Home / Romansa / Twogether / 65. MENGURUNG DIRI

Share

65. MENGURUNG DIRI

Author: Vaya Diminim
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Anna menekan kata sandi keamanan milik rumahnya namun bukannya terbuka, justru lampu merah di atas gagang pintu menyala. Pertanda kata sandi yang dimasukkan salah tiga kali. Kesabaran Anna rasanya sudah habis dan mencapai batas hingga dia menendang pintu rumahnya berkali-kali lantas terduduk di lantai. Dia menangis sekeras-kerasnya menumpahkan segala perasaannya yang tertahan tadi. Lupakan tentang tetangga apartemennya yang mungkin mendengar tangisannya yang semakin lama semakin memuncak.

Sepertinya Sherin juga mendengar tangisan seorang gadis hingga membuatnya ingin mengutuk gadis itu. Namun semua itu urung di lakukannya setelah mendapati Anna yang terduduk di balik pintu.

“Anna?” Sherin langsung berjongkok dan mengalungkan tangannya memeluk Anna. Sebelah tangannya mengusap punggung belakang kepala Anna hingga punggung gadis itu. Berharap itu dapat membuat pundak Anna yang bergetar menjadi tenang.

Kedua tangan Anna ikut memeluk Sherin d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Twogether   66. SEMESTA PUN BERPALING

    “Tolong buat aku menjadi seperti ini,” kata Anna dengan sopan sambil menunjukkan sebuah potret seorang gadis dengan potongan rambut pendek model wolfcut.Seorang gadis muda yang berdiri di belakangnya menggangguk pelan. “Apakah kakak ingin menjadikan lebih pendek segini atau dipanjangkan sesuai foto?” Hairstylis itu memberi pilihan setelah melihat layar ponsel Anna sambil meletakkan tangan di kedua sisi kepala Anna.“Buat sedikit lebih pendek ya,” pinta Anna.Gadis muda itu mengangguk mengerti. Dia terampil memasang kain yang dililitkan di sekeliling tubuh agar tak ada potongan rambut yang menempel pada baju saat helai demi helai rambut yang terjatuh nanti. Setelahnya kedua tangannya mulai memainkan rambut Anna. Kemudian menggunting perlahan helai demi helai rambut Anna.“Potongan rambutnya tampak sangat cocok di wajah kakak, terlihat jauh lebih segar dan rapi,” ujar hairstylis itu puas dengan hasil kerjanya sendiri. Begitu pula dengan Anna yang menyunggingkan seulas senyum dari balik

  • Twogether   67. HOT COFFE

    Eden tak bisa tidur nyenyak semenjak kejadian itu. Entah mengapa hari-harinya terasa kelam setidaknya sampai ia melihat seorang wanita dengan potongan rambut pendek dari kejauhan.Pria yang mengenakan suit berwarna hitam itu memacu laju mobilnya hingga berada tepat di samping gadis itu. “Astaga!” ucapnya dengan senyum yang mulai merekah. Awalnya ia tidak yakin setelah melihat rambut gadis itu, tapi dia menjadi yakin setelah melihat jelas wajah pemilik rambut dengan potongan yang berani itu.Gadis itu langsung menoleh saat Eden menekan klakson. Namun raut mukanya menunjukkan kalau dia tak suka, bahkan dia buru-buru masuk ke dalam café.“Apa dia masih marah padaku?” gumam Eden pelan. Dia segera menyusul Anna setelah memarkir mobilnya dengan cepat.Eden tak mendapati Anna menduduki meja mana pun. Tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat Anna berdiri di balik meja kasir. “Kau bekerja di sini?” Eden bertanya berusaha mengendalikan raut wajahnya yang entah kenapa senang setela

  • Twogether   68. TEPI JURANG

    Anna masih diam di tempat. Dia mengunci mulut rapat-rapat. Tak ingin menyela percakapan antara seorang ibu dan anaknya. Setidaknya itu sebelum Eden mengatakan kalau dia serius ingin menikahi dirinya. “Apa? Hei, Eden.” Anna spontan memanggil nama Eden. Hal yang dikatakan Eden tak pernah terbersit di benaknya barang sedetik pun. Dia memang masih butuh waktu untuk meyakinkan perasaannya sendiri, tapi keinginan Eden barusan terasa seperti kejut jantung baginya. Nyonya Arini tertawa ringan. Dia tak percaya dengan putranya yang dulu sangat menentang pernikahan, tapi kini malah tergila-gila dengan satu wanita. Dia menatap raut wajah anaknya dengan nanar. “Kau sudah memanfaatkannya untuk kepentinganmu, kau pikir dia akan mau menerimamu?” Nyonya Arini tetap mencari celah. “Aku tidak peduli. Lagi pula dia sudah tahu semuanya. Tidak ada yang dirugikan dalam hal ini.” “Bagaimana menurutmu?” Nyonya Arini beralih menatap Anna.

