Share

81

Author: MyLunar
last update Last Updated: 2023-06-08 22:17:19

'Brak!'

"Kambing!"

"Kamu kenapa sih cuekin aku dari semenjak games tadi malam? Kalau aku punya salah aku minta maaf. Tapi kasih tahu dong letak kesalahanku dimana, jangan main kabur-kaburan begini. Aku kan bukan cenayang!" Nina berusaha mengatur napasnya yang tersengal pun dengan Bagas yang masih mengatur detak jantungnya akibat kebar-baran Nina saat membuka pintu.

"Sabar. Kita selesaikan secara kekeluargaan."

"Aku udah sabar tapi kamunya nggak peka. Pakai sok-sokan nempel sama Nadya. Padahal sehari sebelumnya baru aja gombalin aku. Kamu mau cosplay jadi Mas Adam kah?!" Jawab Nina dengan menggebu.

"Pfft! Bhahahahahhaa!"

Kening gadis itu mengernyit bingung, "Kok ketawa? Kesurupan?" Kedua tangannya terlipat depan dada sambil tubuh bersandar pada daun pintu.

Bagas yang masih menyisakan tawa kecil pun menuntun Nina masuk dan menutup pintu kamarnya.

"Habisnya muka kamu lucu banget kalau lagi marah."

"Oh, yaudah berarti kamu mau aku marah setiap hari?" Nadanya malah semakin naik.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   82

    Lelucon macam apa ini?Ada Bagas tengah berdiri di atas jalan bebatuan yang menuju bibir pantai. Ketika mobil memasuki jalan bebatuan, ekspresi Bagas langsung berubah tegang. Nina merasa tidak nyaman. Jadi ia harus menjadi orang yang memilih?Perasaannya semakin kalut. Bagaimana caranya memilih satu pria lalu setelahnya menolak pria lain? Nina akan terlihat sangat kejam."Nina..." Panggil Adam. Sementara Nina hanya diam sambil memainkan jemarinya dengan gelisah."Sebelum kamu mungkin...akan keluar dari mobil ini. Aku mau ngomong sesuatu," Adam menarik napasnya dalam-dalam, kegundahannya--tidak berhasil tertutupi dengan baik, "Maaf, karena selama ini aku mempermainkan hati kamu, maaf udah bikin kamu kesal, sedih, dan kecewa. Maaf juga atas perasaanku yang sempat berubah. Aku suka sama kamu. Perasaanku mungkin belum terlalu dalam, karena itu aku ingin lebih mengenal kamu, aku mau tahu lebih dalam tentang kamu dan semua hal tentang kamu. Aku yakin bisa bikin kamu bahagia. Kalau kamu pil

    Last Updated : 2023-06-10
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   83

    Nina bernapas lega setelah mobil yang dikendarai oleh Adam menghilang dari pandangannya. Sekarang semuanya telah usai. Tidak ada lagi kebimbangan, Ia telah memilih tambatan hatinya yang semoga saja akan bertahan lama.Bagas sendiri sudah tidak sabar, sehingga ia melangkahkan kakinya menuju Nina dengan senyuman hangat. Sejak awal ia sudah yakin Nina akan memilihnya, tapi tetap saja masih terasa tak nyata. Kesempatannya mungkin--98%? Ia pikir 2% Adam akan berhasil membalikkan keadaan. Tapi, lihatlah! Kini, raga gadis itu ada di depannya. Hanya tinggal satu langkah lagi maka Bagas bisa membawanya ke dalam pelukan."Kamu disini," Kata Bagas."Iya," Jawab Nina dengan senyum malu."Makasih banyak udah kasih aku kesempatan," Kata Bagas lagi. Lalu segera membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Nina awalnya terkejut, namun kemudian, tangannya juga ikut melingkari pinggang Bagas."Ih, kok peluk-peluk sih. Kan kita belum jadian," Nina mengeluh. Meskipun begitu, kedua tangannya malah semakin erat.

