Jangan lupa like, komen dan follow ya.. Biar makin semangat up nya... Happy reading dear...
****Tepat pukul empat sore kudengar suara mobil Mas Bowo datang. Karena memang sebelumnya aku sudah mengrimkan pesan kepadanya untuk tak mengambil lembur sebab mobilnya mau aku gunakan untuk mengirim pesanan.Tampak kulihat Bu Dini dan Bu Rina yang juga membersihkan diri dan dapurku bersiap-siap untuk pulang. Karena semua pesanan kue sudah kita buat."Assalamualaikum..." Terdengar langkah Mas Bowo masuk kedalam rumah"Waalaikumsalam,, udah pulang mas?" Kusalimi tangan Mas Bowo dengan khidmat."Oh ya Mas, mana kunci mobilnya, habis ini mau aku pakai antar pesanan."Biar Mas saya yang kirim pesanannya...Sebentar aku mau mandi dulu." Ucapnya"Tumben amat, abis mimpi apa semalam? Atau habis kesambet??" Tanyaku"Kamu tuh Da, Da. Ada suami perhatian malah dibilang kesambet." Katanya sambil berlalu meninggalkan ku Memang tak biasanya Mas Bowo mau mengantarnya, karena aku sendiri bisa menaiki mobil. Jadi, Mas Bowo selalu membiarkan ku membawa dan mengantarkannya sendiri.Aku tak pernah marah walau sifat Mas Bowo sangat cuek, dingin dan bukan masuk dalam kriteria suami idaman. Karena memang aku sangat mencintai suamiku itu. Karena dia jugalah aku rela bekerja keras seperti ini. Tapi setelah aku tahu kebusukan keluarganya, mulailah timbul rasa tak ikhlas dalam diriku. "Bu Ida, kita pamit pulang dulu ya bu.." Tiba-tiba suara Bu Rina megngagetkan ku."Oh iya sebentar bu, saya ambilkan dulu upah hari ini." Akupun berjalan masuk kedalam kamar, mengambil dompet ku "Makasih ya bu, buat bantuannya hari ini. Untuk besok, sepertinya masih bisa aku tangani sendiri. Lain kali kalau lagi ramai, aku akan hubungi Bu Rina dan Bu Dini." Ucapku seraya memberikan uang 100ribuan untuk mereka berdua"Sama-sama Bu Ida, makasih juga Bu Ida sudah mau mempekerjakan kami. kalau gitu kamit pulang dulu bu. Assalamualaikum.""Iya bu, Waalaikumsalam." aku oun mengntarkan mereka pulang hingga kedepan rumahSelepas dua tetangga ku itu pulang, aku kembali kedalam untuk bersiap mengantar kue dan menunggu Mas Bowo selesai mandi."Kuenya sudah siap semua kan.." Tanya Mas Bowo"Oh iy mas, itu yang di kardus. Totalnya ada 12 kardus." Kulihat dengan sigap dia mengangkat kardus-kardus itu dan memasuk kan ke dalam mobil.Setelah semua selesai, aku dan Mas Bowo masuk kedalam mobil dan siap berangkat. Di dalam mobil, tiba-tiba Mas Bowo bertanya tentang hasil jualan ku. Aku memang sedikit terkejut, tapi tetap ku balas dengan santai"Jualanmu laris banget Da, kalau gitu keuntungan mu besar dong.""Ya begitulah Mas.. Kenapa? tumben banget kamu tanya penghasilan ku. Biasanya dari dulu, dari awal jualan kamu tak pernah sedikit pun bertanya." Jawabku penuh telisik"Umm gak papa, masak suami ingin tahu ga boleh sih." Jawabnya sedikit sewot"Ya ada lah mas pokoknya." Setelah itu kita berdua tak mengobrol lagi, hingga kita sampai di tempat pelanggan."Oh iya dengan Ibu Salsa ya... Ini pesanan kuenya.." Aku bersalaman dengan pelangganku yang sudah menunggu di depan rumah"Oh iya Bu, makasih ya kuenya sudah diantar. Tolong masuk kan ke dalam saja ya bu, soalnya ruang tamunya mau dipakai acara selamatan." UcapnyaSegera aku dan Mas Bowo mengeluarkan kardus-kardus kue dan memasukkan kedalam rumah sesuai permintaan. Setelah semua sudah beres, aku pun berpamitan pulang."Oh ya