  • Twogether   69. KEJADIAN 3 TAHUN LALU

    Anna tetap memberi hormat saat dirinya hendak meninggalkan ruangan. Setidaknya hanya itu yang bisa dilakukannya saat itu. Sementara Eden tampak tak peduli dan terus berjalan keluar menarik gadis di belakangnya yang tak membantah barang sedikit pun. Tangan mereka masih berpegangan erat hingga Eden menyadari mereka sudah berjalan cukup jauh dari klinik. “Kau baik-baik saja?” Eden memijat pelipisnya pelan. Walau Anna hanya bisa melihat punggung Eden, tapi dia tahu jika pria itu mungkin saja menangis kini. Anna memperhatikan bahu Eden yang sedikit bergetar. “Eden?” panggilnya lagi dengan lembut. Eden membalikkan badan. Dia tak berani menatap mata Anna. “Maaf aku sudah membuat keributan. Lupakan semua yang aku katakan tadi, aku akan membereskan semuanya,’ tutupnya lagi. Anna mendesah panjang. Bukannya Anna tak percaya, tapi setiap kali Eden bilang akan membereskan semuanya sudah pasti semua itu akan menjadi rumit dan

  • Twogether   70. MOBIL HITAM

    Anna memegang tengkuknya yang terasa berat dan pegal. Walau terasa cukup lelah, dia masih bersyukur atasannya tidak memecatnya sepihak setelah menghilang hampir setengah hari. Dia berpamitan pada rekan kerjanya setelah menyelesaikan semua pekerjaan tambahan. Termasuk membersihkan peralatan, menyapu hingga mengepel lantai. Bahkan mengeringkan cangkir-cangkir yang baru saja dicucinya. “Aku pulang duluan ya,” ucapnya berpamitan pada rekan kerjanya yang usianya hampir sebaya. Entah mengapa rasa lelah luruh ke lantai setelah mendapati punggung seseorang tepat setelah mendorong pintu café. Sudut bibirnya melengkung otomatis. Dia sudah tahu siapa pemilik punggung itu tanpa harus melihat wajahnya lebih dulu. “Eden?” Pria yang dipanggil namanya menoleh. Sebuah senyuman hangat terukir di wajahnya. “Kau sudah selesai?” tanyanya lembut. “Hei, apa yang kau lakukan di sini?” Tangan Anna dengan cepat menutup pint

  • Twogether   71. PONSEL BARU

    Eden mengabaikan pria yang menabraknya tadi dan kembali ke mobil. Mengacuhkan sapaan sarkas yang sungguh ingin dihindari Eden sepanjang hidupnya. “Bagaimana?” Anna bertanya saat Eden sudah kembali dan duduk dibalik kemudi. Dia masih memegang tengkuknya yang terasa sakit. Eden melajukan mobilnya. “Orang iseng.” Dia menjawab singkat. “Kau membiarkannya begitu saja?” Anna mulai marah. Eden bersikap aneh karena dia diam saja tak menjawab. “Mana ada orang iseng sampai segitunya.” Gerak tangan Anna kalah cepat dengan tangan Eden yang segera menahan lengannya yang hendak membuka pintu mobil. “Ada,” jawab Eden singkat. Pandangannya lurus ke depan yang membuat Anna ikut memperbaiki duduknya menghadap ke depan. “Ah, kenapa menahanku? Jelas-jelas dia yang salah, kenapa kita yang harus mengalah?” “Sudahlah. Sebaiknya kita ke rumah sakit.” Anna melepaskan tangan Eden yang semakin terasa kuat. “Tapi..” Eden menginja

