Jangan lupa like, komen dan subscribe ya.. Biar makin semangat updatenya.. Dan jangan lupa juga beri rating bintang 5... Happy reading dear....
******Getaran dari ponselku mengejutkanku. Kuambil gawai ku yang masih tersimpan di dalam tas. Ku usap layar dan ku lihat ada panggilan masuk dari Emak"Assalamualaikum nduk..." Suara Emak diujung sana"Waalaikumsalam mak, gimana kabarnya?" Tanyaku"Alhamdulillah Emak dan Bapak sehat semua nduk. Kamu sekelurga juga sehat-sehat saja kan?" Jawabnya"Alhamdulillah enggeh mak.. Kita semua sehat.""Kamu kapan pulang nduk, Emak Bapak kangen. Sudah dua bulan kamu ga kesini." Nyuuuut aku merasakan dada ku terasa nyeri kala Emak berbicara seperti itu."Insyaallah secepatnya ya Mak, tapi untuk beberapa hari ini Ida belum bisa kesana. Soalnya pesanan kue Ida masih ramai." Kataku dengan sedih"Oalah yasudah nduk ga papa. Yang penting kalau sudah ada waktu longgar, pulanglah. Emak juga sudah kangen dengan cucu Emak yang cantik." Sambung Emak dengan suara sedih"Enggeh mak, besok Ida ajak Anita nginap disana.""Beneran ya nduk... Yasudah kamu lanjutin kerjaan kamu. Maafin Emak ganggu waktu kamu. Assalamualaikum." Ucap Emak sebelum menutup sambungan telepon"Waalaikumsalam..."Entah kenapa tiba-tiba air mataku jatuh tanpa bisa aku tahan lagi. Aku memaklumi perasaan Emak yang rindu akan anak semata wayangnya ini. Karena setelah menikah dengan Mas Bowo, aku diboyongnya ke kota. Dan menempati rumah pemberian warisan dari almarhum bapak mertua. Sehingga Emak dan Bapak hanya tinggal berdua di kampung dan tetap bekerja mengolah ladang dan sawah mereka."Insyaallah Besok Sabtu Minggu, Ida kesana dengan Anita Mak.." Ucapku dalam hatiSegera ku buka aplikasi berlogo hijau di gawaiku, dan menulis sebuah statu yang berisi 'Mohon maaf, untuk hari Sabtu dan Minggu tutup PO ya.. Dan akan buka kembali pada hari Selasa, karena ada keperluan keluarga.'Segera ku keluar kamar dan menghampiri Anita, memberitahukanya bahwa besok hari Sabtu Minggu aku berniat mengajaknya menginap dirumah neneknya. Dan meminta izin kepada Mas Bowo untuk menginap disana, tak lupa aku mengajaknya ikut serta. Tapi, dia selalu menolak. Memang, beberapa tahun terakhir ini, aku lebih sering mengunjungi rumah Emak hanya berdua dengan putri semata wayangku tanpa kehadiran Mas Bowo. Awalnya aku marah, tapi lama kelamaan aku terbiasa sehingga kubiarkan saja********Hari-hari kujalani seperti biasa. Hingga pada hari sabtu siang aku bersiap-siap akan berangkat kerumah Emak setelah Anita pulang sekolah. Walaupun Mas Bowo belum pulang kerja, setidaknya aku sudah izin dan dia mengizinkan."Sudah siap belum nduk?" Tanyaku kepada putri ku"Bentar bu, lagi masukin baju ke dalam tas." Balasnya"Yasudah ibu tunggu dimobil ya..." Kutinggalkan Anita menuju mobil dan mulai menghidupkan mesinya. Tak berapa lama Anita pun masuk kedalam mobil."Sudah siap semua kan?? Kalau gitu kita berangkat""Sudah bu, yuk berangkat. Anita juga sudah rindu Uti sama Kakung." Jawabnya"Bismillah...." Akupun melajukan mobilku meninggalkan rumah, menuju rumah Emak. Memang jarak rumah Emak tak seberapa jauh. Hanya membutuhkam kurang dari dua jam kita sudah sampai dirumah Emak. Kulihat Emak sedang menyapu halaman rumah, sedangkan Bapak duduk di depan rumah meminum teh hangat. Karena memang ini sudah pukul setengah lima sore."Assalamualaikum Emak, Bapak.." Kataku seraya menghampiri mereka dan menyalami tanganya dengan penuh