'Rania berdiri, membuka pintu kamar lalu mendapati wajah putih bersih dengan lesung p
Rania melangkah dengan langkah kaki yang sangat berat, menemui Pak Leo adalah sesuatu yang sangat ingin dia lakukan namun juga sangat ia takutkan. Bagaimana tidak ?Diantara mereka pernah saling mencintai, diantara mereka pernah ada rasa sayang meski kemudian benih benci itu muncul dan kini benih itu telah menjadi besar juga berbuah lebat. Benih yang terus di pupuk hingga berbuah lebat. Rania merasakan rasa sakitnya bukan rasa sakit biasa.Langkah kakinya semakin dekat menuju ruangan Intensive Care Unit. Rania mengendap, berharap Pak Leo tidak melihatnya. Karena kedatangannya hanya ingin memastikan bahwa Pak Leo telah bertemu Laela.Mengapa Rania demikian peduli ? Cintakah yang melandasinya ? Bukan, ini bukan cinta, ada sebuah perasaan yang tidak bisa di ceritakan ketika suami dan istri berpisah, ada semacam kekuatan yang membuat mereka terpanggil untuk mengetahui keadaan dari masing-masing pasangan, semacam magnet dari langit mungk
Rania letih, ia mempermainkan rambut ikal panjang yang biasa ia biarkan tergerai. Ingin rasanya merubah penampilan tapi takut semakin banyak yang jatuh cinta nantinya. Wkwkwk.Betapa tidak, saat ini saja sudah banyak antrian panjang berderet menunggu keputusannya, namun Rania belum berani memutuskan. Meski Rania menyadari bahwa usia kian bertambah dan wajahnya semakin menjadi tua. Mulai muncul gurat penanda akan datang keriput yang di takutkan oleh seluruh wanita dimana saja. Rania bergulung di atas ranjang, membuat bed covernya tidak lagi licin. Mestinya memang Rania mulai menjatuhkan pilihan. Pada Agung sang direktur, pada Romi pemilik perusahaan besar, pada Haris seorang kepala dinas atau pada Yoga teman kecilnya yang sekarang menjadi pengusaha. Bila sudah begini maka ingatan Rania akan terjerembab pada Leo, lelaki yang masih mengakui dirinya sebagai istri. Rania kelu mengulum bisu. Ia merasa waktunya banyak tersita hanya untuk mengurus masalah yang tidak kunjung selesai. I
"Hy Kak, hari ini kita jadi pergi kan ?"Septia menghubungi Rania, Rania mengingat sesuatu tentang janjinya beberapa waktu yang lalu.Menuju pengadilan agama dan berkonsultasi tentang masalahnya."Oh iya, jadi." Rania menjawab dengan cepat.Bersiap ia demi menuntaskan janjinya, sudah pukul tujuh waktu Indonesia tengah. Kalau berangkat terlalu siang nanti antriannya panjang dan Rania malas dengan antrian yang panjang itu. Rania tidak suka menunggu, itu sebabnya ia malas sekali berhubungan dengan urusan birokrasi. Sering berbelit-belit dan banyak persyaratan.Rania memilih baju yang pantas untuk ia kenakan. Celana panjang hitam dengan atasan panjang selutut, berwarna hijau lumut model baju anak jaman sekarang di padu dengan jilbab warna senada namun bermotif bunga. Rania mematut dirinya di cermin. Mengoleskan bedak dan lipstik tipis di wajahnya. Rania nampak yakin bahwa penampilannya sudah sedikit mendekati sempurna.
"Assalamualaikum, apa kabar ? sudah sampai di mana ?"Rania tampak tersenyum melihat pesan masuk di ponselnya.Meski hanya sekilas senyum itu nampak seperti senyum bahagia.Rania meraih ponselnya kemudian membalas pesan tersebut dengan cepat."Di rumah makan Wong Solo, di sini ada Pak Leo bersama keluarganya."Begitu penjelasan Rania melalui pesan singkat kepada seseorang yang mengirim pesan lewat ponsel nya. Orang tersebut ternyata Pak Wahyu yang tadi di temui oleh Rania dan Septia di Kantor Pengadilan Agama.
