Jangan lupa like, komen, dan subscribes ya..
******Setelah seharian menjalankan aktivitas dan melaksakan sholat isya, akupun beristirahat melepas lelah. Akupun bersandar sembari melihat gawai ku, sebelum kembali berkutat membuat pesanan kue lamaran yang pagi-pagi sekali akan diambil pembeli. Sejenak aku berpikir, apakah Mas Bowo sudah tahu, kalau sebenarnya ibu sudah tidak sakit lagi, dan beliau sudah bisa berjalan? Aah entahlah, nanti saja aku bertanya kepadanya. Aku masih marah dengan Mas Bowo yang tak pernah menghargai ku sebagai istri. Bergegas kulangkahkan kaki ini kembali ke dapur untuk membuat kue. Karena sepertinya hari ini aku bakal melembur hingga dini hari, tak apalah yang penting jualan ku laris manis. Dan aku bisa membuka toko kue ku sendiri."Ngelembur bu??" Kulihat Anita berjalan kearah ku"Iya nduk, pesanan buat besok pagi ke tetangga. Bantuin gih, mumpung masih jam 8. Biar cepet selesai juga.""Iya bu. Aku seneng banget kalau jualan ibu ramai gini. Semoga tabungan ibu makin banyak ya bu," kata anakku yang dengan cekatan sambil mengambil adonan telur."Amiin nduk, doain ya..." Aku aminkan doa anak kuSebenarnya aku memang memiliki banyak tabungan. Kalau dihitung, hampir mencapai 110 Juta. Karena memang dari awal jualan hingga 10 tahun ini, Alhamdulillah jualan ku laris manis. Bahkan pernah saat hari raya dan hari-hari pernikahan, aku mendapatkan untung hingga hampir 10 Juta satu bulanya. Dan juga aku bersyukur bisa memperkerjakan tetanggaku untuk membantu pemasukan mereka.Oleh karena itu, Mas Bowo tak pernah memberikan semua gajinya, dan tak pernah berkata jujur padaku berapapun gajinya. Dan jujur akupun tak pernah mempermasalahkanya. Karena kupikir, uang jualan ku pun masih cukup membantu memenuhi kebutuhan kita bertiga. Hingga suatu hari saat mencuci celananya, aku melihat gulungan kertas yang sudah diremas di dalam kantong celananya. Saat kulihat betapa terkejutnya aku, ternyata selama ini gaji mas bowo 5 Juta lebih bahkan hampir di 6 Juta, karena memang mas bowo bekerja di kantor pabrik swasta di daerah rumahkuYang aku sesalkan, Mas Bowo tidak pernah mau jujur tentang ke mana sisa uang gajinya. Bahkan, yang lebih membuatku marah dia sudah tiga kalinya tidak memberikan jatah yang semestinya ku terima dan tak mengajak ku berunding ataupun menjelaskan kepadaku walaupun aku memiliki penghasilan sendiri. Padahal akupun bukan orang pelit yang tak mau berbagi."Bu, udah semua kan.. Aku masukin ke oven ya??""Iih bu kok ngelamun sih.. Ntar kesambet lo malem-malem ngelamun." Ucap Anita sambil mengguncangkan tangan ku"Astaghfirullah.. Ibu sampai gak sadar nduk. Kamu tadi bilang apa?""Ini rotinya kumasukan ke dalam oven ya bu!!""Ooh iya, biar cepet matang. Lagian semuanya juga udah selesai. Kamu tinggal tidur aja nduk, besok kan sekolah. Biar ini ibu aja yang tunggu." Kataku saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 11malam"Yasudah bu, aku istirahat dulu." Aku mengangguk dan kemudian kulihat Anita berlaluTepat pukul setengah satu, semua kue-kue ku matang dan kumasuk kan ke dalam box dan menghiasnya. Kurenggangkan badanku kala semua kue sudah cantik di dalam box dan kembali memasukkannya ke dalam keresek besar, biar besok tinggal angkut."Alhamdulillah, masih bisa tidur cukup karena jam segini semuanya sudah selesai". Ucap ku dalam hatiSetelah semua selesai, aku bersiap tidur. Dan kulihat Mas Bowo sudah mendengkur. Ku pandangi wajahnya, entah kenapa ada sedikit perih di hati atas sikapnya.