bu, ini sisa pembayaran kemarin ya.. Tinggal 700 Ribu dari total 1.680.000." Ucap Bu Salsa sambil menglurkan uang"Iya bu, terimakasih buat kepercayaanya karna sudah memesan kue disaya. Semoga tidak mengcewakan.""Aaah saya yakin tidak mengecewakan kok." Akupun tersenyum mendengar jawabannya"Kalau gitu kami pamit pulang bu. permisi." Akhirnya aku dan Mas Bowo pun berjalan kembali kedalam mobil dan melajukan mobil menuju arah rumah.Sesampainya dirumah, aku langsung masuk kedalam kamar dan meletak kan uang hasil jualan ke dalam tas yang memang ku khususkan untuk hasil jualan."Da, mmmm aku minta uang. Lagi bokek banget nih" Aku kaget saat melihat Mas Bowo masuk kamar dan melihat ku menghitung uang hasil jualan"Gak ada uang Mas. orang jatah bulanan aja cuman segitu, eeh kamu masih mau-maunya minta lagi. Masih untung aku bisa menambahi kebutuhan kita." "Tapi aku beneran gak ada pegangan Da, kamu tuh pelit amat sih. Awas jualanmu gak akan berkah dan laris lagi kalau aku gak ridho." Entah kenapa aku sedikit tersinggung atas ucapannya.. Tapi memang benar apa yang dikatakan Mas Bowo, jualan ku laris juga karena izin dan ridho darinya"Nih bang..." Kuserah kan tiga lembar uang berwarna merah kepadanya, walaupun sebenarnya ada sedikit ketidakikhlasan ku akibat perbuatanya sendiri yang selalu mencurangi aku"Hah, cuman 300 Ribu? Mana cukup Da. Penghasilan kamu kan banyak.. Kasih aku 2 Juta dong." Ucapnya enteng"Apa?? Kamu pikir aku cari uang itu gampang? Susah tau mas. Aku mesti bangun pagi, tidur dini hari demi memenuhi pesanan pelanggan. Dan seenaknya kamu minta uang dari hasil jerih payahku. Sehat kamu Mas??" Ucapku dengan sewot. Entah kenapa Mas Bowo setaun terkahir ini jadi seperti ini. Padahal dulu walaupun dia hanya memberiku jatah pas-pas an, dia tidak pernah mengganggu ataupu meminta uang hasil jualan ku, makanya aku bisa menabung segitu banyaknya. Tapi sekarang, hampir tiap bulan dia meminta jatah yang sudah di berikannya untuk ku. Entah akan kemana semua uangnya. Sepertinya aku harus menyelidikinya pelan-pelan.Jangan lupa like, komen dan subscribe ya.. Biar makin semangat updatenya.. Dan jangan lupa juga beri rating bintang 5... Happy reading dear....******Getaran dari ponselku mengejutkanku. Kuambil gawai ku yang masih tersimpan di dalam tas. Ku usap layar dan ku lihat ada panggilan masuk dari Emak"Assalamualaikum nduk..." Suara Emak diujung sana"Waalaikumsalam mak, gimana kabarnya?" Tanyaku"Alhamdulillah Emak dan Bapak sehat semua nduk. Kamu sekelurga juga sehat-sehat saja kan?" Jawabnya"Alhamdulillah enggeh mak.. Kita semua sehat.""Kamu kapan pulang nduk, Emak Bapak kangen. Sudah dua bulan kamu ga kesini." Nyuuuut aku merasakan dada ku terasa nyeri kala Emak berbicara seperti itu."Insyaallah secepatnya ya Mak, tapi untuk beberapa hari ini Ida belum bisa kesana. Soalnya pesanan kue Ida masih ramai." Kataku dengan sedih"Oalah yasudah nduk ga papa. Yang penting kalau sudah ada waktu longgar, pulanglah. Emak juga sudah kangen dengan cucu Emak yang cantik." Sambung Emak dengan suara
Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya... Biar makin semangat updatenya. Dan jangan lupa beri rating.. Tngkyu...