    Last Updated : 2023-06-11
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   84

    Ada suasana yang berbeda pagi ini. Adam menjadi dingin sejak kemarin. Ia tidak lagi menyapa, tidak pula bersenda gurau dengan Nina seperti biasa. Merasa deja vu, Adam kembali ke setelan awal. Ia kembali menjadi Adam saat pertama kali mereka kenal. Nina tidak bisa berbuat banyak akan hal itu. Memang, Adam sudah mengatakan sebelumnya bahwa setelah ini keduanya tidak akan bisa berteman lagi. Secara halus Adam memutus tali pertemanan keduanya sejak Nina melakukan penolakan. Mungkin juga, ini adalah cara ampuh untuk Adam mengatasi rasa sakit hatinya.Pagi bermula dengan cerah. Matahari memancarkan sinarnya menciptakan cuara yang bagus bagi dunia penerbangan. Padahal, banyak dari mereka yang berat hari meninggalkan pulau seribu pura. Sarapan telah siap dengan meriah. Tentu saja dimasak oleh Nina sebagai chef yang paling dipercaya. Dibantu Bagas yang err--hanya bisa membuat kekacauan. "Yang ini masakan gue. Ayo cobain!" Bagas berseru. Ikbal kemudian mencibir, "Lo jangan ngaku-ngaku ya. K

    Last Updated : 2023-06-12
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   85

    "BAPAKK! AMPUN!" Bapak berlari dengan cepat, tak lupa gagang sapu ditangannya demi mengejar saat anak pertamanya sampai di rumah. Nina sontak berlari terbirit-birit bahkan kakinya hampir tersandung. Sementara ibunya heboh mengaduh dan berusaha menghentikan bapak. Adiknya? Hm, anak itu memilih tidak peduli dan melanjutkan game Mobel Lejen kesayangannya."Anak nakal! Baru sebulan udah berani masuk ke kamar laki-laki. Mana cowok itu, biar bapak kunyah sampai jadi bubur. Beraninya ngurung anak perawan di dalam kamar," Teriak Bapak menggelegar hingga ibu mengucapkan istigfar berkali-kali.Melihat adanya kesempatan, Nina berlindung dibalik punggung ibu. Ia benar-benar takut dengan bapaknya. Duh, Nina tidak tahu seberapa jauh adegan yang ditayangkan di tv sampai bapak murka begini jadinya. Sepertinya ia harus melayangkan protes. "Nggak ngapa-ngapain, Pak! Cuma ngobrol kok ngobrol," Elak Nina."Alah jangan ngeles. Bapak nonton tahu!""Udah toh, Pak. Malu dilihat tetangga," Ibu masih berusah

    Last Updated : 2023-06-13
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   86

    "Bu bos nggak mau merayakan 1 juta followers? Gue udah siap menampung ikan-ikanan maupun daging-dagingan dari yang haram sampai yang halal," Kata NicoNina yang sedang menikmati santapan siangnya mendelik kesal, "Daging lo gue jadiin Nico guling mau?!""Hehe, ampun Mbak. Galak amat si. Lagi PMS?""Ya, siapa yang nggak emosi lagi akhir bulan ditagih traktiran, Co?!" Sewot Nina.Sasa datang dari arah luar lalu langsung menyerobot makanan Nina dan dimakannya dengan santai, "Gila akting lu boleh juga. Harus berterimakasih lo sama Adam berkat dia nyakitin lo, lo dapet banyak popularitas," Sasa ikut menyahuti. Nina mendengus, beginilah kehidupan sehari-hari yang sebenarnya. Fimata karyawan, Nina tidak ada wibawanya sama sekali. Para karyawannya ini sehari saja tidak kurang ajar pada Nina mungkin langsung gatal-gatal."Bentar lagi palingan centang biru. Langsung open endorse bubos!" Usul Nico."Kalau tahun depan ada lagi, gue juga kepengen ikutan deh. Lumayan bisa numpang tinggal gratis. Tin