******* Adzan subuh berkumandang, segera aku bangkit dari tidur, membangunkan Mas Bowo dan Anita untuk melaksanakan sholat shubuh berjamaah.Seusai berjamaah, kita semua menjalankan rutinitas lagi hari. Aku memasak, Anita membantuku menyapu dan mencuci piring sebelum kesekolah, dan biasanya Mas Bowo sibuk melap sepeda bahkan mobilnya."Assalamualaikum, Bu Ida." Sayup-sayup terdengar suara tetangga ku yang memesan kue.."Waalaikumsalam.. eeh Bu Erika, masuk Bu, saya ambilin kuenya dulu." Aku kembali masuk ke dalam rumah dan mengambilkan pesananya"Ini ya Bu pesanannya, semoga tak mengecewakan rasanya.""Ah mana mungkin, toh kue buatan Bu Ida ini memang mantul." Kata Bu Erika sambil mengacungkan jempol"Bisa aja ibu ini. Oh ya bu, total semuanya 475ribu. Sekalian itu ada bonus lebihan kue yang saya taruh box kecil." Ucapku menjelaskan"Waduh, makasih ya Bu.. Ini sekalian uangnya. Jangan bosan-bosan aku repotin ya.""Hahaha enggak lah Bu, makasih juga ya Bu. Dan ini kembalianya.""Kalau begitu saya pamit pulang dulu bu, Assalamualaikum.""Iya, waalaikumsalam."Setelah ku lihat Bu Erika berlalu, aku masuk kembali ke dalam rumah menuju dapur membuatkan mas Bowo kopi dan menyerahkanya. "Mas, kopinya... diminum dulu, mumpung masih panas" Kataku sambil menaruh kopi dan duduk"Umm ya, makasih Da." Mas Bowo berjalan kearahku. Disruputnya kopi buatanku"Mas, apa kamu sudah tau?""Tau apa Da?? kalau ngomong yang jelas.""Hmmm... tau kalau sebenarnya ibu sudah sehat dan bisa berjalan lagi?"Uhuk uhuk uhuk... Kulihat Mas Bowo terbatuk saat ku bertanya"Mana mungkin Da, kamu lihat sendiri kan, Ibu kemana-mana masih pakai kursi roda. Lagian mana mungkin ibuku berbohong. Ada-ada aja kamu tuh.""Aku gak bohong mas, aku tau sendiri waktu kemarin kirim donat ke ibu. Kalau ga percaya lihat aja sendiri." Ucapku jengkel dan berdiri meninggalkanya"Eh dan satu lagi, awas kalau jatah gaji bulan depan ku masih kau potong mas. Aku tak akan tinggal diam. Aku tau gajimu sebenarnya 5 Juta lebih, tapi kau hanya memberiku 3 Juta. Dan kau tahu aku tak pernah keberatan, atapun menanyakan sisa hasil gajimu yang entah kemana. Jadi, jangan coba-coba kau potong lagi." Kulihat Mas Bowo terkejut atas ucapanku, sampai-sampai terlihat dia menelan ludah. Mungkin dia tak menyangka jika aku, Ida istrinya sudah tau besar gajinya.Jangan lupa like, komen dan subscribe ya.. Dan jangan lupa beri rating bintang 5 buat novel ini. Biar makin semangat up nya.. Hapy reading dear....*****Mas Bowo dan Anita pun pergi. Tapi tumben, pagi ini Mas Bowo pergi bekerja mengendarai mobil. Padahal biasanya dia lebih suka naik sepeda. Biar gak macet katanya, karena memang daerah tempat tinggalku sedikit macet kalau jam berangkat dan pulang kerja."Alhamdulillah, sudah ada uang 4 Juta, habis ini aku mau pergi ke bank. Biar uangku makin banyak." Ucapku dalam hatiYa memang itulah kebiasaan ku setelah mendapatkan uang dari hasil berjualan, ku kumpulkan terlebih dahulu, setelah itu baru aku setorkan ke bank, biar lebih aman saja.Memang, Mas Bowo tak pernah bertanya berapa keuntungan ku dari berjualan, bahkan diapun tak tahu kalau aku mempunyai tabungan yang cukup besar pula. Yang dia tau, pendapatkan ku dari jualan hanya menghasilkan uang yang sedikit meskipun ramai.Hari ini pesanan rotiku membludak, hingga aku membutuhkan bantua
Jangan lupa like, komen dan follow ya.. Biar makin semangat up nya... Happy reading dear...****Tepat pukul empat sore kudengar suara mobil Mas Bowo datang. Karena memang sebelumnya aku sudah mengrimkan pesan kepadanya untuk tak mengambil lembur sebab mobilnya mau aku gunakan untuk mengirim pesanan.Tampak kulihat Bu Dini dan Bu Rina yang juga membersihkan diri dan dapurku bersiap-siap untuk pulang. Karena semua pesanan kue sudah kita buat."Assalamualaikum..." Terdengar langkah Mas Bowo masuk kedalam rumah"Waalaikumsalam,, udah pulang mas?" Kusalimi tangan Mas Bowo dengan khidmat."Oh ya Mas, mana kunci mobilnya, habis ini mau aku pakai antar pesanan."Biar Mas saya yang kirim pesanannya...Sebentar aku mau mandi dulu." Ucapnya"Tumben amat, abis mimpi apa semalam? Atau habis kesambet??" Tanyaku"Kamu tuh Da, Da. Ada suami perhatian malah dibilang kesambet." Katanya sambil berlalu meninggalkan ku Memang tak biasanya Mas Bowo mau mengantarnya, karena aku sendiri bisa menaiki mobil.
