Setelah semua pekerjaan rumah dan menjemur pakaian rampung, aku merebahkan tubuhku sebentar di sofa sembari memainkan gawaiku.
Entah kenapa aku masih merasa sebal dengan Mas Bowo. Karna sudah ketiga kalinya, Mas Bowo tak mengajak ku untuk berunding mengenai masalah pemberian uang kepada ibu.Padahal aku sama sekali tak pernah mempermasalahkan berapa pun besar jumlah uang yang akan diberi ke ibu bila dia jujur padaku..Kulirik jam dinding sudah menunjuk kan pukul 10, bergegas diri ini bangkit dan menuju dapur. Karena hari ini aku menerima pesanan 15 box donat yang harus aku antar pukul 2 siang."Assalamualaikum..." Ku dengar suara Anita yang baru saja pulang sekolah"Waalaikumsalam. Nit, habis ini bantuin ibuk bikin donat ya soalnya sebentar lagi mau ibuk kirim ke pelanggan." "Iya Buk, Anita ganti baju terus makan dulu. Laper." Aku mengangguk dan membiarkan Anita pergi. Ya, aku hanya memiliki seorang putri bernama Anita. Bukan karena aku tidak berniat memiliki anak lagi, tapi karena Allah belum kembali memberikan ku rejeki anak. Padahal aku pun juga sangat berharap ingin memiliki anak kembali. Apalagi Anita sudah besar kelas 1 SMA.Setelah hampir tiga jam lebih, pesanan donat sudah selesai kukerjakan. Kutinggalkan kesibukan ku, dan bergegas menjalankan sholat dhuhur."Ibu pergi dulu ngantar pesanan donat dulu Nit. Assalamualaikum..""Iya Bu, hati-hati." Kustater sepeda ku kerumah pelanggan. Tak lupa juga ku bawakan donat untuk ibu mertua dan adik iparku***** Tok tok tok... Kuketuk pintu rumah mertuaku berulang-ulang. Tapi tetap tidak ada jawaban. Apa mungkin mereka sedang tidur siang?Aku berinisiatif mengetuk pintu sebelah rumah ibu, yang mana pintu itu terhubung keruang makan. Tapi, belum sempat aku mengetuk sayup-sayup terdengar suara orang sedang mengobrol."Lah, kita manfaatkan saja sakit ibu ini. Lumayan kan bu, jatah yang diberikan Mas Bowo jadi lebih banyak dari sebelum ibu sakit" kudengar Lusi berbicara kepada ibu"Hahaha iya bener Lus. Tapi Ibuk capek pura-pura gak bisa jalan dan harus duduk di kursi roda. Gak enak tau." Deg,, sial. Jadi selama ini aku kena tipu mertua dan iparku. Tanpa terasa aku mengepalkan tanganku. Tapi tetap kucoba untuk mendengarkan perbincangan mereka"Halah, gak apa-apa kali Bu. Lagian kan, Ibu pura-puranya pas ada Mbak Ida aja kok.""Iya juga sih. Ya gimana lagi, uang Ida kan banyak. Soalnya pesanan kue si Ida laris manis. Jadi bisa kita manfaatin." Kudengar mereka berdua tertawa bersamaKurasakan hatiku bergejolak menahan amarah. Hingga aku putuskan untuk cepat-cepat memberikan kue dan pergi"Assalamualaikum.. Buk, ini Ida." "Wa-waalaikumsalam.. iya sebentar mbak, aku bukain pintu dulu."Kemudian Lusi membukakan pintu. Dan terlihat ibu sedang duduk dikursi meja makan"Mbak Ida uda lama disini?" Tanya nya sedikit gugup"Ga kok, barusan. Lagian aku ketuk pintu depan berulang kali ga ada jawaban.""Masuk dulu Da, siapin minum Lus buat Mbak mu." Kata ibu"Ga usah Bu, aku langsung pamit pulang aja. Lagian udah mau sore, kasian Anita ditinggal sendirian. Bentar lagi Mas Bowo juga pulang. Ini, aku bawain donat soalnya sekalian tadi kirim ke rumah pelanggan." Kuserahkan bingkisan donat itu ke Lusi"Waaah enak nih.. Makasih ya mbak. Sering-sering aja kirim kue buatan mbak kesini." Aku hanya menanggapinya dengan senyum kecut"Yasudah aku pamit dulu Bu, lus. