“Bulan Biru, aku dengar kau mengalami amnesia,” ujar Cashel dengan panggilan khasnya kepada Cette. “Baru saja aku mendengar dengan jelas bahwa kau mengingat siapa yang sudah mencelakaimu. Aku tidak mungkin salah dengar. Jadi apa maksudnya ini?"“Awalnya saya memang melupakan ingatan saya. Tapi perlahan ingatan itu kembali satu persatu,” jawab Cette sambil memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Karena sudah jelas Cette tidak mungkin menceritakan kepada Cashel bahwa ia bukan mengingatnya, melainkan membacanya.“Sebentar …,kenapa aku tidak merasakan Mana apa pun darimu. Apa kekuatanmu menghilang?” tanya Cashel skeptis.Cette terhenyak. Ia memandang Cashel dengan ekspresi bingung tidak tahu harus menjawab bagaimana. Apalagi di antara mereka ada sebuah perjanjian bahwa mereka tidak boleh menyembunyikan apa pun. Walaupun itu perjanjian yang dibuat oleh Cashel dan Cette asli. Jia yang merasuki tubuh Cette tidak mungkin mengakui dengan gamblang bahwa dirinya bukanlah Cette yang asli –kalau
Kembali ke cerita yang ditulis dalam novel "I'm Sorry, But I Don't Love You!" yang pernah dibaca oleh Cette ketika masih menjadi Jia.Di ceritakan, di hari debutante Cashel diberlangsungkan —itu sebulan setelah Cashel kembali ke istana setelah lima tahun bergulat dengan musuh di medan perang. Debutante yang dilakukan dengan sangat mendadak dan terburu-buru, karena dua bulan setelahnya upacara pernikahan Cashel dengan Rubi, tunangannya, harus segera dilangsungkan.Setelah Grand Duke memperkenalkan putranya yang sempat diasingkan ke negara lain dengan dalih menjalani akademi dan demi menjaga adik perempuannya dari Raja sebelumnya, yakni Chaperon.Grand Duke yang sudah tua dengan bangga menunjukkan putranya di perayaan resmi debutante Cashel, yang dihadiri oleh beberapa tamu penting dan utusan-utusan dari negara-negara jauh. Seolah ia sengaja memilih hari itu untuk membuat Cashel merasa semakin tidak dianggap.Benar saja. Semua tamu yang datang hari itu mayoritas malah fokus kepada putra
"Apa kau biasanya memang sependiam ini?" tanya Cashel kepada Cette yang diam saja."Hah? Ma-maaf Yang Mulia, sa-saya sedang tidak fokus!" balas Cette sembari menunduk di depan Cashel."Sudahlah! Lagi pula apa yang sebenarnya dipikirkan oleh anak kecil seperti kamu ini. Apalagi sampai menguasai fokusmu padahal ada Pangeran dihadapanmu!" Cashel berhenti dan berbalik, kemudian melihat kepada Cette dengan melipat kedua tangannya di dada."Ma-maafkan saya Yang Mulia. Sekali lagi saya minta maaf." Cette kecil kembali menundukkan kepalanya di depan Cashel."Tadi kau tersenyum begitu lebarnya. Sekarang malah cemberut seperti ini. Apa kau tidak suka ditemani olehku?" tanya Cashel dengan sedikit keraguan, kemudian mulai melangkah kembali."Bu-bukan Yang Mulia. Itu tidak benar! Saya hanya sedang melamun," ujar Cette terpaksa mengakuinya. "Maafkan atas kelancangan saya.""Memangnya apa yang sedang kamu pikirkan sampai melamun seperti itu?" tanya Cashel terus berjalan perlahan kepada Cette yang mu