Jangan lupa like, komen dan subscribe ya.. Biar makin semangat updatenya.. Dan jangan lupa juga beri rating bintang 5... Happy reading dear....******Getaran dari ponselku mengejutkanku. Kuambil gawai ku yang masih tersimpan di dalam tas. Ku usap layar dan ku lihat ada panggilan masuk dari Emak"Assalamualaikum nduk..." Suara Emak diujung sana"Waalaikumsalam mak, gimana kabarnya?" Tanyaku"Alhamdulillah Emak dan Bapak sehat semua nduk. Kamu sekelurga juga sehat-sehat saja kan?" Jawabnya"Alhamdulillah enggeh mak.. Kita semua sehat.""Kamu kapan pulang nduk, Emak Bapak kangen. Sudah dua bulan kamu ga kesini." Nyuuuut aku merasakan dada ku terasa nyeri kala Emak berbicara seperti itu."Insyaallah secepatnya ya Mak, tapi untuk beberapa hari ini Ida belum bisa kesana. Soalnya pesanan kue Ida masih ramai." Kataku dengan sedih"Oalah yasudah nduk ga papa. Yang penting kalau sudah ada waktu longgar, pulanglah. Emak juga sudah kangen dengan cucu Emak yang cantik." Sambung Emak dengan suara
Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya... Biar makin semangat updatenya. Dan jangan lupa beri rating.. Tngkyu...*****"Apa Pak? Apa itu semua benar?." Tanya ku penuh kaget"Iya nduk, tapi Bapak tak tahu kapan pastinya, tapi dengar-dengar paling lama tiga bulan lagi uang itu bakal cair. Yang jelas Bapak sudah terima suratnya dari pemerintah.. Ini suratnya." Kuterima surat yang diberikan Bapak kepadaku. Ku baca isi surat tersebut."Lantas bapak setuju?" Tanyaku kembali"Makanya Bapak dan Emak bertanya bagaimana tanggapanmu. Apalagi hasil jual sawah dan ladang untuk program jalan tol itu semua seharga 7,5 Miliar.""A-apa?? Sebesar itu pak?" Tanyaku masih tak percaya"Iya nduk, semua orang disini yang sawahnya terkena dampak proyek tol dibeli pemerintah dengan harga tinggi." Tampak Bapak terdiam beberapa saat."Dan kamu, sebagai pewaris satu-satunya aset milik Bapak, jadi Bapak harus memberi tahumu. Karena semua uang itu juga bakal akan kami berikan padamu nduk." Ucap Bapak menjelaska
Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya.. happy reading dear ...****Keesokan hari aku melihat Emak sedang sibuk membuat kue bolu. Ya, memang bakat ku membuat kue turun dari Emak. Akan tetapi, kata orang masih enak buatan ku, hehehe."Sudah, Emak istirahat aja. Kuenya biar Ida yang bikinin." Ucapku pada beliau"Gak papa Da, Emak juga pingin sekali-kali buatin besan makanan buatan Emak sendiri." BalasnyaAku pun ikut membantu Emak yang sibuk didapur. Memang Emak sengaja membuat bolu untuk oleh-oleh mertuaku saat aku pulang nanti sore. Kulihat Anita juga sedang sibuk membantu menyapu dan mengepel ruang tamu. Sedangkan Bapak, mungkin beliau sedang disawah ataupun di ladang.Klunting...Klunting...Klunting...Kudengar berkali-kali suara notifikasi pesan masuk. Ya , mungkin itu pesan dari para pelanggang yang biasanya ingin memesan kue. Kuambil gawai, dan membaca satu persatu pesan masuk yang memang dari tadi malam tak ku jamah. Tapi aku begitu terkejut kala melihat sebuah pesan dari B