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Jawab mereka serentakAkhirnya ku balik kan badan dan meninggalkan rumah ibu******Ya allah apa kurangnya aku sama Ibu dan Lusi. Hingga mereka membohongiku seperti ini. Padahaldari awal menikah, aku tak pernah meminta apapun kepada Mas Bowo, bahkan berapa gajinya pun aku tak tahu.Aku hanya diberi separuh dari gajinya, mungkin. Dan separuhnya lagi entahlah kemana. Karna Mas Bowo tak pernah jujur padaku. Walaupun aku bertanya berkali-kali. Dan itu selalu membuat kita bertengkar. Sehingga aku pun malas dan tak pernah lagi bertanya tentang gajinya.Apalagi saat ibu sakit dan tak bisa berjalan. Mas Bowo tak segan-segan memberikan uang lebih pada ibu tanpa memberitahuku terlebih dahulu dan tanpa mau tau bagaimana aku harus ekstra mengatur keuangan keluarga. Sungguh, dia jahat sekali kepada istrinyaHingga pada saat Anita kelas 1SD, aku memutuskan membuka pesanan kue, sesuai dengan kemampuan ku untuk membantu Mas Bowo. Ya meskipun gaji yang diberikan Mas Bowo sedikit, tapi bisa mencukupi kebutuhan kita ber3 untuk hidup hemat, walaupun kadang aku juga harus menambah sedikit dari hasil jualan ku. Dan dari hasil jualan ku, aku tabung untuk masa depan Anita dan memberi sedikit rejeki untuk orang tuaku kala aku berkunjung kerumah mereka. Tak lupa, akupun juga masih ikut memberi ibu mertua.Tak terasa air mataku jatuh tanpa bisa kuhentikan."Ibu nangis kenapa?""Umm ga kenapa-kenapa nduk. Ibu mau mandi dulu. Sekalian mau sholat ashar. Kamu sudah sholat? Kalau belum cepat sholat sana." Kataku sambil menghapus air mata dan meninggalkan Anita. Takut kalau dia akan bertanya lebih padakuJangan lupa like, komen, dan subscribes ya..******Setelah seharian menjalankan aktivitas dan melaksakan sholat isya, akupun beristirahat melepas lelah. Akupun bersandar sembari melihat gawai ku, sebelum kembali berkutat membuat pesanan kue lamaran yang pagi-pagi sekali akan diambil pembeli. Sejenak aku berpikir, apakah Mas Bowo sudah tahu, kalau sebenarnya ibu sudah tidak sakit lagi, dan beliau sudah bisa berjalan? Aah entahlah, nanti saja aku bertanya kepadanya. Aku masih marah dengan Mas Bowo yang tak pernah menghargai ku sebagai istri. Bergegas kulangkahkan kaki ini kembali ke dapur untuk membuat kue. Karena sepertinya hari ini aku bakal melembur hingga dini hari, tak apalah yang penting jualan ku laris manis. Dan aku bisa membuka toko kue ku sendiri."Ngelembur bu??" Kulihat Anita berjalan kearah ku"Iya nduk, pesanan buat besok pagi ke tetangga. Bantuin gih, mumpung masih jam 8. Biar cepet selesai juga.""Iya bu. Aku seneng banget kalau jualan ibu ramai gini. Semoga tabungan