    Last Updated : 2023-06-14
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   87

    "Ya ampun, makannya belepotan kaya anak kecil aja," Bagas mengusap sudut bibir Nina yang terkena saus kacang. Ia menggelengkan kepala melihat bagaimana pacarnya makan seperti orang kesetanan seperti tidak makan 3 hari. Pacarnya? Kata-kata yang melayang di dalam otaknya membuat Bagas seketika bersemu merah. Astaga, ia jadi seperti remaja ABG yang baru mengenal cinta monyet. Tapi, ia benar-benar merasa jatuh cinta sekali kepada gadis dihadapannya ini. Saking cintanya, tidak bertemu satu jam serasa kehilangan satu abad. Bersyukur ia masih bisa profesional saat bekerja. Kalau tidak, entah bagaimana nasib karirnya. Bisa-bisa ia hanya bisa memberi makan Nina daun kering saat menikah nanti.Bicara soal menikah, Bagas sepertinya harus segera meminang gadisnya. Berkat acara FYL, popularitas keduanya meningkat, tetapi Nina benar-benar another level. Followers instagramnya melebihi artis FTV, banyak tawaran iklan dan main film dari berbagai agensi. Pastinya juga, mulai berdatangan parasit-para

    Last Updated : 2023-06-15
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   88

    "Habis dari mana kamu? Baru pulang jam segini."Bapak duduk dengan satu kaki naik ke atas sofa di ruang tamu dengan cahaya temaram dan segelas kopi yang telah habis. Nina tahu bahwa bapak sudah lama menunggunya, lebih tepatnya, menunggu penjelasan darinya. Ia juga tahu bahwa bapak pasti melihat Bagas dari balik jendela. "Assalamualaikum, tadi lembur pak," Jawab Nina seadanya. Ia putuskan untuk tidak banyak bicara. Kecuali bapak sendiri yang bertanya. "Kata Andre warung udah tutup dari jam 6. Kamu lembur apa pacaran?" Tanya bapak dengan skeptis."Namanya juga lembur, Pak. Lem-bur, artinya aku harus ngerjain kerjaan diatas jam kerja normal," Jelas Nina."Tadi bapak lihat kamu diantar sama mobil Fortuner. Mobilmu mana?" Tanya bapak lagi. Masih belum mendapatkan jawaban yang ia inginkan. "Ada di kantor," Kata Nina dengan singkat."Terus kamu diantar siapa? Andre? Nggak baik minta anter sama suami orang. Nanti kamu dituduh pelakor," Ujar bapak.Sebenarnya kemana arah bicara bapak ini..

    Last Updated : 2023-06-16
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   89

    "Gimana bang sejauh ini sama Nina? Aman?" Tanya Anggit. Keduanya duduk bersantai di belakang halaman rumah sambil menikmati secangkir teh dan biskuit. Sudah lama sekali keduanya tidak menghabiskan waktu bersama. Dulu saat kecil, ada perosotan kecil dan mandi bola mini yang selalu disiapkan oleh ayah sebagai pojok bermain. Tapi, sudah tidak terpakai sejak Bagas menduduki bangku SMP. Setelahnya dibiarkan usang dan berdebu.Setiap hari, ayah akan membersihkannya. Tidak ada yang boleh memindahkan atau memberikan mainan ini kepada orang lain. Kata ayah, biarkan itu wasiat untuk cucu-cucunya di masa depan. Ia ingin sekali nantinya bisa melihat cucunya bermain di halaman rumah.Tetapi, Tuhan berkehendak lain. Ayah dipanggil yang maha kuasa lebih dulu. Sejak itu, tidak ada sama sekali yang menyentuh, bahkan pergi ke halaman belakang. Baik ibu dan Anggit tidak sanggup jika hsrus melihat benda kenangan dari ayah yang selalu dirawatnya setiap pagi. Sampai suatu ketika, Bagas mendapati adiknya,

