Share

Bab 22

"Aku tak mau Dhea kehilangan sosok papanya lagi, dari itulah aku ingin mendekatkan diriku padanya. Aku menyesal telah kehilangan masa kecilnya," tambahnya lagi.

"Iya, Mas, aku mengerti." 

Akhirnya kami terus berbincang menceritakan tentang Dhea dan Diego.

Kemudian berjanji akan menjadi orang tua yang baik untuk putri kami, meski tidak bisa bersama sebagai orang tua lengkap yang tinggal satu atap.

Tak terasa waktu beranjak malam, kuputuskan untuk meminta diantar pulang. Saat akan bangkit dari duduk tiba-tiba kepalaku terasa sangat pusing dan kantuk hebat menyerangku.

"Aduh, Mas, kok aku pusing banget ini. Buminya kok bergoyang ya, rasannya?" Kupegangi pelipisku yang terasa teramat pening.

"Kamu kenapa, Ria? Kamu sakit, ya?" tanyanya sambil mendekat.

"Gak tau nih, tiba-tiba pusing" Kukedip-kedipan mataku agar kelopak yang terasa berat bisa terbuka. Namun, tetap saja berat, malah mas Dio terlihat ada dua.

"Kamu ga

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status