"Bumi, syilla aku merindukan kalian,"gumamku dalam hati.
Tiba-tiba aku teringat dengan lelaki dan gadis kecil yang sangat aku rindukan itu.
Tak lama pintu kamar itu terbuka, terlihat wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Disha menyuruhku untuk keluar dan makan siang bersama sama.
"Disha ayo makan dulu, dari pulang tadi kamu belum makan apapun, ibu takut nanti kamu malah sakit, malam ini kan kamu masih harus dinas lagi," ucap wanita itu.
Sesaat aku sedikit terkejut saat mendengar perkataan wanita itu.
"Astaga aku belum tahu sama sekali tentang jadwal dinasku ditempat Disha bekerja saat ini, kenapa aku tidak terpikir sama sekali?" gumamku dalam hati.
"Iya Bu," ucapku.
Sesampainya di Rumah Sakit aku bertemu dengan Alika yang kebetulan malam ini kami satu shift di ruang yang sama.
"Ka aku lupa untuk jadwalku besok, kamu menyimpan jadwal shift dokter di Rumah Sakit ini tidak?" tanyaku.
"Owh, sepertinya aku masih menyimpannya, sebentar ya aku cari dulu," ia pun mencari di lokernya yang memang sudah disediakan untuk para dokter di Rumah Sakit ini.
"Ini sha, aku masih menyimpan cadangannya, bawa saja punyaku,"ucap wanita itu.
"Terimakasih ka," ucapku.
"Iya sama-sama sha," ucap wanita itu sambil tersenyum kepadaku.
Tak lama kami pun berpisah dan melakukan kegiatan kami masing-masing.
Aku berjalan dan segera menaruh jadwal dinas Rumah Sakit ini di dalam lokerku. Sesaat aku berjalan ke ruangan dimana biasanya aku dan para dokter menulis dan memeriksa rekam medis para pasien yang dirawat di lantai ini.
Setelah memeriksa pasien di tiap ruangan akupun kembali berjalan di lorong Rumah Sakit ini. Setelah melihat lebih seksama Rumah Sakit ini, aku merasa tempat ini sangat familiar dan tidak asing dimataku.
Seperti yang kurasakan saat aku baru berpindah ke diri Disha di saat ini, rumah sakit ini sepertinya adalah Rumah Sakitku sebelum aku berpindah ke masa ini.
Mengingat Rumah Sakit tempat ku bekerja sebelumnya adalah Rumah Sakit tertua di kota itu. Akupun seperti merasa Dejavu ketika berada dirumah sakit ini.
Tak lama pagipun menjelang hingga aku tidak menyadari jika malam diluar sudah berganti menjadi pagi. Setelah berganti shift aku mulai berjalan ke ruang ganti dan setelah itu aku mengambil tasku yang berada di dalam loker.
Saat berjalan untuk pulang aku melewati koridor yang menuju ke ruang icu. Melewati koridor ini aku kembali teringat saat aku dan wanita itu berpapasan dan menghilang ke tempat dimana yang seharusnya bukan tempat kami berada.
Semakin memikirkan hal itu semakin besar pula rasa ingin tahuku tentang hal apa yang membuat kami bisa bertukar posisi seperti saat ini.
Pasti ada cara untuk kami bisa kembali ke tempat dimana seharusnya kami berada. Aku sangat merindukan lelaki itu dan gadis kecilku saat ini.
- Di lain tempat 2020.. -
Pagi itu Disha masih berada di kamarnya.
"Aku harus menemukan cara agar aku bisa kembali ke tempatku yang dulu. Pasti ada jalan keluar untuk bisa kembali ke tempatku,"
"Aku sangat asing disini walaupun Lara memiliki suami dan anak yang sangat hangat tetapi tetap saja aku adalah Disha, bukan Lara istri dari Bumi dan juga ibu dari Syilla.Aku merasa seorang diri disini,"
Aku sangat merindukan kedua orang tuaku, dan juga lelaki itu," gumam wanita itu.