Jangan lupa like, komen dan subscribe ya.. Dan jangan lupa beri rating bintang 5 buat novel ini. Biar makin semangat up nya.. Hapy reading dear....*****Mas Bowo dan Anita pun pergi. Tapi tumben, pagi ini Mas Bowo pergi bekerja mengendarai mobil. Padahal biasanya dia lebih suka naik sepeda. Biar gak macet katanya, karena memang daerah tempat tinggalku sedikit macet kalau jam berangkat dan pulang kerja."Alhamdulillah, sudah ada uang 4 Juta, habis ini aku mau pergi ke bank. Biar uangku makin banyak." Ucapku dalam hatiYa memang itulah kebiasaan ku setelah mendapatkan uang dari hasil berjualan, ku kumpulkan terlebih dahulu, setelah itu baru aku setorkan ke bank, biar lebih aman saja.Memang, Mas Bowo tak pernah bertanya berapa keuntungan ku dari berjualan, bahkan diapun tak tahu kalau aku mempunyai tabungan yang cukup besar pula. Yang dia tau, pendapatkan ku dari jualan hanya menghasilkan uang yang sedikit meskipun ramai.Hari ini pesanan rotiku membludak, hingga aku membutuhkan bantua
Jangan lupa like, komen dan follow ya.. Biar makin semangat up nya... Happy reading dear...****Tepat pukul empat sore kudengar suara mobil Mas Bowo datang. Karena memang sebelumnya aku sudah mengrimkan pesan kepadanya untuk tak mengambil lembur sebab mobilnya mau aku gunakan untuk mengirim pesanan.Tampak kulihat Bu Dini dan Bu Rina yang juga membersihkan diri dan dapurku bersiap-siap untuk pulang. Karena semua pesanan kue sudah kita buat."Assalamualaikum..." Terdengar langkah Mas Bowo masuk kedalam rumah"Waalaikumsalam,, udah pulang mas?" Kusalimi tangan Mas Bowo dengan khidmat."Oh ya Mas, mana kunci mobilnya, habis ini mau aku pakai antar pesanan."Biar Mas saya yang kirim pesanannya...Sebentar aku mau mandi dulu." Ucapnya"Tumben amat, abis mimpi apa semalam? Atau habis kesambet??" Tanyaku"Kamu tuh Da, Da. Ada suami perhatian malah dibilang kesambet." Katanya sambil berlalu meninggalkan ku Memang tak biasanya Mas Bowo mau mengantarnya, karena aku sendiri bisa menaiki mobil.
Jangan lupa like, komen dan subscribe ya.. Biar makin semangat updatenya.. Dan jangan lupa juga beri rating bintang 5... Happy reading dear....******Getaran dari ponselku mengejutkanku. Kuambil gawai ku yang masih tersimpan di dalam tas. Ku usap layar dan ku lihat ada panggilan masuk dari Emak"Assalamualaikum nduk..." Suara Emak diujung sana"Waalaikumsalam mak, gimana kabarnya?" Tanyaku"Alhamdulillah Emak dan Bapak sehat semua nduk. Kamu sekelurga juga sehat-sehat saja kan?" Jawabnya"Alhamdulillah enggeh mak.. Kita semua sehat.""Kamu kapan pulang nduk, Emak Bapak kangen. Sudah dua bulan kamu ga kesini." Nyuuuut aku merasakan dada ku terasa nyeri kala Emak berbicara seperti itu."Insyaallah secepatnya ya Mak, tapi untuk beberapa hari ini Ida belum bisa kesana. Soalnya pesanan kue Ida masih ramai." Kataku dengan sedih"Oalah yasudah nduk ga papa. Yang penting kalau sudah ada waktu longgar, pulanglah. Emak juga sudah kangen dengan cucu Emak yang cantik." Sambung Emak dengan suara
Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya... Biar makin semangat updatenya. Dan jangan lupa beri rating.. Tngkyu...*****"Apa Pak? Apa itu semua benar?." Tanya ku penuh kaget"Iya nduk, tapi Bapak tak tahu kapan pastinya, tapi dengar-dengar paling lama tiga bulan lagi uang itu bakal cair. Yang jelas Bapak sudah terima suratnya dari pemerintah.. Ini suratnya." Kuterima surat yang diberikan Bapak kepadaku. Ku baca isi surat tersebut."Lantas bapak setuju?" Tanyaku kembali"Makanya Bapak dan Emak bertanya bagaimana tanggapanmu. Apalagi hasil jual sawah dan ladang untuk program jalan tol itu semua seharga 7,5 Miliar.""A-apa?? Sebesar itu pak?" Tanyaku masih tak percaya"Iya nduk, semua orang disini yang sawahnya terkena dampak proyek tol dibeli pemerintah dengan harga tinggi." Tampak Bapak terdiam beberapa saat."Dan kamu, sebagai pewaris satu-satunya aset milik Bapak, jadi Bapak harus memberi tahumu. Karena semua uang itu juga bakal akan kami berikan padamu nduk." Ucap Bapak menjelaska
Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya.. happy reading dear ...****Keesokan hari aku melihat Emak sedang sibuk membuat kue bolu. Ya, memang bakat ku membuat kue turun dari Emak. Akan tetapi, kata orang masih enak buatan ku, hehehe."Sudah, Emak istirahat aja. Kuenya biar Ida yang bikinin." Ucapku pada beliau"Gak papa Da, Emak juga pingin sekali-kali buatin besan makanan buatan Emak sendiri." BalasnyaAku pun ikut membantu Emak yang sibuk didapur. Memang Emak sengaja membuat bolu untuk oleh-oleh mertuaku saat aku pulang nanti sore. Kulihat Anita juga sedang sibuk membantu menyapu dan mengepel ruang tamu. Sedangkan Bapak, mungkin beliau sedang disawah ataupun di ladang.Klunting...Klunting...Klunting...Kudengar berkali-kali suara notifikasi pesan masuk. Ya , mungkin itu pesan dari para pelanggang yang biasanya ingin memesan kue. Kuambil gawai, dan membaca satu persatu pesan masuk yang memang dari tadi malam tak ku jamah. Tapi aku begitu terkejut kala melihat sebuah pesan dari B
Jangan lupa like, follow dan beri ulasan rating dinovel aku ya... Happy reading...*******Akhirnya akupun kembali pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, aku dan Anita langsung mandi. Tak kutemukan Mas Bowo berada di rumah Entah dia berada dimana, dengan siapa, dan sekarang berbuat apa... Selama aku berada di rumah Emak, Mas Bowo tak pernah menghubungiku, ataupun sekedar bertanya apa aku sudah sampai rumah Emak atau belum. Dia benar-benar acuh terhadapku dan juga putrinya. Hingga aku putuskan menghubunginya Aku mencoba menghubunginya berkali-kali, tapi tak ada respon darinya. Sampai akhirnya dia mengangkat telepon ku"Hallo kamu dimana mas? sampai ditelepon dari tadi ga diangkat-angkat." Tanyaku sedikit kesal"apa an sih, telepon-telepon isinya marah-marah melulu. Ni lagi nongkrong sama temen-temen." Jawabnya santai"Kamu tuh jadi suami keterlaluan tau ga. Masa dua harian gak ngabarin istri, berasa janda akutuh. Masih mending janda yang jelas-jelas ga punya suami. Lah aku??" Ucapku
Jangan lupa like, komen, subscribe dan beri ulasan ya.. Biar othor makin semangat .. Happy reading...*****"Baru bangun tidur Lus?" Tanya ku santai"Mmm uda dari tadi sih mbak." Jawabnya tapi tak berani menatapku"Hahh mana ada bangun dari tadi tapi belek masih nempel dimata." Lusi terkesiap mendengar ucapanku"Halah mbak Ida ini, pagi-pagi datang cuman buat menghinaku saja. Mending kalau ga ada perlu ga usah kesini." Kulihat Lusi tak suka dengan kedatanganku"Hahahah ya aku memang akan pergi. Buat apa juga aku berlama-lama disini. Gak penting juga. Lagian aku juga bersyukur lihat ibu sudah bisa jalan lagi. Jadi, gak ada lagi alasan Mas Bowo untuk memotong jatah bulanan ku secara berlebihan." Akupun berdiri sari duduk ku dan pergi meninggalkan mereka"Assalamualaikum..." Tak lupa juga ku ucapkan salam sebelum menjauh dari mereka.Saat aku berbalik kedepan, aku bertemu dengan Dendi suami Lusi yang juga baru bangun tidur."Looh mbak, uda lama disini?" Tanyanya saat aku berada didepan n