Jangan lupa like, follow dan beri ulasan rating dinovel aku ya... Happy reading...*******Akhirnya akupun kembali pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, aku dan Anita langsung mandi. Tak kutemukan Mas Bowo berada di rumah Entah dia berada dimana, dengan siapa, dan sekarang berbuat apa... Selama aku berada di rumah Emak, Mas Bowo tak pernah menghubungiku, ataupun sekedar bertanya apa aku sudah sampai rumah Emak atau belum. Dia benar-benar acuh terhadapku dan juga putrinya. Hingga aku putuskan menghubunginya Aku mencoba menghubunginya berkali-kali, tapi tak ada respon darinya. Sampai akhirnya dia mengangkat telepon ku"Hallo kamu dimana mas? sampai ditelepon dari tadi ga diangkat-angkat." Tanyaku sedikit kesal"apa an sih, telepon-telepon isinya marah-marah melulu. Ni lagi nongkrong sama temen-temen." Jawabnya santai"Kamu tuh jadi suami keterlaluan tau ga. Masa dua harian gak ngabarin istri, berasa janda akutuh. Masih mending janda yang jelas-jelas ga punya suami. Lah aku??" Ucapku
Jangan lupa like, komen, subscribe dan beri ulasan ya.. Biar othor makin semangat .. Happy reading...*****"Baru bangun tidur Lus?" Tanya ku santai"Mmm uda dari tadi sih mbak." Jawabnya tapi tak berani menatapku"Hahh mana ada bangun dari tadi tapi belek masih nempel dimata." Lusi terkesiap mendengar ucapanku"Halah mbak Ida ini, pagi-pagi datang cuman buat menghinaku saja. Mending kalau ga ada perlu ga usah kesini." Kulihat Lusi tak suka dengan kedatanganku"Hahahah ya aku memang akan pergi. Buat apa juga aku berlama-lama disini. Gak penting juga. Lagian aku juga bersyukur lihat ibu sudah bisa jalan lagi. Jadi, gak ada lagi alasan Mas Bowo untuk memotong jatah bulanan ku secara berlebihan." Akupun berdiri sari duduk ku dan pergi meninggalkan mereka"Assalamualaikum..." Tak lupa juga ku ucapkan salam sebelum menjauh dari mereka.Saat aku berbalik kedepan, aku bertemu dengan Dendi suami Lusi yang juga baru bangun tidur."Looh mbak, uda lama disini?" Tanyanya saat aku berada didepan n
Aku berusaha menguatkan hatiku yang mungkin sudah tak berbentuk lagi. Seketika kurasakan pandangan ku menggelap, tubuhku terasa melemas tak mampu menahan berat badan ku sendiri. Ku pegang erta-erat rak barang didepan ku, agar aku tak kehilangan keseimbangan. Tidak, aku harus kuat menahan kenyataan ini. Aku tak boleh lemah. Ku ambil nafas panjang dan menghembuskanya pelan. Perlahan-lahan kutata kembali hatiku yang sudah remuk ini, dan ku paksakan untuk tersenyum ke arah Denisa."Oh iya, nanti aku tanyakan suamiku." Ucapku sambil tersenyum menahan sakit hati yang tak bisa ku ucapkan dengan kata-kata"Kalau gitu aku pamit dulu mbak mau ke kasir. Soalnya aku uda selesai belanjanya." Ucapnya yang ku balas dengan anggukan kepala ku. Kemudian dia pergi meinggalkan ku"Denisa tunggu..." Ucapku"Iya mbak ada apa?" Tanyanya kembali dan berbalik arah menghadapku"Ummm pulangnya mbak antar aja ya. Kasian kalau kamu harus nunggu ojek lama." "Gak usah mbak nanti ngerepotin, biar saya naik ojek sa