Kembali ia teringat dengan lelaki yang sangat ia cintai itu.
Terakhir kali ia bertemu, lelaki itu ingin memastikan jawaban dari pertanyaannya apakah ia bersedia untuk menikah dengannya.
Jika saja wanita itu tahu jika ia akan mengalami hal seperti ini mungkin ia akan menjawab pertanyaan dari lelaki itu bahwa ia bersedia menikah dengannya.
Namun saat itu ia sangat khawatir mengenai keselamatan lelaki itu di negara N, sehingga yang terlintas di benaknya adalah ia ingin melihat lelaki itu dalam keadaan selamat sekembalinya dari tugasnya, dengan menunda jawaban atas pertanyaannya.
Sesaat wanita itu beralih ke tas Lara yang berada tak jauh darinya. Segera ia mengeluarkan barang-barang dari tas itu.Wanita itu ingin lebih mengetahui segala hal mengenai Lara.
Tak lama wanita itu terpaku dengan benda yang dianggapnya sangat asing itu. Teringat perawat di Rumah Sakit kemarin menyebut benda itu dengan sebutan "henpon" atau apapun itu, dan ia masih tampak terlihat bingung saat melihat benda itu.
Tak lama wanita itu melihat dompet Lara, ia kemudian membuka dompet itu, terlihat foto Lara Bumi dan Syilla disebuah taman, dan juga sebuah foto keluarga lain didalamnya.
Difoto itu terdapat sepasang suami istri dan seorang gadis kecil yang sedang tersenyum bahagia. Sepertinya mereka berfoto di sebuah rumah yang memiliki halaman yang sangat luas. Tampak senyum yang sangat bahagia tersirat di wajah mereka.
"Apakah ini Lara dan kedua orang tuanya?"gumam Disha.
Tak lama pintu kamar pun terbuka, terlihat wajah lelah Bumi yang baru saja pulang dari dinasnya. Ia melihat istrinya seperti sedang mencari sesuatu di dalam tasnya.
"Kau sedang apa? apa ada yang dicari?" Tanya Bumi.
Disha pun terlihat panik. "Ohh kupikir barangku ada yang tertinggal di Rumah Sakit kemarin, tapi ternyata barang yang kucari ada didalam tas ini," ujar wanita itu.
"Semoga dia tidak bisa membaca wajahku yang sedang berbohong ini," gumam wanita itu dalam hati.
Bumi pun melihat wajah wanita itu dengan jeli, "Aku tahu jika kau sedang berbohong saat ini," gumam lelaki itu dalam hati.
Bumi pun mengalihkan perhatian wanita itu dengan bertanya kepadanya, "Memang apa yang sedang kau cari?" sembari mendekat kepada wanita itu dan mulai bersikap manja kepadanya.
Wanita itu tampak sedikit terkejut dengan sikap lelaki itu. Tak lama ia mengatakan sesuatu.
"Ini, benda ini yang kucari," ujar Disha sambil menunjuk secara asal benda yang tergeletak di atas meja, dan benda yang ditunjuknya adalah salah satu benda yang berwarna silver, dengan bentuknya yang pipih dan memanjang.
Tampak lelaki itu melihat sekilas benda yang ditunjuk wanita itu. "Ohh handphone, sepertinya handphonemu lowbat, sini biar kucas dulu handphone mu, siapa tau ada telpon penting dari Rumah Sakit yang memanggilmu kemarin," ujar lelaki itu.
Sesaat wanita itu memberikan handphonenya kepada lelaki itu. Sambil mengecas handphone itu tak lama lelaki itu menghidupkan ponsel itu, ia ingin melihat jika ada telpon penting dari Rumah Sakit yang menghubungi istrinya kemarin.
Tak lama handphone itu hidup dan sesaat kemudian ada pesan masuk dari teman dekat Lara di Rumah Sakit yang menanyakan keadaannya karena dia mengambil cuti kemarin.