    Last Updated : 2023-06-17

Latest chapter

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short story- Kanaya Ezra (End)

    "Apapun itu yang kamu pikirkan...aku nggak tertarik untuk mencoba. Jadi lupakan aja.""Haahh..." Kanaya menyandarkan kepalanya pada bahu kursi. Kenapa? Kenapa ia harus berkata seperti itu pada Ezra dan menyakitinya lagi? Kanaya terlalu kasar, tapi itu karena ia tidak ingin memulai apapun lagi dengan Ezra kemudian berseteru dengan ibunya yang tidak menyetujuinya."Ka?" Nina mengguncang tubuhnya, membuat Kanaya kembali tersadar."Eh, maaf...aku..""Kamu nggak enak badan? Istirahat aja atau pulang. Kamu kan lagi sibuk syuting, kalau kamu merasa keteteran, nggak ke cafe juga nggak apa-apa. Aku masih bisa handle kok, karyawan juga banyak.""Aku masih bisa kok.""Ka..." Ucap Nina dengan serius. Secara tersirat memerintahkan Kanaya agar istirahat saja.Bukan begitu...Kanaya hanya sedang berharap Ezra akan datang lagi walau sebentar. Kanaya tidak ingin kehilangan momen yang langka. Kenyataan bahwa kampus Ezra berdekatan dengan cafenya, membuat besar kemungkinan pria itu datang lagi. Kanaya s

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short story Kanaya-Ezra

    "Za! Ada cafe baru di persimpangan, lo join nggak? Sekalian udud." Ajak Wahyu.Pria dengan jaket kupluk hitam dan headseat di telinganya tidak menjawab, pun menoleh. Matanya terpejam dengan tangan bersedekap."Za!" Panggil Jovi lagi, temannya. Kali ini dengan sedikit dorongan keras.Ezra membuka matanya yang memerah karena dibangunkan mendadak. Pria itu menguap lalu mengendikkan dagunya tanda bertanya."Kita mau kerja kelompok di cafe dekat persimpangan yang lagi rame itu.""Cafe Heureux itu ya? Yang punya seleb? Mau! Mau! Sekalian foto-foto disana yuk!" Abigail menyahuti."Terserah," Singkat pria kulkas itu."Sekalian cuci mata, katanya anak FEB pada sering nongkrong disitu. Mereka kan cakep-cakep. Itung-itung bantu lo move on, Za!"Ezra memilih acuh kemudian membereskan barangnya. Lagipula, ia ingin segera menyelesaikan tugas yang menumpuk dan tidur di apartemennya sampai pagi esok untuk membayar 2 malam begadangnya."Buset! Gercep banget ya Ezra kalau udah ngomongin cewek cakep. Ma

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short story-Adam End

    Bos'Dimana?'MeDikantin, Pak.Bos'Oke'Sudah 5 bulan berlalu sejak kesepakatan itu. Baik Adam maupun Norma tidak ada yang berniat untuk mengakhiri hubungan palsu ini. Setiap kali Norma bertanya, Adam hanya menjawab....'Sampai waktu yang tidak ditentukan.'"Lo kapan mau putusin si Bos?" Tanya Ika, sahabat dekat, satu-satunya manusia di kantor yang tahu rahasianya."Putusin gimana? Hubungan aja nggak ada.""Nah, itu maksud gue. Lo mau sampai kapan nggak dikasih kepastian dari bos? Lo nggak mau cari pacar emang?"Bagaimana mau cari pacar, kalau hatinya terlanjur berlabuh pada Adam Prakarsa...Melihat Norma yang hanya diam, Ika kembali bicara, "Lo suka ya sama bos?""Jangan ngasal.""Cih, lo pikri gue bego? Waktu awal-awal lo ngeluh ke gue 24 jam, bos nyebelin lah, bos kampret lah, bos inilah itulah. Sekarang, coba lihat, lo udah bukan ngeluh lagi. Tapi kayak cewek yang lagi jatuh cinta tahu nggak. Adam tuh baik banget dia malam-malam bawain gue obat pas sakit, Adam ngajak gue jalan-j