Di ceritakan kalau sejak kecil, Cashel memiliki sebuah kelompok rahasia yang dibentuknya sendiri untuk menjadi bawahannya. Kelompok bayangan yang nantinya akan berjuang bersamanya sampai mati di hari pemberontakan yang diprakarsai oleh Cashel terjadi.Kelompok itu ia bentuk dari berbagai kalangan. Kelompok bayangan itu ia beri nama 'Dragon'.Lima belas tahun setelah pertemuan Cette dan Cashel yang terakhir itu, Cashel yang masih berusia lima belas tahun dikirim ke medan perang dengan dalih membela negara. Sementara itu, Putri Rubi dikembalikan ke keluarganya di Barony Lace. Di Barony sudah dibangun sebuah istana megah khusus untuk Rubi atas perintah Ratu.Cashel berangkat ke medan perang bersama dengan kelompok bayangannya, Dragon. Walaupun kelompok itu bergerak secara diam-diam di belakangnya.Dragon sendiri beranggotakan lima orang laki-laki yang usianya hampir sama dengan Cashel —menjadi tangan kanan Cashel dan bergerak secara rahasia di bawah komando Cashel.Cashel memiliki sebuah
“Selamat pagi, Nona!” seru Lillian seperti biasa di depan kasur Cette sembari membuka tirai jendela, agar sinar mataharinya masuk ke dalam.Cette bangun dari tidurnya karena mendengar suara Lillian. Ia merasa jam tidurnya sedikit berkurang karena pembicaraannya dengan Cashel tadi malam.“Saya sudah membawakan air hangat untuk Anda membasuh wajah,” ucap Lillian setelah membantu Cette bangkit dari tempat tidurnya.Setelah membasuh diri, Cette menyantap sarapan paginya di balkon kamarnya. Karena Lillian sudah mempersiapkan beberapa santapan untuknya.Saat Cette sibuk menyantap makanannya, ia mendadak mengingat kembali pembicaraannya dengan Morgan malam-malam sebelumnya.“Kenapa aku terus merasakan kejanggalan dengan Grand Duke itu?” batin Cette mulai melamun ditempat duduknya. “Keberadaan dirinya yang muncul dengan cepat saja sudah sebuah hal yang tidak wajar. Lalu kemarin dia berkata akan melamarku? Aku? Morgan akan melamarku? Orang yang sudah jelas bersekutu dengan musuhnya?” batin Cet
Pintu dibuka. Seorang wanita masuk ke dalam ruangan yang di dalamnya ada Ratu Engrasia. Wanita itu adalah Una. Begitu melihat Ratu Engrasia ada dihadapannya, Una tersenyum lebar dan melangkah dengan penuh percaya diri.“Kalau dilihat dari langkahnya yang sangat percaya diri itu, aku pikir dia pasti membawakan sesuatu yang mungkin akan membuatku tertarik!” batin Ratu Engrasia menebak sembari mengamati langkah Una.Una kini sudah sampai dihadapan Ratu Engrasia. Ia membungkukkan tubuhnya secara natural untuk memberikan salam kepada Sang Ratu Yang Agung dan Mulia –yang ada di depannya.“Salam kepada Sang Ibu Kerajaan, izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada Yang Mulia. Nama saya Lacuna Aly Tamara, Putri dari keluarga Earl Tamara. Yang Mulia boleh memanggil saya Una,” jelas Una memperkenalkan dirinya kepada Ratu Engrasia.“Duduklah!” titah Ratu Engrasia sembari tersenyum.“Baik, Yang Mulia!” jawab Una kemudian dengan elegan berjalan ke arah sofa yang ada di sebelah Engrasia
Saat ini Ratu Engrasia sedang bersama dengan GERALD MARVA. Ia merupakan adik kandung Ratu Engrasia yang berasal dari pedesaan.Setelah Ratu Engrasia diadopsi oleh pasangan Duke dan Duchess Marva, Gerald sempat dikirim ke wilayah perbatasan sebagai utusan untuk melindungi negara.Di wilayah perbatasan tersebut Gerald bertemu dengan Morgan kemudian mereka pun mulai berteman. Bisa dikatakan bahwa Gerald ‘lah yang sudah memperkenalkan Morgan kepada kakaknya, Engrasia.Satu tahun terakhir, Gerald yang sangat ambisius sama seperti kakaknya itu —terus menunjukkan dedikasi dan pengorbanannya dengan membantu pekerjaan Duke Marva, ayah angkat Engrasia.Duke Marva yang melihat bahwa Gerald memiliki potensi. Akhirnya, memutuskan untuk mengangkat Gerald juga menjadi putra bungsunya.***Saat ini Ratu Engrasia sedang berjalan-jalan di taman kebanggaannya bersama dengan Gerald. Engrasia merasa sudah terlalu lama menghabiskan waktu di ruang kerjanya. Jadi, ia mengajak adiknya untuk berbincang santai