Lelaki itu memberitahukan kepada wanita itu mengenai pesan dari temannya itu.
"Sayang ada pesan dari Nadine, sebaiknya kau balas dulu pesan darinya, kemarin dia terlihat sangat mengkwatirkanmu," ujar lelaki itu.
"Owh i iya," ucap wanita itu. Dengan canggung wanita itu mengambil handphone yang diberikan oleh lelaki itu.
Tak lama ia terlihat bingung dan tidak tahu bagaimana menggunakan benda itu.
Lelaki yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku wanita itu merasa semakin ada yang janggal dengan wanita itu.
"Dari luar memang dia tampak seperti Lara tapi sikap dan perbuatannya menunjukkan jika dia bukanlah Lara," ucap lelaki itu dalam hati.
"Kenapa? kau terlihat bingung seperti kau belum pernah menggunakannya," ujar lelaki itu.
"Ini harus bagaimana membukanya?" gumam wanita itu.
"Bagaimana ini? sepertinya ia mulai curiga terhadapku, terlihat dari cara dia melihatku," ucap wanita itu dalam hati.
"Kau lupa cara menggunakannya? padahal kau sendiri yang mengatur sandimu, dan hanya dirimu dan aku yang tahu sandi handphonemu itu," ucap lelaki itu yang semakin curiga pada wanita itu.
"Kau tidak tahu sandi handphonemu?" tanya lelaki itu.
Wanita itu hanya bisa terdiam.
"Kau tahu kapan tanggal pernikahan kita?" tanya lelaki itu kembali.
"Mengapa baru sekarang aku mencari info tentang Lara, sudah terlambat sekali," rutukku dalam hati.
"Sepertinya aku akan ketahuan hari ini?" gumam wanita itu yang tanpa disadarinya lelaki yang berada didekatnya saat itu tidak sengaja mendengar perkataannya sesaat yang lalu.
Tampak lelaki itu sedikit terkejut saat mendengar ucapan wanita itu dan tak lama ia mengatakan sesuatu.
"Siapa dirimu sebenarnya??"
Bersambung..
"Siapa dirimu sebenarnya??"Mendengar pertanyaan lelaki itu membuat wanita itu sangat terkejut saat mendengarnya. Ia tidak menyangka jika lelaki itu dapat mendengar perkataannya yang tanpa sengaja ia ucapkan tadi.Tampak wanita itu terdiam sesaat dan berpikir, dan tak lama ia mengucapkan sesuatu."Se sebenarnya aku bukan Lara," ucap wanita itu dengan sedikit takut.Lelaki itu sangat terkejut mendengar perkataan wanita itu. Hal yang dipikirkannya selama ini ternyata benar. Wanita yang saat ini ada di hadapannya ternyata memang bukan Lara istrinya."Jadi siapa kau sebenarnya??" tanya Bumi dengan rasa penasarannya yang belum terjawab."Aku adalah Disha, wanita yang memiliki wajah yang mirip seperti istrimu, namun aku bukan berasal dari tahun ini, melainkan aku berasal dari 24 tahun yang lalu," ucap wanita itu.Bumi POVApaa?? bagaimana aku b
Lara POVAku harus segera memikirkan cara untuk dapat kembali ke tempatku semula, pasti ada alasan kenapa aku dan Disha bisa bertukar masa seperti sekarang ini.Ia pun berjalan keluar dari Rumah Sakit menuju gerbang luar Rumah Sakit. Sesaat dia menoleh kebelakang untuk melihat Rumah Sakit ini secara lebih jelas, dan benar saja apa yang dipikirkan oleh Lara.Bentuk dari Bangunan Rumah Sakit ini sama persis dengan Rumah Sakit dimana dia dan suaminya bekerja. Hanya nama dan sedikit perubahan dari gedungnya saja yang berubah antara saat ini dan di masa tahunnya ia bekerja dulu.Karena memang seiring berjalannya waktu pasti ada sedikit perubahan dan renovasi dari gedung Rumah Sakitnya yang dulu. Di masa ini Rumah Sakit ini belum menjadi Rumah Sakit Pendidikan seperti di masa yang akan datang.Wajar saja karena dimana ia berada saat ini adalah 24 tahun kebelakang, jauh dengan