Setelah semua kejadian yang menimpa Lusi, awalnya dia begitu terpukul dan hampir depresi. Karena dia memang bakal tak bisa mempunyai anak untuk selamanya.Berkat kesabaran Ibunya, dan juga Bowo yang selalu memberi dukungan, perlahan Lusi mampu menerima takdirnya.Begitupula Dendi yang juga perhatian pada nya pasca kehilangan buah hati mereka. Tapi semenjak kehadiran Romi, mantan pacar Lusi dulu, hidupnya berubah. Terutama hubungan nya dengan Dendi.Rama, lelaki yang dulu mencintai Lusi sepenuh hati. Tapi karena dulu dia belum memiliki pekerjaan yang mapan, dia pun memilih untuk mundur. Apalagi waktu itu dia melihat Lusi yang juga sudah dekat dengan Dendi yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan besar.Hingga akhirnya, dia pun memilih untuk merantau. Bekerja jadi kontraktor disebuah tambang."Lus...!" Sapa Rama saat mereka bertemu membeli martabak disebuah sentra PKL bersama Narendra."Rama....!" Balas Lusi yang juga tak kalah bahagia dan mereka pun bersalaman."Anak kam
Hallo Mas!" Sapanya begitu lembut saat mengangkat telepon ku."Lagi apa Ras?""Nih, lagi santai sama calon anak kamu. Oh iya, uda makan belum?" Tanya nya.Aaah, Laras benar-benar perhatian sekali. Bahkan Lusi pun jarang menanyakan hal sekecil ini tapi mampu membuat ku merasa dipedulikan. Tak seperti Lusi yang hanya lebih sering menanyakan uang dan uang.Untung saja aku cinta. Kalau tidak, mungkin aku sduah meninggalkan nya."Sudah kok. Kamu juga sudah makan apa belum? Jangan sampai telat makan ya?" "Iya Enggak Mas." Jawab nya seraya tersenyum."Oh iya Ras, mobil yang kujanjikan pada Lusi sudah datang hari ini. Ku rasa dia begitu bahagia!" Ucapku.Tapi Laras tak menanggapi ucapan ku."Halo Ras kamu masih disana?" Tanya ku.Karena memang seketika suasana jadi hening. Hanya terdengar suara helaan napas yang berat keluar dari mulutnya."Iya masih Mas. Tapi aku ngantuk mau tidur dulu. Capek!" Jawab nya seketika cuek."Oh yasudah kalau gitu, kamu istirahat dulu gih. Met tidur ya sayang dan
Aku dulu memang sangat mencintai Lusi. Apapun yang dia inginkan, sebisa mungkin bakal aku turutin.Tak ada kata penolakan yang bakal keluar dari mulutku ini, semua ucapannya pasti ku iyakan. Tapi ada satu hal yang mengganjal hatiku. Aku ingin keturunan. Sudah hampir lima tahunan aku dan Lusi menjalin rumah tangga, tapi kami belum juga dikarunia i seorang anak.Lantas aku harus bagaimana? Apakah aku harus menunggu terus dengan sabar? Tapi sampai kapan? Aku juga tak tau kapan umurku akan berakhir. Tapi setidaknya sebelum umur ku usai, aku sudah memiliki seorang penerus.Semakin hari aku semakin bimbang. Ingin rasanya menyudahi hubungan ku dengan nya, tapi aku masih terlalu cinta."Ini pesanan nya ya Pak!" Ucap seorang pelayan restoran saat kapalku sedang bersandar dan kami makan malam disuatu kota.Aku melihat gadis ini begitu manis, dengan postur tubuh yang aduhai menggoda iman. Ku lirik name tag nya, dan kulihat nama yang tertera disana "Laras".Aku pun tersenyum manis padanya, dan di