Tidak terasa sudah sepuluh hari Cette, dalam hal ini adalah Jia, berada dalam tubuh orang lain di dunia yang asing.Kini Cette sudah mulai bisa berjalan dengan kembali. Selama satu minggu penuh Lillian rutin membantunya dalam berlatih. Walaupun Cette masih hanya mampu menjangkau jarak yang dekat di sekitar kamarnya saja. Tapi ia sudah mulai terbiasa berada di tubuh tersebut.Banyak tamu yang datang ke kediaman Luvena dengan dalih hendak berkunjung dan menjenguk Cette. Tapi ia meminta ayahnya untuk menolak semua kunjungan tersebut.Hanya hadiah dan surat-surat berisi ucapan selamat saja yang sampai ke kediaman Luvena. Ia meminta ayahnya untuk membatasi tamu-tamu yang datang demi membantunya pulih seperti sediakala kembali. Cette bahkan menolak kunjungan dari Davlin tunangannya.Malam harinya, Cette duduk di sebuah kursi yang sengaja diletakkan di depan jendela kamarnya.Malam itu cahaya rembulan terlihat sangat memanjakan mata. Sulit bagi Cette untuk melewatkan momen yang sangat indah
Davlin saat ini berada di kereta kuda yang akan membawanya ke kediamannya setelah berbincang dengan Ratu Engrasia.“Seenaknya saja Ratu sialan itu memintaku melakukan ini dan itu,” gumam Davlin sibuk ngedumel di dalam kereta kuda yang sedang membawanya. “Dulu dia yang memintaku untuk melamarnya, sekarang dia memintaku untuk membatalkannya. Dia juga yang menyuruhku untuk mencelakai Cette. Setelah rencana itu gagal, dia malah lepas tangan dan melemparkan semua tanggung jawabnya kepadaku,” lanjut Davlin terus menggerutu tiada henti.Davlin tiba-tiba teringat dengan Morgan. “Grand Duke Glenn, Morrigan Cavelio Glenn!” gumam Davlin menyebut nama lengkap Morgan. “Apa sebenarnya motif orang itu mulai mendekati Cette? Apa benar alasannya karena kemampuan Cette? Memangnya kemampuan apa yang Cette miliki sampai si Morrigan itu tertarik untuk menguasainya?” batin Davlin mulai penasaran dengan motif Morgan.“Hah! Apa pun motifnya, pasti ini semua merupakan rencana Ratu yang licik itu. Mau sehebat a
“Apa kamu pernah melihat gelagat aneh yang ditunjukkan oleh Putri Sulung Luvena itu sebelum dia tidak sadarkan diri?” tanya Ratu Engrasia melanjutkan perbincangannya dengan Davlin di Istana Rose.“Maksud Anda gelagat yang bagaimana?” tanya Davlin sedikit bingung atas pertanyaan yang Engrasia ajukan.“Yang mencurigakan atau yang tidak biasa,” balas Engrasia menjawab kebingungan Davlin.“Yang mencurigakan ....” Davlin mulai memikirkan sejenak pertanyaan Engrasia. “Saya memang merasa sedikit janggal mengenai sesuatu hal. Waktu itu usia pertunangan kami baru menginjak satu bulan,” jelas Davlin mengenai hal yang membuatnya curiga.“Apa itu?” tanya Engrasia mulai penasaran tentang hal tersebut.“Tiap satu minggu atau dua minggu sekali, Cette akan bangun lebih siang dari biasanya!” ungkap Davlin dengan sangat yakin.“Memang apa yang aneh dengan itu?” tanya Engrasia malah melihat Davlin dengan tatapan skeptis. Ia tidak menemukan keanehan dari ucapan Davlin tersebut.“Saya pernah datang ke Ked