Lara POVTidak terasa sudah seminggu aku berada di tempat ini. Dan selama itu pula aku belum menemukan cara untuk dapat kembali ke tempatku semula, bertemu dengan orang-orang yang kucintai."Sedang apa kalian disana? aku sangat merindukan kalian," gumamku dalam hati.- Rumah Sakit November 2020 -Hari itu tampak seorang wanita sedang sibuk menjalani dinas siangnya. Terlalu sibuknya sampai ia lupa untuk mengisi perut dan dahaganya.Disela-sela waktu luangnya ia mencoba untuk mengisi perutnya dengan makanan yang ada di pantry ruangan dinasnya.Sembari ia mengunyah makanan untuk mengisi kekosongan perutnya ia teringat sepertinya ada barangnya yang tertinggal di dalam lokernya.Selesai ia menghabiskan makanannya ia pun bergegas menuju ke lokernya. Sesampainya di loker tampak barang yang ia cari masih berada disana."Syukurlah, kupikir sudah h
- Pertemuan -Dari kejauhan tampak seorang laki-laki sedang duduk di sebuah taman yang luas di suatu Rumah Sakit. Lelaki itu tampak sedang memikirkan sesuatu.Dari wajah tampannya tampak menunjukkan bahwa ia sangat sedih sekaligus terlihat rapuh karena terus memikirkan wanita yang dicintainya."Bagaimana mereka bisa saling berpapasan di koridor itu? sedangkan mereka jelas-jelas berada di masa yang berbeda," gumam lelaki itu.Tiba-tiba lelaki itu teringat kembali saat ia dan Disha datang ke Rumah Sakit pada waktu itu, ia dengan langkah yang terburu-buru segera menuju ke jalan koridor rumah sakit yang menuju ke ruang icu.Namun ia tidak melihat adanya sesuatu yang terlihat aneh disana. Tak lama Disha pun menyusul dibelakangnya."Kau yakin disini tempatnya?" tanya Bumi kepada Disha."Iya aku sangat yakin disini tempat aku berpapasan dengan Lara sebelum cahay
Lara POVAku baru saja menyelesaikan dinas pagiku hari ini, kemudian kuberjalan menyusuri halaman depan Rumah Sakit dimana tampak beberapa orang berlalu lalang disini.Sebagian besar adalah pasien yang mayoritas penduduk lokal di kota ini. Tidak lama akupun melihat sosok lelaki yang sangat aku rindukan selama ini.Ya, dia adalah Barra Razka Bumi, suami yang sangat aku cintai. Tanpa sadar aku berjalan perlahan ke arahnya. Tak lama dia menyadari kehadiranku dan menatapku dengan tatapannya yang penuh dengan kerinduan.Aku melihat dia seperti mengucapkan sesuatu kepadaku, namun aku tidak dapat mendengar apa yang ia katakan. Akupun tersenyum dan berjalan mendekat ke arahnya."Lara? apakah kau adalah Lara?" tanya lelaki itu. Sudah lama sekali aku tidak mendengar suara itu. Suara dari lelaki yang selama ini sangat kurindukan."Iya ini aku, aku sangat merindukanmu dan Syilla, aku
