Share

3. Apakah Mas Bowo tau?

Jangan lupa like, komen, dan subscribes ya..

******

Setelah seharian menjalankan aktivitas dan melaksakan sholat isya, akupun beristirahat melepas lelah. Akupun bersandar sembari melihat gawai ku, sebelum kembali berkutat membuat pesanan kue lamaran yang pagi-pagi sekali akan diambil pembeli. Sejenak aku berpikir, apakah Mas Bowo sudah tahu, kalau sebenarnya ibu sudah tidak sakit lagi, dan beliau sudah bisa berjalan? 

Aah entahlah, nanti saja aku bertanya kepadanya. Aku masih marah dengan Mas Bowo yang tak pernah menghargai ku sebagai istri. 

Bergegas kulangkahkan kaki ini kembali ke dapur untuk membuat kue. Karena sepertinya hari ini aku bakal melembur hingga dini hari, tak apalah yang penting jualan ku laris manis. Dan aku bisa membuka toko kue ku sendiri.

"Ngelembur bu??" Kulihat Anita berjalan kearah ku

"Iya nduk, pesanan buat besok pagi ke tetangga. Bantuin gih, mumpung masih jam 8. Biar cepet selesai juga."

"Iya bu. Aku seneng banget kalau jualan ibu ramai gini. Semoga tabungan ibu makin banyak ya bu," kata anakku yang dengan cekatan sambil mengambil adonan telur.

"Amiin nduk, doain ya..." Aku aminkan doa anak ku

Sebenarnya aku memang memiliki banyak tabungan. Kalau dihitung, hampir mencapai 110 Juta. Karena memang dari awal jualan hingga 10 tahun ini, Alhamdulillah jualan ku laris manis. Bahkan pernah saat hari raya dan hari-hari pernikahan, aku mendapatkan untung hingga hampir 10 Juta satu bulanya. Dan juga aku bersyukur bisa memperkerjakan tetanggaku untuk membantu pemasukan mereka.

Oleh karena itu, Mas Bowo tak pernah memberikan semua gajinya, dan tak pernah berkata jujur padaku berapapun gajinya. Dan jujur akupun tak pernah mempermasalahkanya. Karena kupikir, uang jualan ku pun masih cukup membantu memenuhi kebutuhan kita bertiga. Hingga suatu hari saat mencuci celananya, aku melihat gulungan kertas yang sudah diremas di dalam kantong celananya. Saat kulihat betapa terkejutnya aku, ternyata selama ini gaji mas bowo 5 Juta lebih bahkan hampir di 6 Juta, karena memang mas bowo bekerja di kantor pabrik swasta di daerah rumahku

Yang aku sesalkan, Mas Bowo tidak pernah mau jujur tentang ke mana sisa uang gajinya. Bahkan, yang lebih membuatku marah dia sudah tiga kalinya tidak memberikan jatah yang semestinya ku terima dan tak mengajak ku berunding ataupun menjelaskan kepadaku walaupun aku memiliki penghasilan sendiri. Padahal akupun bukan orang pelit yang tak mau berbagi.

"Bu, udah semua kan.. Aku masukin ke oven ya??"

"Iih bu kok ngelamun sih.. Ntar kesambet lo malem-malem ngelamun." Ucap Anita sambil mengguncangkan tangan ku

"Astaghfirullah.. Ibu sampai gak sadar nduk. Kamu tadi bilang apa?"

"Ini rotinya kumasukan ke dalam oven ya bu!!"

"Ooh iya, biar cepet matang. Lagian semuanya juga udah selesai. Kamu tinggal tidur aja nduk, besok kan sekolah. Biar ini ibu aja yang tunggu."  Kataku saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 11malam

"Yasudah bu, aku istirahat dulu." Aku mengangguk dan kemudian kulihat Anita berlalu

Tepat pukul setengah satu, semua kue-kue ku matang dan kumasuk kan ke dalam box dan menghiasnya. Kurenggangkan badanku kala semua kue sudah cantik di dalam box dan kembali memasukkannya ke dalam  keresek besar, biar besok tinggal angkut.

"Alhamdulillah, masih bisa tidur cukup karena jam segini semuanya sudah selesai". Ucap ku dalam hati

Setelah semua selesai, aku bersiap tidur. Dan kulihat Mas Bowo sudah mendengkur. Ku pandangi wajahnya, entah kenapa ada sedikit perih di hati atas sikapnya.

*******

 Adzan subuh berkumandang, segera aku bangkit dari tidur, membangunkan Mas Bowo dan Anita untuk melaksanakan sholat shubuh berjamaah.

Seusai berjamaah, kita semua menjalankan rutinitas lagi hari. Aku memasak, Anita membantuku menyapu dan mencuci piring sebelum kesekolah, dan biasanya Mas Bowo sibuk melap sepeda bahkan mobilnya.

"Assalamualaikum, Bu Ida." Sayup-sayup terdengar suara tetangga ku yang memesan kue..

"Waalaikumsalam.. eeh Bu Erika, masuk Bu, saya ambilin kuenya dulu." 

Aku kembali masuk ke dalam rumah dan mengambilkan pesananya

"Ini ya Bu pesanannya, semoga tak mengecewakan rasanya."

"Ah mana mungkin, toh kue buatan Bu Ida ini memang mantul." Kata Bu Erika sambil mengacungkan jempol

"Bisa aja ibu ini. Oh ya bu, total semuanya 475ribu. Sekalian itu ada bonus lebihan kue yang saya taruh box kecil." Ucapku menjelaskan

"Waduh, makasih ya Bu.. Ini sekalian uangnya. Jangan bosan-bosan aku repotin ya."

"Hahaha enggak lah Bu, makasih juga ya Bu. Dan ini kembalianya."

"Kalau begitu saya pamit pulang dulu bu, Assalamualaikum."

"Iya, waalaikumsalam."

Setelah ku lihat Bu Erika berlalu, aku masuk kembali ke dalam rumah menuju dapur membuatkan mas Bowo kopi dan menyerahkanya. 

"Mas, kopinya... diminum dulu, mumpung masih panas" Kataku sambil menaruh kopi dan duduk

"Umm ya, makasih Da." Mas Bowo berjalan kearahku. Disruputnya kopi buatanku

"Mas, apa kamu sudah tau?"

"Tau apa Da?? kalau ngomong yang jelas."

"Hmmm... tau kalau sebenarnya ibu sudah sehat dan bisa berjalan lagi?"

Uhuk uhuk uhuk... Kulihat Mas Bowo terbatuk saat ku bertanya

"Mana mungkin Da, kamu lihat sendiri kan, Ibu kemana-mana masih pakai kursi roda. Lagian mana mungkin ibuku berbohong. Ada-ada aja kamu tuh."

"Aku gak bohong mas, aku tau sendiri waktu kemarin kirim donat ke ibu. Kalau ga percaya lihat aja sendiri." Ucapku jengkel dan berdiri meninggalkanya

"Eh dan satu lagi, awas kalau jatah gaji bulan depan ku masih kau potong mas. Aku tak akan tinggal diam. Aku tau gajimu sebenarnya 5 Juta lebih, tapi kau hanya memberiku 3 Juta. Dan kau tahu aku tak pernah keberatan, atapun menanyakan sisa hasil gajimu yang entah kemana. Jadi, jangan coba-coba kau potong lagi." Kulihat Mas Bowo terkejut atas ucapanku, sampai-sampai terlihat dia menelan ludah. Mungkin dia tak menyangka jika aku, Ida istrinya sudah tau besar gajinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lade Ungku Kasaka
seru ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status