Istana Rose sore itu. Davlin dan Ratu Engrasia sudah duduk di sofa empuk yang biasa Engrasia gunakan untuk menyambut para tamunya. Baik itu tamu penting, tamu yang tidak terlalu penting, maupun tamu yang bisa diperalatnya.“Jadi, bagaimana hubunganmu dengan tunanganmu?” tanya Engrasia kepada Davlin yang duduk di sebelahnya.“Hubungan kami baik-baik saja, Yang Mulia. Dua minggu yang lalu saya berkunjung ke kediaman Luvena untuk melihat keadaannya. Tidak ada hal yang mencurigakan dan semua baik-baik saja,” jelas Davlin dengan cukup percaya diri kepada Engrasia.“Apa setelah itu kalian tidak pernah bertemu lagi?” tanya Engrasia lagi.“Saya memang pernah bermaksud untuk berkunjung lagi ke kediaman Luvena untuk melihat perkembangan tentang amnesianya. Tapi saya mendengar dari ajudan saya bahwa Tuan Count menolak adanya kunjungan dengan alasan pemulihan Cette. Jadi, saya mengurungkan niat saya sementara waktu untuk berkunjung ke sana,” tutur Davlin panjang lebar menjelaskan situasinya kepad
"Tuan Marley ada di mana saat Anda hampir mati waktu itu? Kenapa malah saya yang menemukan Anda? Bukannya Anda bersama dengan tunangan Anda?" tanya Morgan bertubi-tubi sengaja dengan suara yang lantang, agar para tamu yang hadir bisa mendengarnya."Wah! Dia benar-benar orang yang tidak waras. Bagaimana mungkin dia dengan sangat percaya diri mengatakan itu?" batin Cette kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Morgan yang bertubi-tubu itu."Tuan Grand Duke, kenapa Anda membuat spekulasi yang mungkin saja bisa menjadikannya sebagai gosip yang tidak benar?" tukas Gitte dengan tiba-tiba menghampiri Morgan dan Cette. Ia bermaksud untuk menghentikan Morgan untuk terus membuat onar dan menyelesaikan pembicaraan Morgan yang mulai tidak jelas arahnya."Begitukah?" balas Morgan sedikit tidak menduga bahwa Gitte akan menghentikannya. "Kalau Lady berkata seperti itu, artinya saya harus meminta maaf. Mungkin itu hanya anggapan keliru saya saja. Saya hanya penasaran. Tidak ada kesan lain yang i
“Nona Cette, selamat atas kesembuhan Anda!” seru seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna merah dan memakai gaun mengembang dengan warna yang sama dengan rambutnya. Nama Lady itu adalah RUWEINA, ia berasal dari keluarga Baron Clare.“Terima kasih, Nona …?” balas Cette dengan senyuman. Walaupun di bagian nama si Nona, ia sengaja menghentikan kata-katanya. Saat ini peran Cette masih sama, yaitu menjadi Putri Bangsawan yang baru sadar dari koma dan mengalami amnesia.“Saya Ruweina dari keluarga Baron Clare,” tutur Ruweina menyebutkan namanya dengan lengkap.“Ah, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada Nona Ruweina Clare. Saya juga ingin meminta maaf atas keterbatasan ini, hingga melupakan nama Anda. Senang bertemu dengan Anda, Nona!” sambung Cette dengan senyuman tulus di wajahnya. Walaupun ada sedikit kebohongan dari kata-katanya.“Kemarin saya mengirimkan hadiah untuk Nona. Apakah Anda sudah menerimanya?” tanya Ruweina dengan raut wajah berbinar berharap dirinya di
Kini, Lillian membantu Cette untuk memakai gaun mewah yang sudah dipersiapkan satu minggu sebelumnya untuk menyambut perjamuan hari itu.Warna biru tua adalah warna yang dipilih oleh Lillian untuk dikenakan oleh Cette. Karena saking banyaknya gaun di dalam katalog, Cette sampai bingung harus memilih warna dan akhinya Cette memercayakannya kepada Lillian. Padahal saat menjadi Jia dulu, itu saat ia masih bekerja sebagai desainer pemula, Cette berpikir bahwa ia akan memakai semua warna yang ada di katalog.Rambut Cette yang panjang dan ikal digelung ke belakang, agar kelihatan lebih rapi.Aksesori mahal turut membalut seluruh tubuhnya ; permata, kalung, gelang, anting, bahkan sepatunya juga mewah. Untungnya, waktu itu Cette tidak memilih gaun yang terlalu mengembang, melainkan gaun yang mengikuti lekukan tubuhnya. Ya, walaupun Cette sedikit merasa tersiksa karena harus memakai korset, agar tubuhnya terlihat lebih ramping.Saat Lillian tengah sibuk dalam mendandani Nonanya, seseorang menge