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short Story-Adam

    Pria itu sibuk menatap jalanan yang padat di bawah sana dari gedung pencakar langit lantai 10. Terhitung sejak kembali dari Bali, Adam belum memiliki semangat yang sama untuk bekerja. Padahal, seluruh karyawan perusahaan tahu, bagaimana bos workaholic mereka itu, jika menyangkut pekerjaan, ia pasti akan menggila sampai lupa waktu.Makanya, uangnya tidak akan habis tujuh turunan."Permisi, Pak. Izin saya Norma." Suara dari intercom memecahkan lamunan Adam, "Masuk."Gadis dengan setelah kemeja garis berwarna biru langit dan rok span diatas lutut itu menunduk setelah sampai di depan meja besar Adam, bosnya."Bapak memanggil saya?""Saya udah manggil dari tadi, kenapa kamu baru datang?""Maaf, Pak tadi saya mengerjakan laporan yang bapak minta hari ini...""Harusnya kamu tahu prioritas. Saya panggil kamu, artinya kamu harus tinggalkan laporan itu dan datang ke saya. Paham?"Ah, kena lagi..."Hm, baik, Pak."Adam mematikan rokoknya ke wadah kaca dengan aksen emas lalu duduk di kursi kebesa

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   116

    "Saya terima nikah dan kawinnya Karenina Subagyo binti Subagyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!""Sah?""Sah!!!""Alhamdulillah."Nina segera mencium tangan suaminya. Terhitung 1 tahun sejak pacaran, dan 6 bulan setelah lamaran, mereka menikah. Kini Nina benar-benar menjadi seorang istri yang ia pun tak sangka. Bahwa hari ini akan datang juga. Bagas menangis dengan haru. Terbayang masa-masa perjuangannya untuk meyakinkan Nina. Banyaknya hambatan tak serta merta menyurutkan rasa cintanya kepada gadis itu.Ada banyak hal yang tidak bisa terungkapkan dengan kata. Sehingga air mata akhirnya mewakilkan segala perasaan senang yang mendera.Dengan telaten Nina menghapus air mata suaminya. Bibirnya tersenyum malu saat melihat Bagas menatapnya lamat. Astaga, padahal mereka sudah menikah. Tapi malah bertingkah seperti remaja puber. Kemudian acara pun dilanjutkan dengan resepsi.Nina yang meminta agar acara diselesaikan dalam 1 hari saja meskipun memakan waku sampai sore

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   115

    Ruang tamu yang disulap menjadi dekorasi sederhana, semakin ramai oleh keluarga Nina dan Bagas. Hiasan berbagai bunga asli yang memanjang dengan kaki besi pada masing-masing sisi lalu ada nama kedua calon di belakang berwarna emas. Nina sendiri sudah anggun dengan rambut yang tersanggul sederhana dipadukan dengan kebaya simple pilihannya. Senada dengan kemeja katun hijau sage milik Bagas.Nina merasa hari ini hanya imajinasinya, tetapi riakan ramai dari tamu-tamu yang datang membuatnya sadar bahwa ini adalah nyata.Ia telah dilamar.Bagaimana bisa ia sampai pada titik ini? Tentu saja berawal dari hal terkonyol yang Bagas lakukan. Menyematkan jemarinya dengan cincin plastik hadiah dari snack bulan lalu. Cincin dengan lampu kecil merah menyala seperti sirine. Kemudian, tak lama setelahnya, Bagas benar-benar datang membawa ibu beserta adiknya dengan maksud serius karena...ia rasa Nina sudah memberikan lampu hijau."Nah! Sudah!" Kanaya memutar tubuh Nina menghadap cermin agar gadis itu b