Bumi masih berbaring di tempat tidurnya, ia masih merasa lelah setelah pulang dari dinas malamnya, apalagi setelah ia bertemu dengan sosok Lara yang tiba-tiba menghilang, memikirkannya semakin membuat dirinya merasa lelah.Namun saat ini ia bukan berbaring di kamar dimana ia dan Lara dulu tidur bersama, melainkan ia berbaring di kamar tamu di lantai atas tak jauh dari kamar dirinya dan Lara dulu.Karena kamar yang dulu ia tempati bersama Lara sementara ini Disha yang menempatinya. Sampai saat ini Bi Darmi tidak mengetahui jika ia tidur di kamar tamu itu.Bi Darmi masih mengira jika ia tidur bersama Disha di kamar ia dan Lara. Semenjak ia mengetahui bahwa Lara yang saat ini bersamanya adalah bukan istrinya, ia segera memutuskan untuk tidak tidur dalam kamar yang sama dengan wanita itu.Tiba-tiba ia teringat dengan kertas yang diberikan Disha pagi tadi saat di Rumah Sakit. Ia pun mengambil kertas itu
Lara POV"Disha?""Apa surat ini benar-benar dari dirinya?""Bagaimana bisa?"Segala pertanyaan itu masih berputar dipikiranku.Tak lama aku segera membalas surat dari wanita itu yang kemudian kutempelkan surat itu di dalam pintu lokerku, dan kuharap ia segera membaca surat itu."Semoga ini semua segera berakhir,"gumamku dalam hati.Setibanya di Rumah, aku segera mandi dan membersihkan diriku, setelahnya aku segera merebahkan diriku di kamar. Sesaat aku memikirkan surat yang kuterima dari Disha sore tadi."Bagaimana kertas yang kutulis waktu itu bisa sampai ke Disha? apakah surat yang kutulis tadi akan sampai lagi kepadanya?"gumamku.- Bumi POV -Bumi tampak baru saja terbangun dari tidurnya, ia pun langsung teringat dengan memo yang tadi pagi ia tulis untuk Lara."Apakah suda
Disebuah kota di negara NTerlihat seorang lelaki yang sangat lelah sedang bersandar di sebuah bangunan yang terlihat sudah sangat usang dibelakangnya. Tampak di sekeliling lelaki itu puing-puing bangunan yang telah hancur. Lelaki itu tampak memandang ke arah langit dengan tatapan yang sendu."Disha, sedang apa kau saat ini? aku ingin segera pulang dan mendengar jawaban darimu, tunggu aku,aku akan segera pulang dan menemuimu," ucap lelaki itu.November 2020Disha POVHari ini entah mengapa aku sangat bersemangat sekali. Ramainya pasien pada hari ini sama sekali tidak membuatku merasa letih.Sejak aku menerima surat dari Lara pada pagi hari ini timbul sebuah harapan baru di diriku. Aku yakin aku dapat kembali ke tempatku semula.Aku sangat merindukan kedua orangtuaku dan juga Lelaki itu.Lelaki itu, bagaimana keadaannya s
"Kak Nadya? Mengapa tiba-tiba ia ada disini?""dan tatapan itu? Mengapa ia sama sekali tidak mengenaliku?"Tak lama aku meninggalkan tempat itu diiringi dengan segala pertanyaan yang masih terngiang dipikiranku saat ini.Sehari setelahnya..Pagi ini aku menunggu wanita yang telah membuatku memikirkan segala pertanyaan atas apa yang telah kulihat semalam.Tak lama tampak seorang wanita keluar dari rumah itu diiringi dengan senyuman hangatnya padaku.Sesaat ia berjalan kearahku dan tak lama.."Apa kau sudah lama menungguku?" tanya wanita itu."Tidak, aku baru saja sampai tak lama dari aku membalas pesan singkat darimu," ucapku.Beberapa saat kemudian saat dalam perjalanan.."Apa kau tidak ingin menjelaskan sesuatu pad