khidmat."Waalaikumsalam... ya Allah genduk ku cah ayu, sudah datang." Disambutnya kedatanganku dan putriku dengan ciuman bertubi-tubi"Kirain masih beberapa hari lagi baru kesini. Tau gitu tadi kan Emak bisa masak enak buat kalian berdua.""Gak papa mak, justru Ida gak bilang sama Emak. Biar Emak gak perlu repot-repot masak." Kataku"Kasian cucu Uti nanti, kesini malah gak ada makanan enak." Dirangkulnya dan diciumnya kening Anita sama Emak"Meskipun Uti masak tempe aja, Anita mah suka-suka aja Uti. Masakan Uti mah tiada duanya." Ucap Anita menyenangkan hati"Bowo gak ikut lagi Da?" Tanya emak tiba-tiba"U-ummmm enggak mak, Mas Boso sibuk. ada lembur.""Woalah lembur kok terus toh Da. Sekali-kali suruh libur, ajak kesini. Kok y tega ngebiarin anak istrinya sendirian naik mobil kesini." Akupun hanya bisa diam tanpa menjawab pertanyaan Emak."Yasudah ayo masuk dulu. Kalian mandi-mandi dulu, terus kita makan malam sama-sama. Emak, siapin minuman hangat buat mereka ya!!" Kata Bapak memecah keheningan. Mungkin beliau sudah merasakan sesuatu yang tak beres dirumah tangga kuKita pun masuk ke dalam rumah sama-sama. Dan aku melangkahkan kakiku menuju kamar ku saat masih gadis dulu. Kurebahkan diri ini diatas kasurku yang masih empuk. Baru setelah itu aku mandi seusai Anita mandi.*****Adzan maghrib pun berkumandang, dan kita semua melaksanakan sholat maghrib berjamaah dengan di imami Bapak. Entah kenapa hatiku merasa tentram dan nyaman saar berada disini. Berbeda dengan suasana hatiku dirumahSeusai sholat, aku dan Anita membantu Emak menyiapkan makan malam kita. Kulihat, Emak memasak ikan goreng, sambal terasi dengan lalapan timun dan terong. Benar-benar menggugah selera.Akhirnya kita semua pun makan bersama. Begitu terasa enak walaypun menunya sederhana. Kulihat Anita juga begitu lahap menyantap makanan buatan Utinya."Nduk, habis ini Bapak mau bicara sama kamu tentang masalah sawah dan ladang Bapak." Degh, entah kenapa jantungku berdetak cepat"Nduk cah ayu, tolong beresin ini ya. Sekalian cuciin semuanya. Uti sama Kakung mau bicara sama Ibumu." Perintah Emak ke putiku"Enggeh uti..." Kulihat Anita dengan sigap langsung membereskan piring-piring dan membawanya kedapur untuk di cuci."Ada apa memangnya Pak? Apa ada masalah sama sawah dan ladang Bapak?" Kataku sambil melihat Emak dan BapakJangan lupa like, komen, dan subscribe ya... Biar makin semangat updatenya. Dan jangan lupa beri rating.. Tngkyu...*****"Apa Pak? Apa itu semua benar?." Tanya ku penuh kaget"Iya nduk, tapi Bapak tak tahu kapan pastinya, tapi dengar-dengar paling lama tiga bulan lagi uang itu bakal cair. Yang jelas Bapak sudah terima suratnya dari pemerintah.. Ini suratnya." Kuterima surat yang diberikan Bapak kepadaku. Ku baca isi surat tersebut."Lantas bapak setuju?" Tanyaku kembali"Makanya Bapak dan Emak bertanya bagaimana tanggapanmu. Apalagi hasil jual sawah dan ladang untuk program jalan tol itu semua seharga 7,5 Miliar.""A-apa?? Sebesar itu pak?" Tanyaku masih tak percaya"Iya nduk, semua orang disini yang sawahnya terkena dampak proyek tol dibeli pemerintah dengan harga tinggi." Tampak Bapak terdiam beberapa saat."Dan kamu, sebagai pewaris satu-satunya aset milik Bapak, jadi Bapak harus memberi tahumu. Karena semua uang itu juga bakal akan kami berikan padamu nduk." Ucap Bapak menjelaska
Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya.. happy reading dear ...