*****"Apa Pak? Apa itu semua benar?." Tanya ku penuh kaget"Iya nduk, tapi Bapak tak tahu kapan pastinya, tapi dengar-dengar paling lama tiga bulan lagi uang itu bakal cair. Yang jelas Bapak sudah terima suratnya dari pemerintah.. Ini suratnya." Kuterima surat yang diberikan Bapak kepadaku. Ku baca isi surat tersebut."Lantas bapak setuju?" Tanyaku kembali"Makanya Bapak dan Emak bertanya bagaimana tanggapanmu. Apalagi hasil jual sawah dan ladang untuk program jalan tol itu semua seharga 7,5 Miliar.""A-apa?? Sebesar itu pak?" Tanyaku masih tak percaya"Iya nduk, semua orang disini yang sawahnya terkena dampak proyek tol dibeli pemerintah dengan harga tinggi." Tampak Bapak terdiam beberapa saat."Dan kamu, sebagai pewaris satu-satunya aset milik Bapak, jadi Bapak harus memberi tahumu. Karena semua uang itu juga bakal akan kami berikan padamu nduk." Ucap Bapak menjelaska
Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya.. happy reading dear ...****Keesokan hari aku melihat Emak sedang sibuk membuat kue bolu. Ya, memang bakat ku membuat kue turun dari Emak. Akan tetapi, kata orang masih enak buatan ku, hehehe."Sudah, Emak istirahat aja. Kuenya biar Ida yang bikinin." Ucapku pada beliau"Gak papa Da, Emak juga pingin sekali-kali buatin besan makanan buatan Emak sendiri." BalasnyaAku pun ikut membantu Emak yang sibuk didapur. Memang Emak sengaja membuat bolu untuk oleh-oleh mertuaku saat aku pulang nanti sore. Kulihat Anita juga sedang sibuk membantu menyapu dan mengepel ruang tamu. Sedangkan Bapak, mungkin beliau sedang disawah ataupun di ladang.Klunting...Klunting...Klunting...Kudengar berkali-kali suara notifikasi pesan masuk. Ya , mungkin itu pesan dari para pelanggang yang biasanya ingin memesan kue. Kuambil gawai, dan membaca satu persatu pesan masuk yang memang dari tadi malam tak ku jamah. Tapi aku begitu terkejut kala melihat sebuah pesan dari B
Jangan lupa like, follow dan beri ulasan rating dinovel aku ya... Happy reading...*******Akhirnya akupun kembali pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, aku dan Anita langsung mandi. Tak kutemukan Mas Bowo berada di rumah Entah dia berada dimana, dengan siapa, dan sekarang berbuat apa... Selama aku berada di rumah Emak, Mas Bowo tak pernah menghubungiku, ataupun sekedar bertanya apa aku sudah sampai rumah Emak atau belum. Dia benar-benar acuh terhadapku dan juga putrinya. Hingga aku putuskan menghubunginya Aku mencoba menghubunginya berkali-kali, tapi tak ada respon darinya. Sampai akhirnya dia mengangkat telepon ku"Hallo kamu dimana mas? sampai ditelepon dari tadi ga diangkat-angkat." Tanyaku sedikit kesal"apa an sih, telepon-telepon isinya marah-marah melulu. Ni lagi nongkrong sama temen-temen." Jawabnya santai"Kamu tuh jadi suami keterlaluan tau ga. Masa dua harian gak ngabarin istri, berasa janda akutuh. Masih mending janda yang jelas-jelas ga punya suami. Lah aku??" Ucapku
Jangan lupa like, komen, subscribe dan beri ulasan ya.. Biar othor makin semangat .. Happy reading...*****"Baru bangun tidur Lus?" Tanya ku santai"Mmm uda dari tadi sih mbak." Jawabnya tapi tak berani menatapku"Hahh mana ada bangun dari tadi tapi belek masih nempel dimata." Lusi terkesiap mendengar ucapanku"Halah mbak Ida ini, pagi-pagi datang cuman buat menghinaku saja. Mending kalau ga ada perlu ga usah kesini." Kulihat Lusi tak suka dengan kedatanganku"Hahahah ya aku memang akan pergi. Buat apa juga aku berlama-lama disini. Gak penting juga. Lagian aku juga bersyukur lihat ibu sudah bisa jalan lagi. Jadi, gak ada lagi alasan Mas Bowo untuk memotong jatah bulanan ku secara berlebihan." Akupun berdiri sari duduk ku dan pergi meninggalkan mereka"Assalamualaikum..." Tak lupa juga ku ucapkan salam sebelum menjauh dari mereka.Saat aku berbalik kedepan, aku bertemu dengan Dendi suami Lusi yang juga baru bangun tidur."Looh mbak, uda lama disini?" Tanyanya saat aku berada didepan n