Apa sebenarnya yang sedang dikatakan olehnya ??Aku masih melihat kearah lelaki itu dan tak lama suara seseorang disampingku kembali menyadarkanku."Sa, apa kau tidak mendengar perkataanku ?" Ucap lelaki itu."Ohh, maaf aku tidak mendengarnya." Ucapku."Apa kau masih memandangi lelaki itu ?" Tanya lelaki itu."Tidak, aku tidak memandangnya." Ucapku."Tidak memandangnya tapi kau terus melihat kearahnya." Ucap lelaki itu."Bukan begitu, aku hanya merasa jika dia..""Aneh ? Bukankah dia sangat aneh bahkan saat dia menatapmu, Apa kau berpikiran yang sama denganku ?" Tanya lelaki itu."Haha kau ini, sepertinya kau terlalu berpikiran yang tidak-tidak tentangnya." Ucapku."Hei, aku sudah bisa melihatnya saat melihat dari cara dia melihatmu saat kalian sedang berbicara t
"Maksud tante ? kak Nadya..." Ucap Nata terputus.Tak lama seorang lelaki keluar dari ruangan yang ada dihadapan kami saat ini. Tampak kedua orangtuaku segera menghampiri lelaki itu.Setelah mendengar penjelasan dari dokter itu kedua orangtuaku tampak sedih dan sangat terpukul.Tak lama tampak ibuku sudah terjatuh tidak sadarkan diri diiringi dengan ayahku yang tampak terkejut melihat keadaan ibuku setelah mendengar perkataan dokter itu sesaat yang lalu.Aku sangat sedih melihat keadaan orangtuaku saat ini dan aku mulai menyadari jika satu-satunya saudara perempuanku didunia ini kemungkinan telah pergi dan tidak akan pernah kembali..Flashback off.."Brukkk!" Kurasakan ada seseorang dari arah kananku yang menumbur tubuhku."Maaf kau tidak apa-apa ?" Ucap lelaki itu."Aku tidak apa-apa." Ucapku.Tampak lelaki itu tersenyum pada
Ramainya manusia ditempat ini tidak menyurutkan langkahku untuk menuju ke tempat dimana aku bekerja saat ini.Dari sekian banyak manusia yang sedang berjalan ditempat ini, terlihat semakin ramai dan berwarna dengan banyaknya warna dan bentuk yang dapat kulihat saat ini.Tampak beberapa bentuk seperti not lagu, bulat atau kotak dan berbagai bentuk lainnya yang sedang menari-nari disekitarku saat ini dan beberapa warna lainnya yang berada di sekitar manusia yang sedang berjalan ditempat ini.Entah sejak kapan aku dapat melihat semua bentuk dan warna dari segala yang kudengar dan aroma yang dapat kulihat bentuknya selama ini.Dari aku dan kakak perempuanku hanya aku yang memiliki kelainan genetik ini, namun aku sangat menikmati hal yang berbeda pada diriku selama ini.Sesaat aku sampai didalam bus yang tampak ramai dengan orang-orang yang mengenakan pakaian rapihnya sambil sesekali mereka melihat
"Tidak mungkin ??!" Ucap kami berlima bersamaan diiringi dengan wajah bingung lelaki itu."Hei ada apa dengan kalian ??"Tak lama lelaki itu masuk kedalam lift dengan kami yang tampak masih bingung dan berpikir atas apa yang terjadi pada kami saat ini."Apa kalian tidak ingin keluar ? atau kalian ingin kembali ke lantai bawah gedung ini ?" Tanya lelaki itu.Sesaat kami tersadar dan tak lama kami berjalan keluar sambil melihat kesekeliling kami saat ini."Apa kita sudah kembali ke tahun yang seharusnya ?"tanya Gian."Sepertinya kita benar-benar sudah kembali." Ucapku sambil menunjuk banner yang terpasang di ruangan itu."Tahun 2021, kau benar kita benar-benar sudah kembali." Ucap Zeline."Aku tidak percaya dengan hal yang kita alami sebelumnya." Ucap Igam."Kau benar, aku masih tidak percaya dengan semua hal yang kita alami beb