****Keesokan hari aku melihat Emak sedang sibuk membuat kue bolu. Ya, memang bakat ku membuat kue turun dari Emak. Akan tetapi, kata orang masih enak buatan ku, hehehe."Sudah, Emak istirahat aja. Kuenya biar Ida yang bikinin." Ucapku pada beliau"Gak papa Da, Emak juga pingin sekali-kali buatin besan makanan buatan Emak sendiri." BalasnyaAku pun ikut membantu Emak yang sibuk didapur. Memang Emak sengaja membuat bolu untuk oleh-oleh mertuaku saat aku pulang nanti sore. Kulihat Anita juga sedang sibuk membantu menyapu dan mengepel ruang tamu. Sedangkan Bapak, mungkin beliau sedang disawah ataupun di ladang.Klunting...Klunting...Klunting...Kudengar berkali-kali suara notifikasi pesan masuk. Ya , mungkin itu pesan dari para pelanggang yang biasanya ingin memesan kue. Kuambil gawai, dan membaca satu persatu pesan masuk yang memang dari tadi malam tak ku jamah. Tapi aku begitu terkejut kala melihat sebuah pesan dari B
Jangan lupa like, follow dan beri ulasan rating dinovel aku ya... Happy reading...*******Akhirnya akupun kembali pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, aku dan Anita langsung mandi. Tak kutemukan Mas Bowo berada di rumah Entah dia berada dimana, dengan siapa, dan sekarang berbuat apa... Selama aku berada di rumah Emak, Mas Bowo tak pernah menghubungiku, ataupun sekedar bertanya apa aku sudah sampai rumah Emak atau belum. Dia benar-benar acuh terhadapku dan juga putrinya. Hingga aku putuskan menghubunginya Aku mencoba menghubunginya berkali-kali, tapi tak ada respon darinya. Sampai akhirnya dia mengangkat telepon ku"Hallo kamu dimana mas? sampai ditelepon dari tadi ga diangkat-angkat." Tanyaku sedikit kesal"apa an sih, telepon-telepon isinya marah-marah melulu. Ni lagi nongkrong sama temen-temen." Jawabnya santai"Kamu tuh jadi suami keterlaluan tau ga. Masa dua harian gak ngabarin istri, berasa janda akutuh. Masih mending janda yang jelas-jelas ga punya suami. Lah aku??" Ucapku
Jangan lupa like, komen, subscribe dan beri ulasan ya.. Biar othor makin semangat .. Happy reading...*****"Baru bangun tidur Lus?" Tanya ku santai"Mmm uda dari tadi sih mbak." Jawabnya tapi tak berani menatapku"Hahh mana ada bangun dari tadi tapi belek masih nempel dimata." Lusi terkesiap mendengar ucapanku"Halah mbak Ida ini, pagi-pagi datang cuman buat menghinaku saja. Mending kalau ga ada perlu ga usah kesini." Kulihat Lusi tak suka dengan kedatanganku"Hahahah ya aku memang akan pergi. Buat apa juga aku berlama-lama disini. Gak penting juga. Lagian aku juga bersyukur lihat ibu sudah bisa jalan lagi. Jadi, gak ada lagi alasan Mas Bowo untuk memotong jatah bulanan ku secara berlebihan." Akupun berdiri sari duduk ku dan pergi meninggalkan mereka"Assalamualaikum..." Tak lupa juga ku ucapkan salam sebelum menjauh dari mereka.Saat aku berbalik kedepan, aku bertemu dengan Dendi suami Lusi yang juga baru bangun tidur."Looh mbak, uda lama disini?" Tanyanya saat aku berada didepan n
Aku berusaha menguatkan hatiku yang mungkin sudah tak berbentuk lagi. Seketika kurasakan pandangan ku menggelap, tubuhku terasa melemas tak mampu menahan berat badan ku sendiri. Ku pegang erta-erat rak barang didepan ku, agar aku tak kehilangan keseimbangan. Tidak, aku harus kuat menahan kenyataan ini. Aku tak boleh lemah. Ku ambil nafas panjang dan menghembuskanya pelan. Perlahan-lahan kutata kembali hatiku yang sudah remuk ini, dan ku paksakan untuk tersenyum ke arah Denisa."Oh iya, nanti aku tanyakan suamiku." Ucapku sambil tersenyum menahan sakit hati yang tak bisa ku ucapkan dengan kata-kata"Kalau gitu aku pamit dulu mbak mau ke kasir. Soalnya aku uda selesai belanjanya." Ucapnya yang ku balas dengan anggukan kepala ku. Kemudian dia pergi meinggalkan ku"Denisa tunggu..." Ucapku"Iya mbak ada apa?" Tanyanya kembali dan berbalik arah menghadapku"Ummm pulangnya mbak antar aja ya. Kasian kalau kamu harus nunggu ojek lama." "Gak usah mbak nanti ngerepotin, biar saya naik ojek sa