  • Twogether   72. GPS

    Anna berjalan lemas memasuki rumah dengan sebuah kantong di tangan. Dia akhinya menerima pemberian Eden setelah berusaha setengah mati menolaknya. Tapi Eden sama saja dengannya, sama-sama keras kepala. Jadi sia-sia saja jika harus berdebat untuk hal-hal yang tidak akan bisa dimenangkannya. “Kenapa raut wajahmu begitu?” Sherin bertanya dari dapur. Dia tengah menyantap makan malamnya. Sepiring salat yang tersisa setengah di piringnya. Ya. Badannya tidak akan gemuk hanya karena memakan salad di tengah malam. “Kau baru sarapan jam segini?” Anna menoleh seraya terus berjalan ke ruang tengah. Dia menghempaskan badan ke sofa. “Tidak, ini makan siangku sekaligus makan malam.” Sherin menjawab singkat dengan wajah cemberut. Dia tidak selalai itu untuk baru akan sarapan pada pukul sembilan malam. Satu sendok salad baru saja masuk mulutnya. “Kau merasa kenyang hanya dengan makan itu?” Anna menggelengkan kepala pasrah pada temannya itu. S

  • Twogether   73. SETANGKAI MAWAR MERAH

    Eden paham betul apa keinginan Anna sehingga gadis itu tak akan menolak. Eden mengajak Anna ke sebuah bar yang terkenal di kota. Suasananya tenang dan damai. Perpaduan musik klasik dan cahaya temaram semakin menambah sendu suasana di dalam bar. Cocok sekali bagi siapapun yang ingin melepaskan stress di sana. Bebas dari hiruk pikuk atau musik yang memekakkan telinga. Anna mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut bar. Dia langsung suka sama seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu pertama kalinya dia mengungjungi tempat seperti itu.Mereka duduk berdampingan dengan kedua gelas minuman beralkohol sudah tersaji di depan mereka. Tak lupa juga mereka mengambil foto sebelum minum. Tersenyum layaknya sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta. Kemudian mereka memeriksa hasil foto yang baru saja diambil oleh Eden. “Hei! Aku terlihat aneh di sini. Ambil yang benar. Sekali lagi,” pinta Anna. Dia tampak lebih antusias dibandingkan Eden. “Tidak, kau keli

Latest chapter

  • Twogether   88. LAMARAN DADAKAN

    Seolah mengerti dengan situasi saat itu, Oliv langsung merubah ekspresinya menjadi seramah mungkin sambil memasang senyum termanis di dunia. “Oh hai, Anna, bagaimana kabarmu?” Oliv berusaha menggandeng lengan Anna yang segera ditepis oleh Anna. Sungguh dia sudah muak melihak tingkah temannya itu. “Kami teman semasa sekolah dulu dan cukup dekat, iya kan?” Oliv masih terus berceloteh sesuka hatinya. “Oh benarkah?” suami Oliv terlihat yang paling antusias di antara mereka. Dia seolah bisa melihat bahkan mendapatkan peluang jika istrinya dekat dengan kekasih dari atasannya. “Ya.. begitulah. Tapi kami tidak dekat,” sahut Anna pendek yang berhasil membuat Eden tertawa dalam diam dan tertahan. “Hei, apa maksudmu kita tidak dekat.” Oliv kembali meraih lengan Anna. “Kalau pun tidak dekat, kita bisa menjadi lebih dekat sekarang kan, tidak masalah bagiku.” Oliv tersenyum bangga sementara Anna terlihat risih dan berusaha melepas gandenga

  • Twogether   87. JAMUAN KELUARGA

    Anna berkomat-kamit sendiri sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya. Matanya membesar ketika melihat Eden hendak kembali ke meja, jadi dia bisa segera mengajak Eden beranjak dari sana. Tangan Anna terangkat hendak memanggil, namun senyumnya seketika luntur. Eden justru malah membalas sapaan orang lain. Anna berbalik. Matanya kembali membesar. Eden membalas sapaan seorang pria berusia sekitar tiga puluhan dan pria itu bersama orang yang ingin dihindari oleh Anna tadi. Ya, Oliv. Siapa lagi yang ingin dihindari Anna jikan bukan gadis itu. Tapi Anna menjadi bertanya-tanya apa yang dilakukan Olie dan suaminya di sini? Anna kembali duduk sambil menunduk. Mengeluarkan ponsel lalu pura-pura sibuk mengirim pesan ataupun menelepon seseorang. Tidak lama dia melakukan hal itu, dia kembali bangkit dan beranjak menuju meja lain yang agak jauh dari tempat Eden dan teman-temannya itu. Untuk sementara Anna menyimpulkan beberapa pria yang tampak lebih tua dari kekasihnya itu adalah te