Apa hal ini memang sudah seharusnya terjadi ??dan apakah kami harus melihat semua kejadian itu kembali ??Semua pertanyaan itu terus terngiang dipikiranku saat ini. Sesampainya ditempat itu tampak beberapa orang sedang berlari sambil berteriak meninggalkan tempat itu.Tampak Aydan, Gian dan juga Igam melihat kesekeliling ruangan itu dan tak lama mereka menghubungi orang yang sangat mereka cemaskan saat ini.Sesaat tampak mereka menunjukkan wajah leganya saat mengetahui jika orang yang mereka cemaskan saat ini dalam keadaan baik-baik saja.Tak lama kurasakan seseorang menarik tanganku saat ini."Daffin ?? Sedang apa kau ? Hentikan segala perbuatanmu ini."ucapku.Sesaat lelaki yang berada dihadapanku saat ini menatap bingung diriku."Aku tidak mengerti maksudmu. ""Bagaimana dengan ayahku ? Apa terjadi sesuatu padanya ??" Tanya Zelin
Mungkinkah dia ??Mengingat hal itu tanpa berpikir lagi aku langsung keluar dan melajukan kendaraanku menuju tempat itu.Sesampainya disana aku langsung berjalan sambil berlari kecil mencari keberadaan Daffin saat ini.Kucari kesekeliling kampus ini namun aku tidak menemukan keberadaanya dimanapun.Kulihat beberapa orang mahasiswa dan beberapa orang lainnya sedang berjalan diruangan ini.Tampak beberapa dari mereka menuju ke arah lift dan beberapa diantaranya duduk di ruangan yang memang tersedia beberapa sofa di ruang tunggu kampus ini.Di kejauhan aku melihat seorang lelaki dengan mengenakan pakaian dan penampilannya yang sangat mirip dengan seseorang yang kulihat pada saat lima tahun sebelumnya.Daffin ??Aku segera berlari untuk menghampiri lelaki itu. Setelah mendekatinya segera kugapai lengan lelaki itu.Kulihat lelaki yang be
Namun apa maksud perkataannya sesaat yang lalu ??Apa ia sungguh bisa membantu Daffin ??Siapa dia sebenarnya ???Segala pertanyaan itu terus terulang dipikiranku.Tak lama tampak lelaki itu berjalan mendekati mereka. Tampak kedua lelaki itu berdiri dan berkata kepada lelaki itu."Maaf Pak, saya tidak bisa melindungi Zeline dari kejadian itu." Ucap Ghaffi."Tidak apa-apa aku tidak menyalahkanmu. Aku mengerti setelah mendengar pembicaraan kalian sesaat yang lalu.""Namun aku ingin mengetahui sejak kapan saudaramu mulai bersikap seperti itu ??" Tanya lelaki itu.Sesaat aku terdiam dan tak lama aku menceritakan segala hal yang dialami oleh saudaraku selama ini.Setelah aku menjelaskan segala hal mengenai saudaraku pada lelaki itu, tak lama terlihat seorang wanita berlari kecil menghampiri kami saat ini."Bagaimana kead
Aydan ??Mengapa dia berada disini ???Sesaat aku masih bisa mendengar lelaki disampingku memanggil namaku dan setelahnya aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku.Tampak lelaki yang masih membawa benda tajam ditangannya itu terkejut saat melihat Aydan yang melihat perbuatannya pada wanita itu sesaat yang lalu.Tak lama ia pergi dengan terburu-buru meninggalkan tempat itu.Beberapa saat kemudian sore itu di sebuah ruang tunggu operasi di salah satu Rumah Sakit, tampak dua orang manusia sedang membicarakan sesuatu."Apa sebenarnya yang terjadi ? Mengapa lelaki tadi melakukan hal itu pada Zeline ?""dan kulihat wajahnya tadi sangat mirip denganmu, apa ia adalah kembaranmu ?" Tanya lelaki itu.Tampak Ghaffi mengangguk perlahan saat mendengar pertanyaan dari Aydan sesaat yang lalu."Maafkan aku karena belum menceritakan apapun pada k