"Awalnya aku percaya aja mbak, sampai waktu kepengurusan surat-surat nikah di KUA itulah, baru ketahuan kalau dia masih suami orang lain." Ujarnya"Dan kamu masih mau Nis??" Aku masih terus bertanya padanya"Awalnya aku kecewa mbak, aku tidak ingin meneruskanya, tapi aku takut malu sama orang-orang yang sudah terlanjur tau bahwa aku akan menikah. Lagian, aku juga mencintainya..." Ucapnya penuh kejujuran di selingi dengan senyum manisnya. Membuat semakin kentara lesung dipipinya, hingga terlihat nampak begitu manis"Semoga pernikahan mu langgeng ya Nis..." Ucapku seraya meminum teh yang sudah dia hidangkan sampai habis."Kalau gitu mbak pulang dulu ya. Salam buat suamimu." Kata ku ujun diri seraya berdiri"Iya mbak, sebelumnya terimakasih lo mbak. Sudah mau repot-repot mengantarku dan Narendra pulang." Ucapnya kembali"Iya sama-sama. Yasudah Assalamualaikum..""Waalaikumsalam..."Ku pacu kembali sepedaku kembali kerumah. Disepanjang jalan, tak henti-hentinya air mata ini metes membasah
Memang sengaja aku mengirimkan foto surat itu tanpa memperlihatkan tanggal pembelian. Bisa gagal kalau sampai dia kalau membelinya sudah beberapa tahun sebelumnya. "Halah, cuman segitu aja mbak , aku juga bisa. Coba tunjukin kehebatan mbak lainya. Paling-paling juga masih hebatan aku. Hahahha." Balas Lusi lagi"Tunggu saja. Yang penting aku tak pernah bohong soal kesuksesanku. Oh ya satu lagi, kamu jangan iri ya ngelihatnya. Apalagi sampai bikin kamu jantunngan.hehehe." segera ku kirim juga balasan pesan darikuKutungu-tunggu balasan dari Lusi, tapi tak ada. Ku coba untuk melihat status-status orang-orang yang memang jarang sekali aku lihat, terpampang nyata status Lusi bertengger diatas yang isinya menghina ku, menghina kakak iparnya sendiri"Halah, cuman begitu aja sudah sok. Mending kayak aku, meskipun di rumah aja tetep bisa beli ini itu tanpa susah payah nge babu kayak kamu." Yaa seperti itulah bunyi statusnya. Akupun hanya tersenyum saat membacanya. Bahkan dalam hatiku aku mer
"Sudahlah Da, jangan buat aku yang capek kerja jadi makin marah sama kamu." Bentak Mas Bowo"Lagian sapa juga yang bikin kamu marah. Daaar kamunya aja yang terlalu kepo sama aku Mas!!" Ucapku"Harusnya kamu tuh jadi suami yang bersyukur, bukan aku. Masih mending aku gak menuntutmu terlalu dalam. Kamu kasih aku uang bulanan yang sedikit pun aku terima. Malah aku juga ikut capek mesti bantuin kerja, malah menuduhku yang bukan-bukan." Timpalku"Halah ngeles aja kamu tuh Da, atau jangan-jangan benar apa kataku tadi hah??" Kata Mas Bowo sambil mendekat kewajahku"Hahahaha hei Mas, harusnya aku yang bicara gitu sama kamu. Kemana semua gajimu selama ini?? Padahal kamu pun hanya memberikan ku secuil. Dan itupun kau minta lagi." Ucapku bengis"Kan kamu tau sendiri, uangnya aku kasih ke Ibu. Ibu sakit, dia butuh uang untuk berobat. Harusnya kamu paham akan hal itu.""Pppftttt,, hahahahaha..." Aku pun tak bisa menahan tawa melihat dia berbohong dengan mimik muka yang konyol"Mas, Mas.... Mbok ya