  • Twogether   86. PERNIKAHAN TEMAN LAMA

    “Kali ini pernikahan temanmu yang mana?” Anna kembali bertanya ketika mereka berada di dalam mobil, menuju gedung pernikahan teman Eden. Pria itu juga sudah mengganti pakaian, dia tampak gagah dengan balutan jas hitam dan potongan rambut dengan model comma style. Gaya rambut yang paling cocok dengan potongan wajah asianya yang khas. “Ada tapi kau tidak kenal.” Eden menjawab singkat. Kali ini suaranya terdengar lebih lembut. Tapi jawaban singkat Eden membuat Anna menjadi bertanya-tanya. Dia tak mengenal Eden. Banyak hal yang tak diketahuinya tentang pria yang tengah mengemudi di sampingnya itu. Beda halnya dengan pria itu yang hampir mengetahui segala tentangnya. Termasuk apa yang berkelibat di kepalanya kini. Lihatlah kini Eden tengah mencuri-curi pandang padanya. Eden melirik Anna, gadis itu terdiam tak lagi bertanya. Tapi justru membuat Eden menjadi tak enak karena sudah menjawab singkat. Dia berdeham sekali mengusir keheningan.“Dia salah satu kenalanku sewa

  • Twogether   85. BLACK DRESS

    Kata orang, tiada pertemuan yang tak memiliki arti. Tiada pertemuan yang menjadi sebuah kebetulan karena sejatinya sudah ada yang mengatur dan sudah menjadi rencana alam. Ada orang yang percaya jika bertemu dengan orang asing sebanyak tiga kali dalam waktu berdekatan yang sering kali dikatakan berjodoh. Ada pula orang yang bertemu lebih dari itu dan hubungan mereka tetaplah orang asing. Bagaimana dengan orang asing yang tiba-tiba membantu kita untuk menyebrang di tengah jalan? Lalu dengan orang yang tak sengaja bertemu ketika sama-sama membeli daging ayam di supermarket atau mungkin orang yang tak sengaja tersenyum ketika berpapasan saat menyebrangi lampu merah? Keesokannya kita masih bertemu dan bertemu, namun hubungannya tidak lebih dari sebatas kenalan biasa. Kalian tahu? Terlalu banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk mengatakan jikalau sebuah pertemuan itu adalah kebetulan. Pertemuan Anna dan Eden mungkin bisa dikatakan sebagai sebuah kebetulan. Anggap saja ibu

  • Twogether   84. PERPISAHAN

    “Kau?” Jari telunjuk Anna spontan terangkat, menunjuk lurus ke arah pria yang mengenakan kemeja dengan potongan leher rendah di salah satu meja café.Pria yang di tunjuk itu menunjukkan seulas senyum yang menampakkan deretan giginya yang putih.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Masa muda yang mana yang kau rindukan?” Zeno kembali mengingatkan celoteh Anna beberapa menit yang lalu tepat setelah dua anak sekolah meninggalkan café.Anna berdecak kesal dan sedikit frustasi. “Seingatku aku sudah memberitahumu kalau aku tidak mau bertemu denganmu lagi bukan? Kenapa kau datang lagi ke sini, huh? Seharusnya kau sudah berada di Swiss sekarang?”Zeno mendengus. Dia tidak lupa dengan perkataan Anna. Lebih tepatnya ancaman Anna. Karena ucapan Anna waktu itu penuh tekanan.“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi rasanya tidak enak jika melalui telfon. Makanya aku mengajakmu bertemu. Sebentar saja.”Anna menghubungi Zeno kembali setelah pertemuan mereka siang itu di café milik Anna setelah Oliv m

  • Twogether   83. SAPAAN HANGAT

    Sinar matahari menyelinap masuk melewati celah celah ventilasi.“Kau mau aku buatkan sarapan dulu?” tanya Sherin berbasa-basi. Dia tengah memanggang beberapa toast di dapur.“Tidak usah,” jawab Anna sambil sibuk mengemasi barangnya yang berserakan di ruang tengah semalam.“Setidaknya minumlah ini,” sahut Sherin lagi sambil menyerahkan segelas jus apel di atas meja makan. “Supaya pencernaanmu lancar,”Gadis yang mengenakan skirt sebatis itu menurut. Dia berjalan menghampiri meja dan meminum jus buatan Sherin. “Terima kasih jusnya, aku merasa segar.”Sherin hanya tersenyum hangat sebagai balasan atasan pujian Anna. “Hubungi aku jika terjadi sesuatu! Jangan tiba-tiba pulang sambil nangis dan berantakan kayak semalam. Kau mengerti kan?”“Astaga! Kau mulai lagi, baiklah aku mengerti.” Anna sudah maklum dengan omelan sahabatnya itu. Dia tau kalau Sherin khawatir dan dia tidak boleh membuat sahabat satu-satunya itu diselimuti rasa kekhawatiran yang tak jelas. “Aku berangkat dulu, sampai jump