Aku berusaha menguatkan hatiku yang mungkin sudah tak berbentuk lagi. Seketika kurasakan pandangan ku menggelap, tubuhku terasa melemas tak mampu menahan berat badan ku sendiri. Ku pegang erta-erat rak barang didepan ku, agar aku tak kehilangan keseimbangan. Tidak, aku harus kuat menahan kenyataan ini. Aku tak boleh lemah. Ku ambil nafas panjang dan menghembuskanya pelan. Perlahan-lahan kutata kembali hatiku yang sudah remuk ini, dan ku paksakan untuk tersenyum ke arah Denisa."Oh iya, nanti aku tanyakan suamiku." Ucapku sambil tersenyum menahan sakit hati yang tak bisa ku ucapkan dengan kata-kata"Kalau gitu aku pamit dulu mbak mau ke kasir. Soalnya aku uda selesai belanjanya." Ucapnya yang ku balas dengan anggukan kepala ku. Kemudian dia pergi meinggalkan ku"Denisa tunggu..." Ucapku"Iya mbak ada apa?" Tanyanya kembali dan berbalik arah menghadapku"Ummm pulangnya mbak antar aja ya. Kasian kalau kamu harus nunggu ojek lama." "Gak usah mbak nanti ngerepotin, biar saya naik ojek sa
"Awalnya aku percaya aja mbak, sampai waktu kepengurusan surat-surat nikah di KUA itulah, baru ketahuan kalau dia masih suami orang lain." Ujarnya"Dan kamu masih mau Nis??" Aku masih terus bertanya padanya"Awalnya aku kecewa mbak, aku tidak ingin meneruskanya, tapi aku takut malu sama orang-orang yang sudah terlanjur tau bahwa aku akan menikah. Lagian, aku juga mencintainya..." Ucapnya penuh kejujuran di selingi dengan senyum manisnya. Membuat semakin kentara lesung dipipinya, hingga terlihat nampak begitu manis"Semoga pernikahan mu langgeng ya Nis..." Ucapku seraya meminum teh yang sudah dia hidangkan sampai habis."Kalau gitu mbak pulang dulu ya. Salam buat suamimu." Kata ku ujun diri seraya berdiri"Iya mbak, sebelumnya terimakasih lo mbak. Sudah mau repot-repot mengantarku dan Narendra pulang." Ucapnya kembali"Iya sama-sama. Yasudah Assalamualaikum..""Waalaikumsalam..."Ku pacu kembali sepedaku kembali kerumah. Disepanjang jalan, tak henti-hentinya air mata ini metes membasah
Memang sengaja aku mengirimkan foto surat itu tanpa memperlihatkan tanggal pembelian. Bisa gagal kalau sampai dia kalau membelinya sudah beberapa tahun sebelumnya. "Halah, cuman segitu aja mbak , aku juga bisa. Coba tunjukin kehebatan mbak lainya. Paling-paling juga masih hebatan aku. Hahahha." Balas Lusi lagi"Tunggu saja. Yang penting aku tak pernah bohong soal kesuksesanku. Oh ya satu lagi, kamu jangan iri ya ngelihatnya. Apalagi sampai bikin kamu jantunngan.hehehe." segera ku kirim juga balasan pesan darikuKutungu-tunggu balasan dari Lusi, tapi tak ada. Ku coba untuk melihat status-status orang-orang yang memang jarang sekali aku lihat, terpampang nyata status Lusi bertengger diatas yang isinya menghina ku, menghina kakak iparnya sendiri"Halah, cuman begitu aja sudah sok. Mending kayak aku, meskipun di rumah aja tetep bisa beli ini itu tanpa susah payah nge babu kayak kamu." Yaa seperti itulah bunyi statusnya. Akupun hanya tersenyum saat membacanya. Bahkan dalam hatiku aku mer