Sejak kejadian hari itu di Rumah Makan Wong Solo, Pak Wahyu memberanikan dirinya untuk datang ke rumah Rania.Rania keluar kamar dengan bahagia, menjumpai Pak Wahyu yang sedang menunggu di kursi santai di beranda, dua gelas air jahe hangat telah terhidang di sampingnya ada kue bolu yang siap untuk disantap. Rania duduk di samping Pak Wahyu dengan baju santai warna abu-abu. Pak wahyu tersenyum melihat Rania.“Darimana ?”“Dari rumah.”“Mau ke mana ?”“Mau kesini.”Kemudian Pak Wahyu menyerahkan paper bag cantik pada rania, Rania heran, menerimanya dengan tanda tanya.“Ini apa ?”“Di buka saja.”Rania membuka paper bag tersebut, dengan takjub ia melihat sebuah jam tangan cantik lengkap dengan sertifikatnya. Hadiah kah ini ? Tanya Rania hanya sebatas dalam batinnya.HADIAH ???Sudah lama sekali ia tidak menerima ini setelah ia meninggalkan
Septia sudah sejak siang tadi berada di rumah Rania, meskipun Rania tidak ada di rumahnya. Gadis itu rebahan di kamar tamu rumah Rania. Rania telah menganggap Septia sebagai adik sendiri. Mereka demikian dekat seperti saudara meskipun baru beberapa bulan saling mengenal.Tadi Septia memberikan kabar pada Rania bahwa dirinya berada di rumah Rania dan Rania pun berkata, tunggu saja sebentar lagi aku pulang.Itu p
Rania baru saja usai melanjutkan tulisannya ketika ia membaca pesan di whatsappnya.“Ran,”“Iya,”“Sedang apa ?”“Menulis.”“Boleh aku ke sana sekarang ?” Rania mendongakkan kepalanya, ia tersenyum kecil sepertinya Tuhan sedang menguji ku, bisiknya perlahan.“Boleh.”Pak Wahyu pun mengakhiri perbincangan mereka. Beberapa jam kemudian mobil Pak Wahyu telah berada di rumahnya. Rania yang dari tadi telah menanti akhirnya keluar jug
"Kamu mestinya harus bersyukur memiliki suami seperti Pak Yudha dia itu laki-laki yang baik, bahkan setelah istrinya meninggal dia masih mau menikahimu.Sebagai istri mestinya kamu harus lebih bisa menyayangi dan memanjakan suamimu.Jangan sampai dia marah lantas mentalak mu lagi, kamu harus bisa mengerti bagaimana caranya memperlakukan laki-laki dengan baik.Mama tahu kamu adalah anak perempuan yang paling disayang di rumah ini semua kebutuhan mu kami penuhi tapi tidak lantas hal itu membuat kamu menjadi besar kepala.Bagaimanapun juga saat ini kamu telah mempunyai suami meskipun jarak usia antara kamu dengan Pak Yudha sangatlah jauh tetapi kamu tidak bisa memanfaatkan hal itu semaumu sendiri."Mamah menasehati Marni. Mamah ingin Marni menjadi istri yang sempurna untuk Pak Yudha.Marni hanya mengangguk-anggukan kepala sambil memilin-milin rambut panjangnya dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