  • Twogether   82. MENYESAKKAN DADA

    “Siapa yang cemburu?” Eden menjadi salah tingkah. Dia mengusap rambutnya ke belakang dengan kedua tangan.“Lalu mengapa sikapmu yang berlebih seperti ini?”“Aku tidak berlebihan, hanya saja merasa kesal setelah melihatmu kembali bersikap bodoh saat di depan pria brengsek itu. Berapa kali harus kubilang, huh? Dia bukan pria baik-baik. Tidak cukup mempermalukanmu sekali waktu itu di café, sekarang kau ingin membiarkannya melakukannya lagi?”Anna menghela nafas panjang. Disatu sisi, dia merasa wajar melihat Eden murka dan juga geram melihat gadis bodoh yang terlalu mudah termakan omoongan manis dari cinta pertamanya. Dia menatap Eden lamat-lamat dengan mulut terkunci.“Berhentilah menatapku seperti itu.” Eden kembali mengingatkan Anna yang terdiam memperhatikannya untuk beberapa menit. Mereka duduk berhadapan yang dipisahkan oleh meja kecil yang di penuhi oleh kepulan asap sup yang baru saja tiba. “Aku tidak melihatmu.” Anna langsung mengalihkan pandangannya. “Pokoknya, urusa

  • Twogether   81. API ASMARA

    Terik matahari di luar ikut masuk menyelinap ke dalam hatinya yang terasa panas dan sesak sedari tadi. Semalam dia sudah menerima tawaran Oliv untuk bertemu pria yang paling ingin dihindarinya. Entah apa yang dipikirkannya semalam saat menerima tawaran semalam, alhasil kini hatinya penuh gejolak. Setengah karena rasa penasaran, setengah lagi penuh dengan rasa sakit.Anna hendak berganti pakaian karena sudah jamnya untuk pulang. Eh, tidak. Dia harus menemui Zeno sore itu di tempat kerjanya pula. Anna melirik jam dinding. Seharusnya dia sudah berada di sini. “Kau menungguku?” Suara itu membuat Anna menoleh. Ya. Itu Zeno. Orang yang di tunggunya sudah tiba. Tampak jelas perasaan cemas terpampang jelas di wajah Anna, tapi dia masih berusaha menyunggingkan seulas senyumnya, takut membuat Zeno merasa tidak nyaman. Ah, sial. Anna mengutuk dirinya dalam hati karena masih saja mencemaskan pria itu. Mereka duduk di salah satu meja café. Anna memesankan pesanan sembarang

  • Twogether   80. FIRST KISS

    Anna menoleh. Sepasang matanya memindai penampilan Eden yang begitu kacaud an berantakan. Malam itu pertama kalinya Anna melihat sisi itu dari Eden. Seberapa kacau pikirannya sampai seperti ini, pikir Anna dalam hati. Dia kembali menatap Eden yang berbaring dengan mata terpejam.Anna mengambil selimut hendak menutupi tubuh Eden. Namun gerak tangannya terhenti ketika suara serak Eden mengatakan sesuatu dengan pelan. “Aku merasa bersalah.” Eden bergumam pelan. “Maafkan aku,” lanjutnya lagi. “Untuk apa?” Anna duduk di lantai, di sisi sofa tempat Eden berbaring. Dia membiarkan tangan Eden yang memegang ujung lengan bajunya. “Semuanya.” Eden menghela nafas. “Aku benar-benar minta maaf.” Anna melepaskan tangan Eden. “Aku tidak bisa menerima permintaan maafmu.” Anna malah menjawab perkataan Eden dengan tenang. Bukannya karena kesal atau marah pada pria itu, tapi karena Anna juga merasa bersalah pada Eden. Hanya saja dia tidak menampakkannya sam

DMCA.com Protection Status