Drrrt... Drrrt... Drrrt...Aku jadi terbangun kala hp ku berdering karena sebuah panggilan masuk. Setelah ketahuan hamil, Ibu menyuruhku untuk lebih banyak istirahat. Karena kata Ibu, kehamilan ku ini sedikit rewel. Apalagi ini masih trimester pertama yang pastinya masih teler-telernya. Kuraih hp yang tergeletak tak jauh dari tempat ku berbaring, kemudian melihatnya. Ternyata Mas Dendi lah yang sedang menelponku.Dengan semangat 45, aku pun langsung mengangkat panggilan darinya. Dan sudah pasti, senyum ku pun memgembang."Hallo, iya Mas!" Ucapku "Lus, kamu beneran kan? Kamu gak bohong kan?" Pertanyaa Mas Dendi langsung memberondong ku."Iya Mas, masa' iya aku bohong sih sama kamu Mas?" "Alhamdulillah... Ya Allah Lus, kamu tau aku begitu bahagia. Hiks!" Dari nada suaranya, Mas Dendi begitu terharu."Mas nangis?" "Mas cuman bahagia Lus, Mas gak nyangka akhirnya kamu hamil juga. Tapi....!" Ucapanya terhenti.Tapi aku paham maksut dari ucapan Mas Dendi ini. Tapi dia juga sudah mengham
Karena perjanjian ku dengan Mas Dendi inilah, sekarang aku bisa hidup lebih bahagia. Apalagi dengan harta yang lebih bergemilang. Walau aku harus berbagi suami dengan wanita sialan itu.Tiga hari lagi Mas Dendi juga akan pulang. Dan dia berniat ingin bersama ku nantinya. Jujur saja, aku sudah kehilangan hasrat bersama Mas Dendi. Tapi, mau tak mau aku harus tetap melayani nya.Toh aku juga dapat imbalan yang setimpal. Apapun yang aku ingin kan, Mas Dendi selalu menuruti apapin yang aku ingin kan.Yang terpenting saat ini, aku harus bersiap dan merias diri secantik mungkin. Agar nanti saat Mas Dendi datang, dia terkesima dengan penampilan ku.Tok tok tok!!!"Lus...?" Sapa Mas Bowo didepan kamar ku"Hmm, ada apa Mas? Masuk aja, gak ku kunci kok." UcapkuMas Bowo pun masuk, dan mengeluarkan uamg lembaran merah sebanyak lima biji."Nih...!" Ucapnya sambil meneyerah kan pada ku."Ooh, uda gajian toh. Oke, aku terima." Ku ambil uang ity dari tangan Mas Bowo. Dan memasukkanya kedalam kantong
Menempuh waktu hampir dua jam lebih, bagiku terasa sangat begitu lama. Tapi aku bersikap biasa saja dihadapan Mas Fero. Aku takut, jika dia melihat ku khawatir, dia bakal ngebut, dan justru malah membahayakan kita sendiri.Padahal dalam hati ini, sudah tak karuan lagi. Campur aduk rasanya, apalagi memang kondisi Bapak yang sudah terlalu lemah beberapa hari ini.Tapi memang saat ini Mas Fero berkendara lebih cepat dari pada saat kami berangkat ke kosan Anita. Untung nya juga, jalanan tak seberapa padat, mungkin karena masih siang juga, dan tak bertepatan dengan jam pulang kerja.Tujuan kita saat ini pun langsung ke rumah sakit Medika. Aku melirik Anita dari kaca spion dalam mobil, terlihat tak tenang juga. Terlihat juga Anita tak lepas dari doa, sama seperti ku saat ini.Sesampainya dirumah sakit, Mas Fero langsung memarkirikan mobilnya, setelah itu, kami langsung berjalan. Menuju ruang ICU, dimana Emak sudah menunggu disana."Mak...!" Sapa ku saat melihat wanita paruh baya itu duduk s