Pak Yudha menyesali semua takdirnya. Dia merasa menjadi laki-laki paling bodoh di dunia. Andai saja dia . bersikap lebih tegas, pasti semuanya tidak akan seperti ini jadinya.Hari ini, Pak Yudha bukan hanya menyakiti Rania tapi dia juga sudah menyakiti Marni. Dia banyak menyakiti perempuan-perempuan yang sesungguhnya mencintainya.Rania melakukan segala kekasarannya itu karena cintanya kepada Pak Yudha. Dan Marni pun melakukan semua kegilaannya juga pasti didasari oleh cintanya kepada Pak Yudha.Andai mereka berdua tidak mempunyai rasa cinta mungkin akan sangat mudah bagi mereka melupakan jalan yang sudah menyakiti mereka.Tetapi mereka berada pada pusaran cinta. Cinta akhirnya membuat sebuah kebodohan bagi mereka. Cinta juga yang akhirnya menelanjangi diri mereka.Menunjukkan sebuah kekuatan, padahal aslinya mereka berada dalam kelemahan.Itu adalah hal yang saa
Rania mengetahui semua tipu muslihat yang dilakukan oleh Marni.Rania juga tahu bahwa saat ini Pak Yudha menyembunyikan semuanya.Meski begitu Rania tidak ingin bertanya kepada Pak Yudha perihal apapun.Meski dia tahu bahwa uang pak Yudha hampir habis karena tingkah laku Marni.Yang paling membuat jengkel adalah saat mengetahui bahwa ternyata Pak Yudha suami sah nya masih menyembunyikan semua keburukan yang dilakukan oleh Marni entah apa alasannya.Mungkin karena Pak Yudha tidak ingin Rania marah atau karena Pak Yudha enggan terlibat pada permasalahan yang jauh lebih besar atau mungkin karena Pak Yudha masih mencintai Marni sehingga dia tidak mau ada permasalahan yang menimpa Marni.Pagi itu saat sarapan pagi bersama di meja makan, Rania melihat wajah Pak Yudha sepertinya tidak tenang seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkan. Rania menjadi bin
Hari berganti, bulan berjalan, Pak Yudha terus berada di dalam rumah Rania sebagai istrinya yang sah. Rania sangat menikmati keberadaan Pak Yudha. Dia sudah tidak memiliki kecurigaan lagi karena jelas Pak Yudha mengatakan bahwa antara Pak Yudha dengan Marni sudah bercerai.Meski kadang kekhawatiran itu muncul karena dipacu oleh ketakutan yang kadang datangnamun sebisa mungkin Rania menahan semuanya supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Yang penting sekarang adalah kemauan dan kemampuan Rania untuk memperbaiki keadaan, untuk melayani dengan baik dan juga untuk membahagiakan Pak Yudha supaya hati laki-laki itu tidak pergi kemanapun.Bahasa yang lebih tepat adalah Rania berusaha untuk merawat Pak Yudha, merawat cintanya secara lahir maupun batin.Setidaknya itulah yang Rania rasakan saat ini meskipun beberapa hari belakangan Rania melihat ada sesuatu
Pagi ini Pak Yudha terbangun dari tidurnya. Sudah dari semalam dia tidur di rumah Rania, dia bahkan tidak menceritakan tentang perceraiannya dengan Marni.Pak Yudha masih belum siap mengatakan hal itu kepada Rania meskipun sejatinya hal itu adalah cerita yang mungkin paling ditunggu oleh Rania selama ini.Tidak pernah terbesit dalam hati Pak Yuda untuk menikahi Rania kemudian menceraikan Marni. Pernikahan dengan Rania ini awalnya adalah pernikahan main-main saja."Mas, sarapan yuk!! Sarapannya sudah siap, " kata Rania kepada Pak Yudha."Iya, sebentar lagi sayang, Mas mau mandi dulu ya."Rania kemudian mendekati Pak Yudha dengan gaun tidurnya yang sangat indah, rambutnya juga sudah disanggul rapi, pipinya bersemu merah lipstiknya pun menggoda ."Rania boleh ikutan mandi bareng Mas Yudha?".