Keesokan harinya, seperti biasa Lillian datang untuk membangunkan Cette di kamarnya.“Selamat pagi, Nona!” seru Lillian sambil membuka tirai jendela yang ada di kamar itu. “Apa istirahat Anda menyenangkan?”Cette membuka paksa kedua matanya karena mendengar sapaan dari Lillian. Mata dengan lingkaran hitam yang mencolok karena kurang tidur tertampil dari kedua mata berwarna peridoth milik Cette.Cette hanya berbaring sambil terbengong membayangkan apa yang sudah terjadi padanya tadi malam.“Apa aku semalam bermimpi?” batin Cette tidak tahu harus memercayai yang mana. Ia bahkan tidak tahu situasi yang ia hadapi malam itu adalah kenyataan atau hanya mimpi.“Nona, lingkar mata Anda menghitam. Apa Anda tidak bisa tidur tadi malam?” tanya Lillian saat menyadari ada yang berbeda dengan penampilan Cette.“Tolong jangan tanyakan apa yang terjadi tadi malam, Lillian. Aku tidak ingin mengingatnya,” jawab Cette masih dengan raut wajah bengong yang belum diubahnya.“Apa Anda baik-baik saja? Kenapa
Masih di pembicaraan antara Cette dan Morgan. Setelah Morgan menjelaskan mengenai situasi yang sedang dihadapi oleh adik Cette yang ternyata seorang pengguna Mana Sihir dan membutuhkan bantuan dari penyihir. Akhirnya, Cette mulai paham kenapa Morgan menargetkan dirinya.Intinya, kalau Cette mau menjadi tunangannya, maka Morgan akan membantu Cette dalam mengurus penyihir untuk membantu Gitte.Namun, di satu sisi Cette belum menemukan keuntungan yang akan didapatkan oleh Morgan bila mereka melakukan pertunangan kontrak. Walaupun sebelumnya Morgan telah mengatakan bahwa ia membutuhkannya. Tapi Morgan belum menjelaskan secara detail apa yang ia butuhkan dari Cette.“Lalu, apa keuntungan pertunangan kontrak ini untuk Anda?” tanya Cette akhirnya.“Aku membutuhkan seorang tunangan, agar Ratu tidak menjodohkanku dengan wanita yang dipilihnya melalui pernikahan politik,” jawab Morgan atas pertanyaan Cette.“Memang apa yang salah dengan itu? Bukannya itu jauh lebih mudah untuk Anda lakukan, dar
"Kenapa saya harus menerima tawaran Anda?" tanya Cette kepada Morgan. "Saya tidak melihat bahwa saya akan mendapatkan keuntungan dari pertunangan ini."Bukannya menjawab pertanyaan Cette, Morgan malah tertawa kecil. Hal tersebut justru semakin membuat Cette geram."Putri Luvena, sepertinya kamu benar-benar tidak mengetahui apa-apa ya?" tanya Morgan bersamaan dengan tawa kecilnya itu."Apa maksud Anda?!" Cette semakin kesal."Adik Anda!" seru Morgan singkat."Adikku? Kenapa Anda tiba-tiba membahas Gitte? Apa yang hendak Anda lakukan kepadanya? Saya peringatkan Anda, jangan pernah berani-beraninya Anda menyentuh adik saya!" seru Cette memberikan peringatan kepada Morgan.Melihat Cette yang sudah dipenuhi dengan luapan amarah itu, reaksi Morgan bukannya marah. Ia malah memasang ekspresi bingung sambil mengerutkan dahinya."Apa Anda tidak tahu tentang adik Anda yang mendapatkan bantuan dari para penyihir untuk tetap hidup?" tanya Morgan dengan tidak yakin kepada Cette. Karena menurutnya,