Sudah dua hari ini, aku dan Mas Fero tinggal dirumah ku. Karena memang beberapa hari ini aku sibuk mengolah semua usaha ku. Maklum, biasanya Emak yang membantuku ditoko, kini lebih banyak dirumah.Sebab, akhir-akhir ini kesehatan Bapak juga sedang terganggu. Dan sudah tiga hari ini pula beliau terlihat lemas. Jadi dari pada aku harus bolak balik toko kerumah Mas Fero yang jaraknya lumayan jauh, aku pun memutuskan untuk memgajak Mas Fero gantian tinggal disini beberapa hari. Apalagi hari ini kita juga ada agenda mengantarkan Anita ke kosan nya.Dan juga, aku sibuk membantu putriku yang akan segera pindahan, karena sebenyar lagi dia akan masuk kuliah. Ternyata waktu berputar begitu cepat, hingga tanpa terasa kini Anita sudah akan menjadi seorang mahasiswi."Nduk, sarapan dulu!" Ajak Emak saat aku menuju dapur."Enggeh Mak! Oh iya, nanti Emak ke toko lagi kah?" "Kayaknya sih enggak, lah Bapak mu kondisinya juga kayak gitu. Emak kok jadi takut ya Nduk!" Ucap Emak sedikit tertahan"Takut
"Sudah hampir sebulan ini aku menjadi istri Mas Fero, kalau ditanya bagaimana rasanya? Sudah tentu aku bakal berkata begitu bahagia.Bukan tanpa sebab, karena memang sifat Mas Fero yang begitu perhatian dan peduli padaku, membuat ku menjadi begitu nyaman.Apalagi Mama juga begitu baik terhadapku. Karena memang setelah menikah, aku diboyong oleh Mas Fero ke kediamanya. Ya, walaupun tak jarang juga aku masih sering pulang kerumah untuk menengok Emak dan Bapak.Karena memang Anita juga kadang ikut tinggal dirumah Papa barunya ini. Mas Fero mengajak ku tinggal dirumah nya juga bukan tanpa alasan, sebab anak-anak kandung Mas Fero yang kini juga sudah menjadi anak ku masih kecil-kecil, sedangkan Anita sudah besar.Dan sebentar lagi dia akan masuk kuliah, bahkan akan tinggal jauh dari kami. Karena dia kuliah diluar kota, terpaksa dia harus ngekos disana. Itu pula lah yang membuat ku mau untuk tinggal disini, karena anak-anak Mas Fero lebih membutuhkan sosok Ibu."Sayang, nanti nge mall yuk..
Hari ini pekerjaan kantor benar-benar lumayan banyak. Apalagi banyak barang masuk, yang otomatis banyak data pula yang harus ku input.Untung nya laporan ini gak harus selesai hari ini juga. Jadi aku masih bisa sedikit bersantai tentunya.Kulihat Bram dan teman-teman juga pada sibuk dengan pekerjaan mereka. Hingga waktu istirahat, seperti biasa aku dan Bram makan siang di kantin sambil ngobrol. "Bro, gak minat cari istri baru nih?" Tanya nya "Gak kepikiran Bram. Masih trauma!" Jawab ku sambil menggelengkan kepala."Hahaha Anjriit, lemah amat lu Bro!"Sialan, dia bilang aku lemah? Dia gak tau aja sih sakitnya diselingkuhi, apalagi selingkuhnya sampek bikin bunting. Sakit tau gak, sakiiit...."Kamu bisa ngomong gitu mah soalnya belum ngerasain aja. Coba deh, nanti kalau uda ngerasain, nyaho deh...!" Cebik ku ganti membuat raut muka Bram berubah."Yaelah, gitu amat doain temen yang jelek-jelek." Ucap Bram yang sama sekali tak ku gubris.Waktu istirahat yang hanya sejam pun habis, aku k