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   114

    "Mas, pulang..." Sambut Intan ramah. Namun, sikap Bagas terlampau dingin. Ia sudah terlalu malas meladeni sikap Intan. Ia tidak ingin kehadiran Intan akan membuatnya kehilangan Nina."Sini--" Omongan Intan terpotong oleh tangan Bagas yang menepisnya agak keras, "Kapan kamu keluar dari rumah ini?" Intan mengerjap, berusaha memcerna apa yang barusan Bagas katakan, "Maksud kamu?""Kamu nggak lupa kan kalau kamu hanya menumpang sementara disini? Jadi, kapan kamu siap pindah? Bukannya kamu sudah bayar uang muka? Sepertinya juga kamu udah sehat."Intan meremas kedua tangannya. Tidak, ini tidak seperti apa yang ia rencanakan. Bagas tidak boleh seperti ini. Intan mengelus perutnya pelan, menatap Bagas dengan memelas."Nggak usah pakai alasan itu lagi untuk mengelabui aku. Aku tau kamu udah pulih. Kamu nggak bisa selamanya tinggal disini, Intan.""Apa aku merepotkan? Kenapa tiba-tiba kamu mengusir aku? Kalau iya, aku janji akan sebisa mungkin bantu-bantu di rumah.""Bukan itu masalahnya," Oh

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   113

    Setelah membantu Intan memakan makanannya, Bagas pergi keluar ruangan untuk mencari udara segar. Setelah sekian lama, akhirnya Intan bisa makan, meskipun masih belum ada sepatah dua patah kata yang keluar dari mulutnya. Ia masih dalam suasana berduka karena kehilangan anak pertamanya. Keluarga wanita itu tidak ada yang bisa dihubungi membuat Bagas bertanya-tanya. Sebenarnya bagaimana hidup Intan selama ini. Karena setahunya, Intan terlahir dari keluarga yang baik-baik saja. Intan hidup bagaikan putri di negeri dongeng."Abang ngapain bengong disini?" Anggit datang membawa bingkisan hitam. Menyerahkan bingkisan itu ke dada Bagas dengan paksa, sambil memakan es krim yang tersisa setengah."Eh, kesini kamu, Nggit?""Iya, nggak tega juga biarin abang nunggu nenek lampir sendirian di rumah sakit." Anggit kemudian ikut duduk di sampingnya, lalu melanjutkan, "Lagian kenapa sih, Bang? Masih mau bantuin dia? Nina tahu kalau abang segininya bantuin mantan?""Ya mau gimana lagi. Sejak awal aban

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   112

    Sudah beberapa hari ini ia diselimuti oleh kalut. Bagaimana tidak, bayangan Bagas memeluk pinggang Intan erat, menuntun wanita itu berjalan seperti suami siaga, membuat Nina merasa dikhianati secara tidak langsung. Kenyataan bahwa, selama Bagas tidak membalas pesannya, karena pria itu sibuk mendampingi Intan membuatnya tidak bisa berpikir jernih.Oleh karena itu, Nina ingin memastikan sesuatu. Dia berdiri menatap pagar hitam di depannya lama, sebelum memutuskan untuk membukanya atau berbalik pergi. Ia membuka pagar perlahan, lalu melangkah mendekati pintu utama. Dengan rantang di tangan kanannya, berisikan rawon buatannya sendiri, ia teringat akan pesan ibu sebelum masuk rumah sakit.'Jangan lupa kasih rawon ini ke Bagas ya, Nak. Meskipun belum kenal, tapi kan calon besan ibu. Anggap aja salam perkenalan.'Nina merasa...punya wasiat yang harus ia tuntaskan, sekaligus alibi untuknya karena Bagas tidak bisa dihubungi."Assalamualaikum..."Nina mengetuk, kemudian memperhatikan penampila

DMCA.com Protection Status