Marni bukan perempuan biasa yang lantas kemudian dia mudah menyerah atas apa yang sudah dilakukan oleh Rania.Dia merasa sudah cukup lama mengalah, hari ini Marni tidak ingin lagi mengalah lagi, dia sudah lelah terus-menerus berada dalam posisi yang tidak nyaman itu sebabnya dia melakukan banyak kegiatan dengan menghabiskan uangnya berfoya-foya sesuai dengan keinginannya saja.Dulu sebelum Pak Yudha mengenal Rania Marni adalah satu-satunya perempuan yang dicintai bahkan lebih dicintai daripada istrinya sendiri.Tapi setelah mengenal Rania semua menjadi berubah, Pak Yudha menjadi tidak lagi sayang terhadap Marni bahkan janji untuk mengantarkan ke dokter pun Pak Yudha melupakannyaHati Marni menjadi terluka sakitnya terasa luar biasa bila dulu dia bersalah mengijinkan Pak Yudha menikah dengan Rania hanya demi uang yang bakal dia terima. Apakah kesalahan itu
Hari itu Rania bercanda ria dengan Pak Yudha. Pak Yudha tidak pernah tahu bahwa hari ini Rania sudah melakukan sesuatu yang diluar dugaannya dan ia sendiri tidak menyangka bahwa Rania bisa melakukan hal itu.Rania berulangkali menggoda Pak Yudha."Siapa suruh tidurnya kelamaan akhirnya kan nggak bisa ke kampus.""Kamu sih nggak dibangunkan.""Ih Rani, sudah bangunkan bolak-balik dan Mas cuma bilang Hhhhh. . . Iya, iya, nanti.""Sampai capek Rani dibuatnya." Rania menjelaskan."Oh jadi sekarang capek ya melayani aku.""Bukan begitu maksudnya." Rania merajuk seperti anak kecil tetapi hari ini dia bahagia karena Pak Yudha ada di sampingnya. Setidaknya dia berhasil mengalahkan Marni hari ini.Rania bukan tipe perempuan yang mau berbagi, jangankan terhadap Pak Yudha yang luar biasa, dulu semasa menjadi istri Pak Leo pun Rania tidak ingin berbagi, lelah rasanya harus berbagi cinta.Karena, ini hati bukan
Rania baru saja masuk kedalam rumahnya. Ia telah berjalan-jalan berkeliling hari ini. Karena rasa sakitnya terhadap Pak Yudha suaminya itu ternyata benar-benar membuat ia kecewa.Rania langsung masuk kamar, membersihkan tubuhnya kemudian pergi tidur.Ia tidak ingin terus-menerus bergelut dalam permasalahan yang tidak pasti dan sampai hari ini dia tidak menemukan bagaimana caranya agar dia bisa terbebas dari permasalahan bersama Pak Yudha.Rania kemudian melanjutkan tidurnya membiarkan tubuhnya tenang berada di dalam awang-awang.Hingga kemudian alarm ponselnya berbunyi ia meraih ponsel itu dan kemudian mematikannya dengan jemari tangan kanannya lalu ia tidur lagi. Lima menit kemudian ponsel itu berbunyi lagi. Rania kemudian mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk dan meraih ponsel itu lagi, sudah pukul tiga dini hari. Sebentar lagi waktunya subuhAda sebelas panggilan tak terjawab dari Pak Yudha.Rania lupa, tad
Rania meninggalkan Pak Yudha dengan Marni yang menatap dirinya penuh tanda tanya.Rania mencoba menyingkirkan rasa sakitnya, bagaimanapun juga ia merasa tidak nyaman saat ini, tetapi ia tetap harus tegar.Di dalam pikirannya saat ini bagaimana caranya membalas dendam agar Pak Yudha cemburu.Tidak elit rasanya kalau membiarkan dirinya cemburu sendirian.Wow Rania cemburuSemudah itukah membuat Rania cemburu hanya karena Pak Yudha sedang berjalan bersisian dengan Marmi. Tidakkah Rania melihat perbedaan antara dirinya dengan Marni dan laki-laki waras pasti akan berpikir seribu kali untuk meninggalkan Rania."Halo Rania apa kabar ?""Oh Profesor Malik kabar baik, kabar Profesor bagaimana ?""Luar biasa baik dan sepertinya akan semakin baik setelah saya menjumpaimu.""Ah Profesor bisa aja, bercandanya jangan kelewatan.""Beneran, siapa yang tidak bahagia ketemu dengan kamu, sep